commit to user
HUBUNGAN ANTARA ONSET TERJADINYA MENOPAUSE DENGAN
STATUS PERKAWINAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
KATARINA BERNADET DINDA SEKAR MELATI
G0008115
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iv
ABSTRAK
Katarina Bernadet Dinda Sekar Melati, G0008115, 2011. Hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status Perkawinan, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tujuan Penelitian: Wanita lanjut usia akan mengalami suatu kondisi oleh karena proses penuaan yang disebut menopause. Menopase adalah keadaan biologis yang wajar, ditandai dengan berhentinya menstruasi karena berkurangnya atau tidak adanya hormon esterogen dan progesteron dalam plasma darah akibat proses penuaan. Usia menopause antara seorang wanita dengan wanita lainnya tidaklah sama bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap usia menopause adalah status perkawinan, disamping pengaruh lingkungan seperti polusi dan radiasi, obesitas, perokok, kemoterapi, jumlah anak dan histerektomi. Di Kota Bogor, salah satu kota di Jawa Barat, memiliki jumlah wanita dengan status tidak kawin yang berada di usia rawan menopause sebesar 452 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara onset terjadinya menopause dengan status perkawinan.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik purposive sampling
yang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang dari enam kecamatan di Kota Bogor, sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji
Chi Square menggunakan SPSS 17.0 dan penghitungan manual.
Hasil Penelitian: Hasil analisis Chi Square didapatkan X2 hitung sebesar 4,286. Angka ini lebih besar daripada X2 tabel untuk taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 1, yaitu sebesar 3,841 (p<0,05). Dari hasil penghitungan Odds Ratio
(OR) didapatkan nilai sebesar 3.
Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status Perkawinan. Wanita yang tidak kawin memiliki kemungkinan mengalami onset menopause dini tiga kali lebih besar daripada wanita yang kawin.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua adalah suatu proses multifaktoral, yang akan diikuti oleh
penurunan fungsi – fungsi fisiologis organ tubuh yang progresif dan
menyeluruh, disertai penurunan kemampuan mempertahankan komposisi
tubuh salah satunya adalah perubahan hormonal yang terjadi pada masa
penuaan. Beberapa manifestasi dari proses menua disebabkan oleh
menurunya kadar hormon (Soewondo, 2007). Proses menua dianggap
sebagai suatu proses normal dan tidak selalu menyebabkan gangguan
fungsi organ atau penyakit. Berbagai faktor seperti faktor genetik, gaya
hidup, dan lingkungan, mungkin lebih besar mengakibatkan gangguan
fungsi daripada penambahan usia itu sendiri (Harimurti et al., 2007).
Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita di
masa tuanya adalah datangnya menopause. Menopause ini merupakan
keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya menstruasi
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium (Said,
2004).
Pada saat menopause, seorang wanita harus menyesuaikan kembali
kehidupannya dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh
produksi esterogen dan progesteron menjadi kehidupan yang kosong tanpa
commit to user
perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh (Guyton,2007a).
Perubahan fisiologis yang terasa dan menimbulkan rasa tidak nyaman ini
adalah adanya semburan panas (hot flushes), vertigo, migraine, nafsu seks
(libido) menurun, gelisah, lekas marah, depresi, susah tidur, fatigue,
keropos tulang, gangguan tulang belakang, gangguan sirkulasi darah
(miokard infark), kenaikan kadar kolestreol darah, hipertensi, juga obesitas
(Jacobsen et al., 2003) .
Usia menopause antara seorang wanita dengan wanita lainya tidaklah
sama, sangat individual (variatif) dan bergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhimya. Menopause terjadi pada akhir masa klimakterium,
sebuah masa di mana terjadi peralihan dari fase reproduktif ke fase
non-reproduktif. Umumnya masa ini muncul berkisar pada umur 48-55 tahun
(Diputra, 2006).
Berkembangnya jaman dan arus globalisasi menyebabkan tidak sedikit
wanita yang memiliki kesempatan berkarir di luar rumah dan menduduki
posisi-posisi penting di perusahaan. Adanya kesempatan berkarir bagi para
wanita saat ini, sedikit banyak berpengaruh pada pilihan gaya hidup wanita
itu sendiri, yaitu penundaan pernikahan dengan alasan tertentu ataupun
tidak menikah sama sekali yang sering disebut juga melajang (Neni,
2001).
