• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS BAHASA INDONESIA. doc (14)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS BAHASA INDONESIA. doc (14) "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BAHASA INDONESIA

MAKALAH “ANALOGI”

OLEH:

Nama

: Felisitas Nasuwaen Ena

Nim

: 16030153

Jurusan

: Sosiologi

Kelas/ Semester

: D/ 1

(2)

ANALOGI

A. Pendahuluan

Dalam menjelaskan suatu hal yang baru kita terkadang kesulitan untuk mencari kata yang tepat yang dapat membuat orang yang kita ajak bicara paham akan apa yang sedang kita jelaskan, untuk itu kita perlu padanan kata yang sudah ada untuk membuat sesuatu yang baru itu mudah dipahami. Metode menyamakan satu hal dengan hal yang lain inilah yang disebut dengan analogi.

Jika dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan, maka pada analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejenis.

Apa yang terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat juga pada fenomena peristiwa yang lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal. Berdasarkan persamaan prinsipal pada keduanya itulah maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek lain yang mengikutinya.

Pada makalah ini selain membahas tentang pengertian analogi, juga akan sedikit menjabarkan mengenai macam-macam analogi, tentang bagaimana cara menilai suatu analogi, serta membahas analogi yang pincang.

B. Pengertian Analogi

Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.

Pemikiran ini juga biasa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi, atau disebut analogi logis.

Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3 unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.

Contoh dari penyimpulan analogik adalah:

(3)

matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.

C. Macam – Macam Analogi

Analogi dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Analogi Deklaratif

Analogi deklaratif atau biasa disebut dengan analogi penjelas merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan.

Contoh:

Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.

otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.

Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasaan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.

2. Analogi Argumentatif

Analogi Argumentatif metode yang didasarkan pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang sama seperti terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri-ciri lainnya dari hal yang pertama itu juga dimiliki oleh hal yang kedua tersebut.

Dengan kata lain, analogi jenis ini merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua fenomena, kemudia ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama ada juga pada fenomena yang kedua. Analogi argumentatif juga biasa disebut dengan analogi induktif.

Contoh:

(4)

Walaupun analogi argumentatif tidak pernah dapat dikatakan “valid”, dalam arti bahwa kesimpulan dari argument-argument itu bersumber pada premis-premisnya dengan keniscayaan analogikal, namun terhadap argument-argument analogikal itu kita dapat menyatakan bahwa argument yang satu lebih meyakinkan ketimbang yang lainnya. Analogi argumentatif dapat dinilai berdasarkan probabilitas tentang sejauh mana argument tersebut mendukung kesimpulannya.

D. Cara Menilai Analogi

Dalam sebuah analogi, diperlukan alat ukur untuk mengukur keterpercayaan dari analogi tersebut. Adapun untuk mengukur keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:

Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.

Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaanya. Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada si A, maka atas dasar analogi, si A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan biro penerbangan yang sama dengan yang digunakan tadi. Analogi si A akan semakin kuat dengan adanya si B yang juga tidak merasa puas dengan biro penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F dan G juga mengalami hal yang serupa.

Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.

Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.

Sifat dari analogi yang kita buat.

Sebagai contohnya apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan baakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

(5)

Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.

Bila tidak relevan sudah barang tentu analogikanya tidak kuat dan bahkan bias gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh 15 km setiap liter bahan nakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.

Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Penyimpulan seorang dokter bahwa untuk mengobati tuan B adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap tuan C karena keduanya menderita tanda-tanda terserang penyakit yang sama dank arena jenis darahnya sama, jauh lebih kuat disbanding jika mendasrkan pada paersamaan lebih banyak tetapi tidak relevan, misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya dan kesukaannya.

Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpercaya kebenarannya. Kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena kita telah menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada tiap sambungannya. Di sini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu analogi yang bersifat kausal memberikan keterpercayaan yang kokoh.

E. Analogi yang Pincang

Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Contoh kekeliruan pada analogi induktif adalah sebagai berikut:

Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.

(6)

tempat tidur bukan disebabkan kaecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang diidapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.

Berikut contoh kekeliruan pada analogi deklaratif:

Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan pembangunan 5 tahun kita harus menumpuk utang terus menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan 5 tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan pembangunan 5 tahun.

Di sini seseorang tidak setuju dengan pembangunan 5 tahun yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan per kepala akan meningkat dibanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara di sini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.

Sebuah analogi yang pincang dapat pula ditemui dalam pernyataan berikut:

Orang yang sedang belajar itu tidak ubahnya seorang mengayuh biduk ke pantai. Semakin ringan muatan yang ada dalam biduk semakin cepat ia akan sampai ke pantai. Diperlakukannya SPP itu tidak ubahnya memberikan muatan pada biduk yang sedang dikayuh, jadi memperlambat jalan biduk menuju pantai. Agar tujuan orang yang belajar lekas sampai maka seharusnya kewajiban membayar SPP dihapus.

Analogi ini pincang karena hanya memperhatikan beban yang harus dibayar oleh setiap pelajar, tidak memperhitungkan manfaat kewajiban membayar SPP secara keseluruhan.

Analogi pincang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertaahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.

F. Kesimpulan

Merujuk pada uraian singkat mengenai analogi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.

Terdapat 3 unsur dalam penyimpulan analogik, yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.

Macam analogi ada dua, yakni analogi deklaratif dan analogi argumentatif.

(7)

dasar analogi, sifat dari analogi yang kita buat, ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan, serta Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.

Analogi yang pincang merupakan penalaran induktif yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Pengertian dan Contoh Paragraf Induksi (Generalisasi, Analogi, Sebab Akibat, Akibat Sebab)

Pengertian dan Contoh Paragraf Induksi (Generalisasi, Analogi, Sebab Akibat, Akibat Sebab) - Paragraf induksi adalah paragaf yang dikembangkan dengan pola khusus – umum. Penulis akan memaparakan peristiwa – peristiwa khusus terlebih dahulu kepada pembacanya, kemudian diarahkan ke dalam sebuah kesimpulan yang berupa simpulan umum.

Paragraf yang menggunkan penalaran induksi ini ada emapat macam, diantaranya adalah paragraf generalisasi, Analogi, sebab – akibat, dan akibat – sebab.

1. Generalisasi

Paragraf ini dimulai dengan memaparkan suatu hal yang khusus dan kemudian disimpulkan pada bagian

akhir paragaf.

Contoh

Pantai Mutun yang berada di Lampung sangatlah cantik dan Indah. Di sana airnya jernih dan suasananya sangat asri. Tak hanya memiliki pantai yang cantik, Lampung juga memiliki taman nasional yang sangat meanakjubkan, yaitu way kambas. Di dalam way kambas kita bisa melihat hewan – hewan yang dilindungi seperti gajah sumtera, badak, dan lain – lain. Selain, pantai dan taman nasional, di lampung juga terdapat gunung yang sangat Indah, yaitu Gunung Tanggamus. Gunung ini sangat digemari bagi para pecinta panjat gunung. Oleh karena itu, tak heran Lampung dijuluki sebagai surganya tempat wisata.

Contoh

Buah kelapa dapat dijadikan sebagai bahan makanan dan minuman yang segar. Tak hanya buahnya, kayu pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sedangkan pelapahnya dapat dijadikan sapau ijuk. Bahkan akarnya pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2. Analogi

Paragraf analogi adalah paragraf yang memaparkan suatu objek dengan menyamakannya dengan objek lain yang memiliki kesamaan dalam hal tertentu.

(8)

Mendaki ke puncak gunung harus memiliki persiapan dan bekal – bekal yang harus dibawa. Jika tidak memiliki bekal atau persiapan, kita akan terjatuh dari atas. Hal ini dikarenakan akan banyak halangan yang menghadang kita di depan, seperti binatang buas, bukit terjal, ataupun cuaca yang tidak bershabat. Sekali saja kita berbuat kesalahan, maka akibatnya akan sangat fatal. Begitu pula dengan mencapai kesuksesan, ada banyak hal yang harus kita persiapkan terlebih dahulu sebelum kita maju. Persiapan – persiapan tersebut, diantara lain mental, ilmu dan doa. Tanpa persiapan itu semua, kesuksesan akan susah diraih. Oleh karena itu, menggapai kesuksesan sama seperti menggapai puncak gunung karena perlu mempersiapakan bekal untuk semua halangan yang menghadang di depan.

Contoh:

Pisau yang tumpul lama – kelamaan akan menjadi tajam jika terus menerus diasah. Hal ini dikarenakan pisau yang tumpul tersebut, selalu digunakan dan dilatih sehingga pisau itu tidak menjadi karat dan rusak. Hal yang sama juga terjadi dengan otak manusia. Meskipun bodoh, kita akan menjadi pintar jika terus menerus belajar karena dengan terus belajar otak akan menjadi terlatih sehingga kemampuannya akan menjadi tajam. Oleh karena itu, meskipun bodoh dalam suatu hal, kita akan menajdi pintar jika terus berlatih, sama halnya dengan pisau yang tumpul akan menjadi tajam jika terus diasah.

Contoh Paragraf Analogi dengan Pola Khusus Umum – Disadari atau tidak, sebenarnya saat Anda berbicara atau menyampaikan pendapat terkadang terselip ungkapan pembanding. Ungkapan ini disebut analogi dalam Bahasa Indonesia. Pastinya Anda sudah sering mendengar istilah analogi. Namun, apakah Anda paham bagaimana cara membuat ungkapan yang berisi analogi untuk menyampaikan maksud pembicaraan Anda dengan tepat? Berikut ini akan dijelaskan tentang contoh paragraf analogi yang memiliki pola penulisan khusus-umum. Sebelum dibahas lebih lanjut tentang contohnya, terlebih dahulu akan dibahas tentang pengertian dari paragraf ini. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa paragraf tersebut memiliki pola penulisan khusus-umum atau disebut juga dengan istilah induktif. Paragraf ini ditulis dengan membandingkan dua hal yang berbeda namun memiliki beberapa kesamaan yang pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Hal yang menunjukkan kekhususan pada paragraf analogi adalah penjabaran dari dua hal yang berbeda. Sedangkan hal umum yang terdapat pada paragraf ini adalah kesimpulan akhir yang didapat dari dua hal khusus yang sebelumnya dijabarkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika Anda akan menulis paragraf analogi, di antaranya carilah dua hal yang berbeda namun memiliki kesamaan dalam hal keadaan atau proses. Jangan bandingkan dua hal yang tidak memiliki kesamaan dalam hal apapun, dan letakanlah kesimpulan pada akhir paragraf. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh paragrafanalogi berikut ini.

Referensi

Dokumen terkait