• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA ONSET TERJADINYA MENOPAUSE DENGAN STATUS PERKAWINAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA ONSET TERJADINYA MENOPAUSE DENGAN STATUS PERKAWINAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA ONSET TERJADINYA MENOPAUSE DENGAN

STATUS PERKAWINAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KATARINA BERNADET DINDA SEKAR MELATI

G0008115

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

iv

ABSTRAK

Katarina Bernadet Dinda Sekar Melati, G0008115, 2011. Hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status Perkawinan, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tujuan Penelitian: Wanita lanjut usia akan mengalami suatu kondisi oleh karena proses penuaan yang disebut menopause. Menopase adalah keadaan biologis yang wajar, ditandai dengan berhentinya menstruasi karena berkurangnya atau tidak adanya hormon esterogen dan progesteron dalam plasma darah akibat proses penuaan. Usia menopause antara seorang wanita dengan wanita lainnya tidaklah sama bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap usia menopause adalah status perkawinan, disamping pengaruh lingkungan seperti polusi dan radiasi, obesitas, perokok, kemoterapi, jumlah anak dan histerektomi. Di Kota Bogor, salah satu kota di Jawa Barat, memiliki jumlah wanita dengan status tidak kawin yang berada di usia rawan menopause sebesar 452 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara onset terjadinya menopause dengan status perkawinan.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik purposive sampling

yang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang dari enam kecamatan di Kota Bogor, sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji

Chi Square menggunakan SPSS 17.0 dan penghitungan manual.

Hasil Penelitian: Hasil analisis Chi Square didapatkan X2 hitung sebesar 4,286. Angka ini lebih besar daripada X2 tabel untuk taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 1, yaitu sebesar 3,841 (p<0,05). Dari hasil penghitungan Odds Ratio

(OR) didapatkan nilai sebesar 3.

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status Perkawinan. Wanita yang tidak kawin memiliki kemungkinan mengalami onset menopause dini tiga kali lebih besar daripada wanita yang kawin.

(3)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua adalah suatu proses multifaktoral, yang akan diikuti oleh

penurunan fungsi – fungsi fisiologis organ tubuh yang progresif dan

menyeluruh, disertai penurunan kemampuan mempertahankan komposisi

tubuh salah satunya adalah perubahan hormonal yang terjadi pada masa

penuaan. Beberapa manifestasi dari proses menua disebabkan oleh

menurunya kadar hormon (Soewondo, 2007). Proses menua dianggap

sebagai suatu proses normal dan tidak selalu menyebabkan gangguan

fungsi organ atau penyakit. Berbagai faktor seperti faktor genetik, gaya

hidup, dan lingkungan, mungkin lebih besar mengakibatkan gangguan

fungsi daripada penambahan usia itu sendiri (Harimurti et al., 2007).

Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita di

masa tuanya adalah datangnya menopause. Menopause ini merupakan

keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya menstruasi

karena penurunan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium (Said,

2004).

Pada saat menopause, seorang wanita harus menyesuaikan kembali

kehidupannya dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh

produksi esterogen dan progesteron menjadi kehidupan yang kosong tanpa

(4)

commit to user

perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh (Guyton,2007a).

Perubahan fisiologis yang terasa dan menimbulkan rasa tidak nyaman ini

adalah adanya semburan panas (hot flushes), vertigo, migraine, nafsu seks

(libido) menurun, gelisah, lekas marah, depresi, susah tidur, fatigue,

keropos tulang, gangguan tulang belakang, gangguan sirkulasi darah

(miokard infark), kenaikan kadar kolestreol darah, hipertensi, juga obesitas

(Jacobsen et al., 2003) .

Usia menopause antara seorang wanita dengan wanita lainya tidaklah

sama, sangat individual (variatif) dan bergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhimya. Menopause terjadi pada akhir masa klimakterium,

sebuah masa di mana terjadi peralihan dari fase reproduktif ke fase

non-reproduktif. Umumnya masa ini muncul berkisar pada umur 48-55 tahun

(Diputra, 2006).

Berkembangnya jaman dan arus globalisasi menyebabkan tidak sedikit

wanita yang memiliki kesempatan berkarir di luar rumah dan menduduki

posisi-posisi penting di perusahaan. Adanya kesempatan berkarir bagi para

wanita saat ini, sedikit banyak berpengaruh pada pilihan gaya hidup wanita

itu sendiri, yaitu penundaan pernikahan dengan alasan tertentu ataupun

tidak menikah sama sekali yang sering disebut juga melajang (Neni,

2001).

Bogor yang merupakan salah satu kota maju di kawasan Jawa Barat

mempunyai jumlah penduduk wanita sebanyak 370.804 jiwa, dengan

(5)

commit to user

berjumlah 87.629 jiwa. Tidak menutup kemungkinan bahwa di antaranya

ada yang memilih untuk hidup melajang atau tidak kawin karena pilihan

hidup ataupun tuntutan karier. Jumlah wanita dengan status tidak kawin di

Bogor yang berusia 45-60 tahun sebesar 0,51% atau 452 jiwa (Pemerintah

Kota Bogor, 2010)

Status perkawinan diduga merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap usia menopause (Kasdu, 2002). Di samping itu juga

polusi air/udara, pengaruh toksin patogen/radiasi, perilaku gaya hidup

modern, kebiasaan diet, pengaruh matahari, olahraga, perilaku seksual, dan

gangguan mental turut berpengaruh terhadap onset terjadinya menopause

(Depkes RI, 2007).

Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian

tentang hubungan antara onset terjadinya menopause dengan status

perkawinan.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada Hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan

Status Perkawinan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Onset

(6)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

hubungan onset terjadinya menopause dengan status perkawinan.

2. Aspek Aplikatif

Sebagai informasi untuk meningkatkan kesiapan fisik dan psikologis

bagi wanita yang kawin dan tidak kawin dalam menghadapi saat

(7)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perkawinan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodaminto, 1976)

perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja dasar kawin;

kata itu berasal dari kata jawa kuno ka-awin atau ka-ahwin yang

berarti dibawa, dipikul, dan diboyong.

Secara hukum, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ke-Tuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1,UU No.1 Tahun 1974). Perkawinan

adalah sah bila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya

dan kepercayaanya itu (Pasal 2, UU No. 1 tahun 1974).

Di dalam suatu perkawinan terdapat ikatan sosial atau ikatan

perjanjian antarpribadi suami-istri yang merupakan suatu pranata

dalam budaya setempat yang intim baik secara emosional maupun

seksual (Weissman, 1999). Umumnya perkawinan dijalani dengan

maksud untuk membentuk keluarga.

Dalam perjalanan kehidupan pasangan untuk mencapai hakikat dan

tujuan dari perkawinan itu sendiri, kehadiran anak merupakan hal

(8)

commit to user

tengah keluarga (Admin, 2006). Anak adalah karunia Tuhan kepada

orangtua dan kehadiran seorang anak dalam kehidupan pernikahan

merupakan masa transisi bagi orangtua (Marijani, 2003).

2. Menopause

a. Definisi

Menopause merupakan kata yang mempunyai banyak arti.

Dalam bahasa Yunani, Men dan Pauseis adalah kata yang pertama

kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menurut

kepustakaan abad ke-17 dan ke-18, menopause dianggap suatu

bencana dan malapetaka, sedangkan wanita post-menopause

dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Kasdu,2002).

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh

setiap wanita yang onset terjadinya atau usia saat memasuki masa

menopause itu sendiri adalah di atas usia 40 tahun. Ini merupakan

akhir suatu proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi

karena penurunan produksi hormon esterogen yang dihasilkan

indung telur. Bila seseorang mengalami henti haid di usia 30-an

atau awal 40-an, maka orang tersebut dapat dikatakan mengalami

menopause prekoks/dini (Baziad, 2003).

Dr.Boyke Dian Nugraha,Sp.O.G, menyebutkan bahwa

menopause didefinisikan secara klinis sebagai waktu di mana

(9)

commit to user

yang diawali dengan tidak teraturnya periode menstruasi dan

diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Menopause

merupakan fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai

dengan berhentinya masa subur (Northrup, 2006).

b. Proses Menopause

Secara endrokinologi, wanita mengalami proses menua sejak di

dalam kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur terdapat pada

kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan pada waktu

dilahirkan jumlah sel telur pada bayi wanita akan berkurang

menjadi 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat

menstruasi pertamanya pada masa pubertas (Sembiring, 1991).

Menstruasi adalah pelepasan atau deskuamasi dinding rahim

(endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi setiap

bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi

terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi.

Menstruasi biasanya mulai terjadi pada usia 11 tahun dan

berlangsung hingga menopause yang biasa terjadi pada usia 45- 55

tahun. Rata-rata normalnya menopause berlangsung selama 3 – 7

hari (Guyton, 207b).

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan rata-rata

wanita memiliki siklus 28 hari dengan variasi 15-45 hari. Namun

beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa

(10)

commit to user

2005). Untuk keteraturan menstruasi diperlukan keseimbangan

fungsi hormon Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH) yang diproduksi di otak, serta hormon estrogen dan

progesteron di ovarium (Fachrudin, 1991).

Pada setiap siklus menstruasi, terdapat dua proses siklus, yaitu

siklus ovarium dan siklus endometrium. Pada siklus ovarium

terdapat dua fase, yang pertama adalah fase folikuler dan fase

luteal. Sedangkan pada siklus endometrium terdapat tiga fase yaitu

fase proliferasi, fase sekresi dan fase menstruasi. Fase-fase

tersebut berpengaruh dalam pengurangan jumlah sel telur yang

terdapat pada ovarium (Price and Wilson, 2005).

Seiring bertambahnya usia, jumlah sel telur yang ada pada

kedua ovarium akan semakin menurun. Pada usia wanita sekitar 40

tahun, kira-kira hanya 1.000 sel telur yang tersisa dan akhirnya

akan terus berkurang seiring bertambahnya usia (Kasdu, 2002).

Semakin sedikit sel telur berkembang, semakin kurang

pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan

esterogen. Berkurangnya hormon progesteron & esterogen tersebut

akan berpengaruh pula terhadap produksi hormon FSH & LH.

Ketidakseimbangan hormon-hormon tersebut menyebabkan

menstruasi akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya lambat laun

menstruasi pun berhenti atau disebut juga peristiwa menopause

(11)

commit to user

c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Menopause

Ada banyak faktor yang terkait dengan proses menopause baik

secara sengaja diperbuat ataupun tanpa segaja.

Berikut faktor – faktor yang terkait dengan timbulnya menopause:

1) Penurunan aktivitas ovarium baik secara fisiologis maupun

dikarenakan faktor genetik ataupun faktor lingkungan seperti

polusi dan stres psikis. Penurunan aktivitas ovarium ini akan

diikuti penurunan produksi hormon reproduksi (Ghani, 2009).

2) Tindakan operasi, di antaranya operasi rahim (histerektomi) dan

pengangkatan kedua indung telur (oophorectomybilateral). Bila

rahim diangkat maka masa haid akan berhenti, namun gejala

menopause tetap berlangsung sampai wanita tersebut mencapai

usia menopause alami (Nelson, 2008). Namun bila indung telur

yang diangkat, gejala menopause tersebut akan terasa lebih dini

karena hilangnya aktivitas ovarium itu sendiri dalam

memproduksi hormon reproduksi.

3) Kondisi Medis. Kemoterapi atau Radiasi karena menderita

kanker seringkali berakibat pada kondisi menopause dini

sementara ataupun permanen. Obat – obatan anti kanker dinilai

mempengaruhi produksi hormon yang diproduksi oleh indung

telur. Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi

obat – obatan anti hipertensi, reumatik dan jantung akan

(12)

commit to user

diduga akan memberikan efek penekanan produksi hormon –

hormon reproduksi (Gold et al., 2001).

4) Gaya hidup, seperti kebiasaan merokok. Walaupun belum

diteliti secara mendalam, diasumsikan merokok dapat

mempercepat datangnya masa menopause. Diketahui 59%

wanita perokok aktif lebih mungkin berisiko terhadap

menopause dini (Obermeyer, 2005).

5) Obesitas. Berdasarkan definisi, obesitas pada wanita adalah

kandungan lemak dalam tubuh yang lebih dari 30%. Pada

wanita gemuk (obesitas) terdapat kadar estrogen yang lebih

tinggi daripada wanita tidak gemuk karena estrogen tidak hanya

diproduksi di ovarium, tapi juga dalam jaringan lemak dalam

tubuh dari hormon androstenedion (Ojeda, 1992).

d. Perubahan Fisik pada Menopause

Menurut Aina (2009), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika

seorang memasuki menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan.

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala saat

menjelang menopause yaitu:

1) Menurunnya gairah seks

Wanita mengalami penurunan kadar esterogen sejak masa

pra-menopause yang mengakibatkan hilangnya hasrat seksual saat

(13)

commit to user

penipisan dinding vagina yang dapat menimbulkan rasa nyeri saat

bersenggama (Northrup, 2006).

2) Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal

Perubahan hormon di masa pra menopause dapat menyebabkan

perdarahan yang tidak menentu, mulai dari menstruasi yang sangat

ringan dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan

atau lebih sehingga tampak seperti bukan menstruasi sama sekali

dan akhirnya berhenti atau disebut juga menopause (MacKenzei ,

2002).

3) Ketidak mampuan menahan kencing

Ketidak mampuan menahan kencing (keluarnya air kencing saat

batuk, bersin, tertawa dan sebagainya) terjadi dikarenakan

menipisnya lapisan uretra yang disebabkan oleh penurunan kadar

estrogen. Gejala ini dapat diatasi dengan penggunaan krim estrogen

yang diolesi disekitar orificium urethrae externum (Northrup,

2006).

4) Melembutnya payudara

Penurunan hormon esterogen dan progesteron yang dimulai

pada masa pra-menopause juga akan menyebabkan payudara akan

berkesan tidak berisi atau melembut saat menopause karena sudah

(14)

commit to user 5) Gelora Panas

Gelora panas adalah gejala menopause yang paling umum dalam

budaya kita, terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra

menopause. Gelora panas itu bisa sangat ringan ataupun sangat

berat sehingga mengakibatkan gangguan tidur dan depresi. Dimulai

dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang

kemudian dapat menjadi sangat panas di daerah wajah, kulit

kepala, dan area dada, terkadang bisa disertai dengan kulit

kemerahan dan berkeringat. Kadang-kadang disertai frekuensi

jantung yang meningkat, diikuti dengan rasa kedinginan. Pada

kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai tepat sebelum atau

selama periode menstruasi di masa pra-menopause dan akan tetap

berlangsung selama menopause (Hurlock, 1997).

6) Berkeringat di Malam hari

Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan

gelora panas. Mekanismenya belum diketahui secara pasti,

pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang

lebih rendah akan menimbulkan semburan panas pada tubuh.

Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak

menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta

mengeluarkan keringat sebagai kompensasi untuk mendinginkan

(15)

commit to user 7) Jantung berdebar-debar

Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari ringan

sampai berat. Gejala merupakan akibat ketidak- seimbangan antara

sistem saraf simpatik dan parasimpatik, dan terkait juga dengan

ketakutan dan kecemasan yang kerap terjadi selama masa

pra-menopause sampai masa pra-menopause.

8) Sakit kepala

Kadar hormon yang tidak seimbang dapat menyebabkan sakit

kepala selama masa pra menopause dan menopause, ketika kadar

estrogen maupun progesteron turun secara drastis (Yatim, 2001).

9) Perubahan suasana hati / depresi

Siklus haid yang tidak teratur pada masa pra-menopause,

kehadiran hot flushes dan keluhan fisik lain yang timbul saat

menopause secara langsung akan mempengaruhi suasana hati yang

biasanya ditandai dengan perasaan sedih, murung dan mudah

marah.

e. Jenis – jenis Menopause

Jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2002):

1) Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara

usia 45 dan 55 tahun. Durasinya adalah lima hingga sepuluh tahun.

Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan

dan kemudian kembali lagi dengan jumlah yang lebih sedikit atau

(16)

commit to user

2) Menopause prematur/dini/prekoks terjadi agak lebih cepat

dibanding menopause alamiah. Terjadi pada wanita di usia 30

tahun atau awal 40 tahun.

3) Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak,

karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada

fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.

3. Hubungan Status Perkawinan dengan Onset Terjadinya

Menopause

Salah satu tujuan dari sebuah perkawinan adalah berkeluarga.

Berkeluarga yang dimaksud di sini adalah memiliki anak sebagai

keturunan yang merupakan karunia dan amanat Tuhan untuk menjaga

dan merawatnya (Chairy, 2006).

Untuk mempunyai seorang anak tentu seorang istri harus melewati

suatu masa yang diketahui sebagai masa kehamilan. Di dalam masa

kehamilanya,wanita mengalami banyak perubahan entah dari

perubahan fisik maupun perubahan hormonal.

Perubahan hormonal yang terjadi salah satunya adalah munculnya

hormon pendeteksi kehamilan atau yang sering disebut juga Hormone

Chorionic Gonadotropin (HCG) yang disekresi oleh sel-sel sinsitial

trofoblas placenta. HCG ini merupakan glikoprotein yang memiliki

fungsi penting dalam mencegah menstruasi dalam masa kehamilan.

(17)

commit to user

seksual bulanan wanita. Sebaliknya, HCG akan menyebabkan korpus

luteum menyekresi lebih banyak lagi hormon-hormon kehamilan

seperti esterogen dan progesteron sampai perannya akan digantikan

oleh placenta setelah 13-17 minggu masa kehamilan (Guyton, 2007c).

Peningkatan hormon esterogen, khususnya, dan progesteron, yang

disekresikan oleh korpus luteum ini mempunyai efek umpan balik

yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan

kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah. Hormon FSH dan

LH itu sendiri sangat berperan dalam proses pematangan folikel, jika

kadar FSH dan LH rendah maka pematangan folikel pun akan

terganggu (Guyton, 2007d). Secara langsung proses kehamilan yang

hanya dilalui oleh wanita yang berstatus kawin akan mempengaruhi

pengurangan jumlah sel telur yang lebih lambat dibandingkan wanita

(18)

commit to user

SM : Siklus Menstruasi

(19)

commit to user

C. Hipotesis

Ada hubungan antara onset terjadinya menopause dengan status

perkawinan, dimana onset terjadinya menopause pada wanita yang

berstatus tidak kawin akan terjadi lebih cepat daripada wanita yang

(20)

commit to user

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan diseluruh Kecamatan di Kota Bogor yang

meliputi Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan

Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah dan

Kecamatan Tanah Sareal.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011

D. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok kasus

(Wanita Tidak Kawin) dan kelompok kontrol (Wanita Kawin).

1. Dengan kriterian inklusi :

a. Usia 45-60 tahun

b. Sudah menopause

(21)

commit to user 2. Dan kriteria eksklusi:

a. Tidak pernah menjalani operasi histerektomi.

b. Tidak pernah menjalani kemoterapi dan radiasi

c. Tidak obesitas

d. Tidak mempunyai kebiasaan merokok

E. Teknik Sampling

Teknik pengambilan subjek sampel dari setiap kecamatan dilakukan

secara proporsional dengan metode Purposive Sampling. Purposive

Sampling adalah pengambilan sampel dengan menganggap bahwa

seseorang atau sesuatu yang diambil sebagai sampel tersebut memiliki

informasi yang diperlukan bagi penelitian dan memenuhi semua kriteria

(Nasution, 2003).

Pada penelitian ini digunakan besar sampel minimal yaitu 30 sampel.

Setiap penelitian yang hasilnya akan dianalisis dengan analisis bivariat

membutuhkan besar sampel minimal sebanyak 30 subjek (Murti, 2010).

(22)

commit to user

F. Desain Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Status Perkawinan

2. Variabel terikat : Onset Terjadinya Menopause

(23)

commit to user

b. Variabel tidak terkontrol : 1) Keturunan

2) Lingkungan

G. Definisi operasional variabel

1. Variabel bebas : Status Perkawinan

Status perkawinan terdiri dari kawin dan tidak kawin. Wanita dengan

status perkawinan kawin umumnya akan mengalami masa kehamilan.

a. Skala variabel : Nominal

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Hasil Pengukuran : Kawin dan Tidak kawin

2. Variabel terikat : Onset Terjadinya Menopause

Usia saat di mana subjek mengalami henti haid permanen, umumnya

dialami oleh wanita berusia 45 tahun ke atas. Bila onset menopause

terjadi lebih dini dari usia umumnya maka menopause ini dapat disebut

juga menopause dini/prekoks.

a. Skala variabel : Nominal

b. Alat ukur : Kuesioner

c. Hasil Pengukuran : 1) Usia Menopause ≥ 45 tahun → Menopause

Normal

2) Usia Menopause < 45 tahun → Menopause

(24)

commit to user

3. Variabel luar :

a. Histerektomi :

Henti haid yang disebabkan tindakan operasi

(pengangkatan ovarium atau rahim), menyebabkan ovarium

tidak mampu memproduksi hormon secara normal sehingga

terjadi ketidak-seimbangan hormon yang menyebabkan henti

haid.

b. Radiasi atau Kemoterapi :

Dosis yang tinggi saat kemoterapi atau radiasi yang

dilakukan untuk mematikan sel-sel kanker juga dapat

merusakan ovarium.

c. Obesitas :

Disinyalir menopause akan terjadi lebih lambat pada wanita

yang berjaringan lemak tebal (obesitas) daripada wanita

berjaringan lemak tipis (Rachman,1991). Indeks Masa Tubuh

(IMT) merupakan cara termudah untuk memperkirakan

obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh

(Syarif,2003).

IMT = Berat Badan (Kg)/Tinggi Badan2 (m2)

Menurut Syarif (2003) yang merujuk ketentuan

Departemen Kesehatan RI tahun 1994, klasifikasi IMT yang

cocok untuk masyarakat Indonesia dikategorikan seperti

(25)

commit to user

Tabel 1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh

BMI KLASIFIKASI

Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat rendah

Normal

Obesitas tingkat 1

Obesitas tingkat 2

d. Perokok :

Pada perokok prevalensi kerusakan yang mungkin terjadi

pada alat – alat reproduksinya seperti indung telur yang

diikuti penurunan produksi hormon estrogen adalah lebih

besar daripada bukan perokok. Penurunan produksi estrogen

akibat kerusakan ovarium maupun ovum, secara otomatis

akan mematikan siklus reproduksi secara bertahap. Ketika

produksi estrogen tidak lagi memadai, maka proses

menstruasi akan terhenti dan henti haid atau menopause

datang lebih awal dari waktu yang semestinya (Cooper et al.,

1999; Reynold dan Obermeyer, 2005).

e. Keturunan :

Bila di dalam keluarga, seperti ibu, nenek, kakak atau adik

ada yang mengalami gejala menopause dini, maka

(26)

commit to user

f. Lingkungan :

Bisa berasal dari polusi udara ataupun lingkungan

sosialnya yang dapat menyebabkan tekanan psikis pada

subjek.

I. Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Kuesoner (lampiran 1 dan 2) yang telah diuji coba oleh Adriana (2006)

sebagai instrumen penelitiannya dan ditambah wawancara sebagai

instrumen penunjang untuk mengetahui rekam medik dari subjek penelitian

apakah termasuk dalam kategori subjek penelitian atau tidak dan masuk ke

dalam kelompok kasus atau kelompok kontrol.

J. Cara Kerja

1. Langkah dan mengisi kuesoner untuk menentukan apakah subjek

masuk dalam kriteria subjek penelitian atau tidak.

2. Mengelompokkan subjek penelitian ke dalam kelompok kontrol atau

kasus sesuai dengan hasil wawancara yang kemudian akan dilihat hasil

(27)

commit to user

K. Analisis Data

Pada Teknik analisis data untuk penelitian ini adalah dengan uji Chi

Square (menggunakan sistem SPSS.17 for Windows), dengan rumus :

X

2

=

N(ad – bc)

2

(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)

N : Jumlah sampel

a : kejadian menopause normal pada kawin

b : kejadian menopause dini pada kawin

c : kejadian menopause normal pada tidak kawin

d : kejadian menopause dini pada tidak kawin

Perhitungan derajat bebas : Tingkat kemaknaan (a) = 5%

Derajat Bebas (db) = (r – 1)(c – 1) Dengan ketentuan :

Dengan r = jumlah baris H0 diterima jika X2 hitung < X2 tabel

c = jumlah kolom H0 ditolak jika X2 hitung > X2 tabel

Dilanjutkan dengan perhitungan Odds Ratio (OR), yaitu untuk

mengetahui besar kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

Ketentuan :

Jika diperoleh hasil OR >2 berarti ada pengaruh

hubungan yang kuat antara onset terjadinya menopause dengan status perkawinan.

OR =

ad

(28)

commit to user

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang Hubungan Onset Terjadinya Menopause dengan Status

Perkawinan ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 dan bertempat di

seluruh kecamatan di Kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan

Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan

Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Subjek penelitian adalah 60 orang

wanita berusia 45-60 tahun, yang memiliki status perkawinan ‘kawin’ sebanyak

30 orang dan yang ‘tidak kawin’ sebanyak 30 orang. Proporsi pegambilan sampel

telah sesuai dengan presentase jumlah penyebaran subjek penelitian di

masing-masing kecamatan dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Persebaran Jumlah Penduduk

(29)

commit to user

Dari data yang diperoleh melalui wawancara dipandu dengan kuesioner

dapat diketahui data sebagai berikut :

Tabel 3. Angka kejadian Onset Menopause pada Wanita yang Kawin dan Tidak Kawin

Menopause Normal Menopause Dini Jumlah

Status Perkawinan ”Kawin”

18 12 30

Status Perkawinan ”Tidak Kawin”

10 20 30

Jumlah 28 32 60

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami

onset menopause dini paling banyak pada kelompok responden yang status

perkawinannya tidak kawin yaitu 20 orang, sedangkan pada kelompok responden

yang kawin sebanyak 12 orang. Responden yang mengalami onset menopause

normal paling banyak pada kelompok responden dengan status perkawinannya

kawin yaitu 18 orang, sedangkan yang tidak kawin sebanyak 10 orang.

Hasil perhitungan dengan metode Chi Square diperoleh X2 hitung 4,286

sedangkan X2 tabel dengan derajat kebebasan (db) 1 dan taraf signifikansi (α)

sebesar 0,05 adalah 3,841. Jadi diperoleh X2hitung lebih besar daripada X2tabel.

Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima

pada taraf signifikansi 5% atau sebesar 0,05. Dari uraian di atas dapat diartikan

bahwa terdapat hubungan antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status

(30)

commit to user

Dari hasil penghitungan Odds Ratio (OR) dengan menggunakan rumus di

bawah ini,

bc ad OR=

3 12 10

20 18

@ =

x x OR

Didapatkan bahwa Wanita yang tidak kawin mempunyai kemungkinan

(31)

commit to user

29

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap 60 wanita yang telah diklasifikasikan

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok wanita kawin dan kelompok wanita tidak

kawin, menunjukkan adanya perbedaan onset menopause pada wanita kawin dan

wanita yang tidak kawin.

Pada kelompok responden yang status perkawinannya tidak kawin, wanita

yang mengalami menopause pada usia dini sebanyak 20 dan yang mengalami

menopause pada usia normal sebanyak 10 orang, sedangkan pada kelompok

responden yang status perkawinannya kawin, wanita yang mengalami menopause

pada usia dini sebanyak 12 orang dan yang mengalami menopause pada usia

normal sebanyak 18 orang. Dalam penelitian ini didapatkan perbedaan yang

signifikan di mana X2 hitung lebih besar daripada X2 tabel, yang berarti ada

perbedaan yang bermakna secara statistik antara wanita yang status

perkawinannya kawin dan yang tidak kawin terhadap onset menopause. Hasil

penelitian sesuai dengan hipotesis, hal ini sesuai dengan pendapat dari Kasdu

yang mengatakan bahwa status perkawinan merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap usia menopause. Kenyataan menunjukkan bahwa wanita

yang status perkawinan kawin mengalami proses kehamilan di mana terjadi

perubahan fisik maupun hormonal, salah satunya adalah munculnya hormon

pendeteksi kehamilan yang disebut juga HCG yang disekresikan oleh sel-sel

(32)

commit to user

penting dalam mencegah menstruasi dalam masa kehamilan. Hormon ini akan

mencegah involusi korpus luteum pada akhir siklus seksual bulanan wanita.

Sebaliknya, HCG akan menyebabkan korpus luteum mensekresi lebih banyak lagi

hormon-hormon kehamilan seperti esterogen dan progesteron sampai perannya

akan digantikan oleh placenta setelah 13-17 minggu masa kehamilan (Guyton,

2007c).

Peningkatan hormon esterogen, khususnya, dan progesteron, yang

disekresikan oleh korpus luteum ini mempunyai efek umpan balik yang kuat

terhadap kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan kecepatan sekresi FSH

maupun LH yang rendah. Hormon FSH dan LH itu sendiri sangat berperan dalam

proses pematangan folikel, jika kadar FSH dan LH rendah maka pematangan

folikel pun akan terganggu (Guyton, 2007d). Secara langsung proses kehamilan

yang hanya dilalui oleh wanita yang berstatus kawin akan mempengaruhi

pengurangan jumlah sel telur yang lebih lambat dibandingkan wanita yang tidak

kawin sehingga sangat berpengaruh terhadap onset terjadinya menopause di mana

onset menopause akan datang lebih dini pada wanita yang tidak kawin yang tidak

melalui proses kehamilan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis kerja yaitu terdapat hubungan

antara Onset Terjadinya Menopause dengan Status Perkawinan. Dan secara

spesifik sesuai dengan Ods Ratio hubungan tersebut adalah wanita yang tidak

kawin memiliki kemungkinan mengalami onset menopause dini 3 kali lebih besar

(33)

commit to user

Namun sebagai catatan, kejadian menopause juga dipengaruhi banyak faktor

risiko yang dapat menjadi variabel luar. Pada penelitian ini didapatkan 12

responden dalam kelompok wanita dengan status perkawinan ”kawin” mengalami

menopause dini. Penurunan aktivitas ovarium baik secara fisiologis maupun

dikarenakan faktor genetik ataupun faktor lingkungan seperti polusi dan stres

psikis pun dapat mempercepat terjadinya menopause (Ghani,2009). Kota Bogor,

tempat di mana penilitian ini dilakukan, merupakan kota maju yang mempunyai

tingkat polusi udara tinggi akibat jumlah kendaraan dan pabrik-pabrik industri

yang semakin banyak sehingga kemacetan lalulintas dan kebisingan kerap

dijumpai di Kota Bogor. Pada penelitian terbaru, Harow et al. (2003), menemukan

bahwa stres dapat menimbulkan penurunan fungsi ovarium yang lebih awal.

Diduga ketidaknyamanan seperti yang disebutkan di atas sedikit banyak dapat

mempengaruhi tingkat stres responden sehingga tidak menutup kemungkinan

wanita yang status perkawinannya ”kawin” pun dapat mengalami onset

menopause yang lebih awal.

Di sisi lain terdapat juga 10 responden dalam kelompok wanita dengan

status perkawinan ”Tidak kawin” mengalami onset menopause normal. Gaya

hidup seperti menjaga faktor lingkungan luar yang relatif sehat sehingga dapat

menurunkan tingkat stres, olah raga yang teratur, diet yang tepat dengan banyak

mengkonsumsi sayuran berwana hijau dan kuning (kaya akan antioksidan) akan

lebih lambat mengalami menopause dibandingkan yang kurang mengkonsumsi.

Hal ini terjadi karena antioksidan akan memperlambat proses penuaan pada sistem

(34)

commit to user

Pada suatu penelitian disebutkan juga bahwa bahan pangan seperti

kacang-kacangan mempunyai struktur kimia yang mirip dengan hormon esterogen dan

disinyalir akan menghasilkan efek seperti kerja esterogen. Kebiasaan

mengkonsumsi jenis kacang-kacangan terutama kacang kedelai pun dapat menjadi

alternatif alamiah dalam memperlambat proses menopause karena adanya

senyawa fitoesterogen yang dikandungnya (Anita,2004). Beberapa hal tersebut

dapat menjadi penyebab wanita yang status perkawinannya ”Tidak kawin” pun

bisa mengalami onset menopause yang normal.

Pada penelitian ini, variabel luar lainnya seperti histerektomi, radiasi atau

kemoterapi, obesitas dan perokok telah dikendalikan dengan cara wawancara dan

pengisian kuesioner. Namun masih terdapat beberapa variabel luar yang pada

penelitian ini diabaikan atau belum dikendalikan seperti keturunan dan lingkungan

(35)

commit to user

33

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Onset Terjadinya

Menopause dengan Status Perkawinan; wanita yang tidak kawin memiliki

kemungkinan mengalami menopause dini tiga kali lebih besar daripada

wanita yang kawin.

B. Saran

1. Status perkawinan dapat memberikan pengaruh yang bermakna dalam

mempercepat terjadinya onset menopause seorang wanita. Bagi para

wanita yang memang menginginkan untuk mencapai onset menopause

yang lebih lama disarankan untuk kawin sebagai alternatifnya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan

variabel-variabel lain yang juga dapat mempengaruhi onset terjadinya

menopause antara lain seperti pengaruh lingkungan dan gaya hidup

yang pada penelitian ini belum sempat diteliti.

3. Perlu dilakukannya penelitian serupa lebih lanjut dengan memperbesar

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Persebaran Jumlah Penduduk
Tabel 3. Angka kejadian Onset Menopause pada Wanita yang Kawin dan Tidak Kawin

Referensi

Dokumen terkait

Jenis burung yang dipilih untuk dijadikan sebagai objek wisata birdwatching ditentukan berdasarkan daya tarik dan keistimewaan menurut keinginan pengunjung yang diketahui

Pada penelitian ini kemampuan atau kehandalan model infiltrasi sederhana dalam mengurangi limpasan permukaan akibat hujan sangat deras diindikasikan oleh adanya

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diungkapkan sebelumnya mengenai metode STAD dan pendekatan quantum learning, dapat didefinisikan bahwa metode STAD dengan pendekatan

Khalayak merupakan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar dan luas, bersifat heterogen, dan tidak saling mengenal satu sama lain. Khalayak dalam penelitian ini adalah

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa pengaruh penerapan

Kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program (KRP) pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Sibolga dilakukan dengan melakukan pembobotan besaran pengaruh keterkaitan yang

Pengukuran produktivitas dilakukan guna mengetahui kemampuan atau tingkat pencapaian target yang dimiliki oleh setiap pelaku usaha, dalam hal ini penilaian