Bogor yang merupakan salah satu kota maju di kawasan Jawa Barat
mempunyai jumlah penduduk wanita sebanyak 370.804 jiwa, dengan
commit to user
berjumlah 87.629 jiwa. Tidak menutup kemungkinan bahwa di antaranya
ada yang memilih untuk hidup melajang atau tidak kawin karena pilihan
hidup ataupun tuntutan karier. Jumlah wanita dengan status tidak kawin di
Bogor yang berusia 45-60 tahun sebesar 0,51% atau 452 jiwa (Pemerintah
Kota Bogor, 2010)
Status perkawinan diduga merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap usia menopause (Kasdu, 2002). Di samping itu juga
polusi air/udara, pengaruh toksin patogen/radiasi, perilaku gaya hidup
modern, kebiasaan diet, pengaruh matahari, olahraga, perilaku seksual, dan
gangguan mental turut berpengaruh terhadap onset terjadinya menopause
(Depkes RI, 2007).
Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian
tentang hubungan antara onset terjadinya menopause dengan status
perkawinan.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada Hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan
Status Perkawinan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Onset
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
hubungan onset terjadinya menopause dengan status perkawinan.
2. Aspek Aplikatif
Sebagai informasi untuk meningkatkan kesiapan fisik dan psikologis
bagi wanita yang kawin dan tidak kawin dalam menghadapi saat
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perkawinan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodaminto, 1976)
perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja dasar kawin;
kata itu berasal dari kata jawa kuno ka-awin atau ka-ahwin yang
berarti dibawa, dipikul, dan diboyong.
Secara hukum, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1,UU No.1 Tahun 1974). Perkawinan
adalah sah bila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaanya itu (Pasal 2, UU No. 1 tahun 1974).
Di dalam suatu perkawinan terdapat ikatan sosial atau ikatan
perjanjian antarpribadi suami-istri yang merupakan suatu pranata
dalam budaya setempat yang intim baik secara emosional maupun
seksual (Weissman, 1999). Umumnya perkawinan dijalani dengan
maksud untuk membentuk keluarga.
Dalam perjalanan kehidupan pasangan untuk mencapai hakikat dan
tujuan dari perkawinan itu sendiri, kehadiran anak merupakan hal
commit to user
tengah keluarga (Admin, 2006). Anak adalah karunia Tuhan kepada
orangtua dan kehadiran seorang anak dalam kehidupan pernikahan
merupakan masa transisi bagi orangtua (Marijani, 2003).
2. Menopause
a. Definisi
Menopause merupakan kata yang mempunyai banyak arti.
Dalam bahasa Yunani, Men dan Pauseis adalah kata yang pertama
kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menurut
kepustakaan abad ke-17 dan ke-18, menopause dianggap suatu
bencana dan malapetaka, sedangkan wanita post-menopause
dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Kasdu,2002).
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh
setiap wanita yang onset terjadinya atau usia saat memasuki masa
menopause itu sendiri adalah di atas usia 40 tahun. Ini merupakan
akhir suatu proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi
karena penurunan produksi hormon esterogen yang dihasilkan
indung telur. Bila seseorang mengalami henti haid di usia 30-an
atau awal 40-an, maka orang tersebut dapat dikatakan mengalami
menopause prekoks/dini (Baziad, 2003).
Dr.Boyke Dian Nugraha,Sp.O.G, menyebutkan bahwa
menopause didefinisikan secara klinis sebagai waktu di mana
commit to user
yang diawali dengan tidak teraturnya periode menstruasi dan
diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Menopause
merupakan fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai
dengan berhentinya masa subur (Northrup, 2006).
b. Proses Menopause
Secara endrokinologi, wanita mengalami proses menua sejak di
dalam kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur terdapat pada
kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan pada waktu
dilahirkan jumlah sel telur pada bayi wanita akan berkurang
menjadi 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat
menstruasi pertamanya pada masa pubertas (Sembiring, 1991).
Menstruasi adalah pelepasan atau deskuamasi dinding rahim
(endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi setiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi
terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi.
