• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN P (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN P (5)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)

A. KONSEP DASAR TEORI 1. Definisi

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar R, 2002: 117).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).

a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8 cm).

b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio.

c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.

d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

2. Jenis-Jenis Sectio Caesaria

(2)

b. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).

c. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

d. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan hysteroktomy dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uterin berat

3. Etiologi atau Indikasi

Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 118) adalah sebagai berikut :

a. Indikasi Ibu

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis. 2) Panggul sempit.

3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan panggul.

4) Partus lama (prolonged labor). 5) Ruptur uteri mengancam.

6) Partus tak maju (obstructed labor). 7) Distosia serviks.

8) Pre-eklampsia dan hipertensi. 9) Disfungsi uterus.

10) Distosia jaringan lunak.

b. Indikasi janin: 1) Letak lintang. 2) Letak bokong.

3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

(3)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post sectio caesarea, antara lain :

a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml. b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.

c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi. d. Bising usus tidak ada.

e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru. f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.

(4)

5. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.

(5)

Insufisiensi plasenta

Kadar kortisol ↓ (merupakan metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak) Cemas pada janin Sirkulasi uteroplasenta↓

SC

Post date Kelahiran terhambat Tidak ada perubahan

pada serviks Tidak timbul HIS

Faktor predisposisi : Ketidak seimbangan sepalo pelvic

Kehamilan kembar Distress janin Presentsi janin

Preeklampsi / eklampsi

Persalinan tidak normal

Estrogen meningkat Kurang

pengetahuan (post pembedahan)Nifas

Ketidakefektifan menyusui Penurunan laktasi Nyeri

Intoleransi Aktivitas Resti Infeksi Ansietas Ansietas

(6)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah lengkap, golongan darah (ABO) b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin

c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II

d. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin

7. Penatalaksanaan

Teknik SC transperitaneal profunda a. Persiapan pasien

Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural pada oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah dipersiapkan

b. Pelaksanaan

1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi dipersempit dengan kain suci hama.

2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.

3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi

4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum kandung kencing

5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat melintang (transversal)

6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan diotong plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular disuntik oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :

Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja

(7)

7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi

8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut dijahit

8. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :

a. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. b. Perdarahan

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka. 2) Atonia uteri.

3) Perdarahan pada placental bed.

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila reperitonealisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Identitas

Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

b. Alasan Dirawat

Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak

c. Riwayat Masuk Rumah Sakit

(8)

d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi

Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana KB.

e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari 1) Bernafas

Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan. 2) Nutrisi

Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.

3) Eliminasi

Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua dan kelima.

4) Aktivitas

Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui. 5) Istirahat dan Tidur

Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Insomnia mungkin teramati.

6) Personal Hygine

Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah. 7) Rasa nyaman

(9)

8) Rasa Aman

Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).

9) Suhu

Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-37oC.

10) Ibadah

Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas. 11) Hubungan sosial dan komunikasi

Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya selama fase nifas.

12) Produktivitas

Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas. 13) Rekreasi dan hiburan

Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.

14) Kebutuhan belajar

Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan bayi selama masa nifas.

f. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum

Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu 2) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.

b) Suhu

(10)

pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.

c) Nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan

d) Pernafasan

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.

3) Pemeriksaan fisik a) Kepala

Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain

b) Leher

Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.

c) Thorak

- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums / 48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh limfe.

- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal - Paru: kaji pernafasa ibu

d) Abdomen

Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican. e) Genetalia

-Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal. -Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea

(11)

- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus normal.

f) Perinium dan Anus

Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.

g) Ekstremitas

Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul:

a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.

b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses pembedahan.

