• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Merekatkan Ukhuwah Dalam Kehidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Urgensi Merekatkan Ukhuwah Dalam Kehidup"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Urgensi Merekatkan Ukhuwah Dalam Kehidupan Bernegara

Pendahuluan

Sering kita mendengar hadits Rasul bahwa umat Islam itu seperti satu tubuh. Artinya setiap individu yang ada harus memiliki rasa kekeluargaan, rasa saling menganggap setiap muslim seperti saudaranya sendiri, bahkan melebihi rasa saling kenal saja atau menyayangi karena nasab dan rekan bisnis saja. Akan tetapi, bisa kita lihat di era kontemporer ini kita saling berselisih hanya karena masalah furu. Hanya karena beda pendapat, kita tidak ingin membantunya, dan karena masalah ini orang kafir tak perlu repot-repot membuat skema tuk memecahkan kita menjadi layaknya buih-buih di lautan. Biarkan saja mereka saling serang. Apa buktinya mereka berlaku seperti itu? Jika kita melihat sejarah imperial berat di masa lampau, mereka menyadari bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan Islam, diangkatlah masalah tersebut untuk membuat mereka tidak berjuang melawan kolonialisme seperti mengembangkan faham sesat seperti Ahmadiyyah oleh Inggris di India sehingga terpecahlah umat Islam.

Selain faktor diatas, umat Islam sendiri tampaknya masih terjebak pada fanatik yang dipelopori oleh rasa merasa paling shalih, paling benar dan sebagainya sehingga tidak mau mendengar nasihat meskipun berasal dari golongan atau pendapat lain. Hal ini berujung pada sifat penyakit hati, yakni sombong. Dalam riwayatnya, Rasulullah SAW bersabda

“kesombongan menolak kebaikan/kebenaran”. Tentu hal ini menjadi perenungan bagi kita umat Islam apapun golongannya, baik pelajar, karyawan, guru, pedagang, hingga para ulama sekali pun.Karena adanya penyakit ini dapat berujung dengan perpecahan, suatu hal yang sangat taka da bedanya dengan bangsa arab sebelum nabi yang saling berperang karena kefanatikan.

(2)

Tantangan bagi kita ialah, dapatkah kita menjalin ukhuwah di tengah masyarakat yang tidak hanya terdiri dari golongan Islam saja?, lalu bagaimana kita menjalankan tanggung jawab kita sebagai bangsa Indonesia tuk memajukannya? Sebagai mayoritas, artinya umat muslim pun memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian antar agama yang ada, dan sebagai penganut agama Islam tebesar di dunia, kita dihadapkan untuk menjadi “role model” penganut agama Islam di mata dunia. Benarkah Islam terbelakang, seperti yang terjadi di kebanyakan Negara yang bermayoritaskan Islam namun jauh dari kesejahteraan, dan isu isu lainnya.

Urgensi lainnya yakni dapatkah umat muslim tetap menjaga persatuannya dan rasa persaudaraanya ditengah kondisi banyaknya rong-rongan terhadap ajaran kita. Baik dari luar seperti penghinaan ajaran kita oleh sebagian kalangan, hingga faham-faham yang jelas-jelas bertentangan seperti sekularisme, liberalisme, pluralisme hingga komunisme yang secara jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Sejarah Ancaman dan Penghinaan Ajaran Islam di Indonesia

Seperti yang kita ketahui bahwa baru-baru ini sempat ada penghinaan ayat suci Al-Qur’an oleh salah seorang gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama atau Ahok tentang dalil Al-Maidah ayat 15 yang melarang umat Islam memilih pemimpin non muslim. Namun perlu kita ketahui bahwa bukan itu saja peghinaan terhadap ajaran kita terjadi di tanah air kita, Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa di era kemerdekaan saja penghinaan sempat terjadi. Ahmad Mansur Suryanegara dalam karya Api Sejarah 2 mengungkapkan adanya penghinaan terhadap ajaran kita termasuk dalam rukun Islam yaitu Haji.

