• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH ELEMEN KUNCI MANAJEMEN MEREK TERHADAP KOMITMEN MEREK (Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH ELEMEN KUNCI MANAJEMEN MEREK TERHADAP KOMITMEN MEREK (Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TERHADAP KOMITMEN MEREK

(Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Eko Zainuri Fatkurohman

F1210023

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS PENGARUH ELEMEN KUNCI MANAJEMEN MEREK

TERHADAP KOMITMEN MEREK

(Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten)

Surakarta, Januari 2013

Disetujui dan diterima oleh

Dosen Pembimbing

Drs. Wiyono, M.M

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Dan sesungguhnya jalan keluar itu bersama dengan kesusahan

dan bersama kesulitan itu ada kemudahan

( QS. Al – Insyirah : 6 )

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

q Orang Tua yang telah mendukungku.

q Saudara-saudaraku.

q Sahabat-sahabatku.

(5)

commit to user

v Assalamu Alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan segala Rahmah, Inayah dan Hidayah- Nya sehingga

penulisan Skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH ELEMEN KUNCI

MANAJEMEN MEREK TERHADAP KOMITMEN MEREK

(Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten) dapat penulis

selesaikan.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis

menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,

dorongan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret.

2. Ibu Dr. Hunik Sri Runing S., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Harmadi, M.M selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan moril selama penulis menimba ilmu di Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Drs. Wiyono, M.M selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat

(6)

commit to user

vi Maret.

6. Bapak dan Ibu. Terima kasih atas segalanya, kasih sayang, cinta kasih,

Engkaulah yang telah membesarkanku. Terima kasih atas semua bantuannya.

7. Adik-adikku Ahmad Fahrudin, Taufik Sajadi yang aku sayangi, terima kasih

atas dukungan dan perhatiannya, semoga kita selalu rukun dan saling

menyayangi

8. Dien Rusda Arini. My Soulmate. Terima kasih.

9. Keluarga besarku. Terima kasih atas dukungan dan Do’a Restunya

10. Sahabat-sahabatku. Thanks untuk persahabatan kalian selama ini. Banyak

sekali kenangan indah yang telah kita lalui bersama. Semoga kalian semua

menjadi orang yang sukses.

Penulis menyadari, Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan memberikan masukan bagi pembaca, perusahaan dan bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Januari 2013

(7)

commit to user

vii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING JUDUL SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TELAAH PUSTAKA ... 8

A. Merk ... 8

1. Definisi dan Perspektif Merek ... 9

2. Peranan dan Manfaat Merek ... 12

3. Pengertian Manajemen Merek ... 16

4. Pengertian Ekuitas Merek ... 18

5. Manfaat Ekuitas Merek ... 20

B. Proses Pembelian... 22

1. Peran Pembelian ... 22

(8)

commit to user

viii

C. Penelitian Terdahulu ... 27

D. Kerangka Pemikiran ... 28

E. Hipotesis ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN ... 30

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 30

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel... 30

3. Teknik Sampling ... 32

C. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional ... 33

1. Teknik Pengukuran Variabel ... 33

2. Definisi Operasional ... 33

3. Instrumen Penelitian ... 37

D. Sumber Data ... 38

E. Metode Pengumpulan Data ... 39

F. Metode Analisis Data ... 40

1. Analisis Deskriptif ... 40

2. Pengujian Instrumen Penelitian ... 40

3. Analisis Kuantitatif ... 42

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Variabel ... 47

B. Analisis Deskriptif ... 47

(9)

commit to user

ix

1. Uji Validitas ... 51

2. Uji Reliabilitas ... 54

D. Analisis Kuantitatif ... 55

BAB V. PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

1. Tabel IV.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 48

2. Tabel IV.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Usia ... 48

3. Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Pendidikan ... 49

4. Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Pekerjaan ... 50

5. Tabel IV.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Frekuensi Kunjungan 6. UD Rukun Tani/bulan ... 50

7. Tabel IV.6. Hasil Uji Validitas untuk Brand Commitment ... 52

8. Tabel IV.7. Hasil Uji Validitas untuk Brand Innovativeness ... 52

9. Tabel IV.8. Hasil Uji Validitas untuk Brand Costomer Orientation ... 53

10. Tabel IV.9. Hasil Uji Validitas untuk Brand Costomer Orientation ... 53

11. Tabel IV.10. Hasil Uji Validitas untuk Brand Self relevance ... 53

12. Tabel IV.11. Hasil Uji Validitas untuk Brand and Social Responsibility .. 54

13. Tabel IV.12. Hasil Uji Reliabilitas ... 55

14. Tabel IV.13. Hasil T-Test ... 56

15. Tabel IV.14. Hasil F-test... 59

16. Tabel IV.15. Hasil R2 ... 60

17. Tabel IV.15 Hasil F-test... ... 92

(11)

commit to user

xi

Gambar II.1. Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian ... 25

(12)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH ELEMEN KUNCI MANAJEMEN MEREK TERHADAP KOMITMEN MEREK

(Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten)

Oleh:

Eko Zainuri Fatkurohman F1210023

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara komponen pembentuk elemen kunci manajemen merek yang terdiri dari brand innovativenesss (daya inovasi merek), brand customer orientation (orientasi terhadap pelanggan), brand self relevance (relevansi dari merek) dan brand social responsibility (tanggung jawab sosial merek) terhadap brand commitmen (komitmen merek) baik secara parsial maupun bersama-sama.

Berdasarkan tujuan di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan, yaitu apakah komponen pembentuk elemen kunci manajemen merek yang terdiri dari brand innovativenesss (daya inovasi merek), brand customer orientation

(orientasi terhadap pelanggan), brand self relevance (relevansi dari merek) dan brand social responsibility (tanggung jawab sosial merek) mempengaruhi brand commitmen baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Hipotesis yang diajukan dari perumusan masalah tersebut adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara komponen pembentuk elemen kunci manajemen merek terhadap komitmen merek.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pengunjung Toko UD Rukun Tani Karangdowo Klaten. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 pengunjung sebagai sample penelitian. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, Analisi Regresi, uji t, uji F dan uji koefisien determinasi R2.

Dalam analisis deskriptif ini responden diidentifikasikan menurut beberapa kategori, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan frekuensi pembelian tiap bulan. Dan analisis tersebut memberikan hasil yang bervariasi terhadap masing-masing kategori. Pada distribusi frekuensi berdasar jenis kelamin, mayoritas responden adalah pria, pada kategori usia, kebanyakan responden berumur 40-59 tahun. Pada kategori pendidikan, mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan SMA/STM, pada kategori pekerjaan, mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai petani. Pada kategori frekuensi kunjungan toko pertanian setiap bulan, responden mayoritas melakukan pembelian lebih dari 5 kali setiap bulannya.

(13)

commit to user

relevance 2,721 dan brand social responsibility sebesar 2,306. Dari nilai t hitung masing-masing variabel independen lebih besar dari t tabel (1,96) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komponen pembentuk elemen kunci manajemen merek secara parsial terhadap komitmen merek UD Rukun Tani Karangdowo Klaten dan ada satu yang tidak signifikan yaitu brand customer orientation sebesar 0,236 karena t tabel lebih kecil. Pada uji F diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 29,155 atau nilai probabilitas F hitung 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka pada tingkat keyakinan tertentu, berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel komponen pembentuk elemen kunci manajemen merek toko pertanian (brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, brand social responsibility) sebagai variabel independen terhadap variabel dependen yaitu brand commitmen. Hasil perhitungan untuk nilai R2 dalam regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,551. Angka ini menunjukkan bahwa 55,1% variasi variabel brand commitmen

dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, brand social responsibility) sedangkan sisanya 44,9% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Dengan kata lain, pengaruh brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, brand social responsibility terhadap brand commitmen adalah sebesar 55,1% dan faktor-faktor lain di luar penelitian ini mempengaruhi komitmen terhadap merek sebesar 44,9%.

Saran yang dapat diberikan adalah bahwa untuk meningkatkan komitmen merek, hendaknya meningkatkan elemen kunci manajemen merek dengan usaha-usaha yang mendukung peningkatan komponen pembentuknya yaitu brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance dan brand social responsibilit sehingga akan semakain meningkatkan komitmen terhadap merek.

(14)

commit to user

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE KEY ELEMENTS BRAND TO COMMITMENT BRAND MANAGEMENT

(The Study at UD Rukun Tani Store Karangdowo Klaten)

Oleh:

Eko Zainuri Fatkurohman F1210023

The aim of this research are to know there is influence between components forming the key elements brand management consisting of brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, and brand social responsibility to commitmen brand (brand commitment) either partially or together.

Based on the above purposes, the author formulates a number of issues, namely whether the components forming the key elements management brand consisting of brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, dan brand social responsibility affect brand commitmen both a partial and together. The hypothesis proposed from the formulation of the problem is there are significant effects between components forming the key elements of brand management to brand commitment.

The population in research is all visitors UD Rukun Tani Store Karangdowo Klaten. This research was conducted on 100 visitors as a sample research. Samples taken with the methods purposive of sampling. The data was analyzed with analysis descriptive, regression analysis, T-test, F-test and coefficient of determination R2.

In this descriptive analysis of respondents identified according to several categories, gender, age, education, occupation and the frequency of purchases each month. And analysis of the results that varies to each category. Based on gender, a frequency distribution the majority of respondents were men, in category age, most respondents aged 40-59 years. In category education the majority of respondents have a high school education, in category work, the majority of respondents have a job as a farmer. In category frequency of visits agricultural stores every month, a majority of respondents make a purchase more than five times per month.

(15)

commit to user

Rukun Tani Karangdowo Klaten and there is a an non significant namely brand customer orientation of 0,236 due to table smaller. On the F-test it is known that the value of F count as much as 29,155 or value probability F count 0,000 smaller than 0.05, and in a certain confidence, means H0 were rejected and Ha accepted which means that there is significant influence in forming together the key elements of the variable component of the management of the farm store brand (brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, brand social responsibility) as the dependent variable to the independent variables namely brand commitmen. The results of calculations for the value of R2 in the regression coefficients of determination of numbers obtained or R2 of 0,551. This rate shows that 55.1 % variation variable brand commitmen can be explained by the variations the independent variable (brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, brand social responsibility) the remaining 44,9 % described by another factor outside this research. In other words, the influence of brand innovativenesss, brand customer orientation, brand self relevance, brand social responsibility to brand commitmen was of 55.1% and other factors outside of this research affect the commitment to the brand of 44,9%.

Advice that can be given is that to increase the commitment of the brand, should enhance a key element of brand management with efforts that support the improvement of its constituent components, namely innovativenesss brand, customer brand orientation, brand relevance and brand social self responsibility so will increasing commitment to the brand.

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia bisnis yang semakin komplek menuntut adanya

berbagai perubahan pada praktek bisnis yang telah dilakukan dengan tujuan

agar organisasi-organisasi bisnis tetap exist dan bahkan dapat meningkatkan

prestasi bisnisnya. Semakin tinggi tingkat persaingan di bisnis lokal maupun

global dan kondisi ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai

keunggulan kompetitif agar mampu memenangkan persaingan di bisnis

global.Untuk mencapai hal itu pemasar harus menerapkan konsep pemasaran

modern yang berorientasi pasar atau pelanggan, karena mereka merupakan

ujung tombak keberhasilan pemasar (Kotler, 1994). Perusahaan semakin

banyak menggunakan strategi-strategi manajemen untuk koordinasi aktivitas

global yang efektif. Koordinasi yang efektif menuntut diadopsinya

strategi-strategi manajemen merek global pada nuansa budaya.

Merek-merek memainkan sebuah peran yang penting dalam membina

hubungan pelanggan dan menentukan kinerja perusahaan. Merek-merek global

menarik bagi perusahaan-perusahaan untuk menarik perekonomian skala dan

cakupan dalam kegiatan manufakturisasi dan penelitian pengembangan.

Penelitian terdahulu juga telah mengungkapkan bahwa merek global tidak

hanya memanfaatkan penghematan biaya melainkan juga mewujudkan nilai

(17)

commit to user

2

Alden 2003). Akan tetapi, merek-merek global dapat menarik dari sudut

pandang biaya, namun relevansi mereka terhadap pelanggan tidak selalu jelas.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa para konsumen mungkin memiliki

reaksi negatif terhadap sebuah merek global yang tidak memperhitungkan

spesifisitas (kekhususan) lokal. Yang menjadi inti dari pendapat adalah bahwa

melalui sebuah apresiasi tentang perbedaan data dalam perekonomian global,

sebuah tingkat lokalisasi yang menjadi lebih tinggi,memungkinkan melahirkan

suatu hubungan pelanggan yang lebih menguntungkan dari waktu ke waktu.

Dimana pasar yang potensinya terbatas diperebutkan oleh banyak

perusahaan eceran baik perusahaan yang berskala besar maupun kecil, yang

baru ataupun yang lama. Nama perusahaan yang terjun di bidang bisnis

pertanian ini salah satunya adalah UD Rukun Tani. Perusahaan menyadari

bahwa pelanggan yang loyal bisa menghasilkan pendapatan yang besar selama

bertahun-tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghadapi resiko

kehilangan pelanggan dengan mengabaikan keluhan dan bertengkar mengenai

masalah-masalah kecil tidak dapat dianggap remeh. Apabila perusahaan

menimbulkan pelanggan tidak puas, maka ia akan menceritakannya pada setiap

orang. Jelas kata-kata yang buruk dari mulut ke mulut lebih cepat daripada

kata-kata yang baik dan dengan mudah bisa meracuni sikap publik mengenai

produk (Kotler, 1994). UD Rukun Tani yang bergerak dalam bisnis ritel harus

mengedepankan komitmen bagi semua pelanggan.

Dengan kondisi banyaknya pebisnis ritel yang ada di Kota Klaten yang

(18)

commit to user

3

bertahan, UD Rukun Tani harus memberikan kepuasan secara menyeluruh

yang lebih baik dibanding pesaing lainnya. Dengan memberikan kepuasan

yang lebih maka pelanggan akan menjadi loyal dan pembeliaan atau patronasi

ulang di masa yang akan datang terus berlangsung dan tentunya akan

berdampak pada profitabilitas UD Rukun Tani. Maka dari itu, untuk menarik

minat konsumen berbelanja, dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan

dan perubahan perilaku, selera dan sikap konsumen, sehingga dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pemasaran yang dapat

memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Apabila perilaku pelanggan menunjukan positif, maka minat dalam

melakukan pembelian semakin tinggi. Dan keberhasilan pemasaran akan

terjadi apabila konsumen melakukan pembelian berulang ulang, Hal tersebut

menunjukkan bahwa konsumen mendapatkan kepuasan dalam melakukan

pembelian pada suatu toko. Dengan mempertimbangkan perilaku pembelian

sebelumnya, konsumen yang merasakan kepuasan saat berbelanja di UD

Rukun Tani lebih memilih kembali berbelanja di perusahaan tersebut dari pada

mencari tempat lain yang belum tentu konsumen mendapatkan kepuasan yang

sama. Konsumen merupakan salah satu penentu dalam melakukan pembelian

ulang, informasi dari mulut ke mulut yang positif dan kesetiaan pelanggan.

Kepuasan konsumen akan mempengaruhi intensitas perilaku untuk

membeli jasa dari penyedia jasa yang sama (Assegaff,2009:174). Konsumen

yang merasa lebih puas, maka ingatan dimiliki oleh konsumen pada suatu

(19)

commit to user

4

Fornell,1992). Dengan kondisi tersebut maka kepuasan merupakan suatu hal

yang harus dapat diberikan suatu produk untuk membuat konsumen menjadi

lebih mudah mengingat produk tersebut. Tidak hanya kepuasan konsumen

yang berperan penting dalam mempengaruhi ingatan konsumen, tetapi brand

trust juga mempunyai peranan yang penting dalam hal tersebut.

Kepercayaan pada merek adalah kesediaan konsumen untuk mengarah

pada suatu merek dan mengabaikan resiko dikarenakan harapan bahwa merek

tersebut akan memberikan manfaat positif baginya (Lau & Lee, 1999).

Kepercayaan pada merek dikonsepkan sebagai suatu kepercayaan kelompok

atau konsumen pada partner dalam keandalan dan integritas (Morgan and

Hunt, 1994). Dengan hal tersebut apabila perusahaan menginginkan konsumen

selalu mengingat dan melakukan pembelian ulang, maka perusahaan harus

memberikan kepercayaan pada konsumen terhadap produk yang mereka

tawarkan sehingga konsumen percaya pada produk tersebut.

Produsen sebuah produk jika telah mendapatkan kepercayaan dari

konsumen maka akan memudahkan produsen tersebut dalam memasarkan

sebuah produk. Setiap kegiatan pertanian, petani selalu diharapkan dengan

berbagai kendala seperti pada pengendalian hama tanaman. Perkembangan

hama tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan di sekitar tanaman.

Para petani sering mengalami kendala dalam mengendalikan serangan hama,

sehingga diperlukan usaha untuk mengatasi serangan hama penting dilakukan

(20)

commit to user

5

Usaha yang digunakan para petani untuk memperkecil daya serangan

hama tersebut dengan menggunakan zat kimia atau obat pemberantas hama

tanaman (Kartasapoetra, 1998). Salah satunya produk pestisida yaitu

PT.Syngenta merupakan perusahaan agrobisnis berskala global, merupakan

perusahaan terkemukan di bidang perlindungan tanaman dan pembenihan. PT

Syngenta memiliki produk yang lengkap untuk perlindungan tanaman pangan,

sayuran dan perkebunan. Selanjutnya visi PT Syngenta adalah menjadi

penyedia terdepan dalam solusi yang inovatif dan merek bermutu untuk para

petani serta untuk rantai pangan dan pakan (Briggs, 2000). PT Syngenta

mempunyai merek virtako yang sungguh kuat dibenak masyarakat untuk

mengatasi hama tanaman pangan, sayuran dan tanaman perkebunan.

Objek dalam penelitian ini adalah UD Rukun Tani. Alasan pemilihan UD

Rukun Tani karena UD Rukun Tani merupakan salah toko Pertanian di daerah

Karangdowo Kabupaten Klaten, kemudian letaknya yang mudah dijangkau

atau dekat dengan penduduk yang bercocok pertanian. Dengan melihat

fenomena tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “ ANALISIS

PENGARUH ELEMEN KUNCI MANAJEMEN MEREK TERHADAP

KOMITMEN MEREK “ (Studi pada Toko UD Rukun Tani Karangdowo

(21)

commit to user

6

B. RUMUSAN MASALAH

Dari penjabaran latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah

yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah brand innovativeness berpengaruh secara signifikan terhadap brand

commitment?

2. Apakah brand customer orientation berpengaruh secara signifikan terhadap

brand commitment?

3. Apakah brand self relevance berpengaruh secara signifikan brand

commitment?

4. Apakah brand social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap

brand commitment?

5. Apakah secara bersama-sama elemen kunci manajemen merek berpengaruh

signifikan terhadap brand commitment?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk membuktikan apakah brand innovativeness berpengaruh terhadap

brand commitment.

2. Untuk membuktikan apakah brand customer orientation berpengaruh

terhadap brand commitment.

3. Untuk membuktikan apakah brand self relevance berpengaruh terhadap

(22)

commit to user

7

4. Untuk membuktikan apakah brand social responsibility berpengaruh

terhadap brand commitment.

5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara komponen

elemen kunci manajemen merek secara bersama-sama terhadap brand

commitment.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui

signifikasi pengaruh elemen kunci manajemen merek terhadap customer

brand commitment.

2. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi

penelitian-penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian-penelitian berikutnya mampu

memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

3. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam kaitannya

dengan elemen kunci manajemen merek terhadap customer brand

(23)

commit to user

8

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Merek

Pada Era globalisasi telah meruntuhkan dinding pembatas negara dan

semakin mendekatkan negara dalam hal perdagangan. Hal ini mengakibatkan

persaingan yang sangat ketat dan banyak produk dalam satu kategori bersaing

satu sama lain untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Kondisi seperti inilah yang membuat produk mempunyai bargaining

yang kuat di mata konsumen. Banyaknya pilihan mengharuskan konsumen

memilih beberapa jenis produk yang menurut mereka paling baik dari paling

sesuai dengan diri mereka dalam segala hal. Klaim dan janji-janji oleh produk

semakin banyak ditawarkan melalui berbagai media dan saluran distribusi.

Dalam kondisi seperti inilah merek berperan.

Pada awalnya merek hanyalah sebuah tanda agar konsumen dapat

membedakan satu produk dengan produk lainnya. Merek juga membantu agar

konsumen lebih mudah mengingatnya sehingga mempermudah pengambilan

keputusan ketika melakukan pembelian (Susanto dan Wijarnako, 2004).

Merek yang kuat merupakan aset tak berwujud (intangible asset) yang

sangat berharga bagi perusahaan dan merupakan alat pemasaran yang sangat

strategis dan utama. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh ketika

kekuatan merek telah dimiliki oleh sebuah perusahaan yang akhirnya akan

(24)

commit to user

9

1. Definisi dan Perspektif Merek

Merek didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau

rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek

adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga

berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing. Berdasarkan

kedua definisi ini, secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama,

logo atau simbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah

menciptakan sebuah merek (Tjiptono, 2005).

Definisi lain dari merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol,

rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk

mengenali produk atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk

membedakannya dari produk atau jasa dari seorang atau kelompok penjual

dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler dan Amstrong,

1997:283).

Nama merek yang paling efektif, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

(Lamb, Hair, dan McDaniel, 2001:423):

a. Mudah untuk diucapkan (baik pembeli domestik maupun luar negeri),

b. Mudah untuk dikenali,

c. Mudah untuk diingat,

d. Pendek,

e. berbeda, unik,

f. menggambarkan produk,

(25)

commit to user

10 h. menggambarkan manfaat dari produk,

i. mempunyai konotasi yang positif,

j. memperkuat citra produk yang diinginkan,

k. secara hukum kepentingannya terlindungi baik di pasar dalam negeri

maupun pasar luar negeri.

Merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan fitur,

manfaat, dan jasa tertentu secara konsisten pada pembeli. Merek terbaik

menjadi jaminan kualitas. Namun, pemberian nama atau merek suatu

produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek

memiliki enam tingkat pengertian (Rangkuti, 2002:3-4)

a. Atribut

Setiap merek memiliki atribut, atribut ini perlu dikelola dan diciptakan

agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja

yang terkandung dalam suatu merek.

b. Manfaat

Merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli

atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat

menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional, maupun

emosional.

c. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek

(26)

commit to user

11

yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek

tersebut.

d. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mercedes mewakili

budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja

yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

e. Kepribadian

Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para

penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek,

kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek

yang ia gunakan.

f. Pemakai

Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut.

Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi

orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya.

Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sekedar

suatu nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang

sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan

satu set makna yang mendalam untuk merek tersebut (distinctive values).

Dengan enam tingkat pengertian merek tersebut, perusahaan harus

menentukan pada tingkat mana ia akan menanamkan identitas merek.

Mempromosikan atribut merek saja merupakan satu kesalahan (Rangkuti,

(27)

commit to user

12

dibandingkan dengan manfaat merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah

meniru atribut tersebut. Ketiga, atribut yang sekarang mungkin nanti akan

kurang bernilai, sehingga merugikan merek yang terlalu terikat pada

atribut tersebut.

Merek merupakan hal yang sangat penting, baik bagi konsumen

maupun produsen. Dari sisi konsumen, merek mempermudah pembelian.

Merek juga membantu menyakinkan konsumen bahwa mereka akan

mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk

tersebut.

Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat dengan

mudah diketahui ketika diperlihatkan atau ditempatkan dalam suatu

display. Selain itu, merek dapat dipakai untuk mengurangi perbandingan

harga, karena merek adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam membandingkan produk-produk sejenis yang berbeda.

2. Peranan dan manfaat Merek

Menurut Rangkuti (2002) merek merupakan sebuah nama atau

simbol (seperti logo, merek dagang, desain kemasan, dan sebagainya)

yang dibuat untuk membedakan satu produk dengan produk lainnya.

Merek dapat juga dijadikan ciri untuk membedakan satu produk dari

produk pesaing. Merek yang telah dipatenkan dapat membuat produk

tersebut menjadi lebih terlindungi dari upaya pemalsuan dan pembajakan.

Peranan merek menjadi sangat penting kerena pembedaan satu

(28)

commit to user

13

ditampilkan. Merek yang memiliki asosiasi merek yang unik dapat dibuat

berdasarkan atribut produk yang unik, nama yang unik, kemasan yang

unik serta didukung oleh strategi distribusi dan iklan yang sesuai

cenderung lebih cepat berhasil dibandingkan merek yang biasa-biasa saja.

Menurut Kotler dalam Simamora (2002:3-4), keberadaan merek

bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik. Bagi

pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu, dan membantu

memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin

bermanfaat bagi mereka.

Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam tiga hal. Pertama,

pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih

konsisten. Kedua, meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat

menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya. Ketiga,

meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong

menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari

pesaing.

Bagi penjual, merek bermanfaat dalam empat hal. Pertama,

memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah

yang timbul. Kedua, memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan

atau ciri khas produk. Ketiga, memungkinkan untuk menarik sekelompok

pembeli yang setia dan menguntungkan. Keempat, membantu penjual

(29)

commit to user

14

Kartajaya dalam Simamora (2002:3-4) menyatakan bahwa cara

perusahaan memandang merek berbeda-beda dari satu perusahaan ke

perusahaan yang lain, tergantung perkembangan permasaran perusahaan.

Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dapat digolongkan menjadi

lima tipe. Tipe-tipe pemasaran tersebut terkait dengan situasi persaingan

yang dihadapi oleh perusahaan. Pada saat pesaing tidak ada (perusahaan

monopoli pasar), maka perusahaan tidak perlu melakukan pemasaran (no

marketing). Konsumen pasti akan mencari produk karena tidak ada

pilihan. Bagi perusahaan seperti ini, merek cukuplah sekedar nama (just a

name).

Tipe pemasaran kedua terjadi jika perusahaan sudah memiliki

pesaing, tetapi pesaing yang lemah. Karena dominan, perusahaan masih

menguasai sebagaian besar pasar dengan melakukan pemasaran masal

(mass marketing). Memang ada kebutuhan agar produk dikenali

konsumen, apalagi perusahaan dominan ini selalu mengklaim produknya

paling baik (the better one). Oleh karena itu, merek diperlukan, namun

peranannya tidak lebih dari sekedar mengenal produk (brand awareness).

Pada saat persaingan sudah ketat, bukan saatnya lagi bagi

perusahaan untuk menggunakan pemasaran massal. Pasar harus

disegmentasi, lalu dipilih segmen tertentu sebagai sasaran. Pemasaran

demikian disebut sebagai segmented marketing. Dalam segemented

(30)

commit to user

15

mereknya. Oleh karena itu, merek diperlukan sebagai jangkar asosiasi

(brand assosiation). Tanpa merek tidak mungkin membentuk asosiasi.

Jika persaingan bertambah ketat lagi, perusahaan tidak bisa lagi

mengandalkan segmen, melainkan ceruk pasar (market niche). Ceruk pasar

adalah bagian pasar ukurannya lebih kecil, tetapi memiliki perilaku yang

khas. Mereka adalah sekelompok kecil pembeli yang kebutuhannya tidak

mau dipenuhi oleh produk umum. Oleh karena itu, perusahaan perlu

menciptakan kesan bahwa mereknya berkualitas. Jadi, bagi perusahaan

demikian, merek adalah persepsi kualitas (perceived quality).

Pada puncak persaingan, bagi perusahaan, bicara loyalitas (brand

loyalty). Karena persaingan sangat banyak dan mempunyai taktik

pemasaran yang hebat, ditambah konsumen yang tidak mau dipandang

sebagai pembeli saja, mata kunci keberhasilan bisnis adalah kemitraan

dengan konsumen. Itu bisa diperoleh kalau ada hubungan timbal-balik

yang setia antara perusahaan dengan konsumen, dan hal itu bisa dicapai

melalui individualized marketing.

Menurut Susanto dan Wijarnako (2004), merek yang kuat memiliki

beberapa manfaat. Diantaranya, merek yang kuat akan membangun

loyalitas dan loyalitas akan mendorong bisnis kembali berulang kembali.

Dengan terus memelihara loyalitas pelanggan terhadap merek, keuntungan

masa depan akan diperoleh dari pelanggan akan cenderung meningkat.

Menurut Bob Pasikoff dalam Susanto dan Wijarnako (2004), peningkatan

(31)

commit to user

16

pelanggan hingga 100%. Selain itu, peningkatan loyalitas pelanggan

sebesar 2% setara dengan penurunan biaya sebesar 10%.

Dikatakan juga oleh Susanto dan Wijarnako (2004), merek yang kuat

memungkinkan tercapainya harga premium, dan akhirnya memberikan

laba yang lebih tinggi. Dengan demikian, merek yang kuat dalam jangka

panjang dapat memberikan hasil yang lebih besar bagi para pemegang

saham dan stakeholders.

3. Pengertian Manajemen Merek

Serangkaian kegiatan komplek yang meliputi penanganan hubungan

dengan pelanggan dan para pemangku kepentingan (stakehorder) yang

lain, sambil menjelaskan tindakan dan reputasi terdahulu suatu perusahaan

dan tindakan pesaiang, dalam upaya untuk membangun sebuah citra kuat

yang memenangkan komitmen konsumen terhadap suatu produk (Shocker,

Srivastava dan Ruekert 1994).

Unsur-unsur Elemen kunci manajemen merek:

a. Daya inovasi merek (brand innovativeness)

Daya inovasi merek (brand innovativeness) adalah seberapa jauh

konsumen menganggap merk mampu memberikan solusi yang baru dan

manfaat terhadap kebutuhan mereka (schumpeter 1934). Indikatornya:

1) Memberikan solusi yang efektif terhadapkebutuhan pelanggan.

2) Untuk memberikan solusi baru terhadap pelanggan.

3) Produk yang selalu menjual penawaranproduk yang sama tanpa

(32)

commit to user

17

4) Produk tidak mampu memberikan sebuah solusi baru terhadap

pelanggan.

b. Orientasi pelanggan terhadap merk (Brand Costomer Orientation )

Orientasi pelanggan terhadap merk (Brand Costomer Orientation)

adalah orientasi pelanggan mengacu kepada seberapa jauh suatu

organisasi dan orang didalamnya memfokuskan upaya mereka terhadap

memahami dan memuaskan pelanggan (Kohli dan Jaworski 1990)

Indikatornya:

1) Persoalan setiap pelanggan penting buat merk.

2) Mencoba untuk membuat setiap pelanggan merasa dirinya sebagai

satu satunya pelanggan.

3) Terkenal karena perhatiannya kepada kebutuhan pelanggan.

4) Memberikan perhatian khusus kepada setiap pelanggan.

c. Relevansi dari merk (Brand Self relevance)

Relevansi dari merk (Brand Self relevance) adalah serangkaian sekema

atau struktur pengetahuan diri tentang diri yang membantu

merepresentasikan dan membuat dirinya masuk akal dalam lingkungan

(Aron, Aron, dan Smollan 1992). Indikatornya:

1) Mudah untuk membayangkan sebuah kehidupan yang terpenuhi.

2) Banyak bermanfaat.

3) Produk adalah hal yang terbaik dalam kehidupan.

(33)

commit to user

18

Tanggung jawab sosial merek (brand and social responsibility) adalah

serangkaian kegiatan yang terkait dengan persepsi pemangku

kepentingan dan kewajiban kemasyarakatan suatau perusahaan (Sen

dan Bhattacharya 2001). Indikatornya:

1) Bermanfaat bagi kesejahteraaan masyarakat.

2) Bertanggung jawab secara sosial.

3) Menyumbangkan terhadap masyarakat.

4. Pengertian Ekuitas Merek

Pada saat itu banyak praktisi periklanan menggunakan istilah “brand

equity” (ekuitas merek). Sejak saat itu sampai sekarang, terdapat tiga teori

yang banyak dipakai mengenai istilah brand equity, yaitu brand equity

yang dikaitkan dengan nilai uang (financial value), brand equity yang

dikaitkan dengan perluasan merek (brand extension) dan brand equity

yang diukur dari perspektif pelanggan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Barwise pada tahun 1993 (Rangkuti, 2002),

Menurut Durianto, Sugiarto dan Budiman (2004) pengukuran ekuitas

merek telah dikembangkan oleh Aaker menjadi model Brand Equity Ten.

Pengukuran-pengukuran dikelompokkan dalam lima kategori. Empat

kategori yang pertama mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek

melalui empat dimensi ekuitas merek, yaitu loyalitas, persepsi kualitas,

asosiasi dan kesadaran (loyalty, perceived quality, associations, and

awareness). Kategori kelima meliputi pengukuran dua jenis perilaku pasar

(34)

commit to user

19

pasar, dan bukan langsung dari konsumen. Aaker menyatakan bahwa

merek memberikan “nilai” sehingga nilai total produk yang “bermerek”

baik menjadi lebih tinggi dibandingkan produk yang dinilai semata-mata

secara objektif. Salah satu pertimbangan yang dapat dikemukakan adalah

reputasi tinggi merek yang baik dibangun melalui proses yang memakan

waktu ratusan tahun. Aaker menyebut nilai tersebut sebagai (brand

equity). Munculnya konsep ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa

merek yang bereputasi merupakan aset yang juga dapat diperjualbelikan

sebagaimana aset-aset perusahaan lainnya. Merek yang prestisius memiliki

ekuitas merek yang tinggi. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk,

semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengonsumsi

produk tersebut, yang selanjutnya akan mengantar perusahaan memanen

keuntungan dari waktu ke waktu.

Selanjutnya Aaker dalam Simamora (2002:47) mendefinisikan

ekuitas merek sebagai seperangkat aset atau kewajiban yang dimiliki

nama, merek atau simbol, yang dapat menambah atau mengurangi nilai

produk, atau layanan.

Lebih lanjut menurut Hana dan Wozniak dalam Simamora

(2002:49), ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan merek

kepada produk. Ekuitas itu dianggap ada jika merek itu memberikan nilai

tambah, jika tidak memberikan nilai tambah apalagi jika dapat mengurangi

(35)

commit to user

20

Hair dan Mcdaniel (2001:422), ekuitas merek didefinisikan sebagai nilai

dari perusahaan dan nama merek..

5. Manfaat Ekuitas Merek

Dalam ekuitas merek, konsumen dibantu dalam menafsirkan,

memproses, dan menyimpan informasi mengenai produk dan merek.

Ekuitas merek juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian (baik itu karena pengalaman masa lalu

dalam menggunakan merek tersebut, maupun kedekatan dengan merek dan

karakteristiknya). Selain itu, yang lebih penting adalah kenyataan bahwa

persepsi kualitas dan asosiasi merek dapat meningkatkan kepuasan

konsumen dalam menggunakan produk (Simamora, 2002:48).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Simamora dalam bukunya Aura merek:

7 Langkah Membangun Merek yang Kuat, bagi perusahaan, ekuitas merek

memiliki potensi untuk menambah nilai dengan lima cara, yaitu:

a. Ekuitas merek dapat memperkuat program memikat para konsumen

baru, atau merangkul kembali konsumen lama.

b. Empat dimensi merek yang terakhir dapat menguatkan loyalitas merek.

Persepsi kualitas, asosiasi merek, dan nama yang terkenal dapat

memberikan alasan untuk membeli dan dapat mempengaruhi kepuasan

penggunaan.

c. Ekuitas merek memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan menjual

produk pada harga optimum (premium pricing) dan mengurangi

(36)

commit to user

21

d. Ekuitas merek dapat memberikan landasan pertumbuhan dengan

melakukan perluasan merek.

e. Ekuitas merek dapat memberi dorongan bagi saluran distribusi.

Sedangkan menurut Goodyear dalam Simamora (2002:49), merek

yang kuat memperoleh manfaat-manfaat berikut ini:

a. Loyalitas memungkinkan terjadinya pembelian/transaksi berulang atau

jika konsumen tersebut merupakan commited buyer, tidak hanya

terhenti pada pembelian ulang, namun konsumen tersebut juga dapat

menganjurkan/merekomendasikannya kepada orang lain.

b. Merek yang kuat memungkinkan perusahaan menetapkan harga yang

lebih tinggi (premium), yang berarti margin yang lebih tinggi bagi

perusahaan.

c. Merek yang kuat akan memberikan kredibilitas pada produk lain yang

menggunakan merek tersebut.

d. Merek yang kuat memungkinkan return yang lebih tinggi.

e. Merek yang kuat memungkinkan diferensiasi relatif dengan pesaing

yang jelas, bernilai dan berkesinambungan.

f. Merek yang kuat memungkinkan fokus internal yang jelas.

g. Merek yang kuat, dapat menciptakan toleransi konsumen terhadap

kesalahan produk atau perusahaan, melalui loyalitas yang tinggi

(37)

commit to user

22

h. Merek yang kuat menjadi faktor yang menarik karyawan-karyawan

berkualitas, sekaligus mempertahankan karyawan-karyawan (yang

puas).

i. Merek yang kuat dapat menarik konsumen untuk hanya menggunakan

faktor merek dalam pengambilan keputusan pembelian.

B. Proses Pembelian

Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melewati bermacam-macam

pengaruh yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman

mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara

khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan

pembelian, jenis-jenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam

proses pembelian.

1. Peran Pembelian

Terdapat lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian

(Kotler, 1997:168):

a. Pencetus, adalah seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan

untuk membeli produk atau jasa.

b. Pemberi pengaruh, adalah seseorang dengan pandangan atau saran yang

mempengaruhi keputusan.

c. Pengambil keputusan, adalah seseorang yang memutuskan setiap

komponen dari suatu keputusan pembeli-apakah membeli, tdak

membeli, bagaimana membeli, dan dimana akan membeli.

(38)

commit to user

23

e. Pemakai, adalah seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan

produk atau jasa yang bersangkutan.

2. Perilaku Pembelian

Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantung pada jenis

keputusan pembelian. Assael membedakan empat jenis perilaku pembelian

konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat

diferensiasi merek (Kotler, 1997:169):

a. Perilaku Pembelian yang Rumit

Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit saat mereka

sangat terlibat dalam sebuah pembelian dan menyadari adanya

perbedaan signifikan diantara berbagai merek. Hal ini biasanya

merupakan kasus saat produk yang bersangkutan mahal, jarang dibeli,

beresiko, dan sangat mengekspresikan pribadi. Biasanya konsumen

tidak banyak tahu tentang kategori produk tersebut dan harus belajar

banyak. Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga proses langkah.

Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut.

Kedua, ia mampu membangun pendirian tentang produk tersebut.

Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat.

b. Perilaku Pembelian Pengurang Disonansi

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami

disonansi/ketidaksesuaian yang muncul dari pengamatan terhadap

hal-hal yang mengganggu dari produk yang telah dibeli atau kabar tentang

(39)

commit to user

24

waspada terhadap informasi yang membenarkan keputusannya. Jadi,

komunikasi pemasaran harus ditujukan pada penyediaan keyakinan dan

evaluasi yang membantu konsumen merasa puas dengan pilihan

mereknya.

c. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan

Perilaku konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah

tidak melalui urutan umum keyakinan/pendirian/perilaku. Konsumen

tidak mencari informasi tentang merek secara ekstensif, mengevaluasi

karakteristik mereka, dan mengambil keputusan yang penuh

pertimbangan tentang merek apa yang akan dibeli.

d. Perilaku Pembelian yang Mencari Variasi

Konsumen sering melakukan perpindahan merek pada situasi

pembelian yang ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah

namun perbedaan merek yang signifikan. Perpindahan merek terjadi

karena variasi daripada ketidakpuasan.

3. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian

Tahap dalam proses keputusan pembelian menurut Kotler (1997:170)

ada lima tahap, yaitu:

Pengenalan

(40)

commit to user

25 a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan merasakan perbedaan antara keadaan (realitas) dengan

keinginan. Bagi pemasar bisa mengembangkan strategi pemasaran yang

memicu minat konsumen.

b. Pencarian Informasi

Pencarian informasi oleh konsumen bertujuan untuk mendapatkan

produk bagi pemenuhan kebutuhannya. Bagi pemasar, informasi dari

konsumen bisa mengidentifikasi rangsangan yang paling sering yang

mengembangkan minat akan suatu produk.

c. Evaluasi Alternatif

Evaluasi konsumen dikatakan sebagai orientasi kognitif, yaitu

konsumen membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan

kesadaran dan rasio.

d. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan situasi dimana konsumen melakukan

aktivitas usaha yang dimulai dari timbulnya kebutuhan, merencanakan,

pencarian informasi, pencarian alternatif untuk memperoleh produk,

baik barang maupun jasa (Kotler, 1994:269). Terdapat tiga jenis utama

keputusan pembelian, yaitu:

1) Pembelian Baru (First Buying)

Merupakan situasi yang menggambarkan pembeli yang membeli

(41)

commit to user

26

melakukan pembelian baru dengan mencari informasi tentang toko

dari lingkungannya. Situasi pembelian baru ini benar-benar

merupakan peluang dan tantangan terbesar bagi pemasar. Pihak

manajemen akan berusaha mendekati sebanyak mungkin calon

konsumen dengan cara memberikan berbagai informasi dan bantuan.

2) Pembelian Ulang (Straight Rebuying)

Merupakan situasi dimana konsumen melakukan pembelian ulang

yang kedua atau lebih produk-produk yang dibutuhkannya, dan ini

dilakukan secara rutin. Pembeli memilih hal ini berdasarkan

pengalaman dan kepuasan yang didapat dari pembelian yang lalu.

Produsen (dalam hal ini restoran) akan terus berusaha

mempertahankan kualitas produk, pelayanan, beserta atribut lainnya.

3) Pembelian Penyesuaian (Modification Buying)

Menggambarkan situasi dimana pembeli ingin merubah spesifikasi

produk, harga dan persyaratan lain yang dulu pernah dilakukan atau

terdapat situasi dimana ada kesempatan-kesempatan tertentu seperti

produk yang pernah dibeli tetapi dengan spesifikasi khusus

(misalnya discount, model yang lagi ngetrend, dan lain-lain). Pihak

manajemen akan berusaha sebaik mungkin agar pembeli jangan lari

ke toko atau pemasok lain, sementara itu fenomena seperti ini akan

(42)

commit to user

27 e. Perilaku Pasca Pembelian

Konsumen akan mengalami salah satu dari dua hal, yaitu puas dan tidak

puas. Bagi pemasar akan menentukan strategi selanjutnya untuk

membuat konsumen punya loyalitas terhadap produk yang

ditawarkannya. Ukuran loyalitas bagi konsumen adalah melakukan

pembelian ulang dan merekomendasikan (menceritakan) ke orang lain

tentang produk yang dibelinya, agar orang tersebut melakukan

pembelian terhadap produk yang sama dan tempat yang sama.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Peter & Olsen (1994)

dalam Rangkuti (2002) juga memperlihatkan hasil penelitian yang

menyebutkan bahwa apabila pelanggan dihadapkan pada pilihan seperti nama

merek, harga, serta berbagai atribut produk lainnya, ia akan cenderung

memilih nama merek terlebih dahulu setelah itu baru memikirkan harga.

Penelitian Chaplin and John 2005 prinsip dari hubungan antara brand

mendapat persetujuan dalam kepustakaan. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa orang memilih brand yang cocok dengan konsep diri

mreka. Contohnya konsumen yg menamakan dirinya sebagai inovatif akan

berhubungan dengan brand yang fokus dengan inovasi.

Dengan penelitian yang berjudul Drivers of Brand Commitment: A

Cross-National Investigation, Andreas B. Eisingerich and Gaia Rubera 2010

(43)

commit to user

28

memperkenalkan 4 elemen manajemen global: inovasi brand, dan hubungan

antar brand, orientasi customer dan tanggung jawab sosial. Sebagai tambahan,

menghitung pengaruh dari budaya nasional segagai faktor riil yang

mempengaruhi aktivitas brand

D. Kerangka Pemikiran

Dari tinjauan pustaka dan beberapa dasar teori yang ada serta

pemahaman terhadap penelitian sebelumnya, maka berikut ini dibentuk

kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara elemen kunci

manajemen merek dengan komitmen terhadap merek (brand commitment).

Gambar: II.2. Kerangka pemikiran analisis pengaruh elemen kunci

manajemen merek terhadap komitmen merek.

Brand Innovativeness

Brand Customer Orientation

Brand Self Relevance

Brand Social Responsibility

(44)

commit to user

29

Dari model di atas dapat dijelaskan bahwa brand commitmen sebagai

variabel terikat (dependent variable) dipengaruhi oleh pembentuk elemen

kunci manajemen merek yaitu brand innovativenesss, brand customer

orientation, brand self relevance dan brand social responsibility sebagai

variabel bebas (independent variable). Penelitian ini akan melihat sejauh

mana kekuatan variabel-variabel bebas baik secara bersama-sama maupun

secara individual mempengaruhi brand commitment pada Toko Pertanian UD

RUKUN TANI Karangdowo

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: brand innovativeness berpengaruh secara signifikan terhadap brand

commitment

H2: brand customer orientation berpengaruh secara signifikan terhadap

brand commitment

H3: brand self relevance berpengaruh secara signifikan terhadap brand

commitment

H4: brand social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap brand

commitment.

H5: secara bersama-sama pembentuk elemen kunci manajemen merek

(45)

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap pengunjung Toko Pertanian UD

RUKUN TANI Karangdowo Klaten, untuk kemudian menguji apakah

terdapat pengaruh yang signifikan antara elemen kunci manajemen merek

dengan komitmen terhadap merek (brand commitment) konsumen pada toko

pertanian. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah metode dengan berdasar pada metode survei, yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan atau

individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan

Pangestu, 1996:107). Populasi dalam penelitian adalah konsumen

pengunjung Toko Pertanian UD RUKUN TANI Karangdowo.

2. Sampel

Terdapat dua macam desain dalam pengambilan sampel, yaitu: (1)

pengambilan sampel probabilitas (probability sampling) yang terdiri dari

(46)

commit to user

31

kumpulan, metode daerah, dan metode ganda, dan (2) pengambilan sampel

non probabilitas (non probability sampling) yang terdiri dari metode

pengambilan sampel mudah (convenience sampling) dan metode

pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling).

Besarnya sample yang diambil dalam penelitian ini adalah

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut ini:

a. Roscoe (1975) dalam Sekaran (2000:296) memberikan Rule of Thumb,

yaitu besarnya sample yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500

sudah mencukupi untuk penelitian.

b. Di dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti jumlahnya tidak

terhingga, sehingga sampel yang akan diambil harus tepat jumlahnya.

Untuk mengambil sampel digunakan rumus:

(Djarwanto dan Pangestu, 1996:59)

Keterangan:

n : Jumlah sampel

Z : Angka yang menunjukkan penyimpangan nilai varians dari mean

E : Error

Dengan nilai α ( level of significancy) = 0,05 diharapkan besarnya

kesalahan tidak sampai 0,1. dari sini akan didapat perhitungan sebagai

(47)

commit to user

memudahkan perhitungan maka jumlah sampel dibulatkan menjadi 100

orang dan jumlah tersebut diperkirakan sudah dapat mewakili populasi.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan disain non

probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004). Dengan melihat

karakteristik populasi yang ada dan tujuan penelitian ini, maka penentuan

responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

metode purposive sampling, yakni dengan memilih responden anggota

populasi yang memenuhi kriteria tertentu. Menurut Armanda D. Prus dan

D. Randall Brandt dalam Arvianti (2004), disebutkan bahwa perilaku

pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang mengulangi pembelian

terhadap suatu produk. Ukuran loyalitas bagi konsumen adalah melakukan

pembelian ulang dan merekomendasikan (menceritakan) ke orang lain

tentang produk yang dibelinya (Kotter, 1994). Sedangkan pembelian ulang

merupakan situasi dimana konsumen melakukan pembelian ulang yang

(48)

commit to user

33

kedua atau lebih produk-produk yang dibutuhkannya, dan ini dilakukan

secara rutin (Kottler, 1994; Lu Ting Pong dan Tang Pui Yee, 2001). Jadi

dalam penelitian ini, kriteria responden yang dibutuhkan adalah konsumen

Toko Pertanian UD RUKUN TANI Karangdowo yang pernah melakukan

pembelian minimal dua kali. Selanjutnya penelitian akan menggunakan

100 responden yang telah mengisi kuesioner dengan baik serta memenuhi

kriteria penelitian yang telah ditentukan.

C. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional

1. Teknik Pengukuran Variabel

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam

penelitian ini adalah kuesioner, yaitu suatu angket yang berisi serangkaian

pertanyaan yang disebarkan kepada responden untuk mendapatkan

jawaban mereka. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Likert.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang bersifat memberikan arti

kepada suatu variabel dengan menetapkan kegiatan-kegiatan atau

tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur variabel tersebut. Definisi

operasional ini akan memberikan batasan, ciri atau indikator suatu variabel

dengan merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel tersebut. Jadi, dalam definisi operasional ini harus

(49)

commit to user

34

mengamatinya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai variabel-variabel

dalam penelitian ini berikut dengan definisi operasionalnya.

a. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat (variabel dependent) adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen (bebas). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah komitmen terhadap merek (brand

commitment)

Serangkaian kegiatan komplek yang meliputi penanganan

hubungan dengan pelanggan dan para pemangku kepentingan

(stokeholder) yang lain, sambil menjelaskan tindakan dan reputasi

terdahulu suatu perusahaan dan tindakan pesaing, dalam upaya

membangun subuah citra kuat yang memenangkan komitmen

konsumen terhadap suatu produk atau jalur produk (Keller 1993).

Niat (intentions) oleh Aaker, Kumar dan Day (2001) diartikan

sebagai harapan seseorang di masa yang akan datang terhadap apa yang

akan dilakukan terhadap suatu objek. Jadi, niat pembelian (purchase

intentions) adalah kecenderungan konsumen untuk membeli atau

menggunakan suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan

dengan pembelian dan penggunaan yang diukur dengan tingkat

kemungkinan konsumen melakukan pembelian atau penggunaan.

Variabel ini diindikasikan oleh ketertarikan dan niat konsumen dalam

(50)

commit to user

35

Pengukuran variabel ini menggunakan 5 item pertanyaan dimana

4 item pertanyaan diukur dengan skala likert 5 jenjang dengan nilai

masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2

untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban netral (N), skor

4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS)

dan 1 pertanyaan terbuka yang digunakan untuk mengetahui alasan

mengapa konsumen membeli di Virtako ditoko pertanian tersebut.

b. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas (variabel independent) merupakan variabel yang

diharapkan mempengaruhi variabel terikat (variabel dependent). Dalam

penelitian ini, variabel independent terdiri dari pembentuk elemen kunci

manajemen merek yaitu:

c. Daya inovasi merek (brand innovativeness)

Daya inovasi merek (brand innovativeness) adalah seberapa jauh

konsumen menganggap merk mampu memberikan solusi yang baru

dan manfaat terhadap kebutuhan mereka (schumpeter 1934).

Indikatornya:

1) Memberikan solusi yang efektif terhadapkebutuhan pelanggan.

2) Untuk memberikan solusi baru terhadap pelanggan.

3) Produk yang selalu menjual penawaran produk yang sama tanpa

menghiraukan kebutuhan pelanggan.

4) Produk tidak mampu memberikan sebuah solusi baru terhadap

(51)

commit to user

36

d. Orientasi pelanggan terhadap merk (Brand Costomer Orientation )

Orientasi pelanggan terhadap merk (Brand Costomer Orientation)

adalah orientasi pelanggan mengacu kepada seberapa jauh suatu

organisasi dan orang memfokuskan upaya mereka memahami dan

memuaskan pelanggan (Kohli dan Jaworski 1990). Indikatornya:

a. Persoalan setiap pelanggan penting buat merk.

b. Mencoba untuk membuat setiap pelanggan merasa dirinya sebagai

satu satunya pelanggan.

c. Terkenal karena perhatiannya kepada kebutuhan pelanggan.

d. Memberikan perhatian khusus kepada setiap pelanggan.

e. Relevansi dari merk (Brand Self relevance)

Relevansi dari merk (Brand Self relevance) adalah serangkaian

struktur pengetahuan diri tentang diri yang membantu

merepresentasikan dan membuat dirinya masuk akal dalam

lingkungan (Aron, Aron, dan Smollan 1992). Indikatornya:

4) Mudah untuk membayangkan sebuah kehidupan yang terpenuhi.

5) Banyak bermanfaat.

6) Produk adalah hal yang terbaik dalam kehidupan.

f. Tanggung jawab sosial merek (brand and social responsibility)

Tanggung jawab sosial merek (brand and social responsibility)

adalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan persepsi pemangku

kepentingan dan kewajiban kemasyarakatan suatau perusahaan (Sen

(52)

commit to user

37

a) Bermanfaat bagi kesejahteraaan masyarakat.

b) Bertanggung jawab secara sosial.

c) Menyumbangkan terhadap masyarakat.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Kim

& Kim (2004) dalam Tjiptono (2005). Skala yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala Likert. Skala ini yang paling populer untuk

pengukuran sikap karena mudah untuk peneliti untuk mempersiapkan

kuesioner dan mudah bagi responden untuk merespon pertanyaan

(Schiffman, 1990:282). Skala ini berinterasi 1-5 dengan pilihan jawaban

sebagai berikut:

· ( ) Sangat Setuju (SS)

· ( ) Setuju (S)

· ( ) Netral (N)

· ( ) Tidak Setuju (TS)

· ( ) Tidak Setuju Sekali (TSS)

Pemberian skor untuk masing-masing jawaban dalam kuesioner adalah

sebagai berikut:

· Pilihan pertama, memiliki nilai skor 5 (lima)

· Pilihan kedua, memiliki nilai skor 4 (empat)

(53)

commit to user

38

· Pilihan keempat memiliki nilai skor 2 (dua)

· Pilihan kelima memiliki nilai skor 1 (satu)

Dalam penelitian ini, kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Bagian

pertama terdiri dari pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui identitas

responden, mulai dari nama responden, jenis kelamin sampai dengan

tempat tinggal responden saat ini.

Bagian kedua terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan elemen

kunci manajemen merek, dilanjutkan dengan pengukuran komitmen

terhadap merek (brand commitment) konsumen toko pertanian UD

RUKUN TANI Karangdowo. Pada bagian kedua ini, pertama kali

responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan

daya inovasi merek (brand innovativeness), orintasi pelanggan terhadap

merek (brand customer orientation) menjadi bagian berikutnya dari

instrumen penelitian ini. Pertanyaan selanjutnya berkaitan dengan loyalitas

merek (brand lolalty). Pertanyaan mengenai komitmen terhadap merek

(brand commitment) menjadi akhir pertanyaan pada bagian kedua. Semua

item pertanyaan, kecuali dimensi brand innovativeness diukur

menggunakan skala likert 5 point.

D. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan yaitu:

1) Data primer (data konsumen) yaitu data yang dikumpulkan dan diolah

Gambar

Gambar II.2. Kerangka Pemikiran......................................................................
Gambar II.1. Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian
tabel product moment. Taraf signifikansi ditetapkan dengan alpha 5%,
Tabel IV.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk, selanjutnya diuji homogenitasnya dengan Levene’s test Dikarenakan data yang diteliti tidak berdistribusi normal

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistika diperoleh hasil sebagai berikut: Terdapat hubungan yang berarti antara kelincahan dengan hasil

Pengaruh media televisi Si Bolang terhadap kemampuan menulis teks deskripsi siswa adalah terlihatnya pengaruh yang signifikan terhadap hasil menulis teks

Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan (Quraish Shihab, 2002: 775). Ibnu Katsir menafsirkan al- mauizhah hasanah sebagai pemberian

Berdasarkan latar belakang problematika dan analisis terhadap pengembangan skill pegawai seksi penyelenggara haji dan umroh Kementerian Agama kota Semarang maka

Setelah diketahui adanya bioaktifitas bakteri penghasil antibiotika dari mikroba endofitik pada surian, tumbuhan ini dapat dikembangkan sebagai bahan dasar obat

Analisis kelayakan finansial akan membahas mengenai biaya modal (biaya langsung dan biaya tidak langsung) yang penulis asumsikan dikeluarkan oleh investor, biaya

Tujuan yang diharapkan penciptaan kapal ini adalah untuk membuat suatu kapal penyelamat yang berbasis autonomus sehingga pada saat melakukan misi penyelamatan di laut