3. Intervensi

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …..x24 jam pasien menunjukkan respon breast feeding

adekuat dengan indikator: a. Pasien mengungkapkan

puas dengan kebutuhan untuk menyusui

b. Pasien mampu mendemonstrasikan

Health Education:

a. Berikan informasi mengenai : 1) Fisiologi menyusui

2) Keuntungan menyusui

3) Perawatan payudara

4) Kebutuhan diit khusus

5) Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui

(12)

perawatan payudara pantau kemampuan pasien untuk melakukan secara teratur

c. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi

f. Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian ASI

g. Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan informasi atau memberikan pelayanan KIA 2 Nyeri akut

berhubungan

dengan diskonjuitas jaringan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …..x24 jam diharapkan nteri berkurang dengan indikator: a. Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

Pain Management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

(13)

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital dalam rentang normal

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan h. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

i. Kurangi faktor presipitasi nyeri j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan

m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri o. Tingkatkan istirahat

p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

c. Cek riwayat alergi

(14)

pemberian lebih dari satu

e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri f. Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal

g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….. x menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan b. Pasien dan keluarga

mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim

Teaching : Disease Process

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

(15)

kesehatan lainnya. h. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

4 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….. x 24 jam ADLs klien meningkat dengan indicator:

a. Pasien terbebas dari bau badan

b. Menyatakan

kenyamanan terhadap kemampuan untuk

Self Care assistane : ADLs

a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

b. Monitor kebutuhan pasien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

(16)

melakukan ADLs c. Melakukan ADLs

dengan bantuan

d. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. e. Dorong untuk melakukan secara

mandiri, tapi beri bantuan ketika pasien tidak mampu melakukannya. f. Ajarkan pasien atau keluarga untuk

mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

5 Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indikator:

a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit,

Infection Control (Kontrol infeksi) a. Bersihkan lingkungan setelah

dipakai pasien lain

b. Pertahankan teknik isolasi c. Batasi pengunjung bila perlu

d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

h. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

(17)

batas normal

e. Menunjukkan perilaku hidup sehat

central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

k. Tingktkan intake nutrisi

l. Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)

a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

b. Monitor hitung granulosit, WBC c. Monitor kerentanan terhadap infeksi d. Batasi pengunjung

e. Saring pengunjung terhadap penyakit menular

f. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

g. Pertahankan teknik isolasi k/p

h. Berikan perawatan kuliat pada area epidema

i. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase j. Ispeksi kondisi luka atau insisi

bedah

k. Dorong masukkan nutrisi yang cukup

l. Dorong masukan cairan m. Dorong istirahat

n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

(18)

q. Laporkan kecurigaan infeksi r. Laporkan kultur positif

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses pembedahan. Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.

Kriteria hasil :

a. Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

b. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL

 Rencanakan periode istirahat yang cukup.

 Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

 Setelah latihan dan aktivitas kaji respons klien

 Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

 Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

 Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

 Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

4. Implementasi

(19)

mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari pasien.

5. Evaluasi

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

(21)

Mengetahui, Denpasar, 09 Desember 2014 Pembimbing Praktek Mahasiswa,

Ni Made Puput Septiani, S.ST Putu Dewi Widiastuti NIP.198209202005012002 NIM. P07120012109

Mengetahui, Pembimbing Akademik

(22)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)

OLEH :

PUTU DEWI WIDIASTUTI P07120012109

3.3 REGULER

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang penuh dengan pertimbangan logis, masuk akal, berdasarkan sumber hukum, berdasarkan ilmu, sehingga tidak salah kalau salah satu

Dalam Peraturan Pemerintah itu, pemerintah memasukkan industri pakaian jadi (konveksi) dari tekstil sebagai bidang usaha yang memperoleh fasilitas pajak

Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul :

Populasi dalam penelitian ini 23 SMP dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 23 SMP ( total sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adala

Sejauh ini belum ada kajian yang membahas secara mendetail dan lebih spesifik yang mengarah kepada “ Sistem Proteksi Pembeli Pada Transaksi Jual Beli Online

5. Jika dalam melaksanakan tugas sebagai anggota KomNas mempunyai konflik atau resiko konflik kepentingan, maka yang bersangkutan harus memberitahukan kepada Ketua

For those under the same amount of previous episodes (three or more) in the per-protocol sample, 37% participants experienced relapse in the MBCT condition and 66%

Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan suami tentang KB di Kelurahan Kemang, maka dari hasil penelitian hampir sebagian responden