• Tidak ada hasil yang ditemukan

OHSAS 18001 2007 pada Sistem Manajemen K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OHSAS 18001 2007 pada Sistem Manajemen K"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Keselamatan kerja mempunyai tujuan yang sangat luas karena menyangkut kehidupan manusia yang juga menyangkut kesehatan kerja tenaga kerja. Dimana tenaga kerja bekerja tidak hanya di atas tanah, di dalam tanah, di laut dan di udara, baik yang bersifat kecil maupun besar, oleh karenanya tenaga kerja atau manusia membutuhkan terus menerus keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat dirumuskan fungsinya, antara lain sebagai berikut :

a. mencegah terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, b. mencegah timbulnya penyakit akibat kerja,

c. mencegah menjalarnya penyakit di kalangan tenaga kerja, d. mencegah atau mengurangi kematian akibat kecelakaan, e. mencegah atau mengurangi kecelakaan antara para pekerja,

f. mengusahakan konstruksi yang aman, terjamin dan dipertanggung-jawabkan, g. memperbesar prestasi dengan meningkatkan keselamatan kerja,

h. mencegah pemborosan tenaga manusia, modal, alat produksi dan waktu kerja, i. menjamin ruangan kerja yang aman, nyaman, sehat dan suasana kerja yang baik, j. memperlancar dan mengamankan hasil produksi..

Pembangunan nasional dewasa ini berjalan seiring dengan perkembangan industri

yang pesat dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi yang ditandai dengan

mekanisme, elektrifikasi, dan modernisasi. Dengan demikian maka terjadi peningkatan

penggunaan mesin-mesin, pesawat- pesawat, instalasi-instalasi modern dan berteknologi

tinggi serta bahan berbahaya. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan proses

(2)

terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang

berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan

sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan

kecelakaan kerja. (Depnaker RI dalam Rahimah, 2009).

Pada awal tahun 1980-an, untuk mendorong lahirnya berbagai konsep safety management, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai ditempatkan setara dengan unsur lain dalam perusahaan atau organisasi. Kemudian berkembang beberapa konsep safety management di berbagai bidang industri. Di Indonesia sendiri diperkenalkan konsep Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan (SMK3) yang dikeluarkan oleh DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) Republik Indonesia pada tahun 1996 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri (Permen) No. 5 tahun 1996.

Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) menyebutkan

sepanjang tahun 2009 telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka

tersebut menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan pada 2008 sebanyak

58.600 kasus. Jika diasumsikan 264 hari kerja dalam setahun, maka rata-rata ada 17 tenaga

kerja mengalami cacat fungsi akibat kecelakaan kerja setiap hari dan faktor utama penyebab

kecelakaan kerja adalah perilaku dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman

(jamsostek.co.id).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) mendapat perhatian

yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3

bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi

dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

(3)

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam

rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produkatif (safety4abipraya.wordpress.com).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan pada

organisasi ataupun perusahaan yang ada di Indonesia didasari oleh Peraturan Pemerintah (PP)

20 tahun 2012 yang bereferensi pada ILO (International Labour Organization) OSH:2001 Guidelines on Occuptional Health and Safety Management System (OSH-MS) yang kemudian secara sukarela organisasi ataupun perusahaan tersebut dapat melakukan peng-upgrade-an standardisasi sesuai dengan OHSAS 18001:2007 dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Implementasi OHSAS 18001:2007 pada Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Industry.

2. Apa manfaat dari implementasi OHSAS 18001:2007 pada Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Industry 1.3 Tujuan

1. Memenuhi Tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Mengetahui implementasi OHSAS pada Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada perusahaan Industry.

BAB II

(4)

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

K3 dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu :

1. Secara Filosofis

Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adl dan makmur. 2. Secara Keilmuan

Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.1.1 Alat Perlindungan Diri (Personel Protective Equipment)

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personel Protective Equipment (PPE) merupakan peralatan keselamatan yang digunakan untuk menghindari bahaya yang

mengancam pada waktu bekerja dengan bahan- bahan berbahaya maupun pada

lingkungan yang berbahaya. Pada umumnya alat-alat pelindung kerja kurang enak

dipakai, terasa mengganggu dan mengurangi efisiensi kerja. Tetapi demi keselamatan

kerja, perlu selalu ditekankan kepada para petugas mengenai pentingnya, penggunaan

alat-alat tersebut demi keselamatan.

Perlu diketahui bahwa beberapa alat pelindung kerja mempunyai fungsi

khusus yang tidak dapat ditukar penggunaannya dari satu alat dengan alat yang

lainnya. Hal ini terutama pada alat pelindung pernafasan; sebagai contoh filter untuk gas khlor tidak dapat dipakai untuk gas amoniak. Filter untuk debu tidak dapat dipakai oleh gas dan sebagainya.

Dalam memilih alat pelindung diri yang akan digunakan, perlu diperhatikan

pengaruh bahan kimia terhadap tubuh baik lokal (efek yang ditimbulkan hanya pada

bagian yang terkontaminasi) maupun sistemik (pengaruhnya kontaminan

mempengaruhi organ lain yang tidak terkena). Organ yang sering terkena pengaruh

(5)

lain yang perlu mendapat perhatian dalam memilih alat pelindung diri adalah sifat

Menurut Anonim (2002), kecelakaan merupakan kejadian yang tidak terduga

dan tidak diharapkan. Tak terduga dalam hal ini karena tidak terdapat unsur

kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaan. Sedangkan kecelakaan kerja

merupakan kecelakaan yang diakibatkan oleh keadaan dalam perusahaan. Dia juga

menyatakan bahwa kecelakaan yang terjadi pada pekerja dapat disebabkan beberapa

faktor-faktor sebagai berikut :

a. Perilaku kerja yang tidak aman atau Unsafe Human Act (88%) b. Kondisi yang tidak aman atau Unsafe Condition (10%) c. Kondisi yang tidak dapat dihindarkan atau Unavoidable (2%)

Menurut National Safety Council (Jawatan Keselamatan Nasional Amerika Serikat) melaporkan bahwa setiap tahun dikeluarkan biaya US $ 1.350.000 untuk

kecelakaan dan 25% dari kecelakaan tersebut disebabkan oleh tindakan tidak aman

(Unsafe Human Act). Ada 3 faktor utama yang memainkan peranan penting pada kecelakaan, faktor tersebut antara lain (Pramusubagio, 1997) :

1. Keadaan Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang baik, dapat mempertinggi efisiensi kerja, faktor keadaan

lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan terdiri dari :

a. House Keeping dan Layout tempat kerja seperti cara menempatkan mesin tidak tepat, ruangan terlalu sempit, jalan lalu lintas dipakai untuk

menempatkan bahan baku, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak

(6)

sempurna, lantai kotor dan licin sehingga orang dapat tergelincir,

barang-barang yang berantakan di pekarangan,

b. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat banyak debu

atau kelembaban yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak atau tidak

sehat dalam bekerja.

c. Penerangan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan

dan tidak ada penerangan setempat. 2. Keadaan Mesin dan Alat-alat Kerja

a. Kesalahan terletak pada mesin, semisal letaknya salah, tidak dilengkapi

alat-alat pelindung, alat-alat-alat-alat pelindung tidak dipakai dan desain tidak ergonomi. b. Alat kerja yang telah rusak, terlalu tua dan alat-alat pelindung perseorangan

yang telah rusak.

3. Keadaan Kerja Sendiri

Kesalahan-kesalahan akibat human factor sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh :

a. Sikap yang tidak wajar, seperti terlalu berani, kurang sabar, kelalaian,

melamun, tidak menghiraukan instruksi, tidak memakai alat pelindung diri

perorangan dan tidak mau kerja sama.

b. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu seperti kesalahan dalam

pelatihan awal, tidak mendapatkan pelajaran mengenai pekerjaannya, belum

cukup dalam pelatihan, terlalu baru dalam menghadapi pekerjaan, salah

mengerti instruksi dan tidak melaksanakan Standar Operating Procedure (SOP).

c. Kurang sehat fisik mental, seperti terdapat cacat pada badan, penyakit ayan

atau epilepsi yang diidap dan reaksi yang lambat. 2.1.3 Potensi Bahaya

(7)

dihasilkan dari manusia, lingkungan, peralatan dan bahan yang digunakan dalam proses.

Adanya bahaya dapat menunjukkan adanya kemungkinan timbulnya

kecelakaan. Bila bahaya tersebut sampai menimbulkan kecelakaan, maka urutan

peranannya dalam kecelakaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Bahaya Pemula (Initiating Hazards) yaitu bahaya yang menjadi awal bagi bekerjanya bahaya penunjang dan bahaya primer. Misalnya instalasi listrik yang tidak terpasang

sempurna dapat mengakibatkan hubungan pendek yang dapat menjadi pencetus

kebakaran.

2. Bahaya Penunjang (Contributory Hazards) yaitu bahaya yang menunjang atau yang menjadi perantara bekerjanya bahaya primer setelah adanya bahaya pemula.

Misalnya, udara panas dan kering dapat mempercepat proses kebakaran.

3. Bahaya primer (Primary Hazards) yaitu bahaya yang langsung menjadi sebab timbulnya cedera bahkan kematian, kerugian materi dan waktu kerja. (Anonim, 2002). 2.2 Kesehatan Kerja

Dalam dunia kerja segala kendala harus dihindari dan dikendalikan, sementara

produktifitas optimal merupakan idaman setiap manajer karena dengan demikian maka

sasaran keuntungan akan dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah

penyakit. Kealpaan karena urusan pribadi dapat diatasi dengan relatif mudah. Akan tetapi

tidak masuk kerja karena penyakit membawa dua kali lipat kerugian bagi perusahaan,

kerugian dalam waktu kerja dan biaya untuk mengatasi panyakit tersebut. Bagi setiap

pengusaha, pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada penanggulangan. Kesehatan

kerja ini mengacu pada penyakit akibat kerja dan peranan hiperkes selaku paramedis pada

perusahaan.

2.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(8)

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan nyaman. Tujuan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, adalah :

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia, 2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja,

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi, 4. Proteksi terhadap industri dalam negeri,

5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional,

6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional, 7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem,

8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L. Agar pelaksanaan K3 di suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu dibentuk organisasi K3 di dalam struktur organisasi perusahaan. (Suma’mur 1989). Ada 2 (dua) macam organisasi K3, yaitu :

1. Organisasi Struktural

Tugas-tugas bagian K3 dalam Organisasi ini antara lain :

a. Secara administratif bertanggung jawab kepada pemeriksaan dan keselamatan kerja

b. Membuat dan menyelenggarakan program K3 agar setiap tempat kerja aman dari bahaya,

c. Melakukan pembinaan dan pelatihan karyawan,

d. Melakukan pengawasan terhadap penaatan peratutan dan prosedur keselamatan kerja di tempat kerja.

2. Organisasi Fungsional

Bentuk organisasinya adalah :

(9)

Tugas-tugas pokok P2K3 adalah sebagai berikut :

 Mengembangkan kerjasama dan partisipasi efektif di bidang K3 antar pimpinan perusahaan dan karyawan dalam rangka melancarkan usaha produksi,

 Menyelenggarakan pembinaan karyawan,

 Melakukan pemeriksaan K3 di seluruh kawasan perusahaan.

b. Badan K3

Badan K3 merupakan Komite Pelaksaan K3 yang menpunyai tugas melaksanakan dan menjabarkan kebijakan K3 di perusahaan serta melakukan peningkatan K3 di unit kerja. Badan K3 dapat dibentuk berjenjang, yaitu :

 Tingkat Departemen/Bidang,

 Tingkat Bagian/Seksi,

 Tingkat Karyawan.

