• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor yang mempengaruhi profitabilitas abortus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "faktor yang mempengaruhi profitabilitas abortus"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan, angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah di tentukan dalam tujuan millenium development goals (MDGs) yiatu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.(Menpan, 2013)

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 10.000 kelahiran hidup, selama periode 1991-2007 AKI di Indonesia mengalami penurunan yaitu dari 390 menjadi 228 per 10.000 kelahiran hidup, meskipun AKI tahun 1991 dan 2012 tidak jauh berbeda namun untuk mencapai target MGDs pada tahun 2015 102 per 10.000 kelahiran hidup diperkirakan sulit tercapai. (Kemenkes, 2014)

Penyebab utama kematian Maternal 30,3 % di sebabkan oleh perdarahan, 27,1 % disebabkan oleh hipertensi, 7,3 % disebabkan oleh infeksi, lain-lain 40,8 %, sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian terendah. Yang di maksud lain-lain merupakan penyebab kematian ibu secara tidak langsung seperti kondisi penyakit jantung, kanker, ginjal, tuberculosis dan penyakit lain yang di derita ibu. (Kemenkes, 2014).

(2)

kehamilan kurang dari 22 minggu, sedangkan perdarahan pada kehamilan lanjut atau perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu atau sampai sebelum bayi dilahirkan, yang termasuk ke dalam perdarahan antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, gangguan pembekuan darah (Saifuddin, 2010).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2006)

Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu), tahap-tahap abortus spontan meliputi abortus imminens (kehamilan yang dapat berlanjut), abortus insipiens (kehamilan yang tidak akan berlanjut dana akan berkembang menjadi abortus komplit atau inkomplit), abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan), abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan) (Saifuddin, 2010).

(3)

Kejadian abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko diantaranya faktor usia, frekuensi abortus secara klinis terdeteksi 12 persen pada wanita yang usianya kurang dari 20 tahun, sedangkan pada wanita yang 35 tahun keatas frekuensi abortus nya meningkat menjadi 26 persen, resiko abortus juga meningkat sesuai dengan paritas dan riwayat abortus. (Cunningham, 2005)

Menurut penelitian Machonochi 2006, Risk factors for first trimester miscarriage — results from a UK-population-based case–control study faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya abortus spontan yaitu usia ibu, riwayat abortus, terminasi kehamilan, infertilitas, indeks massa tubuh kurang,

mengkonsumsi alkohol, psikologis, usia ayah, dan berganti-ganti pasangan. (Machonochi, 2006)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012), skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus di wilayah Puskesmas Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Tahun 2012,

mendapatkan hasil bahwa usia ibu, pekerjaan, riwayat abortus, prilaku merokok, indeks massa tubuh (IMT), dan asupan nutrisi mempunyai hubungan dengan

kejadian resiko abortus sedangkan umur suami, paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan, pendidikan ibu, sosial ekonomi, penyakit infeksi, dan usia menarch ibu tidak ada hubungan dengan kejadian risiko abortus.

(4)

mengalami abortus, hal tersebut cukup memcengangkan peneliti dikarenakan selama peneliti melakukan praktik kebidanan kasus abortus spontan terbanyak yang ditemukan peneliti yaitu Di Kutawaluya. Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktor terjadinya abortus pada Ny.R di Puskesmas Kutawaluya.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraiakan di atas dapat di rumuskan fokus masalah penelitianya adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi abortus ny. R.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah hubungan abortus Ny. R dengan faktor usia, faktor paritas, riwayat abortus, faktor lingkungan, faktor paternal?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor resiko yang berhungan dengan kejadian abortus pada ny. R

1.4.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menganalisis gambaran kejadian abortus pada ny. R

(5)

1.3.2.4 Menganalisis riwayat abortus Ny. R terhadap hubungan nya dengan abortus

1.3.2.5 Menganalisis faktor lingkungan Ny. R terhadap hubungan nya dengan abortus

1.3.2.6 Menganalisis faktor Paternal Suami Ny. R terhadap hubungan nya dengan abortus

1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Bagi lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu upaya untuk membantu tenaga kesehatan dalam pelayanan terhadap komplikasi dalam kehamilan yang dikombinasikan dengan pendidikan kesehatan terkait pentingnya pemantauan kehamilan bagi ibu hamil.

1.5.2 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Kebidanan dan sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya

1.5.3 Bagi peneliti

(6)

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Saifuddin, 2006)

2.1.2 Proses Kehamilan 2.1.2.1 Ovum (Sel Telur)

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi digenital ridge.

2.1.2.2 Spermatozoa (Sel Mani)

(7)

2.1.2.3 Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)

Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan sel telur dituba fallopi. Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida masuk ke villetus ovum. Setelah itu zona pellusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Persatuan ini dalam prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang disebut zygot yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria.

2.1.2.4 Nidasi (Implantasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh sampai yang disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada pada masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.

2.1.2.5 Plasentasi

Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal. (Rachmadini, 2013)

2.1.3 Fase kehamilan

Masa kehamilan dibagi menjadi 3 fase yaitu : 2.1.3.1 Trimester I (0-12 Minggu)

(8)

pada lapisan uterus, perdarahan ini biasanya kurang dari jumlah haid yang normal setelah. 12 minggu kehamilan, pertumbuham janin dalam uterus dapat ibu rasakan diatas sympisis pubis. Ibu juga mengalami kenaikan berat badan 1-2 kg selama hamil trimester pertama

2.1.3.2 Trimester II (13-28 minggu)

Terjadi perubahan uterus, uterus akan semakin membesar. Pada saat usia kehamilan 16 uterus biasanya ada di pertengahan pusat dan sympisis pubis. Ibu juga mengalami kenaikan berat badan sekitar 0,4-0,5 kg per minggu.

2.1.3.3 trimester III (29-42 minggu)

pembesaran uterus semakin bertambah ,pada minggu ke 28 tinggi fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat (Sulistyawati, 2012)

2.1.4 Tanda - Tanda Kehamilan

Untuk dapat menetapkan kehamilan harus dapat dicari atau dibuktikan terdapat tanda kehamilan, yaitu :

2.1.4.1 Tanda tidak pasti kehamilan

(9)

2.1.4.2 Tanda mungkin hamil

Merupakan perubahan-perubahan fisiologis dan anatomis diluar semua tanda presumtif yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil. Tanda – tanda yang mungkin sudah timbul pada kehamilan muda, tetapi dengan tanda mungkin kehamilan hanya boleh diduga. Makin banyak tanda mungkin yang kita dapati, makin besar kemuangkinan hamil. Yang termasuk tanda mungkin hamil yaitu Pembesaran perut, Adanya tanda Piskacek, Tanda Hegar, Tanda Chadwick, Tanda goodell, Adanya Braxton Hicks, teraba Ballothement, Reaksi kehamilan Positive. (Sulistyawati, 2012)

2.1.4.3 Tanda Pasti Kehamilan

Adapun tanda-tanda pasti kehamilan yaitu adanya pergerakan janin, dapat diraba dan dikenal bagian-bagian janin, dapat didengar denyut jantung janin, terlihat rangka janin. (Sulistyawati, 2012)

2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan

(10)

2.2 Abortus

2.2.1 Definisi abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. (Cunningham, 2005)

2.2.2 Jenis abortus

2.2.2.1 Abortus spontan didefinisikan sebagai kehilangan produk konsepsi tanpa disengaja sebelum usia gestasi 24 minggu.

2.2.2.2 Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi, adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis

2.2.2.3 Retensi janin mati (missed abortion) Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulang.

2.2.2.4 Abortus tidak aman (unsafe abortion) Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan pasien. (Yeyeh, 2010)

2.2.3 Klasifikasi Abortus Spontan 2.2.3.1 Abortus Imminens

(11)

atau dipertahankan, dalam kondisi seperti seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan

2.2.3.2 Abortus Insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit. gejalanya berupa perdarahan sedang hingga masif/ banyak, terkadang keluar gumpalan darah, serviks terbuka, uterus sesuai masa kehamilan, kram nyeri perut bawah karena kontraksi rahim kuat.

2.2.3.3 Abortus Inkomplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanal servikalis

2.2.3.4 Abortus komplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri. (Saifudin, 2010)

2.2.4 Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin. Faktor yang menyababkan terjadinya abortus yaitu: 2.2.4.1 Faktor Janin -- kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adlah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni :

(12)

2) Embrio dengan kelainan lokal

3) Abnormalitas pembekuan plasenta (Hipoplasi Trofoblas)

2.2.4.2 Faktor Maternal keguguran spontan di awal kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa faktor maternal berikut ini :

1) usia maternal – resiko bertambah sejalan dengan bertambahnya usia ibu 2) abnormalitas struktur saluran genital -- meliputi retroversi uterus, uterus

bikornuat, dan fibroid

3) infeksi meliputi -- rubella, listeria, dan klamidia

4) penyakit maternal penatalaksanaan dan kontrol terhadap penyakit, seperrti diabetes, penyakit ginjal, dan disfungsi tyroid dapat mengurangi resiko keguguran pada ibu yang menderita penyakit tersebut. Jika penyakit ini tidak terkontrol dengan baik, resiko keguguran akan tetap tinggi.

5) Faktor lingkungan konsumsi kopi dan alkohol yang berebihan disertai merokok, termasuk perokok pasif, telah terbukti dapat meningkatkan resiko keguguran.

6) Multigravida secara signifikan beresiko lebih besar dibandingkan dengan primigravida,

7) Riwayat keguguuran merupakan indikator resiko pertama. (Franser, 2009) 2.2.4 Patofisiologis

(13)

2.2.4.2 Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut 2.2.4.3 Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seutuhnya

2.2.4.4 Pada kehamilan 8-14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurana dan menimbulkan banyak perdarahan 2.2.4.5 Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta

2.2.4.6 Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap 2.2.4.7 Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur

2.2.4.8 Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantong amnion kososng atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus. (Handayani, 2005)

2.2.5 Faktor faktor resiko terjadinya abortus 2.2.6.1 faktor usia

(14)

75 % ibu hamil yang berusia > 35 tahun memiliki resiko lebih tinggi terjadi abortus spontan, dibvandingkan dengan ibu hamil yang berusia 20 – 30 tahun. 2.2.6.2 Faktor Paritas

paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika wanita yang bersngkutan melahirkan satu janin, janin kembar, atau janin kembar lima, juga tidak lebih rendahjika janin (- janin) atau lahir mati. (Cunnigham, 2009)

berdasarkan survei demografi kesehatan indonesia (SDKI) kematian ibu berkaitan dengan 4 terlalu, yaitu terlalu muda hamil dan melahirkan, terlalu tua untuk hamil kembali, terlalu pendek jarak hamil dan bersalin,terlalu banyak anak merupakan penyebab kematian tidak langsung pada ibu. Paritas yang aman antara 2 dan 3, partitas yang lebih dari 3 mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 bisa di tangani dengan penanganan obstetri yang baik, sedangkan pada paritas yang tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan keluarga berencana (KB). Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah. (Cunningham, 2005)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmani (2013), tentang skripsi Faktor-faktor resiko terjdinya abortus di Rs Prikasih Jakarta Selatan pada tahun 2013, faktor paritas dengan kejadian abortus mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian abortus. (Rahmani, 2013)

2.2.6.3 faktor riwayat abortus

(15)

berulang kejadiannnya sekitar 3-5 %. Menurut ford (2009), dalam jurnal Recurrent Pregnancy Loss: Etiology, diagnosis, and Therapy mengungkapkan bahwa ibu hamil yang pernah mengalami 2 kali abortus 30 % akan mengalami nya lagi pada kehamilan selanjutnya, sedangkan ibu hamil yang pernah mengalami 3 kali abortus mempunyai kemungkinan lebih besar terjadi kembali

abortus. (Ford, 2009) 2.2.6.4 faktor lingkungan

Diperkirakan 1-10 % malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi, dan umumnya berakhir dengan abortus. Misalnya paparan dari anastesi dan tembakau. Sigret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon momoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu ke janin serta mamicu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi pertumbuhan janin yang berakibat pada terjadinya abortus. (Hadijanto, 2009) tembakau, alkohol, kafein, radiasi, kontrasepsi, merupakan juga merupakan zat-zat yang dilaporkan berperan dalam insidensi abortus. (Hartanto, 2006)

2.2.6.5 riwayat paternal

(16)

hubungan antara resiko tidak sempurnanya perkembangan janin dari keturunan dari ayah yang sudah tua, dikarnakan terjadinya mutasi.

(17)

2.3 Kerangka berfikir

-() (obstetri williams, )

(obstetri wwiliams.)

(

myles, 2006)

Faktor maternal Faktor janin

- Gangguan Pertumbuhan Zigot,

- Kelainan Telur - Kelainan Embrio

- Abnormalitas Pembekuan Plasenta

Faktor paternal - Usia ayah Kejadian abortus

- Infeksi - Abnormalitas

Struktur Saluran Genital

- Riwayat Penyakit

(18)

Ket : = faktor yang tidak di kaji = faktor yang di kaji

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitan ini dilakukan pada lahan praktik UPTD Puskesmas/Poned Kutawaluya Dusun Krajan B 2 Desa Sampalan Kec. Kutawaluya Kab. Karawang 3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di pakai dalam menganalisis kejadian abortus ini ialah penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Karena peneliti ingin mengungkap secara langsung Gambaran kejadian terjadinya abortus serta faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian abortus yang terjadi pada ny. R. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul untuk membuat kesimpulan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Data penelitian dapat diperoleh peneliti dengan cara mengamati secara langsung dilapangan dengan cara survei awal, observasi serta wawancara langsung dengan responden dan informan.

3.3 Subyek Penelitian

Pada penelitian kualitatif kali ini subyek penelitian adalah Ny. R merupakan pasien abortus spontan, suami, ibu bidan

(19)

Data untuk memenuhi penelitian ini diperoleh secara langsung dari subyek penelitian dilengkapi rekam medik yang merupakan arsip puskesmas kutawaluya guna untuk melengkapi data primer maupun sekunder yang dilaksanakan selama partisipan dilakukan tindakan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan cara observasi, wawancara studi literatur, subjek penelitian dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi

Observasi yang dilakukan dengan cara mengunjungi langsung tempat penelitian yaitu UPTD Puskesmas Kutawaluya dan rumah Ny. R mengamati dan mencatat hal- hal yang penting yang berhubungan dengan objek penelitian. Penelti melakukan awal penelitian pada tanggal 27 maret 2015 sebagai observasi awal. 3.4.2 Wawancara

(20)

ini dilakukan langsung oleh Ny. R, keluarga yang mendampingi saat bersalin dan Bidan yang merujuk

3.4.3 Study Literatur

Study literatur ini dimaksudkan untuk mempelajari dari sumber kepustakaan yang diperoleh baik dalam beberapa jurnal atau pun berupa buku dan internet yang dapat membantu sebagai bahan referensi dalam hal-hal yang berhubungan penyususnan penelitian analisis kejadian abortus komplit pada ny. R.

3.4.3 Mencatat dokumen

dokumentasi metrupakan teknik. pengumplan data dengan cara mempelajari dokumen –dokumen penting yang berhubungan dengan penelitian yaitu buku-buku yang memuat tentang faktor-faktor resiko abortus, foto-foto maupun rekaman audio. Dimaa foto-foto dan rekaman audio diambil dan didokumntasi kan sendiri oleh peneliti.

3.5 Validasi Data

Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi yaitu Menggunakan informan yang berbeda-beda dengan melakukan observasi langsung secara informal kemudian melakukan pencatatan dan merekam dokumentasi

3.6 Teknik Analisa data 3.5.2 Pengumpulan Data

(21)

3.5.3 Reduksi Data

Setelah melakukan wawancara mendalam terhadap informan kemudian setiap data yang telah didapat dilakukan proses seleksi dari berbagai informasi sehingga akan didapatkan penyederhanaan data yang terfokus dalam satu tujuan penelitian.

3.5.4 Penyajian data dalam penelitian

Penelitian ini yaitu berbentuk narasi dengan dituangkan dalam bentuk skema sehingga akan mempermudah memahami hasil.

Referensi

Dokumen terkait

ibu yang mengalami kejadian abortus iminent atau insipient di RSU dr H. Koesnadi memiliki karakteristik usia 35 tahun yang merupakan faktor pemicu terjadinya abortus, dan

minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. c) Abortus Insipiens adalah peristiwa pedarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

Menurut Dorland (2012) abortus adalah janin yang dikeluarkan dengan berat kurang dari 500 gram atau memiliki usia gestasional kurang dari 20 minggu pada waktu

pernah mengalami abortus sebelumnya, usia kehamilan kurang dari 12 minggu, tidak bekerja dan pendidikan terakhir.. SD, SLTP dan SLTA dibandingkan dengan ibu yang tidak

Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu usia.. kehamilan, dan sekurangnya separuh disebabkan

Ibu hamil yang tidak mempunyai kelainan traktus genetalia mengalami abortus spontan dimungkinkan karena faktor- faktor lain seperti paritas, usia ibu, anemia, hipertensi,

Missed abortus adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari Fauziyah Y, 2012:44.. Abortus habitualis adalah abortus spontan

DEFINISI Abortus keguguran merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki