BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Keselamatan kerja mempunyai tujuan yang sangat luas karena menyangkut kehidupan manusia yang juga menyangkut kesehatan kerja tenaga kerja. Dimana tenaga kerja bekerja tidak hanya di atas tanah, di dalam tanah, di laut dan di udara, baik yang bersifat kecil maupun besar, oleh karenanya tenaga kerja atau manusia membutuhkan terus menerus keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat dirumuskan fungsinya, antara lain sebagai berikut :
a. mencegah terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, b. mencegah timbulnya penyakit akibat kerja,
c. mencegah menjalarnya penyakit di kalangan tenaga kerja, d. mencegah atau mengurangi kematian akibat kecelakaan, e. mencegah atau mengurangi kecelakaan antara para pekerja,
f. mengusahakan konstruksi yang aman, terjamin dan dipertanggung-jawabkan, g. memperbesar prestasi dengan meningkatkan keselamatan kerja,
h. mencegah pemborosan tenaga manusia, modal, alat produksi dan waktu kerja, i. menjamin ruangan kerja yang aman, nyaman, sehat dan suasana kerja yang baik, j. memperlancar dan mengamankan hasil produksi..
Pembangunan nasional dewasa ini berjalan seiring dengan perkembangan industri
yang pesat dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi yang ditandai dengan
mekanisme, elektrifikasi, dan modernisasi. Dengan demikian maka terjadi peningkatan
penggunaan mesin-mesin, pesawat- pesawat, instalasi-instalasi modern dan berteknologi
tinggi serta bahan berbahaya. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan proses
terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang
berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan
sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja. (Depnaker RI dalam Rahimah, 2009).
Pada awal tahun 1980-an, untuk mendorong lahirnya berbagai konsep safety management, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai ditempatkan setara dengan unsur lain dalam perusahaan atau organisasi. Kemudian berkembang beberapa konsep safety management di berbagai bidang industri. Di Indonesia sendiri diperkenalkan konsep Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan (SMK3) yang dikeluarkan oleh DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) Republik Indonesia pada tahun 1996 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri (Permen) No. 5 tahun 1996.
Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) menyebutkan
sepanjang tahun 2009 telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka
tersebut menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan pada 2008 sebanyak
58.600 kasus. Jika diasumsikan 264 hari kerja dalam setahun, maka rata-rata ada 17 tenaga
kerja mengalami cacat fungsi akibat kecelakaan kerja setiap hari dan faktor utama penyebab
kecelakaan kerja adalah perilaku dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman
(jamsostek.co.id).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) mendapat perhatian
yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3
bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produkatif (safety4abipraya.wordpress.com).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan pada
organisasi ataupun perusahaan yang ada di Indonesia didasari oleh Peraturan Pemerintah (PP)
20 tahun 2012 yang bereferensi pada ILO (International Labour Organization) OSH:2001 Guidelines on Occuptional Health and Safety Management System (OSH-MS) yang kemudian secara sukarela organisasi ataupun perusahaan tersebut dapat melakukan peng-upgrade-an standardisasi sesuai dengan OHSAS 18001:2007 dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Implementasi OHSAS 18001:2007 pada Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Industry.
2. Apa manfaat dari implementasi OHSAS 18001:2007 pada Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Industry 1.3 Tujuan
1. Memenuhi Tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2. Mengetahui implementasi OHSAS pada Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) pada perusahaan Industry.
BAB II
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
K3 dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu :
1. Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adl dan makmur. 2. Secara Keilmuan
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.1.1 Alat Perlindungan Diri (Personel Protective Equipment)
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personel Protective Equipment (PPE) merupakan peralatan keselamatan yang digunakan untuk menghindari bahaya yang
mengancam pada waktu bekerja dengan bahan- bahan berbahaya maupun pada
lingkungan yang berbahaya. Pada umumnya alat-alat pelindung kerja kurang enak
dipakai, terasa mengganggu dan mengurangi efisiensi kerja. Tetapi demi keselamatan
kerja, perlu selalu ditekankan kepada para petugas mengenai pentingnya, penggunaan
alat-alat tersebut demi keselamatan.
Perlu diketahui bahwa beberapa alat pelindung kerja mempunyai fungsi
khusus yang tidak dapat ditukar penggunaannya dari satu alat dengan alat yang
lainnya. Hal ini terutama pada alat pelindung pernafasan; sebagai contoh filter untuk gas khlor tidak dapat dipakai untuk gas amoniak. Filter untuk debu tidak dapat dipakai oleh gas dan sebagainya.
Dalam memilih alat pelindung diri yang akan digunakan, perlu diperhatikan
pengaruh bahan kimia terhadap tubuh baik lokal (efek yang ditimbulkan hanya pada
bagian yang terkontaminasi) maupun sistemik (pengaruhnya kontaminan
mempengaruhi organ lain yang tidak terkena). Organ yang sering terkena pengaruh
lain yang perlu mendapat perhatian dalam memilih alat pelindung diri adalah sifat
Menurut Anonim (2002), kecelakaan merupakan kejadian yang tidak terduga
dan tidak diharapkan. Tak terduga dalam hal ini karena tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaan. Sedangkan kecelakaan kerja
merupakan kecelakaan yang diakibatkan oleh keadaan dalam perusahaan. Dia juga
menyatakan bahwa kecelakaan yang terjadi pada pekerja dapat disebabkan beberapa
faktor-faktor sebagai berikut :
a. Perilaku kerja yang tidak aman atau Unsafe Human Act (88%) b. Kondisi yang tidak aman atau Unsafe Condition (10%) c. Kondisi yang tidak dapat dihindarkan atau Unavoidable (2%)
Menurut National Safety Council (Jawatan Keselamatan Nasional Amerika Serikat) melaporkan bahwa setiap tahun dikeluarkan biaya US $ 1.350.000 untuk
kecelakaan dan 25% dari kecelakaan tersebut disebabkan oleh tindakan tidak aman
(Unsafe Human Act). Ada 3 faktor utama yang memainkan peranan penting pada kecelakaan, faktor tersebut antara lain (Pramusubagio, 1997) :
1. Keadaan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang baik, dapat mempertinggi efisiensi kerja, faktor keadaan
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan terdiri dari :
a. House Keeping dan Layout tempat kerja seperti cara menempatkan mesin tidak tepat, ruangan terlalu sempit, jalan lalu lintas dipakai untuk
menempatkan bahan baku, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak
sempurna, lantai kotor dan licin sehingga orang dapat tergelincir,
barang-barang yang berantakan di pekarangan,
b. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat banyak debu
atau kelembaban yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak atau tidak
sehat dalam bekerja.
c. Penerangan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan
dan tidak ada penerangan setempat. 2. Keadaan Mesin dan Alat-alat Kerja
a. Kesalahan terletak pada mesin, semisal letaknya salah, tidak dilengkapi
alat-alat pelindung, alat-alat-alat-alat pelindung tidak dipakai dan desain tidak ergonomi. b. Alat kerja yang telah rusak, terlalu tua dan alat-alat pelindung perseorangan
yang telah rusak.
3. Keadaan Kerja Sendiri
Kesalahan-kesalahan akibat human factor sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh :
a. Sikap yang tidak wajar, seperti terlalu berani, kurang sabar, kelalaian,
melamun, tidak menghiraukan instruksi, tidak memakai alat pelindung diri
perorangan dan tidak mau kerja sama.
b. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu seperti kesalahan dalam
pelatihan awal, tidak mendapatkan pelajaran mengenai pekerjaannya, belum
cukup dalam pelatihan, terlalu baru dalam menghadapi pekerjaan, salah
mengerti instruksi dan tidak melaksanakan Standar Operating Procedure (SOP).
c. Kurang sehat fisik mental, seperti terdapat cacat pada badan, penyakit ayan
atau epilepsi yang diidap dan reaksi yang lambat. 2.1.3 Potensi Bahaya
dihasilkan dari manusia, lingkungan, peralatan dan bahan yang digunakan dalam proses.
Adanya bahaya dapat menunjukkan adanya kemungkinan timbulnya
kecelakaan. Bila bahaya tersebut sampai menimbulkan kecelakaan, maka urutan
peranannya dalam kecelakaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Bahaya Pemula (Initiating Hazards) yaitu bahaya yang menjadi awal bagi bekerjanya bahaya penunjang dan bahaya primer. Misalnya instalasi listrik yang tidak terpasang
sempurna dapat mengakibatkan hubungan pendek yang dapat menjadi pencetus
kebakaran.
2. Bahaya Penunjang (Contributory Hazards) yaitu bahaya yang menunjang atau yang menjadi perantara bekerjanya bahaya primer setelah adanya bahaya pemula.
Misalnya, udara panas dan kering dapat mempercepat proses kebakaran.
3. Bahaya primer (Primary Hazards) yaitu bahaya yang langsung menjadi sebab timbulnya cedera bahkan kematian, kerugian materi dan waktu kerja. (Anonim, 2002). 2.2 Kesehatan Kerja
Dalam dunia kerja segala kendala harus dihindari dan dikendalikan, sementara
produktifitas optimal merupakan idaman setiap manajer karena dengan demikian maka
sasaran keuntungan akan dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah
penyakit. Kealpaan karena urusan pribadi dapat diatasi dengan relatif mudah. Akan tetapi
tidak masuk kerja karena penyakit membawa dua kali lipat kerugian bagi perusahaan,
kerugian dalam waktu kerja dan biaya untuk mengatasi panyakit tersebut. Bagi setiap
pengusaha, pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada penanggulangan. Kesehatan
kerja ini mengacu pada penyakit akibat kerja dan peranan hiperkes selaku paramedis pada
perusahaan.
2.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan nyaman. Tujuan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, adalah :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia, 2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja,
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi, 4. Proteksi terhadap industri dalam negeri,
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional,
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional, 7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem,
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L. Agar pelaksanaan K3 di suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu dibentuk organisasi K3 di dalam struktur organisasi perusahaan. (Suma’mur 1989). Ada 2 (dua) macam organisasi K3, yaitu :
1. Organisasi Struktural
Tugas-tugas bagian K3 dalam Organisasi ini antara lain :
a. Secara administratif bertanggung jawab kepada pemeriksaan dan keselamatan kerja
b. Membuat dan menyelenggarakan program K3 agar setiap tempat kerja aman dari bahaya,
c. Melakukan pembinaan dan pelatihan karyawan,
d. Melakukan pengawasan terhadap penaatan peratutan dan prosedur keselamatan kerja di tempat kerja.
2. Organisasi Fungsional
Bentuk organisasinya adalah :
Tugas-tugas pokok P2K3 adalah sebagai berikut :
Mengembangkan kerjasama dan partisipasi efektif di bidang K3 antar pimpinan perusahaan dan karyawan dalam rangka melancarkan usaha produksi,
Menyelenggarakan pembinaan karyawan,
Melakukan pemeriksaan K3 di seluruh kawasan perusahaan.
b. Badan K3
Badan K3 merupakan Komite Pelaksaan K3 yang menpunyai tugas melaksanakan dan menjabarkan kebijakan K3 di perusahaan serta melakukan peningkatan K3 di unit kerja. Badan K3 dapat dibentuk berjenjang, yaitu :
Tingkat Departemen/Bidang,
Tingkat Bagian/Seksi,
Tingkat Karyawan.
Manfaat dari penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05.Men/96 adalah :
1. Bagi Perusahaan :
a. Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan di bidang K3,
b. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja SMK3,
c. Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari penerapan SMK3,
d. Mengetahui kinerja K3 di perusahaan,
f. Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan karyawan mengenai K3 yang juga akan meningkatkan produktifitas perusahaan,
g. Terpantaunya bahaya dan resiko di perusahaan,
h. Penanganan berkesinambungan terhadap resiko yang ada di perusahaan, i. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan,
j. Pengakuan terhadap kinerja K3 di perushaan atas pelaksanaan SMK3. 2. Bagi Pemerintah :
a. Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak karyawan di bidang K3,
b. Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan image bangsa di forum internasional,
c. Mengurangi angka kecelakaan kerja sekaligus akan meningkatkan produktifitas kerja atau nasional,
d. Mengetahui tingkat penerapan terhadap peraturan perundangan.
Dasar hukum dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 dan pasal 87.
3. Peraturan Menteri No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan Peraturan Menteri tersebut.
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
2.4OHSAS 18001:2007
OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001:2007 merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola semua resiko K3 yang merupakan standarisasi global atas perubahan pedoman K3 yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007. OHSAS 18001:2007 yang dikembangkan oleh kurang lebih 43 (Empat Puluh Tiga) konsorsium yang terdiri dari organisasi buruh, industri, pendidikan, kesehatan, dan organisasi lainnya yang ada di seluruh dunia ini dibuat lebih kompatibel dengan standarisasi internasional lainnya seperti ISO 14001:2004 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan ISO 9001:2000 (Sistem Manajemen Mutu) dengan tujuan untuk mempermudah integrasi sistem manajemen.
Terdapat revisi definisi dan penambahan definisi baru pada istilah-istilah dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat pada OHSAS 18001:2007 yang membedakan dari versi sebelumnya (OHSAS 18001:1999), seperti mengganti istilah “risiko yang dapat ditoleransi” diganti menjadi “risiko yang dapat diterima”, makna kecelakaan dimasukkan dalam definisi insiden, definisi potensi bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan lingkungan di tempat kerja, penambahan istilah “Evaluasi Kepatuhan” dan sebagainya.
2.4.1 Referensi Penyusunan OHSAS 18001:2007
Referensi yang digunakan dalam penyusunan OHSAS 18001:2007 adalah : a. OHSAS 18002 Occuptional Health and Safety Management System – Guidelines for
The Implementation of OHSAS 18001,
b. ILO OSH:2001 Guidelines on Occuptional Health and Safety Management System (OSH-MS),
c. ISO 9000:2005 Quality Management System-Fundamentals and Vocabulary, d. ISO 9001:2000 Quality Management System –Requirement,
e. ISO 14001-2004 Environmental Management System-Requirement with Guidance for Use,
f. ISO 19011:2002 Guidelines for Qualiity and/or Environmental Management System Auditing.
