• Tidak ada hasil yang ditemukan

waris eksploitasi klas dalam pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "waris eksploitasi klas dalam pe"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EKSPLOITASI LAPISAN TANAH

Disusun Oleh :

Irene Maria Tamara

14410033

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan “Makalah Penggunaan Kayu Sebagai Bahan Konstruksi.”

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Orangtua yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materil dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Terimakasih

Malang, Desember 2015

(3)

BAB I

PEMBAHASAN

Pengertian Eksploitasi

Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan

galiannya yaitu, galian padat dan bahan galian cair serta gas.

Eksploitasi berasal dari bahasa Inggris, eksploitasi adalah politik pemanfaatan, eksploitasi adalah untuk kepentingan ekonomi atau kesejahteraan. Ekspolitasi sumberdaya alam berarti mengambil dan menggunakan sumber daya alam itu untuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Eksploitasi sumberdaya alam yang mengabaikan lingkungan akan mengancam keberlajutan dan ketersedian sumber daya alam itu. pasal 33 ayat (3) Undang - undang Dasar 1945 menggariskan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Salah satu asas penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan Indonesia adalah pengutamaan pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan.

Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut:

a) Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui denganhati-hati dan efisien,

misalnya: air, tanah, dan udara.

b) Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran)

c) Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,serta pendaur-ulangan

(recycling)

(4)

Untuk perencanaan suatu pondasi, kita perlu mengetahui dahulu susunan lapisan tanah yang sebenamya pada suatu tempat, kita juga perlu mengetahui basil pengujian laboratorium dari sampel tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah, dan mungkin kalau ada - perlu diketahui pula basil pengamatan lapangan yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung-gedung atau bangunan-bangunan lain yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa. Untuk hampir semua bangunan-bangunan besar, eksplorasi mencukupi.

Faktor Pendorong Eksploitasi

Eksploitasi alam terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas.dimasa modern seperti saat ini kebutuhan manusia akan sumber daya alam sangatlah tinggi. Padahal tanpa mereka sadari eksploitasi yang mereka lakukan itu telah merusak lingkungan tempat mereka hidup sendiri. Salah satu faktor yang mendorong eksploitasi ini terjadi adalah kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Selain itu faktor ekonomi sangatlah berpengaruh penting dalam usaha eksploitasi alam ini. Eksploitasi alam seperti pertambangan batu kapur di daerah padalarang adalah salah satunya, kebutuhan akan bahan mentah odol, semen dll. Menjadikan gunung kapur itu sebagai lahan pengeruk rupiah yang cukup menjanjikan, selain karena faktor masyarakat sekitar yang menggantungkan kehidupan mereka dari hasil

pengolahan tambang batu kapur tersebut.

2.3 Pertambangan dan Karakteristik Desa Pertambangan

Pada umumnya jika kita berbicara masalah desa, maka secara tidak langsung kita akan membahas masyarakat pertanian. Hal ini karena mayoritas masyarakat desa bekerja dalam sektor pertanian. Sebagaimana diungkapkan oleh Wibberly dalam Tjondronegoro (1999 : 59) yang mendefinisikan desa sebagai suatu negeri yang memperlihatkan penggunaan tanah yang luas sebagai ciri penentu, baik pada waktu sekarang maupun beberapa waktu yang lampau. Jadi pedesaan merupakan kesatuan wilayah yang diorganisir dengan wewenang otonomi untuk mengatur masyarakat dan wilayah yang dibatasi serta menggambarkan penggunaan tanahnya untuk kehidupan pertanian, peternakan dan perikanan.

(5)

dan melakukan kegiatan apapun selalu mendasarkan diri pada apa-apa yang biasanya berlaku di daerah pedesaan (Siswopangripto dan Sastrosupono, 1984:20).

Pada umumnya desa-desa di Indonesia dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan pengertian administratif, kita dapat menjumpai berbagai jenis desa, misalnya bila dilihat dari jenis tofografi ada desa pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi dan pantai. Berdasarkan usahanya, ada desa petani sawah menetap, kampung peladang berpindah-pindah, desa perkebunan rakyat dan desa nelayan. Namun ada juga desa yang mengadakan usaha spesifik misalnya desa penghasil buah-buahan, desa industri kapur, genting, desa kerajinan tangan dan sebagainya. Tetapi satu ciri yang mereka memiliki banyak biasanya masih ada (Tjondronegoro, 1999:19).

Desa-desa yang memiliki usaha spesifik sebagaimana disebutkan diatas jumlahnya sangat sedikit, karena pada umumnya desa-desa di Indonesia berada dalam sektor pertanian. Salah satu desa yang tergolong dalam desa pemilik usaha spesifik adalah desa pertambangan. Jumlah desa yang bergerak dalam bidang pertambangan di Indonesia memang sangat sedikit, hal ini karena potensi sumber daya alam berupa bahan galian tambang hanya tersebar pada daerah-daerah tertentu saja. Sehingga tidak semua daerah sumber daya alamnya dapat dijadikan sebagai bahan galian tambang.

Pertambangan pada hakikatnya merupakan upaya pengembangan sumber daya alam mineral dan energi yang potensisal untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat, melalui serangkaian kegiatan eksplorasi, pengusahaan, dan pemanfaatan hasil tambang. Upaya tersebut bertumpu pada pendayagunaan berbagai sumber daya, tertutama sumber daya alam mineral dan energi, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen (Ruchiyat, 1980: 162).

(6)

Istilah Tambang Dalam Eksploitasi

 Penyiapan Tambang ( Mine Development )

Tahap kegiatan untuk menyiapkan prasarana dan sarana yang akan diperlukan pada tahap kegiatan penambangan.

 Eksploitasi ( Exploitation )

Penggatian endapan bahan galian dari kulit bumi secara ekonomis dengan menggunakan sistem penambangan tertentu.

 Batuan Samping ( Country Rock )

(1) Batuan yang mengelilingi massa intrusi batuan beku atau urat bijih; (2) batuan yang tidak mengandung mineral berharga (berkadar rendah) yang mengelilingi tubuh bijih.

 Mineral Ikutan ( Accessory Mineral; Gangue Mineral )

Mineral pembentuk batuan hasil kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah relatif sedikit (kurang dari 5%), ada tidaknya mineral tersebut dalam batuan tidak berpengaruh dalam penentuan nama batuan, msl. apatit, zirkon, magnetit, rutil, dan sebagainya.

 Limbah ( Waste )

Zat padat, cair, atau gas yang dibuang, diemisi, atau diendapkan pada lingkungan hidup dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan perubahan kualitas lingkungan hidup.

 Mineral Urat ( Vein Mineral )

Mineral-mineral yang mengisi atau membentuk urat.

 Urat Bernas ( Oreshoot )

Bagian dari urat bijih yang memiliki konsentrasi bijih lebih kaya dari sekelilingnya.

 Endapan Berlapis ( Bedded Deposit )

Endapan bijih yang letaknya relatif datar dan sejajar dengan perlapisan batuan induknya.

 Singkapan ( Out Crops )

Bagian dari satuan batuan atau bahan galian berharga yang tersingkap di permukaan bumi.

(7)

Potongan-potongan lepas dari batuan atau bijih yang terdapat pada atau dekat permukaan tanah, atau dasar sungai; dapat digunakan sebagai petunjuk adanya mineralisasi; sin. Serpihan.

 Lapisan Penutup ( Overburden )

Lapisan tanah atau batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian berharga itu.

 Batuan Berlapis ( Bedded Rock )

Batuan sedimen yang terdiri dari beberapa lapisan batuan.

 Batuan Dasar ( Bedrock; Base Rock )

Batuan yang berada langsung di bawah lapisan batuan yang ekonomis untuk ditambang; sin. batuan landas.

