• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri pakaian jadi jabar pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Industri pakaian jadi jabar pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan, terutama pada industri–industri yang memiliki potensi yang mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini semua bergantung pada kemampuan masing-masing industri tersebut untuk dapat mencapai kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi dalam proses produksi.

(2)

Industri pakaian jadi di Jawa Barat berpotensi dalam memajukan perekonomian nasional dan daerah, karena dengan banyak didirikan pabrik pakaian jadi yang berlokasi di Jawa Barat, menunjang sekali dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan juga hasil produksinya memberikan kontribusi yang baik terhadap PDRB.

Pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi di jawa barat dari tahun 1995 sampai 1996 mengalami peningkatan yaitu 32,77% dengan jumlah hasil produksi senilai 3.186.192 juta rupiah pada tahun 1995, kemudian meningkat sebesar 4.230.467 juta rupiah pada tahun 1996, sehingga memberikan peningkatan kontribusi industri pakaian jadi terhadap PDRB yaitu sebesar 0.45%. Pada tahun 1997 pertumbuhan produksi pakaian jadi mengalami penurunan sebesar 9.28%. Hal ini mengakibatkan penurunan kontribusi industri pakaian jadi terhadap PDRB sebesar 1%. Untuk 1998 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi mengalami kenaikan cukup tajam yaitu sebesar 110,86% dengan jumlah hasil produksi yang meningkat dari sebelumnya tahun 1997 senilai 3.837.701 juta rupiah, menjadi 8.092.175 juta rupiah pada tahun 1998, dengan kenaikan nilai hasil produksi industri pakaian jadi ini meningkatkan kontribusi cukup tinggi terhadap PDRB sebesar 1,88%.

(3)

lebih kecil dari tahun 1999 yaitu 29,04%, sehingga kontribusi yang diberikan terhadap PDRB hanya meningkat sebesar 0,5%. Kemudian pada tahun 2001 pertumbuhan hasil produksi turun sebesar 15,49% dari tahun sebelumnya dengan kontribusi yang diberikan terhadap PDRB turun sebesar 1,67%. Pada tahun 2002 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi meningkat lagi sebesar 4,08% namun kontribusi terhadap PDRB menurun sebesar 0,9% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2003 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi meningkat lagi sebesar 14,69%, dengan kontribusi terhadap PDRB meningkat sebesar 0,11 dari tahun sebelumnya dan data terakhir tahun 2004 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi menurun lagi sebesar 11,57%, sehingga menurunkan kontribusi terhadap PDRB sebesar 0,94% dari sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan output industri pakaian jadi Jawa Barat per tahun sebesar 19,21% dan untuk rata-rata kontribusinya terhadap PDRB per tahun yaitu sebesar 5,029%. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

(4)

Kendala yang menyebabkan penurunan hasil produksi pakaian jadi di jawa barat adalah semakin tingginya biaya produksi, seperti kenaikan biaya bahan baku, biaya bahan bakar solar, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya, sehingga biaya yang harus dikeluarkan dalam memproduksi pakaian jadi semakin tinggi dan menjadi tidak efisien.

Dalam hal ini yang menjadi permasalahan bagaimana menekan biaya produksi industri pakaian jadi seminimum mungkin agar penggunaan input yang tersedia bisa mencapai output yang diinginkan dan penggunaan input atau faktor produksi juga bisa efisien, sehingga produksi yang dihasilkan juga bisa optimal.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini penulis merumuskan judul sebagai berikut “ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP OUTPUT INDUSTRI PAKAIAN JADI DI JAWA BARAT PERIODE 1995-2004”. I.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas Penulis merumuskan masalah sebagai berlikut:

1. Faktor-faktor produksi apa yang mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat?

2. Seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat?

3. Bagaimana kondisi skala hasil apakah konstan (constant return to scale), naik (increasing return to scale) atau turun (decreasing return

(5)

1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui kondisi skala hasil baik contant return to scale, increasing return to scale atau decreasing return to scale.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yang terkait diantaranya, adalah:

1. Bagi pembuat kebijakan dapat berguna sebagai bahan informasi dalam melakukan langkah-langkah yang perlu ditempuh guna meningkatkan pertumbuhan produksi industri pakaian jadi di Jawa Barat.