Menstruasi biasanya mulai terjadi pada usia 11 tahun dan
berlangsung hingga menopause yang biasa terjadi pada usia 45- 55
tahun. Rata-rata normalnya menopause berlangsung selama 3 – 7
hari (Guyton, 207b).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan rata-rata
wanita memiliki siklus 28 hari dengan variasi 15-45 hari. Namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa
commit to user
2005). Untuk keteraturan menstruasi diperlukan keseimbangan
fungsi hormon Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH) yang diproduksi di otak, serta hormon estrogen dan
progesteron di ovarium (Fachrudin, 1991).
Pada setiap siklus menstruasi, terdapat dua proses siklus, yaitu
siklus ovarium dan siklus endometrium. Pada siklus ovarium
terdapat dua fase, yang pertama adalah fase folikuler dan fase
luteal. Sedangkan pada siklus endometrium terdapat tiga fase yaitu
fase proliferasi, fase sekresi dan fase menstruasi. Fase-fase
tersebut berpengaruh dalam pengurangan jumlah sel telur yang
terdapat pada ovarium (Price and Wilson, 2005).
Seiring bertambahnya usia, jumlah sel telur yang ada pada
kedua ovarium akan semakin menurun. Pada usia wanita sekitar 40
tahun, kira-kira hanya 1.000 sel telur yang tersisa dan akhirnya
akan terus berkurang seiring bertambahnya usia (Kasdu, 2002).
Semakin sedikit sel telur berkembang, semakin kurang
pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan
esterogen. Berkurangnya hormon progesteron & esterogen tersebut
akan berpengaruh pula terhadap produksi hormon FSH & LH.
Ketidakseimbangan hormon-hormon tersebut menyebabkan
menstruasi akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya lambat laun
menstruasi pun berhenti atau disebut juga peristiwa menopause
commit to user
c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Menopause
Ada banyak faktor yang terkait dengan proses menopause baik
secara sengaja diperbuat ataupun tanpa segaja.
Berikut faktor – faktor yang terkait dengan timbulnya menopause:
1) Penurunan aktivitas ovarium baik secara fisiologis maupun
dikarenakan faktor genetik ataupun faktor lingkungan seperti
polusi dan stres psikis. Penurunan aktivitas ovarium ini akan
diikuti penurunan produksi hormon reproduksi (Ghani, 2009).
2) Tindakan operasi, di antaranya operasi rahim (histerektomi) dan
pengangkatan kedua indung telur (oophorectomybilateral). Bila
rahim diangkat maka masa haid akan berhenti, namun gejala
menopause tetap berlangsung sampai wanita tersebut mencapai
usia menopause alami (Nelson, 2008). Namun bila indung telur
yang diangkat, gejala menopause tersebut akan terasa lebih dini
karena hilangnya aktivitas ovarium itu sendiri dalam
memproduksi hormon reproduksi.
3) Kondisi Medis. Kemoterapi atau Radiasi karena menderita
kanker seringkali berakibat pada kondisi menopause dini
sementara ataupun permanen. Obat – obatan anti kanker dinilai
mempengaruhi produksi hormon yang diproduksi oleh indung
telur. Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi
obat – obatan anti hipertensi, reumatik dan jantung akan
commit to user
diduga akan memberikan efek penekanan produksi hormon –
hormon reproduksi (Gold et al., 2001).
4) Gaya hidup, seperti kebiasaan merokok. Walaupun belum
diteliti secara mendalam, diasumsikan merokok dapat
mempercepat datangnya masa menopause. Diketahui 59%
wanita perokok aktif lebih mungkin berisiko terhadap
menopause dini (Obermeyer, 2005).
5) Obesitas. Berdasarkan definisi, obesitas pada wanita adalah
kandungan lemak dalam tubuh yang lebih dari 30%. Pada
wanita gemuk (obesitas) terdapat kadar estrogen yang lebih
tinggi daripada wanita tidak gemuk karena estrogen tidak hanya
diproduksi di ovarium, tapi juga dalam jaringan lemak dalam
tubuh dari hormon androstenedion (Ojeda, 1992).
d. Perubahan Fisik pada Menopause
Menurut Aina (2009), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika
seorang memasuki menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan.
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala saat
menjelang menopause yaitu:
1) Menurunnya gairah seks
Wanita mengalami penurunan kadar esterogen sejak masa
pra-menopause yang mengakibatkan hilangnya hasrat seksual saat
commit to user
penipisan dinding vagina yang dapat menimbulkan rasa nyeri saat
bersenggama (Northrup, 2006).
2) Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal
Perubahan hormon di masa pra menopause dapat menyebabkan
perdarahan yang tidak menentu, mulai dari menstruasi yang sangat
ringan dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan
atau lebih sehingga tampak seperti bukan menstruasi sama sekali
dan akhirnya berhenti atau disebut juga menopause (MacKenzei ,
2002).
3) Ketidak mampuan menahan kencing
Ketidak mampuan menahan kencing (keluarnya air kencing saat
batuk, bersin, tertawa dan sebagainya) terjadi dikarenakan
menipisnya lapisan uretra yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen. Gejala ini dapat diatasi dengan penggunaan krim estrogen
yang diolesi disekitar orificium urethrae externum (Northrup,
2006).
4) Melembutnya payudara
Penurunan hormon esterogen dan progesteron yang dimulai
pada masa pra-menopause juga akan menyebabkan payudara akan
berkesan tidak berisi atau melembut saat menopause karena sudah
commit to user 5) Gelora Panas
Gelora panas adalah gejala menopause yang paling umum dalam
budaya kita, terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra
menopause. Gelora panas itu bisa sangat ringan ataupun sangat
berat sehingga mengakibatkan gangguan tidur dan depresi. Dimulai
dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang
kemudian dapat menjadi sangat panas di daerah wajah, kulit
kepala, dan area dada, terkadang bisa disertai dengan kulit
kemerahan dan berkeringat. Kadang-kadang disertai frekuensi
jantung yang meningkat, diikuti dengan rasa kedinginan. Pada
kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai tepat sebelum atau
selama periode menstruasi di masa pra-menopause dan akan tetap
berlangsung selama menopause (Hurlock, 1997).
6) Berkeringat di Malam hari
Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan
gelora panas. Mekanismenya belum diketahui secara pasti,
pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang
lebih rendah akan menimbulkan semburan panas pada tubuh.
Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak
menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta
mengeluarkan keringat sebagai kompensasi untuk mendinginkan
commit to user 7) Jantung berdebar-debar
Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari ringan
sampai berat. Gejala merupakan akibat ketidak- seimbangan antara
sistem saraf simpatik dan parasimpatik, dan terkait juga dengan
ketakutan dan kecemasan yang kerap terjadi selama masa
pra-menopause sampai masa pra-menopause.
8) Sakit kepala
Kadar hormon yang tidak seimbang dapat menyebabkan sakit
kepala selama masa pra menopause dan menopause, ketika kadar
estrogen maupun progesteron turun secara drastis (Yatim, 2001).
9) Perubahan suasana hati / depresi
Siklus haid yang tidak teratur pada masa pra-menopause,
kehadiran hot flushes dan keluhan fisik lain yang timbul saat
menopause secara langsung akan mempengaruhi suasana hati yang
biasanya ditandai dengan perasaan sedih, murung dan mudah
marah.
e. Jenis – jenis Menopause
Jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2002):
1) Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara
usia 45 dan 55 tahun. Durasinya adalah lima hingga sepuluh tahun.
Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan
dan kemudian kembali lagi dengan jumlah yang lebih sedikit atau
commit to user
2) Menopause prematur/dini/prekoks terjadi agak lebih cepat
dibanding menopause alamiah. Terjadi pada wanita di usia 30
tahun atau awal 40 tahun.
3) Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak,
karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada
fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.
3. Hubungan Status Perkawinan dengan Onset Terjadinya
Menopause
Salah satu tujuan dari sebuah perkawinan adalah berkeluarga.
Berkeluarga yang dimaksud di sini adalah memiliki anak sebagai
keturunan yang merupakan karunia dan amanat Tuhan untuk menjaga
dan merawatnya (Chairy, 2006).
Untuk mempunyai seorang anak tentu seorang istri harus melewati
suatu masa yang diketahui sebagai masa kehamilan. Di dalam masa
kehamilanya,wanita mengalami banyak perubahan entah dari
perubahan fisik maupun perubahan hormonal.
Perubahan hormonal yang terjadi salah satunya adalah munculnya
hormon pendeteksi kehamilan atau yang sering disebut juga Hormone
Chorionic Gonadotropin (HCG) yang disekresi oleh sel-sel sinsitial
trofoblas placenta. HCG ini merupakan glikoprotein yang memiliki
fungsi penting dalam mencegah menstruasi dalam masa kehamilan.
commit to user
seksual bulanan wanita. Sebaliknya, HCG akan menyebabkan korpus
luteum menyekresi lebih banyak lagi hormon-hormon kehamilan
seperti esterogen dan progesteron sampai perannya akan digantikan
oleh placenta setelah 13-17 minggu masa kehamilan (Guyton, 2007c).
Peningkatan hormon esterogen, khususnya, dan progesteron, yang
disekresikan oleh korpus luteum ini mempunyai efek umpan balik
yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan
kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah. Hormon FSH dan
LH itu sendiri sangat berperan dalam proses pematangan folikel, jika
kadar FSH dan LH rendah maka pematangan folikel pun akan
terganggu (Guyton, 2007d). Secara langsung proses kehamilan yang
hanya dilalui oleh wanita yang berstatus kawin akan mempengaruhi
pengurangan jumlah sel telur yang lebih lambat dibandingkan wanita
commit to user
SM : Siklus Menstruasi
commit to user
C. Hipotesis
Ada hubungan antara onset terjadinya menopause dengan status
perkawinan, dimana onset terjadinya menopause pada wanita yang
berstatus tidak kawin akan terjadi lebih cepat daripada wanita yang
commit to user
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan diseluruh Kecamatan di Kota Bogor yang
meliputi Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan
Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah dan
Kecamatan Tanah Sareal.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011
D. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok kasus
(Wanita Tidak Kawin) dan kelompok kontrol (Wanita Kawin).
1. Dengan kriterian inklusi :
a. Usia 45-60 tahun
b. Sudah menopause
commit to user 2. Dan kriteria eksklusi:
a. Tidak pernah menjalani operasi histerektomi.
b. Tidak pernah menjalani kemoterapi dan radiasi
c. Tidak obesitas
d. Tidak mempunyai kebiasaan merokok
E. Teknik Sampling
Teknik pengambilan subjek sampel dari setiap kecamatan dilakukan
secara proporsional dengan metode Purposive Sampling. Purposive
Sampling adalah pengambilan sampel dengan menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu yang diambil sebagai sampel tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitian dan memenuhi semua kriteria
(Nasution, 2003).
Pada penelitian ini digunakan besar sampel minimal yaitu 30 sampel.
Setiap penelitian yang hasilnya akan dianalisis dengan analisis bivariat
membutuhkan besar sampel minimal sebanyak 30 subjek (Murti, 2010).
commit to user
F. Desain Penelitian
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Status Perkawinan
2. Variabel terikat : Onset Terjadinya Menopause
commit to user
b. Variabel tidak terkontrol : 1) Keturunan
2) Lingkungan
G. Definisi operasional variabel
1. Variabel bebas : Status Perkawinan
Status perkawinan terdiri dari kawin dan tidak kawin. Wanita dengan
status perkawinan kawin umumnya akan mengalami masa kehamilan.
a. Skala variabel : Nominal
b. Alat ukur : Kuesioner
c. Hasil Pengukuran : Kawin dan Tidak kawin
2. Variabel terikat : Onset Terjadinya Menopause
Usia saat di mana subjek mengalami henti haid permanen, umumnya
dialami oleh wanita berusia 45 tahun ke atas. Bila onset menopause
terjadi lebih dini dari usia umumnya maka menopause ini dapat disebut
juga menopause dini/prekoks.
a. Skala variabel : Nominal
b. Alat ukur : Kuesioner
c. Hasil Pengukuran : 1) Usia Menopause ≥ 45 tahun → Menopause
Normal
2) Usia Menopause < 45 tahun → Menopause
commit to user
3. Variabel luar :
a. Histerektomi :
Henti haid yang disebabkan tindakan operasi
(pengangkatan ovarium atau rahim), menyebabkan ovarium
tidak mampu memproduksi hormon secara normal sehingga
terjadi ketidak-seimbangan hormon yang menyebabkan henti
haid.
b. Radiasi atau Kemoterapi :
Dosis yang tinggi saat kemoterapi atau radiasi yang
dilakukan untuk mematikan sel-sel kanker juga dapat
merusakan ovarium.
c. Obesitas :
Disinyalir menopause akan terjadi lebih lambat pada wanita
yang berjaringan lemak tebal (obesitas) daripada wanita
berjaringan lemak tipis (Rachman,1991). Indeks Masa Tubuh
(IMT) merupakan cara termudah untuk memperkirakan
obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh
(Syarif,2003).