Melalui majalah Swara Oemoem yang diketuai oleh Dr. Soetomo pada 18 Juni 1930 menerbitkan artikel yang ditulis oleh Homo Soem yang kurang lebih bertuliskan“Lebih baik dibuang ke Digul daripada pergi Naik Haji ke Makkah”. Melalui tulisannya, Homo Some

(3)

Ada lagi penghinaan terhadap syariat Islam oleh Siti Soemandri yang menjabat sebagai pemimpin redaksi di Madjalah Bangoen yang menyangkut pada penghinaan para isteri Rasulullah SAW dan juga tulisan ini didukung oleh Parindra yang dipimpin oleh Dr. Soetomo, tulisan ini sarat pada dukungan kebijakan Ordonansi Perkawinan 1937 dari Belanda yang berlawanan terhadap syariat Islam.

Siapakah Homo Soem? Tak lain dialah Dr, Soetomo yang sayang sekali dianggap sebagai pahlawan nasional. Ia berani melakukan hal di atas sebab khawatir kedudukannya tergeser oleh ulama yang diwakilkan oleh Serikat Islam dan menurut pengakuannya kepada KH Mas Mansyur, berkata bahwa segenap benda di alam raya merupakan penjelmaan Tuhan dan manusia sebagai penjelmaan Tuhan yang terakhir, pemikiran ini menurut penulis mirip sekali dengan ateisme yang bertolak dari pandangan djawanisme.

Tantangan ukhuwah atas perbedaan pendapat

Adanya perbedaan pendapat bukanlah barang baru dalam ajaran kita. Jika kital ihat masa khulafaur rasyidin, keempat penerus nabi tersebut memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Lalu dilanjutkan dengan adanya perbedaan mazhab seperti Syafi’I, Hanafi, Hanbali, dan Maliki. Keempat-empatnya memiliki fatwa yang berbeda. Sehingga adanya perbedaan ini bukan lagi barang baru.

Perbedaan pendapat ini terjadi pula di Indonesia. Seperti perdebatan furu shalat shubuh pakai qunut tidak? Dan sebagainya. Hal itu bukan barang baru di Indonesia. Sebelum kemerdekaan hal tersebut sudah terjadi dimana banyak organisasi yang metodenya berbeda seperti Nahdhatul Ulama, Muhammadiyyah, Perti, Al-Irsyad, dan lainnya. NU yang mengikuti pendapat Al Asyari sedangkan Muhammadiyyah simpati dengan faham Ibnu Taimmyyah. Dahulu juga diperdebatkan masalah furu dan khilafiah ini. Ramai sekali sampai menjadi legenda di masyarakat“nek NU nganggo qunut, nek Muhammadiyyah ora”

(4)

pendebat cari bukanlah kebenaran, melainkan kemenangan. Maka dari itu Allah SWT telah memberi firman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” Surat An-Nahl :125.

Namun berkat pertolongan serta rahmat Allah SWT, perdebatan yang sempat terjadi sebelumnya di era kemerdekaan surut karena adanya penghinaan terhadap ajaran Islam yang dilancarkan Dr. Soetomo dan hidayah Allah atas perlunya bangsa ini merdeka. Sehingga untuk menghadapi politik pecah belah Belanda, serta berbagai tantangan seperti tandingan pesantren oleh Belanda melalui politik etis, umat Islam yang diwakilkan dari para ulama berbagai ormas menyatukan gerak juangnya dalam wadah Majlis Islam A’la Indonesia yang dipandang lebih tinggi daripada organisasi anggotanya seperti NU, Muhammadiyyah, persis, perti, dan ormas lainnya tanpa mengurangi rasa hormat, bahkan oleh anggota ormas tersebut sendiri. Disinilah yang terjadi jika perbedaan menjadi rahmat, meski pengurus MIAI dari berbagai ormas yang berbeda pendapat, namun melalui ormas inilah kemerdekaan Indonesia tercapai. Inilah rahmat Allah SWT atas umat Islam yang dapat menegakkan persatuan layaknya suatu tubuh seperti yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.

Tantangan Umat Islam Indonesia Akan Negara Yang Majemuk

Bangsa Indonesia seperi yang disebutkan dalam pembukaan, merupakan bangsa yang idak hanya terdiri dari satu golongan, melainkan banyak. Nah, tantangan umat ialah bagaimana kita menjalin rasa ukhuwah kita sebagai umat Islam namun tetap menjaga perdamaian, menjaga rasa tenggang rasa diantara umat lainnya.

Kita dapat mengambil contoh dari Rasulullah ketika kedatangannya ke Madinah. Madinah mirip sekali dengan Indonesia, majemuk . Yang dalam kotanya sendiri banyak kabilah-kabilah yang beraneka budaya dan agama. Sebut saja selain ansar dan muhajirin, ada pula qainuqa yang yahudi. Cara Rasul dalam menyikapi yakni dengan membuat semacam perjanjian yang disebut dengan Piagam Madinah. Isi perjanjian tersebut tidak lain yakni kewajiban para kabilah untuk mejaga rasa tenggang rasa antar kabilah sehingga adanya konflik dapat dicegah. Apakah konsep perjanjian dapat diterapkan di masa kini?

(5)

dengan Deklarasi Malino. Pasca penandatanganan dari pihak yang bertikai, selesailah sudah konflik tersebut yang artinya “resep” Rasulullah SAW terbukti sukses tak lekang oleh zaman.

Artinya setelah metode ini terbukti sukses menyelesaikan permasalahan antarumat beragama, maka kita sebagai warga negara Indonesia yang beragama Islam, yang merupakan mayoritas dalam negeri ini wajib pula untuk mengaplikasikannya dengan luas. Mengapa demikian? Sebagai mayoritas dalam angka dan menjadi “role model” umat Islam di dunia (pengikut terbesar) menjadi kewajiban bagi kita untuk menghilangkan stigma buruk dari umat lain. Cap bahwa umat Islam itu senang berkonflik harus kita hilangkan. Dengan adanya Piagam Madinah, yang terbukti sukses dan jauh mengangkat nilai-nilai kemanusiaan sebelum

Magna Charta berarti menjadi kewajiban bagi kita yang mayoritas di negeri ini untuk saling menghargai. Muslim di Indonesia harus menjaga nilai-nilai perdamaian dan tenggang rasa dengan umat lain yang jumlahnya tidak sebanyak Islam yang mayoritas. Begitu sukses kita menjaga perdamaian, maka sebagai maka sebagai mayoritas kita sudah menghlangkan stigma buruk bahw Islam cinta kekerasan. Hal tersebut menjadi kewajiban bagi kita semua.

Merekatkan Ukhuwah Demi Kebangkitan Bangsa Indonesia

Keagungan ajaran allah swt melalui nabinya, yaitu nabi muhammad saw telah terbukti berhasil tak terlekang oleh zaman dan tempat. Sudah disebutkan sebelumnya, ketika umat muslim saling berpecah belah maka azab allah lah yang akan datang seperti lupanya umat muslim di era kolonial bahwa musuh sesungguhnya ialah para penjajah yang membuat kemunduran akhlak kaum priayi. Akan tetapi ketika umat muslim bersatu, maka datanglah rahmat allah berupa kemerdekaan indonesia yang disokong oleh para ulama dari berbagai ormas yang tentu, antar ormas satu dengan yang lainnya memiliki pendapat furu yang berbeda, namun demi mewujudkannya kemerdekaan indonesia yang pula didalamnya para umat muslim yang ingin melepaskan penindasan dari penjajah protestan belanda agar dapat beribadah dengan nyaman serta didorong oleh keinginan lainnya, maka para ulama dari berbagai ormas tersebut melepaskan perdebatan karena perbedaan dan memandang pada persamaan, yakni sama-sama ingin merdeka.

(6)

kelimuan dan adab. Adab yang merupakan asal kata dari “peradaban” merujuk bahwa hal pertama yang menjadi titik munculnya suatu kebangkitanndan kejayaan yakni adab. Adab atau perilaku manusia tersebutlah yang menjadi tolak ukur suatu kemajuan.

Saat ini sangatlah wajar jika indonesia memiliki kemunduran drastis. Perekonomian defisit, korupsi merajalela, dan lainnya sebenarnya bermuara pada satu titik yang sebenarnya sering dikesampingkan oleh orang lain, yakni adab. Kemunduran peradaban biasanya berbanding lurus dengan kemunduran abad atau akhlak. Indonesia kontemporer ini diwarnai dengan tawuran,korupsi, dan banyak lainnya yang jelas berkenaan dengan akhlak. Untuk membangun kebangkitan indonesia, perlu disadari dengan membangun manusianya. Upaya meningkatkan SDM yang ada ialah dengan akhlak, dan akhlak ini berkenaan dengan keilmuan.