2. Bagi kalangan akademis dapat berguna sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

1.4. Kerangka Pemikiran

(6)

Peranan faktor-faktor produksi sangat penting karena berkaitan dengan ongkos produksi. Adanya kenaikan biaya untuk penggunaan faktor produksi akan menyebabkan ongkos produksi melebihi hasil penjualannya dan pada akhirnya perusahaan akan mengalami kerugian atau mengurangi laba yang diharapkan.

Berikut dikemukakan tentang biaya produksi oleh Sadono Sukirno (2003:205) yang mengemukakan bahwa:

“Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.”

Dari definisi di atas jelas sekali kalau biaya produksi berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh faktor-faktor produksi, dimana faktor-faktor produksi tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi, sehingga berpengaruh juga terhadap output atau hasil produksi yang dihasilkan.

(7)

Dalam buku Mikro ekonomi, Richard. A Billas (1990,114) menyebutkan bahwa: “fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan dan outputnya yang berupa barang dan jasa per unit waktu”. Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai: A = f(a, b, c,…)”.

Sedangkan Fungsi produksi menurut Sadono Sukirno (2003,152) selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu sebagai berikut:

Q= f(K, L, R, T) Dimana:

Q= jumlah hasil produksi K= jumlah stok modal L= jumlah tenaga kerja R= kekayaan alam T= tingkat teknologi

Dari persamaan yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno tersebut mengemukakan bahwa tingkat produksi sesuatu barang tergantung kepada jumlah stok modal, jumlah tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jadi jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi dalam jumlah yang berbeda-beda pula. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu, dapatlah ditentukan kombinasi faktor produksi yang paling ekonomis untuk proses tersebut.

(8)

selama jangka waktu tertentu. Jumlah produksi (output) dapat juga diubah dengan mengubah-ubah kuantitas (quantity) dari salah satu sumber daya yang dipergunakan dan mempertahankan sumber daya lainnya tetap (konstan). Dalam kondisi ini, ouput akan mencapai tingkat maksimum dan kemudian mulai menurun apabila lebih banyak input variabel ditambahkan terus-menerus kepada input-input yang tetap (fixed inputs). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Richard A.Billas (1990:126) dalam bukunya yang berjudul “Teori Mikro Ekonomi” menjelaskan bahwa:

“Jika input dari salah satu sumberdaya dinaikkan dengan tambahan-tambahan yang sama perunit waktu, sedangkan input dari sumberdaya yang lain konstan, maka produk total (output) akan naik, tetapi lewat satu titik tertentu, tambahan output tersebut makin lama makin kecil”.

(9)

kerja. Untuk penggunaan faktor-faktor produksi itu sendiri memerlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan atau disebut dengan biaya-biaya produksi yang akan mempengaruhi kegiatan produksi, semakin tingginya biaya produksi akan menambah beban dan resiko bagi perusahaan karena itu bisa mengurangi keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu dikhawatirkan kemampuan perusahaan pakaian jadi untuk menghasilkan suatu produk juga akan menurun, yang berimbas keuntungan pun akan menurun, apabila biaya produksi terlalu tinggi.

Agar perusahaan pakaian jadi bisa menciptakan keuntungan yang besar, maka perlu memperhatikan aspek-aspek yang membantu dalam pengaturan komposisi penggunaan faktor-faktor produksi. seperti yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2003:193) yaitu

1) Komposisi faktor produksi yang bagaimana yang dapat menciptakan tingkat produksi yang tinggi.

2) Komposisi faktor produksi yang bagaimana yang akan dapat meminimumkan ongkos produksi yang dikeluarkan.

Konsep efisiensi usaha dapat terlihat dengan dilakukan efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi:

(10)

bersangkutan. Ketiga, efisiensi ekonomi, terjadi jika suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara ekonomi, artinya jika suatu produksi tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. (Soekartawi, 1990:48).

Yang menjadi permasalahan bagi perusahaan ialah bagaimana menggunakan input dalam kombinasi yang dapat menghasilkan jumlah produk/output yang terbanyak dengan pengeluaran biaya tertentu, sehingga mendapatkan laba yang tinggi.

Richard A. Billas (1990:132) mengatakan:

“…perusahaan selalu ingin menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan biaya yang paling rendah. Perusahaan bekerja dengan cara yang sama seperti individu sewaktu berusaha memaksimisasikan utilitas dan dibatasi oleh anggaran. Maka perusahaan harus memenuhi kondisi:

Pb MPb Pa

MPa

= ”.

Untuk mempermudah model analisis serta memperkecil kendala atau menyederhanakan yang terdapat pada proses produksi digunakan fungsi Cobb Douglas. Menurut Soekartawi (1990:159)” Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut variabel dependent yang dijelaskan Y dan variabel yang lain disebut variabel independent X.”

Model matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut:

Q = ALαKβ Keterangan :

(11)

A = intersep atau parameter efisiensi K = input modal

L = input tenaga kerja

α = elastisitas input produksi tenaga kerja

β = elastisitas input produksi modal

Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan , sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL + ε, dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya.

Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dapat diketahui besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat digunakan untuk mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah produksi dalam keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return To Scale (IRTS) atau Decreasing Return To Scale (DRTS).

Increasing return to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang

(12)

Bahan Baku (X1)

merupakan kenaikan hasil produksi yang menurun atau disebut skala produksi menurun berlaku jika jumlah bilangan pangkat kurang dari satu.

Berdasarkan teori-teori dan pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dari itu penulis mencoba untuk menganalisis Pengaruh Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Terhadap Output Industri Pakaian Jadi Di Jawa Barat Periode 1995-2004. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah bahan baku, bahan bakar solar, listrik dan tenaga kerja. Penulis berpendapat bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh positif terhadap jumlah output, semakin banyak input digunakan maka semakin banyak hasil produksi yang dihasilkan dan kemungkinan kondisi skala hasilnya increasing return to scale, constant return to scale atau decreasing return to scale. Konsepsi tersebut dapat digambarkan pada gambar 1.1 sebagai

berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Variabel bebas (independent Variabel) X1= Bahan baku

X2= Bahan bakar (solar)

Output Industri Pakaian Jadi di Jawa Barat

(Y) Bahan Bakar (Solar)

(X2)

Listrik (X3)

(13)

X3= Listrik X4= Tenaga kerja

Variabel terikat (Dependent Variabel)

Y= Output Industri Pakaian Jadi di Jawa Barat 1. 5. Hipotesis

Hipotesis adalah anggapan dasar terhadap suatu masalah. Dan hipotesis menurut Prof. Dr. Sugiyono (2003:194) yaitu suatu jawaban yang sifatnya sementara. Berdasarkan masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

a) Hipotesis Mayor

• Faktor produksi bahan baku, bahan bakar solar, listrik, dan tenaga

kerja baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi.

b) Hipotesis Minor

1) Bahan baku berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi.

2) Biaya bahan bakar solar berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi.

3) Listrik berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi. 4) Tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap output

Gambar

Tabel 1.1 Kontribusi Industri Pakaian Jadi Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat
Gambar 1.1.  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai pengertian di atas, memberi pemahaman kepada kita bahwa potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut belum dimanfaatkan

Dari kegiatan pembimbingan yang dilakukan supervisor diharapkan bahwa kemampuan profesional mahasiswa sebagai guru/pendidik TK/PAUD lebih meningkat karena mahasiswa

Kreativitas tersebut melalui suatu proses yg sangat penting dalam tindakan yg orisinil, yg berhubungan dengan produksi, menghasilkan sesuatu yg unik dari seseorang di satu pihak,

barangan tidak semata mata bertujuan memaksimumkan kepuasan, tetapi selalu memperhatikan apakah barang itu halal atau haram, islaf atau tabzir, memudaratkan

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

berita merupakan hal yang diatur dalam manajemen redaksional (Junaedi:2014). Apabila manajemen redaksional pada perusahaan surat kabar tersusun baik, maka

AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal perairan lepas pantai di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3