 Dinding Atas ( Hanging Wall )

Batuan yang terletak di atas endapan bijih atau urat bijih yang miring.

 Dinding Bawah ( Foot Wall )

Batuan yang terletak di bawah endapan bijih atau urat bijih yang miring.

 Miring,Kemiringan ( Dip; Grade; Slope )

(1) sudut yang dibentuk antara bidang perlapisan batuan dengan bidang horizontal; (2) besarnya kenaikan atau penurunan jalan/lereng untuk setiap jarak horizontal 100 m (ft), dinyatakan dalam %; (3) sudut yang dibuat antara bidang horizontal dengan bidang aliran material pada suatu alat pengolahan bahan galian, dinyatakan dalam derajat.

 Jurus ( Strike )

Garis perpotongan antara bidang perlapisan dan bidang horizontal yang dinyatakan dalam arah azimut dan tegak lurus terhadap arah kemiringan (dip).

 Terowongan ( Tunnel )

(1) lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua lereng bukit; (2) lubang bukaan yang berada di bawah tanah atau air, kedua ujungnya berhubungan langsung dengan udara luar.

 Terowongan Buntu ( Adit, )

Jalan masuk utama ke tambang bawah tanah, berupa terowongan buntu yang dibuat mendatar dan menghubungkan tempat bawah tanah dengan udara luar atau permukaan bumi; sin. terowongan buntu.

(8)

Terowongan atau jalan dalam tambang bawah tanah yang menyilang jurus cebakan atau urat.

 Lorong Angkut ( Haulage Drift )

Lubang bukaan yang relatif mendatar pada tambang bawah tanah yang dipergunakan untuk pengangkutan bijih berai.

 Lorong Angkut Utama ( Main Haulage Way )

Jalan utama pada tambang bawah tanah yang berfungsi untuk pengangkutan bijih berai.

 Lorong Naik ( Raise )

Lubang bukaan miring atau tegak di tambang bawah tanah yang digali dari paras (level) bawah menuju ke paras diatasnya (lihat juga lorong turun).

 Lorong Turun ( Winze )

Lubang bukaan tegak atau miring di tambang bawah tanah yang digali dari paras (level) atas menuju ke paras dibawahnya.

 Sumuran Buntu ( Blind Shaft )

Sumuran pada tambang bawah tanah yang tidak berhubungan langsung dengan udara luar lihat juga sumuran tegak; sin. sumuran buta.

 Lombong ( Stope )

Lubang bukaan dalam tambang bawah tanah tempat penambangan berlangsung.

 Lopak ( Sump )

Sumuran dangkal tempat penampungan air atau lumpur yang bersifat sementara di dalam tambang sebelum dipompa ke luar; sin. pelimbahan; ceruk.

 Pelombongan Terbuka ( Open Stope )

Cara pelombongan pada cebakan bijih dan batuan samping yang kuat sehingga tidak

memerlukan penyangga buatan; hanya bila diperlukan dapat ditinggalkan sebagian kecil bijih sebagai pilar-pilar.

 Kribing ( Cribbing )

Penyangga kayu yang terdiri atas susunan balok kayu persegi panjang yang yang dipasang secara beraturan menutupi dinding sumuran.

 Muka,Permuka Kerja ( Face; Front, )

Permukaan batuan atau bahan galian yang sedang digali (ditambang); sin. medan kerja.

 Sumuran Kombinasi ( Combination Shaft )

(9)

 Batuan Tudung ( Cap Rock )

Batuan kurang telap berstruktur cembung yang menutupi batuan waduk atau akuifer

 Pasca Tambang ( Post Mining )

Pasca tambang adalah masa setelah berhentinya kegiatan tambang pada seluruh atau sebagian wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi, baik karena berakhirnya izin usaha pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagian wilayah usaha

pertambangan eksploitasi/operasi produksi.

ecara garis besarnya, sistem dan metode penambangan dibagi atas 4 (empat) bagian, yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining).

2. Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining). 3. Tambang bawah air (underwater mining).

4. Tambang di tempat (insitu mining).

1. Tambang terbuka (surface mining).

Tambang terbuka (surface mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktifitas penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.

Menurut materi yang ditambang, dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. “Open Pit / Open Cut / Open Cast / Open Mine mining”. b. “Stripping mining”. (khusus pada tambang batubara)

c. “Quarrying mining”. d. “Alluvial Mining”.

2. Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining).

Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktifitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.

Tambang bawah tanah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Metode tanpa penyanggaan (Non Supported / Open Stope Method). b. Metode dengan penyanggaan (Supported Stope Method).

c. Metode ambrukan (Caving Method)

3. Tambang bawah air (underwater mining).

Tambang bawah air (underwater mining) adalah metode penambangan yang kegiatan

penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak di bawah permukaan air.

Menurut jenis peralatan yang digunakan, dibagi atas 4 jenis, yaitu :

a. Menggunakan kapal keruk laut dalam ( > 50 m ). b. Menggunakan kapal keruk hidrolik.

c. Menggunakan kapal keruk dengan jaring tarik (drag net).

d. Menggunakan kapal isap laut dalam.Tambang di tempat (insitu mining)

(10)

Tambang di tempat (insitu mining) adalah metode penambangan yang dilakukan terhadap endapan mineral dan batuan yang terbentuk secara khusus (model endapan geologi tertentu), di mana penambangannya langsung dilakukan di tempat tersebut dengan cara khusus pula. Contohnya adalah gasifikasi batubara, metode pelindian, metode pemanasan bawah tanah, metode penyaliran metan, dan lain-lain.

Praktek Pertambangan Yang Baik (Good Mining Practice = GMP).

Praktek pertambangan yang baik (GMP) adalah seluruh proses penambangan yang dilakukan dari awal hingga akhir harus dilakukan dengan baik dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan, mengikuti norma dan peraturan yang berlaku sehingga dapat dicapai tujuan pertambangan yang efisien.

Salah satu bagian penting dari tujuan pertambangan adalah pengembangan berkelanjutan (sustainable development).

Macam-macam tambang batubara terbuka

Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang. Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi menjadi :

1) Contour Mining

Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup (overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.

Menurut Robert Meyers, Contour Mining dibagi menjadi beberapa metode, antara lain :

a. Conventional Contour Mining

(11)

Gambar 1. Conventional Contour Mining

b. Block-Cut Contour Mining

Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada tahap awal blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan tingginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara, batubaranya kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal.

Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai. Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit.

Gambar 2. Block-Cut Contour Mining

c. Haulback Contour Mining

(12)

Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu : a. Truk atau front-end loader

b. Scrapers

c. Kombinasi dari scrapers dan truk

Gambar 3. Haulback contour mining

d. Box-Cut Contour Mining

Pada metode box-cut contour mining ini lapisan tanah penutup yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah timbunan.

Gambar 4. Box-Cut Contour Mining

2) Mountaintop removal method

(13)

Gambar 5. Mountaintop Removal Methode

3) Area mining method

Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari singkapan batubara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit.

Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu :

a. Conventional area mining method

(14)

Gambar 6. Conventional Area Mining Methode

b. Area mining with stripping shovel

Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah permukaan tanah.

Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk segi empat. Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai seluruh endapan tergali.

Gambar 7. Area Mining with Stripping Shovel

c. Block area mining

(15)

Gambar 8. Block Area Mining

4) Open pit Method

Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah penutupnya cukup tebal.

a. Lapisan miring

Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan (single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan.

Gambar 9. Open Pit Methode Lapisan Miring

b. Lapisan tebal

Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada operasi berikutnya.