Keilmuan dan Akhlak Sebagai Kunci Majunya Indonesia

“……Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu orang-orang yang berilmu beberapa derajat…….” QS Al-Mujadalah:11

Allah melalui Al-Quran mensiratkan bahwa barangsiapa yang beriman dan berilmu, maka Allah akan mengangkat derajat/kedudukannya. Ciri orang beriman yakni melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Salah satu perintahnya ialah larangan untuk berpecah belah, yakni pada Ali-Imran:103 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai…”. Tersirat pula dalam Al-Mujadalah:11 bahwa barangsiapa yang berilmu maka akan Allah tinggikan derajatnya.

(7)

kini tak terlepas dari peran Al-Farazi, keilmuan Islam tak bisa terlepas dari empat pemikiran mazhab yang banyak berkembang di era tersebut.

Penyebutan Islamic Golden Age bagi era Abbasiyyah disaat yang sama dengan besarnya sumbangsih ilmu pengetahuan oleh dinasti tersebut merupakan realisasi dari Al Mujadalah: 11, ringkasnya siapa yang berilmu, maka Allah tinggikan derajatnya. Bisa kita lihat bukti kebenaran Al Quran bahwa yang berilmu akan Allah tinggikan terbukti dengan majunya peradaban tersebut hingga disebut sebagai era emas. Karena keberkahan ilmu pada era tersebut, ditinggikanlah derajat peradaban tersebut oleh Allah SWT.

Hendaknya bangsa kita meniru majunya peradaban ini, Indonesia jika ingin maju maka harus mengembangkan tradisi keilmuan, agar ditinggikan derajatnya oleh Allah. Salah satu bukti dari majunya keilmuan ialah rekatnya persaudaraan Islam. Lho apa hubungannya? Jadi logikanya gini, sumber ilmu pengetahuan itu ialah Al Quran, dimana 1400 tahun sebelum ditemukannya teknologi tentang janin, Al Quran telah membahasnya dan dibuktikan kebenarannya melalui teknologi masa kini oleh De. Keith L. Moore, ilmuwan yang terkejut akan temuannya tentang embrio telah dibahas dalam Al Quran. Salah satun ilmunya yakni perintahnya kepada hambanya agar tidak berpecah belah yang tertera dalam Al Muhadalah ayat 11. Maka dari hal tersebut, demi kebangkitan, kita perlu untuk merekatkan persaudaraan Islam. Rekatkan ukhuwah, maka dengan rahmat Allah kualitas manusianya insya Allah akan menjadi lebih baik sehingga hal yang menjadi penghambat kebangkitan, seperti mundurnya moral oleh korupsi, dan sebagainya dapat dihentikan.

Kesimpulan

Kehidupan muslim di era kontemporer diwarnai dengan berbagai tantangan, seperti Indonesia yang memiliki kemajemukanyang tinggi sehingga tak hanya agama Islam saja yang ada, melainkan ada pula penganut lainnya. Adanya perbedaan pendapat pun terjadi pula di kalangan ulama, sehingga yang disebut rasa kebersamaan kendor ditengah perdebatan furu

yang terjadi di negara yang majemuk ini. Salah satu faktor solusi tantanagn diatas ialah perlunya kita berpegang pada tali (ajaran) Allah, yang mana salah satu ajarannya ialah larangannya kita umat muslim berpecah belah.

(8)

diantara mereka (kabilah-kabilah) yang tidak mampu membayar utang atau denda, mereka harus menolongnya untuk membayar utang atau denda”. Apakah metode membuat perjanjian sukses? 1400-an tahun kemudian, di pelosok Poso, tempat terjadinya pertikaian antarumat beragama pertikaian yang berlangsung selama betahun-tahun selesai dengan Deklarasi Malino, pascanya selesailah konflik antarumat tersebut. Bukankah hal ini pembuktian suksesnya langkah Rasulullah dalam kehidupan bernegara yang terbukti metode ini masih relevan jauh berabad-abad setelahnya? Seharusnya ini menjadi pembuktian bahwa kebenaran akan Allah dan Rasul-Nya dan merupakan hal yang perlu kita ketahui, bahwa dengan segala kebenarannnya, ajaran ini pantas diikuti. Yang mana salah satu ajrannya ialah larangan bagi umat Islam untuk berpecah belah. Mengapa?

Perbedaan pendapat dalam ajaran ini pasti ada, dan diantara setiap pendapat pun memiliki dalil masing-mnasing. Jangan sampai karena adanya perbedaan pendapat, umat muslim menjadi “terpolarisasi” dan perintah Allah tidak kita laksanakan. Sebab lain apabila kita terjebak pada perdebatan masalah khilafiah ialah seperti yang terjadi di era penjajahan dahulu, karena para ulama banyak terjebak pada permasalahan khilafiah, terlupakanlah factor penting yaitu rusaknya keimanan karena misionaris dari penjajah Belanda yang jelas-jelas merekalah musuh yang nyata, bukan sesama umat muslim yang berbeda pendapat. Inilah yang terjadi jika adanya perbedaan menjadi azab. Beruntung sekali perdebatan tersebut bisa tersingkirkan dari para ulama ketika umat muslim Indonesia memiliki keinginan luhur yang satu, yakni merdeka. Akhirnya bersatulah ulama dan umat muslim sampai Allah memberikan rahmat berupa kemerdekaan. Beginilah yang terjadi jika perbedaan yang ada merupakan suatu rahmat dari Allah SWT.

Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, bahwa faktor penting kebangkitan Indonesia yakni adanya rasa persaudaraan Islam pada setiap penduduk muslimnya. Layaknya persatuan para umat muslim di Indonesia di era kemerdekaan yang rela melepaskan segala pandangan perbedaan diantara mereka, lalu membentuk MIAI yang berperan aktif dalam membela agama serta nusantara dari penjajah hingga kemerdekaan sampai pada segenap rakyat Indonesia. Perlu diketahui bahwasannya MIAI ini dipandang lebih tinggi oleh para anggotanya yang berasal dari berbagai ormas Islam daripada organisasi mereka sendiri. Inilah bukti besarnya rasa persatuan di kalangan umat muslim kala itu.

(9)

Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan. Dr. 2010. SIRAH NABAWIYAH:Analisis Ilmiah Manhajjah Sejarah Pergrakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Jakarta: Robbani Press

Badan Pusat Statistik. 2010. KEWARGANEGARAAN, SUKU BANGSA, AGAMA, DAN BAHASA SEHARI-HARI DI INDONESIA: Hasil Sensus Penduduk 2010. Tersedia di: https://sp2010.bps.go.id

Suryanegara, Ahmad Mansur. Juli 2009. Api Sejarah Jilid I: Buku Yang Akan Mengubah Drastis Pandangan Anda Tentang Sejarah Indonesia. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta

Suryanegara, Ahmad Mansur. 2010, Api Sejarah Jilid II: Buku Yang Akan Mengubah Drastis Pandangan Anda Tentang Sejarah Indonesia. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn ).. Bali: Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit

Dari data IPM di Pulau Jawa dengan rentang tahun 2014-2016 dilakukan proses clustering menggunakan K-means dengan menggunakan yang sama dimasukkan oleh algoritma

Limbah cair yang dihasilkan pada saat operasi maupun refueling ditampung ke dalam tangki penampungan limbah mentah untuk kemudian diolah dengan proses evaporator, filtrasi

Penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usaha industri produk jadi rotan diduga dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga pengusaha di dalam usaha, curahan kerja

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis data-data keuangan yang ada sehingga dapat dihitung jumlah unit yang harus terjual dengan

Simpulan penelitian menghasilkan saran yang berkaitan dengan keadilan distributif, komitmen organisasi, dan turnover intention di Maxi Hotel, Restaurant and Spa, yaitu

Dengan demikian dapat disimpulkan seluruh siswa memberikan respon sangat positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Berdasarkan hasil isolasi dan seleksi jamur pendegradasi amilosa pada empelur tanaman sagu ( Metroxylon sago Rottb.), dapat disimpulkan bahwa diperoleh empat jenis