Manfaat dari penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05.Men/96 adalah :

1. Bagi Perusahaan :

a. Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan di bidang K3,

b. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja SMK3,

c. Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari penerapan SMK3,

d. Mengetahui kinerja K3 di perusahaan,

(10)

f. Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan karyawan mengenai K3 yang juga akan meningkatkan produktifitas perusahaan,

g. Terpantaunya bahaya dan resiko di perusahaan,

h. Penanganan berkesinambungan terhadap resiko yang ada di perusahaan, i. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan,

j. Pengakuan terhadap kinerja K3 di perushaan atas pelaksanaan SMK3. 2. Bagi Pemerintah :

a. Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak karyawan di bidang K3,

b. Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan image bangsa di forum internasional,

c. Mengurangi angka kecelakaan kerja sekaligus akan meningkatkan produktifitas kerja atau nasional,

d. Mengetahui tingkat penerapan terhadap peraturan perundangan.

Dasar hukum dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 dan pasal 87.

3. Peraturan Menteri No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

4. Peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan Peraturan Menteri tersebut.

(11)

ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.

2.4OHSAS 18001:2007

OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001:2007 merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola semua resiko K3 yang merupakan standarisasi global atas perubahan pedoman K3 yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007. OHSAS 18001:2007 yang dikembangkan oleh kurang lebih 43 (Empat Puluh Tiga) konsorsium yang terdiri dari organisasi buruh, industri, pendidikan, kesehatan, dan organisasi lainnya yang ada di seluruh dunia ini dibuat lebih kompatibel dengan standarisasi internasional lainnya seperti ISO 14001:2004 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan ISO 9001:2000 (Sistem Manajemen Mutu) dengan tujuan untuk mempermudah integrasi sistem manajemen.

(12)

Terdapat revisi definisi dan penambahan definisi baru pada istilah-istilah dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat pada OHSAS 18001:2007 yang membedakan dari versi sebelumnya (OHSAS 18001:1999), seperti mengganti istilah “risiko yang dapat ditoleransi” diganti menjadi “risiko yang dapat diterima”, makna kecelakaan dimasukkan dalam definisi insiden, definisi potensi bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan lingkungan di tempat kerja, penambahan istilah “Evaluasi Kepatuhan” dan sebagainya.

2.4.1 Referensi Penyusunan OHSAS 18001:2007

Referensi yang digunakan dalam penyusunan OHSAS 18001:2007 adalah : a. OHSAS 18002 Occuptional Health and Safety Management System – Guidelines for

The Implementation of OHSAS 18001,

b. ILO OSH:2001 Guidelines on Occuptional Health and Safety Management System (OSH-MS),

c. ISO 9000:2005 Quality Management System-Fundamentals and Vocabulary, d. ISO 9001:2000 Quality Management System –Requirement,

e. ISO 14001-2004 Environmental Management System-Requirement with Guidance for Use,

f. ISO 19011:2002 Guidelines for Qualiity and/or Environmental Management System Auditing.

2.4.2 Perbandingan OHSAS 18001:2007 dan OHSAS 18001:1999

Perubahan mendasar OHSAS 18001:2007 dengan OHSAS 18001:1999 (versi sebelumnya) antara lain :

a. Pentingnya kesehatan kini telah lebih ditekankan,

(13)

d. Mengganti istilah risiko yang dapat ditoleransi diganti menjadi risiko yang dapat diterima,

e. Kecelakaan dimasukkan dalam insiden,

f. Definisi potensi bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan lingkungan dtempat kerja,

g. Penggabungan sub-klausul 4.3.3 dan 4.3.4,

h. Persyaratan baru dimunculkan mengenai pertimbagan hirarki pengendalian sebagai bagian dari perencanaan K3

i. Manajemen perubahan sekarang dibahas lebih eksplisit j. Perubahan klausul baru mengenai evaluasi pemenuhan

k. Penambahan persyaratan baru tentang partisipasi dan konsultasi l. Penambahan persyaratan baru tentang penyelidikan insiden 2.4.3 Elemen Implementasi SMK3 - OHSAS 18001:2007

Elemen implementasi dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) menurut OHSAS 18001:2007 adalah :

1. Kebijakan K3

2. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menentukan pengendaliannya,

3. Persyaratan hukum dan lainnya,

4. Objektif K3 dan program K3,

5. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang,

6. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian,

7. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi,

8. Pendokumentasian,

9. Pengendalian dokumen,

10.Pengendalian Operasi,

(14)