2.4.2 Perbandingan OHSAS 18001:2007 dan OHSAS 18001:1999
Perubahan mendasar OHSAS 18001:2007 dengan OHSAS 18001:1999 (versi sebelumnya) antara lain :
a. Pentingnya kesehatan kini telah lebih ditekankan,
d. Mengganti istilah risiko yang dapat ditoleransi diganti menjadi risiko yang dapat diterima,
e. Kecelakaan dimasukkan dalam insiden,
f. Definisi potensi bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan lingkungan dtempat kerja,
g. Penggabungan sub-klausul 4.3.3 dan 4.3.4,
h. Persyaratan baru dimunculkan mengenai pertimbagan hirarki pengendalian sebagai bagian dari perencanaan K3
i. Manajemen perubahan sekarang dibahas lebih eksplisit j. Perubahan klausul baru mengenai evaluasi pemenuhan
k. Penambahan persyaratan baru tentang partisipasi dan konsultasi l. Penambahan persyaratan baru tentang penyelidikan insiden 2.4.3 Elemen Implementasi SMK3 - OHSAS 18001:2007
Elemen implementasi dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) menurut OHSAS 18001:2007 adalah :
1. Kebijakan K3
2. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menentukan pengendaliannya,
3. Persyaratan hukum dan lainnya,
4. Objektif K3 dan program K3,
5. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang,
6. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian,
7. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi,
8. Pendokumentasian,
9. Pengendalian dokumen,
10.Pengendalian Operasi,
12.Pengukuran kinerja dan pemantauan,
13.Evaluasi kesesuaian,
14.Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan langkah pencegahan,
15.Pengendalian rekaman,
16.Internal audit, 17.Tinjauan manajemen
2.4.4 Tahapan Implementasi OHSAS 18001:2007
Berikut ini tahapan- tahapan yang perlu dilakukan suatu perusahaan dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sesuai OHSAS 18001:2007, yaitu :
1. Membuat kebijakan K3, 2. Membentuk tim K3, 3. Pelatihan dasar K3,
4. Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya, 5. Menetapkan pengendalian operasional,
6. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan K3,
7. Menetapkan sasaran dan program,
8. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem manajemen K3,
9. Menetapkan tanggung jawab dan wewenang, 10.Menunjuk Management Representative (MR),
11.Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara lain,
13.Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3,
14.Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi,
15.Penyusunan manual K3,
16.Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen,
17.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan darurat, 18.Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat, 19.Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3, 20.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan
persyaratan-persyaratan terkait K3
21.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk investigasi insiden, 22.Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahan,
23.Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatan, 24.Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3, dan 25.Melakukan tinjauan manajemen.
2.5Perbedaan OHSAS dan SMK3
PERBEDAAN
OHSAS 18001 SMK3
Penerapan OHSAS bersifat sukarela Penerapan bersifat wajib (UU No.13/2003 & Permenaker 05/MEN/1996 )
Dokumen standar Inggris yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007
Dokumen acuan berupa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah RI
Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan
audit yang ditunjuk oleh organisasi Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan audit yang ditunjuk oleh pemerintah
Hanya sertifikate yang diberikan jika berhasil dalam audit sertifikasi
Selain sertifikat, organisasi akan mendapatkan bendera K3 (emas/perak)
Tidak ada ketentuan sanksi jika tidak menerapkan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 3.1Kesimpulan
1. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan nyaman. 2. Penerapan SMK3 secara tepat memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun
perusahaan.
3. OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001:2007 merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola semua resiko K3 yang merupakan standarisasi global atas perubahan pedoman K3 yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007.
3.2Saran
1. Dilakukan kembali secara intensif dan berkala pelatihan-pelatihan K3 yang diselenggarakan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/93189537/MAKALAH-SMK3#download
diunduh pada tanggal 28 April 2015 pkl. 20.30 WIB
https://www.academia.edu/8029931/Sistem_Manajemen_Keselamatan_and_Kesehatan_Kerja diunduh pada tanggal 18 April 2015 pkl. 16.38 WIB
https://abunajmu.wordpress.com/2011/06/30/perbedaan-ohsas-dan-smk3/ Dunduh pada tangal 29 April 2015 pkl. 08.40 WIB
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124112-S-5620-Pengembangan%20sistem-Literatur.pdf diunduh pada tanggal 28 April 2015 pkl. 20.00 WIB