IMT = Berat Badan (Kg)/Tinggi Badan2 (m2)
Menurut Syarif (2003) yang merujuk ketentuan
Departemen Kesehatan RI tahun 1994, klasifikasi IMT yang
cocok untuk masyarakat Indonesia dikategorikan seperti
commit to user
Tabel 1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh
BMI KLASIFIKASI
Kekurangan berat badan tingkat berat
Kekurangan berat badan tingkat rendah
Normal
Obesitas tingkat 1
Obesitas tingkat 2
d. Perokok :
Pada perokok prevalensi kerusakan yang mungkin terjadi
pada alat – alat reproduksinya seperti indung telur yang
diikuti penurunan produksi hormon estrogen adalah lebih
besar daripada bukan perokok. Penurunan produksi estrogen
akibat kerusakan ovarium maupun ovum, secara otomatis
akan mematikan siklus reproduksi secara bertahap. Ketika
produksi estrogen tidak lagi memadai, maka proses
menstruasi akan terhenti dan henti haid atau menopause
datang lebih awal dari waktu yang semestinya (Cooper et al.,
1999; Reynold dan Obermeyer, 2005).
e. Keturunan :
Bila di dalam keluarga, seperti ibu, nenek, kakak atau adik
ada yang mengalami gejala menopause dini, maka
commit to user
f. Lingkungan :
Bisa berasal dari polusi udara ataupun lingkungan
sosialnya yang dapat menyebabkan tekanan psikis pada
subjek.
I. Alat dan Bahan Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kuesoner (lampiran 1 dan 2) yang telah diuji coba oleh Adriana (2006)
sebagai instrumen penelitiannya dan ditambah wawancara sebagai
instrumen penunjang untuk mengetahui rekam medik dari subjek penelitian
apakah termasuk dalam kategori subjek penelitian atau tidak dan masuk ke
dalam kelompok kasus atau kelompok kontrol.
J. Cara Kerja
1. Langkah dan mengisi kuesoner untuk menentukan apakah subjek
masuk dalam kriteria subjek penelitian atau tidak.
2. Mengelompokkan subjek penelitian ke dalam kelompok kontrol atau
kasus sesuai dengan hasil wawancara yang kemudian akan dilihat hasil
commit to user
K. Analisis Data
Pada Teknik analisis data untuk penelitian ini adalah dengan uji Chi
Square (menggunakan sistem SPSS.17 for Windows), dengan rumus :
X
2=
N(ad – bc)
2(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)
N : Jumlah sampel
a : kejadian menopause normal pada kawin
b : kejadian menopause dini pada kawin
c : kejadian menopause normal pada tidak kawin
d : kejadian menopause dini pada tidak kawin
Perhitungan derajat bebas : Tingkat kemaknaan (a) = 5%
Derajat Bebas (db) = (r – 1)(c – 1) Dengan ketentuan :
Dengan r = jumlah baris H0 diterima jika X2 hitung < X2 tabel
c = jumlah kolom H0 ditolak jika X2 hitung > X2 tabel
Dilanjutkan dengan perhitungan Odds Ratio (OR), yaitu untuk
mengetahui besar kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Ketentuan :
Jika diperoleh hasil OR >2 berarti ada pengaruh
hubungan yang kuat antara onset terjadinya menopause dengan status perkawinan.
OR =
ad
commit to user
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang Hubungan Onset Terjadinya Menopause dengan Status
Perkawinan ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 dan bertempat di
seluruh kecamatan di Kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan
Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan
Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Subjek penelitian adalah 60 orang
wanita berusia 45-60 tahun, yang memiliki status perkawinan ‘kawin’ sebanyak
30 orang dan yang ‘tidak kawin’ sebanyak 30 orang. Proporsi pegambilan sampel
telah sesuai dengan presentase jumlah penyebaran subjek penelitian di
masing-masing kecamatan dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Persebaran Jumlah Penduduk
commit to user
Dari data yang diperoleh melalui wawancara dipandu dengan kuesioner
dapat diketahui data sebagai berikut :
Tabel 3. Angka kejadian Onset Menopause pada Wanita yang Kawin dan Tidak Kawin
Menopause Normal Menopause Dini Jumlah
Status Perkawinan ”Kawin”
18 12 30
Status Perkawinan ”Tidak Kawin”
10 20 30
Jumlah 28 32 60
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami
onset menopause dini paling banyak pada kelompok responden yang status
perkawinannya tidak kawin yaitu 20 orang, sedangkan pada kelompok responden
yang kawin sebanyak 12 orang. Responden yang mengalami onset menopause
normal paling banyak pada kelompok responden dengan status perkawinannya
kawin yaitu 18 orang, sedangkan yang tidak kawin sebanyak 10 orang.
Hasil perhitungan dengan metode Chi Square diperoleh X2 hitung 4,286
sedangkan X2 tabel dengan derajat kebebasan (db) 1 dan taraf signifikansi (α)
sebesar 0,05 adalah 3,841. Jadi diperoleh X2hitung lebih besar daripada X2tabel.
Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima
pada taraf signifikansi 5% atau sebesar 0,05. Dari uraian di atas dapat diartikan
bahwa terdapat hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status
commit to user
Dari hasil penghitungan Odds Ratio (OR) dengan menggunakan rumus di
bawah ini,
bc ad OR=
3 12 10
20 18
@ =
x x OR
Didapatkan bahwa Wanita yang tidak kawin mempunyai kemungkinan
commit to user
29
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap 60 wanita yang telah diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok wanita kawin dan kelompok wanita tidak
kawin, menunjukkan adanya perbedaan onset menopause pada wanita kawin dan
wanita yang tidak kawin.
Pada kelompok responden yang status perkawinannya tidak kawin, wanita
yang mengalami menopause pada usia dini sebanyak 20 dan yang mengalami
menopause pada usia normal sebanyak 10 orang, sedangkan pada kelompok
responden yang status perkawinannya kawin, wanita yang mengalami menopause
pada usia dini sebanyak 12 orang dan yang mengalami menopause pada usia
normal sebanyak 18 orang. Dalam penelitian ini didapatkan perbedaan yang
signifikan di mana X2 hitung lebih besar daripada X2 tabel, yang berarti ada
perbedaan yang bermakna secara statistik antara wanita yang status
perkawinannya kawin dan yang tidak kawin terhadap onset menopause. Hasil
penelitian sesuai dengan hipotesis, hal ini sesuai dengan pendapat dari Kasdu
yang mengatakan bahwa status perkawinan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap usia menopause. Kenyataan menunjukkan bahwa wanita
yang status perkawinan kawin mengalami proses kehamilan di mana terjadi
perubahan fisik maupun hormonal, salah satunya adalah munculnya hormon
pendeteksi kehamilan yang disebut juga HCG yang disekresikan oleh sel-sel
commit to user
penting dalam mencegah menstruasi dalam masa kehamilan. Hormon ini akan
mencegah involusi korpus luteum pada akhir siklus seksual bulanan wanita.
Sebaliknya, HCG akan menyebabkan korpus luteum mensekresi lebih banyak lagi
hormon-hormon kehamilan seperti esterogen dan progesteron sampai perannya
akan digantikan oleh placenta setelah 13-17 minggu masa kehamilan (Guyton,
2007c).
Peningkatan hormon esterogen, khususnya, dan progesteron, yang
disekresikan oleh korpus luteum ini mempunyai efek umpan balik yang kuat
terhadap kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan kecepatan sekresi FSH
maupun LH yang rendah. Hormon FSH dan LH itu sendiri sangat berperan dalam
proses pematangan folikel, jika kadar FSH dan LH rendah maka pematangan
folikel pun akan terganggu (Guyton, 2007d). Secara langsung proses kehamilan
yang hanya dilalui oleh wanita yang berstatus kawin akan mempengaruhi
pengurangan jumlah sel telur yang lebih lambat dibandingkan wanita yang tidak
kawin sehingga sangat berpengaruh terhadap onset terjadinya menopause di mana
onset menopause akan datang lebih dini pada wanita yang tidak kawin yang tidak
melalui proses kehamilan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis kerja yaitu terdapat hubungan
antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status Perkawinan. Dan secara
spesifik sesuai dengan Ods Ratio hubungan tersebut adalah wanita yang tidak
kawin memiliki kemungkinan mengalami onset menopause dini 3 kali lebih besar
commit to user
Namun sebagai catatan, kejadian menopause juga dipengaruhi banyak faktor
risiko yang dapat menjadi variabel luar. Pada penelitian ini didapatkan 12
responden dalam kelompok wanita dengan status perkawinan ”kawin” mengalami
menopause dini. Penurunan aktivitas ovarium baik secara fisiologis maupun
dikarenakan faktor genetik ataupun faktor lingkungan seperti polusi dan stres
psikis pun dapat mempercepat terjadinya menopause (Ghani,2009). Kota Bogor,
tempat di mana penilitian ini dilakukan, merupakan kota maju yang mempunyai
tingkat polusi udara tinggi akibat jumlah kendaraan dan pabrik-pabrik industri
yang semakin banyak sehingga kemacetan lalulintas dan kebisingan kerap
dijumpai di Kota Bogor. Pada penelitian terbaru, Harow et al. (2003), menemukan
bahwa stres dapat menimbulkan penurunan fungsi ovarium yang lebih awal.
Diduga ketidaknyamanan seperti yang disebutkan di atas sedikit banyak dapat
mempengaruhi tingkat stres responden sehingga tidak menutup kemungkinan
wanita yang status perkawinannya ”kawin” pun dapat mengalami onset
menopause yang lebih awal.
Di sisi lain terdapat juga 10 responden dalam kelompok wanita dengan
status perkawinan ”Tidak kawin” mengalami onset menopause normal. Gaya
hidup seperti menjaga faktor lingkungan luar yang relatif sehat sehingga dapat
menurunkan tingkat stres, olah raga yang teratur, diet yang tepat dengan banyak
mengkonsumsi sayuran berwana hijau dan kuning (kaya akan antioksidan) akan
lebih lambat mengalami menopause dibandingkan yang kurang mengkonsumsi.
Hal ini terjadi karena antioksidan akan memperlambat proses penuaan pada sistem
commit to user
Pada suatu penelitian disebutkan juga bahwa bahan pangan seperti
kacang-kacangan mempunyai struktur kimia yang mirip dengan hormon esterogen dan
disinyalir akan menghasilkan efek seperti kerja esterogen. Kebiasaan
mengkonsumsi jenis kacang-kacangan terutama kacang kedelai pun dapat menjadi
alternatif alamiah dalam memperlambat proses menopause karena adanya
senyawa fitoesterogen yang dikandungnya (Anita,2004). Beberapa hal tersebut
dapat menjadi penyebab wanita yang status perkawinannya ”Tidak kawin” pun
bisa mengalami onset menopause yang normal.
Pada penelitian ini, variabel luar lainnya seperti histerektomi, radiasi atau
kemoterapi, obesitas dan perokok telah dikendalikan dengan cara wawancara dan
pengisian kuesioner. Namun masih terdapat beberapa variabel luar yang pada
penelitian ini diabaikan atau belum dikendalikan seperti keturunan dan lingkungan
commit to user
33
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Onset Terjadinya
Menopause dengan Status Perkawinan; wanita yang tidak kawin memiliki
kemungkinan mengalami menopause dini tiga kali lebih besar daripada
wanita yang kawin.
B. Saran
1. Status perkawinan dapat memberikan pengaruh yang bermakna dalam
mempercepat terjadinya onset menopause seorang wanita. Bagi para
wanita yang memang menginginkan untuk mencapai onset menopause
yang lebih lama disarankan untuk kawin sebagai alternatifnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan
variabel-variabel lain yang juga dapat mempengaruhi onset terjadinya
menopause antara lain seperti pengaruh lingkungan dan gaya hidup
yang pada penelitian ini belum sempat diteliti.
3. Perlu dilakukannya penelitian serupa lebih lanjut dengan memperbesar