BUKTI AUDIT SEBAGAI SENJATA AUDITOR DALAM MENGHADAPI KASUS LITIGASI
Siti Afidatul Khotijah khotijahafi@gmail.com
Magister Akuntansi, Universitas Islam Indonesia
Pendahuluan
Kecenderungan penting muncul pada tahun 1980-an, berlanjut dalam tahun 1990-an,
sampai lahirnya Private Securities Litigation Reform Act pada tahun 1995. Jumlah dan biaya
litigasi meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Hal ini sebagian besar disebabkan
oleh banyaknya laporan kegagalan bisnis yang berakibat pada kerugian signifikan yang
diderita oleh para investor dan pembayar pajak. Namun tidak semua kegagalan itu dapat
dianggap sebagai kegagalan audit. Tumbuhnya kesadaran akan adanya masalah pada sistem
peradilan, mendorong terciptanya Coalition to Eliminate Abusive Securities Suits (CEASS).
Koalisi ini berusaha memenangkan perubahan undang-undang yang dapat mengendalikan
litigasi yang tidak terjamin [ CITATION Wilth \l 1057 ].
Munculnya resiko terutama dalam litigasi audit, mengharuskan auditor
mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Disamping itu juga sudah
banyak kasus yang berkaitan dengan litigasi Audit, seperti kasus Credit Alliance Corporation
vs Arthur Andersen, Pemerintah Amerika Serikat vs White, dan masih banyak kasus lainnya.
Beberapa panduan yang diterbitkan oleh CPA untuk meminimalkan resiko litigasi diantaranya
a.) Menggunakan surat perikatan untuk semua jenis profesional; b.) Melakukan investigasi
yang menyeluruh atas klien prospektif; c.) Lebih menekankan mutu jasa daripada
pertumbuhan; d.) Mematuhi sepenuhnya ketentuan profesional; e.) Mengakui kterbatasan
ketentuan profesional; f.) Menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian
1
mutu; g.) Memperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang keterlibatan klien
dalam kesulitan keuangan; h.) Mewaspadai risiko audit.
Selain hal siatas, auditor juga harus memiliki bukti yang benar-benar cukup ketika
akan memberikan opini dalam audit yang telah dilakukan. Hal tersebut akan sangat penting
ketika suatu saat auditor terseret dalam kasus litigasi, amka dia memiliki bukti yang kuat.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis akan membahas mengenai pentingnya bukti audit untuk
kasus litigasi.
Pembahasan
Bukti yang diperoleh auditor harus cukup, mengingat seringnya dampak yang akan
dihadapi oleh pihak-pihak yang terlibat dan bertanggungjawab dalam kejadian kecurangan.
Auditor dapat menghadapi tuntutan hukum dari pihak yang merasa dirugikan akibat
kesalahan auditor yang mengambil simpulan dari fakta-fakta yang tidak lengkap. Standar
audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP) SK Kepala Balai Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan No Kep.378/K/1996 tentang Standar Pelaksanaan Audit APFP
bahwa “ Bukti Audit yang relevan, kompeten dan cukup harus diperoleh sebagai dasar yang
memadai untuk mendukung pendapat simpulan dan saran. Makna relevan yaitu logis
mendukung pendapat/kesimpulan; Kompeten yaitu sah dan dapat diandalkan menjamin
kesesuaian dengan fakta, dan Cukup dalam arti jumlah bukti untuk menarik kesimpulan.
Bukti audit diolah melalui dua tahapan, yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti audit.
Mengumpulkan bukti merupakan tahapan untuk mendapatkan keyakinan bahwa bukti
yang didapatkan/diidentifikasi dapat diandalkan (leading) atau tidak dapat diandalkan
(misleading). Bila tidak, maka harus dievaluasi untuk menentukan apakah audit harus
diselesaikan sebagaimana yang direncanakan. Bukti dapat diperoleh dari saksi, korban dan
pelaku; Pencarian dan penggeledahan; Penggunaan alat bantu (computer), dan tenaga ahli.
2
Sedangkan evaluasi bukti merupakan tahapan yang paling kritis sebab pada tahap ini akan
ditentukan diperluas atau tidaknya untuk mendapatkan informasi tambahan sebelum simpulan
diambil dan laporan disusun. Kegiatan mencakup evaluasi relevansi dapat diterima dan
kompetensi. Evaluasi bukti dilakukan bila seluruh bukti terkait telah diperoleh. Hal ini
dilakukan untuk (i) menilai kasus terbukti atau tidak kebenarannya; (ii) evaluasi berkala
untuk menilai kesesuaian hipotesis dengan fakta yang ada, (iii) perlu tidaknya pengembangan
suatu bukti, (iv) antisipasi dengan urutan proses kejadian (sequence) dan kerangka waktu
kejadian/time frame). Teknis analisis bukti meliputi (i) Find, (ii) Read and interpret
documents, (iii) Determinate relevance, (iv) verify the evidence, (v) assemble the evidence,
dan (vi) Draw conclusion.
Pembuktian Bukti
Pembuktian menurut KUHAP antara lain Pasal 183 menetapkan bahwa Hakim tidak
boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana telah terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya [ CITATION Hum13 \l 1057 ]. Sedangkan
jenis alat bukti yang sah (I) keterangan saksi (Pasal 185, Pasal 1 butir 27); (ii) Keterangan
Ahli (Pasal 187, Pasal 1 butir 28). (iii) Surat (Pasal 187), (iv) Petunjuk (Pasal 186), (v)
Keterangan Terdakwa (Pasal 189). Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk menbuktikan
bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus
disertai dengan alat bukti yang lain.
Selanjutnya, hasil dari pembuktian ditingkat penyidikan dan berkasnya dengan
bukti-bukti yang cukup diserahkan kepada penuntut umum untuk diteliti berkas perkaranya bila
tidak cukup bukti dihentikan penuntutan. Sebaliknya, bila cukup bukti dilimpahkan ke
pengadilan negeri untuk dilaksanakan pembuktian di persidangan. Penggalian bukti untuk
diajukan ke persidangan biasanya juga melibatkan audit forensik dalam prosesnya.
3
Kesimpulan
Banyak kasus lama yang melibatkan auditor hingga ke pengadilan menjadikan auditor
harus lebih prepare dalam segala hal, termasuk menyiapkan senjata ketika suatu saat auditor
terseret ke pengadilan. Salah satu yang harus diyakini kecukupannya adalah bukti audit yang
kompeten, cukup dan lengkap. Dalam menyiapkan bukti, melalui tahapan pengumpulan bukti
kemudian evaluasi bukti. Dengan begitu bukti yang diperoleh diyakini kebenarannya sebagai
dasar menentukan opini yang tepat.
Daftar Pustaka
Boynton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (t.th.). Modern Auditing. Jakarta: Erlangga.
Humas Universitas Narotama. (2013, April 26). Audit Forensik Membedah Fraud dan Litigasi. Diambil kembali dari Universitas Narotama:
http://akuntansi.fenaro.narotama.ac.id/2013/04/audit-forensik-membedah-fraud-dan-litigasi/
4