(16)

Gambar 10. Open Pit Methode Lapisan Tebal

1.2 Penambangan batubara bawah tanah

Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang populer, yaitu: – Room and Pillar

– Longwall

1.2.1 Room and Pillar

Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar batubara sebagai

penyangga alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah dimana penurunan (subsidence) tidak diijinkan. Layout Metode Room and Pillar dapat dilihat pada Gambar. Penambangan ini dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.

Gamabr 11. Room and Pillar Methode

1.2.2 Longwall

(17)

Longwall dapat dilihat pada Gambar. Penambangan ini juga dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.

Gambar 12. Longwall

1.3 Penambangan dengan Auger (Auger Mining)

Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan dinding yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan pemboran ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup. Auger

mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara konvensional. Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar drag bit rotary drill. Tanpa merusak

batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam truk.

Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit. Setelah kondisi ndinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi. Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) dan Anon (1979) adalah endapan yang memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya mendekati horisontal, serta

(18)

Gambar 13. Auger Mining Methode

(19)

BAB II

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Sumber daya alam (SDA) merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri dengan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan kita jaga kelestariannya. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur panas Sidoarjo yang sangat merugikan masyarakat.

Bencana tanah longsor disebabkan oleh penggundulan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan. Ketika hutan dalam keadaan gundul maka formasi tanah akan menjadi larut dan menggelincir diatas bidang licin pada saat terjadi hujan. Sehingga bencana banjir yang disertai tanah longsor tidak dapat dihindarkan lagi.

Bencana banjir yang selalu terjadi setiap tahun hampir di seluruh wilayah Indonesia disebabkan oleh polah tingkah manusia yang suka membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan rusaknya tata guna lahan dan air. Tata guna lahan dan air menyebabkan laju erosi dan frekuensi banjir meningkat.

Eksploitasi hutan di daerah hulu yang dapat menghilangkan fungsi hutan di daerah hulu sebagai penutup lahan terhadap tumpahan air hujan dan penghambat kecepatan aliran permukaan juga dapat menyebabkan banjir. Pembangunan dan penataan sarana-sarana fisik yang tidak teratur dan pengguanaan lahan yang tidak seimbang di kota-kota besar seperti Jakarta merupakan salah saru sebab ibu kota negara ini tidak pernah absen dari bencana banjir. Contoh: Tidak diperhatikannya aspek drainase, banyaknya bangunan di bantaran sungai, berubahnya fungsi lahan dan lain-lain.

3.2 Saran

Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

Gambar

Gambar 1. Conventional Contour Mining
Gambar 3. Haulback contour mining
Gambar 5. Mountaintop Removal Methode
Gambar 6. Conventional Area Mining Methode
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kenyataannya berdasarkan hasil penelitian pada variabel bebas pendidikan dan latihan yang dilakukan bahwa pegawai di lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan

Namun dalam layanan akademik disekolah tersebut masih dilakukan secara manual (Khotimah, & Iriani, 2013), diantaranya pengolahan nilai siswa yaitu dengan cara

Dalam memodelkan akreditasi dengan menggunakan logika fuzzy ini mengasumsikan bahwa : (1) standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar

Daftar Masalah Prioritas dan Solusi No Permasalahan Mitra Solusi yang Ditawarkan 1 Belum bisa menemukan cara atau metode promosi yang lebih baik khususnya untuk menembus

Lebih dulu, metoda analisis komposisi diujikan terhadap sampel standar bahan superkonduktor Bi-Sr-Ca-Cu-O rasa 1112, 2212 clan 2223 daTi STREM, yang kemudian dilakukan terhadap

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi

Bentuk komitmen dari komitmen normatif yang ditemukan pada guru MIN Beji, antara lain tidak tertarik pada tawaran organisasi lain yang mungkin lebih baik dari MIN Beji,

Kertas saring (filter) dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada temperatur 550°C, didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang (B mg). Sebanyak 100 ml air sampel diambil dengan