• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

KEMISKINAN

KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

TAHUN 2016

Tagulandang Biaro tahun 2016 sebanyak 6.960

jiwa dengan tingkat kemiskinan sebesar 10,58

persen. Menurun sebesar 0,35 point dibandingkan

dengan tingkat kemiskinan tahun 2015 sebesar

10,93 persen dengan jumlah penduduk miskin

7.150 orang.

Indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap

indeks-P1) sebesar 1,44 yang artinya bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin di daerah ini

semakin mendekat ke arah garis kemiskinan.

Indeks keparahan kemiskinan (poverty Saverity

Index-P2) sebesar 0,31 yang artinya bahwa tingkat

keparahan kemiskinan dalam hal kesenjangan

pengeluaran di antara penduduk miskin di daerah

ini semakin kecil.

Garis kemiskinan sebesar Rp. 264.632 per

kapita/bulan. Meningkat sebesar 7,84 persen dari

tahun 2015 dengan nilai garis kemiskinan sebesar

(2)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

I. PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan suatu penyakit yang harus diperangi oleh pemerintah suatu

negara dimanapun berada. Untuk itu badan dunia PBB bersepakat menetapkan bahwa

pembangunan abad ini melalui keputusan Milenium Development Goals (MDGs) yang

mana pengentasan kemiskinan diangkat sebagai satu dari delapan masalah utama dalam

pembangunan negara berkembang. Begitu juga dengan pemerintah Indonesia.

Pemerintah Indonesia selama ini selalu memberikan perhatian yang besar terhadap

upaya penanggulangan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri. Kebijakan

pro-poor yang mengangkat masalah kemiskinan sebagai satu dari tiga masalah utama

pembangunan yang harus diatasi, menunjukan komitmen pemerintah Indonesia dalam

mengatasi kemiskinan. Sebagai tindak lanjut telah diterbitkan beberapa peraturan

perundang-undangan antara lain berupa UU nomor 13/2011 tentang penangan fakir

miskin, Perpres nomor 13/2009 tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan, Perpres

nomor 15/2010 Percepatan penanggulangan kemiskinan dan Permedagri nomor 34/2009

tentang pedoman pembentukan Tim koordinasi Kemiskinan provinsi dan Kabupaten/kota

serta Permedagri nomor 18/tahun 2017 tentang tim koordinasi penanggulangan

kemiskinan provinsi dan kabupaten/kota.

Hal ini berlaku juga untuk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan

visi “Kabupaten Bahari Yang semakin Sejahtera dan Berdaya Saing” tetap melakukan

upaya-upaya pengentasan kemiskinan. Upaya tersebut tercermin dari sasaran

pembangunan daerah ini yaitu meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan sosial dengan

menargetkan persentase penduduk miskin (head count indeks) semakin berkurang dan

sampai akhir tahun 2018 mencapai 9,00 persen. Malahan untuk mencapai sasaran

tersebut, dalam prioritas belanja daerah 2013 - 2018 program pembangunan berupa

penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan prioritas utama.

II. KONSEP DEFINISI DAN METODE PENGUKURAN

Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan

adalah tersedianya indikator kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran

kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil

(3)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah

terhadap kemiskinan.

Banyak konsep dan definisi dalam mengukur kemiskinan, sehingga kemiskinan

menjadi relatif dilihat dari sudut pandang yang berbeda baik oleh perorangan maupun

lembaga/institusi. Namun karena data yang digunakan disini adalah bersumber dari BPS

maka konsep dan definisi mengacu kepada konsep dan definisi yang digunakan oleh BPS.

BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic-needs

approach) dalam mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan

dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Berdasarkan pendekatan basic needs, maka dapat dihitung “garis kemiskinan

konsumsi” dan selanjutnya dapat dihitung persentase penduduk miskin (Head Count Index), yaitu persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan konsumsi.

Garis kemiskinan konsumsi dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan dan

bukan makanan per kapita pada kelompok penduduk referensi, yaitu penduduk kelas

marjinal yang hidupnya berada sedikit diatas garis kemiskinan konsumsi. Garis

kemiskinan konsumsi terdiri dari garis kemiskinan makanan (batas kecukupan konsumsi

makanan) dan garis kemiskinan makanan (batas kecukupan konsumsi

non-makanan).

Batas kecukupan konsumsi makanan dihitung dari besarnya rupiah yang

dikeluarkan untuk makanan yang memenuhi kebutuhan minimum enerji 2100 kalori per

kapita per hari. Batas kecukupan konsumsi non-makanan dihitung dari besarnya rupiah

yang dikeluarkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan minimum non-makanan,

seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendididkan.

Pengukuran Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan:

Untuk mengukur tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan, Foster, Greer,

danThorbecke (1984) merumuskan suatu ukuran seperti berikut:

(4)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016 Dimana:

 = 0,1,2

Z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada di

bawah garis kemiskinan (i=1,2,…,q), yi < z

Q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan N = Jumlah penduduk

Jika =0 maka diperoleh Head Count Index (P0) yaitu persentase penduduk miskin,

sedanglan jika =1 diperoleh Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index), dan

=2 diperoleh Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks).

Adapun indikator utama mengenai kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS, yaitu:

1. Head Count Index (HCI-P0) yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (poverty Gap Index-P1) yang merupakan ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Semakin tinggi nilai angka indeksnya, semakin jauh rata-rata

pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

3. Indeks Keparahan Kemiskinan (poverty Saverity Index-P2) yang memberikan

gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin

tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk

miskin.

III. KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

TAHUN 2016

Tahun 2016, tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

adalah sebesar 10,58 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 6.960 orang.

Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,35 point dibandingkan dengan tingkat

kemiskinan pada tahun 2015 sebesar 10,93 persen dengan jumlah penduduk miskin 7.150

orang. Dilihat untuk empat tahun terakhir ini angka kemiskinan ini cenderung menurun,

yang mana pada tahun 2013 tingkat kemiskinan daerah ini sebesar 11,35 persen dan

(5)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

Selanjutnya indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap indeks) untuk daerah ini

menunjukan angka indeks sebesar 1,44 yang artinya bahwa rata-rata pengeluaran

penduduk miskin di daerah ini semakin mendekat ke arah garis kemiskinan. Kemudian

indeks keparahan kemiskinan (poverty Saverity Index) daerah ini pada tahun 2016

menunjukan angka indeks sebesar 0,31 yang artinya bahwa tingkat keparahan kemiskinan

dalam hal kesenjangan pengeluaran di antara penduduk miskin di daerah ini semakin kecil

sehingga dalam penangan pengentasan kemiskinan sedikit lebih mudah. Walaupun begitu

perlu ada kehati-hatian karena dari kedua angka indeks tersebut dibandingkan dengan

angka indeks tahun sebelumnya mulai menunjukan tren yang melebar.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dan Garis Kemiskinan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Tahun 2015 dan 2016

Indikator Kemiskinan 2015 2016

(1) (2) (3)

Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang) 7,15 6,96

Persentase Penduduk Miskin (%) 10,93 10,58

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 1,17 1,44

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,22 0,31

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 245.388 264.632

11,35

Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Tahun 2013 – 2016

(6)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

Garis kemiskinan masyarakat miskin di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro pada tahun 2016 sebesar Rp. 264.632 per kapita/bulan. Ini artinya pada tahun 2016

setiap penduduk miskin yang ada di daerah ini pengeluaran dalam sebulan untuk

memenuhi kebutuhan pokoknya baik makanan dan non makanan tidak melebihi nilai

sebesar Rp. 264.632. Kata lain bahwa setiap penduduk yang tingkat pengeluaran

konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya di bawah nilai tersebut berkategori

penduduk miskin.

Dibandingkan tahun sebelumnya nilai garis kemiskinan ini mengalami peningkatan

sebesar 7,84 persen dari tahun 2015 dengan nilai garis kemiskinan sebesar Rp.245.388

per kapita/bulan. Kenaikan tersebut menunjukan terjadinya inflasi atau kenaikan harga

dari barang konsumsi kebutuhan pokok penduduk miskin baik bahan makanan maupun

non makanan. Ini artinya jika nilai konsumsi masih sama seperti tahun sebelumnya

ataupun hanya meningkat sedikit saja maka persentase penduduk miskin di daerah ini

akan semakin besar berkurangnya. Untuk itu pengendalian inflasi di daerah khususnya

untuk bahan-bahan kebutuhan pokok mutlak dilakukan.

IV. PERBANDINGAN DENGAN KAB./KOTA SE SULAWESI UTARA

Dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Sulawesi

Utara menunjukan bahwa pada tahun 2016 head count index atau persentase penduduk

miskin di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih berada pada angka

psikologis dua digit walaupun dengan tren yang cenderung menurun. Angka ini masih

lebih baik dari Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara

dan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Namun dari sisi jumlah penduduk miskin, Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki jumlah penduduk miskin tersedikit ketiga

(7)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

Tabel 2

Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan

(8)

Kemiskinan Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016

Informasi lebih lanjut hubungi:

Lutfi Alfia, S.Si, MAP.

Kepala Seksi Statistik Sosial Kependudukan

BPS Kabupaten Kepl. Siau Tagulandang Biaro

Telepon: -

Fax.: -

Email: bps7108@bps.go.id

Homepage: http://sitaro.bps.go.id

BPS PROVINSI SULAWESI UTARA

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik.

Boleh mengutip dengan menyebutkan sumbernya

SUKSESKAN

BADAN PUSAT STATISTIK

Gambar

Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

dalam membentuk moral yang baik di masyarakat Pagelaran

Dalam degrees of comparison, untuk menyatakan bahwa kata benda memiliki jumlah yang lebih banyak, maka digunakan rumus More + Kata Benda (Noun).. Dalam hal ini digunakan kata more

kegiatan mereka sendiri atau menjadikan peserta didik sebagai students center dapat saling berhubungan dengan pendekatan dan model pembelajaran yang

Diharapkan dengan adanya metode Material Requirement Planning (MRP) perencanaan dan persediaan bahan baku produksi berjalan dengan baik dan keberhasilan dalam pemenuhan

Berikut ini merupakan jenis fauna yang tidak ada di Indonesia bagian timur adalah ..... Hutan bakau (mangrove) di Indonesia dapat dijumpai di daerah berikut ini,

Jika diasumsikan bahwa foton yang tiba pada panel surya tidak mengalami absorpsi oleh materi di Tata Surya maupun oleh atmosfer Bumi, dan tidak ada daya yang hilang dari panel surya

Misalkan piringan Bulan dan Matahari tampak dengan diameter sudut yang sama ( D ) dan kedua titik pusat piringan objek terpisah oleh jarak D/ 2.. Dari gambar di bawah ini,

biaya yang ditanggung penjual akan lebih besar dengan harga pokok penjualan lebih kecil.. biaya ditanggung penjual lebih besar dengan pertimbangan harga pokok penjualan