12.Pengukuran kinerja dan pemantauan,

13.Evaluasi kesesuaian,

14.Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan langkah pencegahan,

15.Pengendalian rekaman,

16.Internal audit, 17.Tinjauan manajemen

2.4.4 Tahapan Implementasi OHSAS 18001:2007

Berikut ini tahapan- tahapan yang perlu dilakukan suatu perusahaan dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sesuai OHSAS 18001:2007, yaitu :

1. Membuat kebijakan K3, 2. Membentuk tim K3, 3. Pelatihan dasar K3,

4. Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya, 5. Menetapkan pengendalian operasional,

6. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan K3,

7. Menetapkan sasaran dan program,

8. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem manajemen K3,

9. Menetapkan tanggung jawab dan wewenang, 10.Menunjuk Management Representative (MR),

11.Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara lain,

(15)

13.Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3,

14.Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi,

15.Penyusunan manual K3,

16.Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen,

17.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan darurat, 18.Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat, 19.Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3, 20.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan

persyaratan-persyaratan terkait K3

21.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk investigasi insiden, 22.Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahan,

23.Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatan, 24.Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3, dan 25.Melakukan tinjauan manajemen.

2.5Perbedaan OHSAS dan SMK3

PERBEDAAN

OHSAS 18001 SMK3

Penerapan OHSAS bersifat sukarela Penerapan bersifat wajib (UU No.13/2003 & Permenaker 05/MEN/1996 )

Dokumen standar Inggris yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007

Dokumen acuan berupa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah RI

(16)

Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan

audit yang ditunjuk oleh organisasi Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan audit yang ditunjuk oleh pemerintah

Hanya sertifikate yang diberikan jika berhasil dalam audit sertifikasi

Selain sertifikat, organisasi akan mendapatkan bendera K3 (emas/perak)

Tidak ada ketentuan sanksi jika tidak menerapkan

(17)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1Kesimpulan

1. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan nyaman. 2. Penerapan SMK3 secara tepat memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun

perusahaan.

3. OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001:2007 merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola semua resiko K3 yang merupakan standarisasi global atas perubahan pedoman K3 yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007.

(18)

3.2Saran

1. Dilakukan kembali secara intensif dan berkala pelatihan-pelatihan K3 yang diselenggarakan perusahaan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/93189537/MAKALAH-SMK3#download

diunduh pada tanggal 28 April 2015 pkl. 20.30 WIB

https://www.academia.edu/8029931/Sistem_Manajemen_Keselamatan_and_Kesehatan_Kerja diunduh pada tanggal 18 April 2015 pkl. 16.38 WIB

https://abunajmu.wordpress.com/2011/06/30/perbedaan-ohsas-dan-smk3/ Dunduh pada tangal 29 April 2015 pkl. 08.40 WIB

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124112-S-5620-Pengembangan%20sistem-Literatur.pdf diunduh pada tanggal 28 April 2015 pkl. 20.00 WIB

Gambar

Gambar 2.1 Model Implementasi OHSAS 18001:2007

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dikerjakan pada bulan November sampai Desember 2001 bertempat di Sungai Kelekar Kecamatan Indralaya. Identifikasi jenis ikan dilakuakan di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam 10 menit terhadap skala nyeri pada penderita gout di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot Kota

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Needlestick Injury dengan Penalaksanaan Needlestick Injury di Unit Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah

Jadi, setelah produk modul kesehatan reproduksi remaja melalui tahap penilaian oleh ahli materi, ahli media, ahli praktisi dan uji coba lapangan diperoleh hasil

Tokoh lain juga mengemukakan pendapatnya seperti Jones ( 1969: 302) beliau juga berpendapat bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak terpisah dari seluruh

1) Memberdayakan sumber daya yang ada melalui kerjasama secara efektif dengan sebaik-baiknya untuk ikut serta dalam berbagai kagiatan yang dapat menunjang kualitas

memberikan pengaruh (efek) yang sedang terhadap hasil belajar Peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode