• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Studi dilaksanakan pada bulan Februari 2004 sampai dengan Maret 2004 di Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Sri Menanti, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Lokasi studi ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah sentra produksi industri produk jadi rotan di Kota Pekanbaru.

4.2. Metode Penarikan Sampel

Populasi dalam studi ini adalah rumahtangga pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan di Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Sri Menanti Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling menurut skala usaha. Pada umumnya industri produk jadi rotan di Kota Pekanbaru termasuk kriteria skala usaha industri mikro dan industri kecil, oleh karenanya stratifikasi dilakukan menurut skala usaha mikro dan kecil. Jumlah sampel yang diambil untuk rumahtangga pengusaha sebanyak 30 sampel dan rumahtangga pekerja sebanyak 40 sampel. Dari total sampel rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan yang dikumpulkan secara acak sebanyak 20 sampel rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan dengan skala usaha mikro dan 10 sampel dengan skala usaha kecil.

(2)

4.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data cross section (kerat lintang) dan

time series (deret waktu) yang saling melengkapi (pool data), tahun 2002 dan

2003. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden, yaitu rumahtangga pengusaha dan rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Disamping itu dikumpulkan pula sekunder dari beberapa instansi terkait, seperti: Dinas Koperasi Industri Kecil dan Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik dan sumber lainnya. Data sekunder digunakan untuk mendukung dan mempertajam analisis dalam studi ini.

4.4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dengan metode tabulasi difokuskan untuk menjelaskan pola alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan pola pengeluaran rumahtangga. Gambaran tentang pola alokasi waktu kerja rumahtangga pengusaha dan pekerja meliputi lama (persentase) waktu kerja yang dialokasi pada usaha di dalam usaha maupun di luar usaha industri produk jadi rotan. Lebih lanjut alokasi waktu kerja ini dapat didisagregasi menurut anggota rumahtangga (suami, istri dan anak). Sementara itu, analisis deskriptif tentang kontribusi pendapatan ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya kontribusi pendapatan dalam usaha maupun di luar usaha industri produk jadi rotan terhadap total pendapatan rumahtangga pengusaha dan pekerja.

Selanjutnya analisis deskriptif tentang pola pengeluaran rumahtangga difokuskan untuk melihat besarnya alokasi pendapatan yang diinvestasikan

(3)

kembali pada usaha industri produk jadi rotan (khusus untuk rumahtangga pengusaha), pengeluaran konsumsi, tabungan, investasi dan leisure (rekreasi). Pola pengeluaran konsumsi rumahtangga lebih lanjut dirinci menurut kelompok komoditas, yaitu konsumsi pangan dan non pangan. Disamping itu, analisis deskriptif juga dilakukan berkaitan dengan gambaran umum tentang identitas sampel (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman kerja).

4.5. Model Keputusan Ekonomi Rumahtangga

Dalam studi ini, analisis keputusan ekonomi rumahtangga antara rumahtangga pengusaha dan pekerja dilakukan secara terpisah. Pemisahan ini dilakukan karena ada perbedaan aktivitas ekonomi rumahtangga yang berbeda antara keduanya, terutama pada aktivitas produksi dan pengeluaran investasi. Dalam aktivitas produksi rumahtangga pengusaha bertindak sebagai pengelola usaha sedangkan rumahtangga pekerja bertindak sebagai pekerja atas perintah pengusaha sebagai majikannya. Selain itu, rumahtangga pengusaha memutuskan besarnya pengeluaran investasi pada usaha industri produk jadi rotan sedangkan rumahtangga pekerja tidak melakukannya.

Dalam model ekonomi rumahtangga pengusaha, sejumlah persamaan dalam model dikelompokkan ke dalam empat blok, yaitu blok: produksi industri produk jadi rotan, curahan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga pengusaha. Sementara itu, model ekonomi rumahtangga pekerja dikelompokkan ke dalam tiga blok, yaitu blok: curahan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga pekerja. Model Keputusan ekonomi rumahtangga yang dibangun dalam studi ini adalah model persamaan simultan.

(4)

Pada bagian 4.4.1.1 sampai dengan 4.4.2.3 disajikan model persamaan empiris (ekonometrika) serta tanda parameter yang diharapkan dari setiap peubah eksogen terhadap peubah endogen. Tanda parameter yang diharapan ini merupakan hipotesis. Misalnya pada persamaan (4.1), yaitu Qit = a0 + a1TTKPit + a2IUPit + a3BBit + a4SUit + U1it, dimana tanda parameter yang diharapkan untuk total penggunaan tenaga kerja di dalam usaha industri produk jadi rotan (TTKP) bertanda positif, investasi usaha rumahtangga pengusaha bertanda positif, penggunaan bahan baku (BB) bertanda positif dan peubah dummy skala usaha (SU) bertanda positif. Jadi diduga produksi produk jadi rotan (Q) akan meningkat apabila semua peubah yang dimasukkan dalam persamaan produksi meningkat. Begitu juga dengan persamaan struktural lainnya, dimana tanda parameter yang diharapkan merupakan hipotesis.

4.5.1. Spesifikasi Model Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Model merupakan suatu abstraksi dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu pola khusus dari model aljabar, yakni suatu unsur yang bersifat stochastic yang mencakup satu atau lebih peubah pengganggu (Intriligator, 1978). Dengan demikian, model dapat dikatakan sebagai simplifikasi (penyederhanaan) atas fenomena aktual yang dinyatakan dengan simbol-simbol dan dirumuskan dalam bentuk persamaan. Dalam rangka penyederhanaan untuk melihat keterkaitan antara blok, persamaan dan peubah yang dibangun dalam model, Gambar 2 menyajikan diagram simplifikasi model ekonomi rumahtangga pengusaha industri produk industri jadi rotan.

(5)
(6)

Simplikasi model dan uraian persamaan pada bagian bab berikutnya mengacu pada kerangka pemikiran yang telah dijabarkan pad bagian Bab 3. Setelah melakukan survai ditemukan beberapa peubah yang tidak dapat dimasukkan dalam model operasional penelitian ini, meliputi: Pertama, peubah pola usaha yang seharusnya merupakan peubah eksogen yang ada dalam persamaan produksi produk jadi rotan, curahan kerja keluarga pengusaha dalam usaha dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pengusaha. Peubah ini tidak dimasukkan ke dalam model karena dari hasil survai semua responden rumahtangga pengusaha produk jadi rotan berpola usaha lokal. Dengan kata lain pola usaha pada usaha industri produk jadi rotan di Kota Pekanbaru bersifat homogen (semuanya sama). Kedua, secara teoritis pendapatan yang dialokasikan untuk pengeluaran rumahtangga (konsumsi rumahtangga adalah pendapatan

disposable) yaitu pendapatan setelah dikurangi pajak. Dari hasil survai, seluruh

responden menyatakan bahwa mereka tidak membayar pajak pendapatan. Setelah dilakukan pemeriksaan silang ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, dan Dinas Perpajakan Provinsi Riau menyatakan bahwa pengrajin rotan tidak dikenakan pajak karena usaha tersebut tergolong industri kecil dan mikro (industri rumahtangga) yang tidak memiliki NPWP (Nomor Peserta Wajib Pajak), sehingga tidak dikenakan pajak. Oleh karenanya dalam penelitian ini, peubah pendapatan total rumahtangga yang digunakan sebagai peubah eksogen dalam persamaan pengeluaran rumahtangga pengusaha. Dengan kata lain, pendapatan yang siap dibelanjakan sama dengan pendapatan total rumahtangga pengusaha.

(7)

4.5.1.1. Produksi Produk Jadi Rotan

Produksi produk jadi rotan yang dihasilkan rumahtangga pengusaha diduga dipengaruhi oleh total penggunaan tenaga kerja di dalam usaha, investasi usaha rumahtangga pengusaha, penggunaan bahan baku rotan dan skala usaha. Persamaan produksi produk jadi rotan dirumuskan sebagai berikut:

Qit = a0 +a1TTKPit +a2IUPit +a3BBit +a4SUit + U1it ……….. (4.1) dimana:

Q = produksi produk jadi rotan (unit)

TTKP = total penggunaan tenaga kerja di dalam usaha (jam/tahun) IUP = investasi usaha rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) BB = penggunaan bahan baku (kg)

SU = peubah dummy skala usaha, 0= industri mikro dan 1= industri kecil

i = 1,2,3,…, n t = tahun ke 1 dan 2

Tanda parameter dugaan yang diharapkan: a1, a2, a3, a4,a5 > 0

4.5.1.2. Curahan Kerja Keluarga dan Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pengusaha dalam Usaha

Curahan tenaga kerja keluarga rumahtangga pengusaha terdiri dari curahan tenaga kerja keluarga dalam dan luar usaha industri produk jadi rotan. Dalam aktivitas produksinya, rumahtangga pengusaha juga akan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga apabila tenaga kerja keluarga tidak dapat melakukan aktivitas tersebut secara penuh. Curahan kerja keluarga rumahtangga pengusaha dalam usaha diduga dipengaruhi oleh angkatan kerja rumahtangga pengusaha, umur pengusaha, pendidikan pengusaha, pengalaman kerja pengusaha, modal usaha dan skala usaha. Persamaan curahan kerja keluarga rumahtangga pengusaha dirumuskan sebagai berikut:

CKPDit = b0 + b1AKPit +b2UPit + b3EPit + b4PKPit + b5MUit +b6SUit + U2it ……….. (4.2)

(8)

dimana:

AKP = angkatan kerja rumahtangga pengusaha (orang) UP = umur pengusaha (tahun)

EP = pendidikan pengusaha (tahun)

PKP = pengalaman kerja pengusaha dalam usaha industri produk jadi rotan (tahun)

MU = modal usaha rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) Tanda parameter dugaan yang diharapkan:

b1, b4, b5,b6 > 0, b2≠ 0 dan b3 < 0

Penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usaha industri produk jadi rotan diduga dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga pengusaha di dalam usaha, curahan kerja keluarga penggunaan di dalam usaha, penggunaan bahan baku, modal usaha dalam bentuk mesin dan alat usaha dan skala usaha. Persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pengusaha industri produk jadi rotan dinyatakan sebagai berikut:

TKLPit= c0 + c1PPDit + c2CKPDit + c3BBit + c4MUit + c5SUit + U3it… (4.3)

dimana:

PPD = pendapatan rumahtangga pengusaha di dalam usaha (rupiah/ tahun)

CKPD = curahan kerja keluarga pengusaha di dalam usaha (jam/tahun)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan: c1, c3, c4, c5 > 0 dan c2 < 0

Untuk memperoleh pendapatan rumahtangga yang mampu memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya, anggota rumahtangga pengusaha juga mengalokasikan waktunya untuk bekerja di luar usaha industri produk jadi rotan. Keputusan mengalokasikan waktu untuk bekerja di luar usaha rumahtangga diduga dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga pengusaha di luar usaha, curahan kerja keluarga pengusaha dalam usaha, angkatan kerja pengusaha dan pendidikan pengusaha. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

(9)

dimana:

CKPL = curahan kerja keluarga pengusaha di luar usaha (jam/tahun) PPL = pendapatan rumahtangga pengusaha di luar usaha (rupiah/tahun) Tanda parameter dugaan yang diharapkan:

d1, d3, d4 > 0 dan d2 < 0

Dari persamaan curahan dan penggunaan tenaga kerja dalam usaha industri produk jadi rotan, dapat dirumuskan persamaan total penggunaan tenaga kerja dalam usaha industri produk jadi rotal dan total curahan tenaga kerja keluarga pengusaha. Total penggunaan tenaga kerja dalam usaha industri produk jadi rotan merupakan penjumlah curahan tenaga kerja keluarga pengusaha dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pengusaha di dalam usaha. Sementara itu, total curahan tenaga kerja keluarga pengusaha merupakan penjumlahan curahan kerja keluarga pengusaha di dalam dan luar usaha industri produk jadi rotan. Kedua persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan identitas sebagai berikut:

TTKPit = CKPDit + TKLPit ………. (4.5) TCKPit = CKPDit + CKPLit ………. (4.6) dimana:

TCKP = total curahan kerja keluarga pengusaha (jam/tahun) 4.5.1.3. Pendapatan Rumahtangga Pengusaha

Pendapatan rumahtangga tersebut terdiri dari pendapatan dalam usaha dan pendapatan di luar usaha industri produk jadi rotan serta pendapatan non kerja. Pendapatan dalam usaha industri produk jadi rotan adalah penerimaan bersih yang diperoleh, yaitu penerimaan kotor dari hasil usaha dikurangi biaya produksi. Pendapatan pengusaha dalam usaha dinyatakan dalam persamaan indentitas sebagai berikut:

(10)

PPDit = (Pqit*Qit) – TBUit ……… (4.7) dimana:

TBU = total biaya usaha industri produk jadi rotan (rupiah/tahun) Pq = harga produk jadi rotan (rupiah/unit)

Total biaya usaha merupakan penjumlahan biaya bahan baku, biaya upah, biaya penolong, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain. Hubungan tersebut dituliskan dalam bentuk persamaan identitas sebagai berikut :

TBUit = (BBit*HBBit) + BUPit + BBPit + BBKit + BLLit+ TUit … (4.8) dimana:

TBU = total biaya usaha (rupiah/tahun) HBB= harga bahan baku (rupiah/kg) BUP = biaya upah (rupiah/tahun)

BBP = biaya bahan penolong (rupiah/tahun) BBK = biaya bahan bakar (rupiah/tahun) BLL = biaya lain-lain (rupiah/tahun) TU = retribusi (rupiah/tahun)

Sementara itu, pendapatan rumahtangga pengusaha dari luar usaha industri produk jadi rotan diduga dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja luar usaha, umur dan pendidikan pengusaha. Persamaan pendapatan pengusaha di luar usaha dinyatakan sebagai berikut:

PPLit = e0 + e1CKPLit + e2UPit + U5it ……… (4.9) dimana:

CKPL = curahan kerja keluarga pengusaha di luar usaha (jam/tahun) Tanda parameter dugaan yang diharapkan:

e1 > 0 dan e2≠ 0

Pendapatan total rumahtangga pengusaha merupakan penjumlahan pendapatan yang diterima rumahtangga pengusaha dari dalam dan luar usaha serta pendapatan non kerja. Persamaan pendapatan total rumahtangga pengusaha dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

(11)

dimana:

PTP = pendapatan total rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) PNKP = pendapatan non kerja pengusaha (rupiah/tahun)

4.5.1.4. Pengeluaran Rumahtangga Pengusaha

Seperti telah diuraikan dalam kerangka toritis, pengeluaran rumahtangga pengusaha dikelompokkan menjadi: pengeluaran pangan, non pangan, investasi pendidikan, investasi usaha, rekreasi dan menabung. Pengeluaran pangan dan non pangan disebut dengan pengeluaran konsumsi, dengan menjumlahkan keduanya akan diperoleh pengeluaran konsumsi total. Perilaku pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut: KPPit = f0 + f1PTPit + f2JANPit + f3EIPit + U6it ………. (4.11)

KNPPit = g0 + g1PTPit + g2KPPit + g3IEPit + U7it ……….. (4.12)

dimana:

KPP = konsumsi pangan rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) KNPP = konsumsi non pangan rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) PTP = pendapatan total rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) JANP = jumlah anggota keluarga rumahtangga pengusaha (orang) EIP = pendidikan isteri pengusaha (tahun)

IEP = investasi pendidikan rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) Tanda parameter dugaan yang diharapkan:

f1, f2, f3, g1 > 0 dan g2, g3, < 0

Sementara itu, pengeluaran konsumsi total dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

KTPit = KPPit + KNPPit ……… (4.13)

dimana:

KTP = konsumsi total rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun)

Selanjutnya perilaku pengusaha dalam memutuskan pengeluaran investasi pendidikan, investasi usaha, rekreasi dan menabung dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut:

(12)

IEPit = h0 + h1PTPit + h2JASPit + h3EIPit+ U8it ……….. (4.14)

IUPit = i0 + i1PTPit + i2SBTit + U9it ……… (4.15) KRPit = j0 + j1PTPit + j2KTPit + j3JANPit + j4ADPit + U10it ….. (4.16) TABPit = k0 + k1PTPit + k2SBTit+ k3IEPit +k4EIPit + U11it ……….. (4.17)

dimana:

JASP = jumlah anak sekolah rumahtangga pengusaha (orang) KRP = pengeluaran rekreasi rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) TABP = jumlah tabungan rumahtangga pengusaha (rupiah/tahun) SBT = suku bunga tabungan (persen)

ADP = peubah dummy asal daerah pengusaha, 0 = pekanbaru dan 1 = luar Pekanbaru

Tanda parameter dugaan yang diharapkan:

h1, h2, h3, i1, j1, j3, j4, k1, k2, k4 > 0 dan i2, j2, k3, < 0

4.5.2. Spesifikasi Model Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pekerja

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, model ekonomi rumahtangga dikelompokkan ke dalam tiga blok, yaitu blok: curahan tenaga kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga pekerja. Gambar 3 menyajikan diagram simplifikasi model ekonomi rumahtangga pekerja produk industri jadi rotan, sehingga keterkaitan antara blok, persamaan dan peubah dalam model dapat dengan jelas ditelusuri.

4.5.2.1. Curahan Kerja Keluarga Pekerja

Seperti halnya rumahtangga pengusaha, rumahtangga pekerja juga harus mengambil keputusan seberapa besar jumlah tenaga kerja keluarga yang dicurahkan di dalam usaha industri produk jadi rotan dan jumlah tenaga kerja keluarga yang harus dicurahkan pada usaha di luar industri produk jadi rotan. Keputusan yang diambil berhubungan erat dengan upaya untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya.

(13)
(14)

Curahan kerja keluarga pekerja di dalam usaha industri produk jadi rotan diduga dipengaruhi pendapatan dalam usaha (sebagai proksi upah kerja dalam usaha), angkatan kerja rumahtangga, pengalaman kerja dan asal daerah pekerja. Curahan kerja keluarga pekerja di luar usaha diduga dipengaruhi curahan kerja keluarga pekerja di dalam usaha, pendapatan luar usaha (sebagai proksi upah kerja di luar usaha) dan umur pekerja. Curahan kerja keluarga pekerja di dalam dan luar usaha dinyatakan sebagai persamaan struktural berikut:

CKBDit = l0 + l1PBDit + l2AKBit + l3PKBit + l4ADBit + U12it ……. (4.18) CKBLit = m0 + m1CKBDit + m2PBLit + m3UBit + U13it ………….. (4.19)

dimana:

CKBD = curahan kerja keluarga pekerja di dalam usaha (jam/tahun) CKBL = curahan kerja keluarga pekerja di luar usaha (jam/tahun) PBD = pendapatan pekerja dalam usaha (rupiah/tahun)

AKB = angkatan kerja rumahtangga pekerja (orang) PKB = pengalaman kerja pekerja dalam usaha (tahun)

ADB = peubah dummy asal daerah pekerja, 0 = pekanbaru dan 1 = luar pekanbaru

PBL = pendapatan pekerja dalam luar usaha (rupiah/tahun) UB = umur pekerja (tahun)

Tanda parameter dugaan yang diharapkan: l1, l2, , l4, m2, m3 > 0; dan l3, m1 < 0

Total curahan kerja keluarga pekerja merupakan penjumlahan curahan kerja keluarga pekerja di dalam dan luar usaha. Hubungan tersebut dituliskan dalam bentuk persamaan identitas sebagai berikut:

TCKBit = CKBDit + CKBLit ……… (4.20) dimana:

TCKB = total curahan kerja keluarga pekerja (jam/tahun)

4.5.2.2. Pendapatan Rumahtangga Pekerja

Pendapatan rumahtangga pekerja diperoleh dari bekerja pada usaha industri produk jadi rotan dan bekerja di luar usaha tersebut. Pendapatan pekerja

(15)

dalam usaha industri produk jadi rotan diduga dipengaruhi oleh curahan kerja keluarga pekerja di dalam usaha industri produk jadi rotan, pengalaman kerja, pendidikan dan jenis upah. Sedangkan pendapatan rumahtangga pekerja di luar usaha diduga dipengaruhi curahan tenaga kerja luar usaha, angkatan kerja dan pendidikan pekerja. Kedua jenis pendapatan rumahtangga tersebut dinyatakan sebagai persamaan struktural berikut:

PBDit = n0 + n1CKBDit + n2PKBit + n3EBit + n4JUit + U14it ……… (4.21) PBLit = o0 + o1CKBLit + o2AKBit + o3EBit + U15it ..……… (4.22) dimana:

JU = peubah dummy jenis upah, 0 = upah harian dan 1 = upah borongan Tanda parameter dugaan yang diharapkan:

n1, n2, n3, n4, o1, o2, o3 > 0

Pendapatan total rumahtangga pekerja merupakan penjumlahan pendapatan yang diterima dalam dan luar usaha serta pendapatan non kerja. Pendapatan total rumahtangga pekerja ditulis dalam persamaan identitas sebagai berikut:

PTB = PBD + PBL + PNKB ……….. (4.23)

dimana:

PTB = pendapatan total pekerja (rupiah/tahun) PNKB = pendapatan non kerja pekerja (rupiah/tahun)

4.5.2.3. Pengeluaran Rumahtangga Pekerja

Pengeluaran rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan meliputi: konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi pendidikan dan pengeluaran rekreasi. Konsumsi pangan rumahtangga pekerja diduga dipengaruhi pendapatan total rumahtangga, anggota keluarga rumahtangga dan pendidikan isteri pekerja. Sementara itu, Konsumsi non pangan rumahtangga pekerja diduga dipengaruhi

(16)

pendapatan total rumahtangga, konsumsi pangan dan investasi pendidikan rumahtangga pekerja. Perilaku rumahtangga pekerja dalam mengkonsumsi pangan dan non pangan dinyatakan dalam persamaan struktural:

KPBit = p0 + p1PTBit + p2JANBit + p3EIBit + U16it ……… (4.24) KNPBit = q0 + q1PTBit + q2KPBit + q3IEBit + U17it ……… (4.25) dimana:

KPB = konsumsi pangan rumahtangga pekerja (rupiah/tahun) KNPB = konsumsi non pangan rumahtangga pekerja (rupiah/tahun) JANB = anggota keluarga rumahtangga pekerja (orang)

EIB = pendidikan isteri pekerja (tahun)

IEB = investasi pendidikan rumahtangga pekerja (rupiah/tahun) Tanda parameter dugaan yang diharapkan :

p1, p2, p3, q1 > 0 dan q2, q3 < 0

Sementara itu, pengeluaran konsumsi total dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

KTBit = KPBit + KNPBit ……… (4.26)

dimana:

KTB = konsumsi total rumahtangga pekerja (rupiah/tahun)

Selanjutnya pengeluaran rumahtangga pekerja untuk investasi pendidikan diduga dipengaruhi oleh pendapatan total rumahtangga, konsumsi pangan, jumlah anak sekolah rumahtangga pekerja dan pendidikan pekerja. Sementara itu, pengeluaran rekreasi rumahtangga pekerja diduga dipengaruhi oleh pendapatan total rumahtangga, konsumsi pangan, jumlah anggota rumahtangga dan asal daerah pekerja. Kedua jenis pengeluaran ini dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut:

IEBit = r0 + r1 PTBit + r2 KPBit + r3 JASBit + r4EBit +U18it ..………. (4.27)

(17)

dimana:

JASB = jumlah anak sekolah rumahtangga pekerja (orang)

KRB = pengeluaran rekreasi rumahtangga pekerja (rupiah/tahun) ADB = peubah dummy asal daerah pekerja, 0 = pekanbaru dan 1 = luar pekanbaru

Tanda parameter dugaan yang diharapkan: r1, r3, r4,s1, s3,s4 > 0 dan r2, s2, < 0

4.6. Prosedur Analisis

Suatu studi yang menggunakan pendekatan ekonometrika, terutama persamaan simultan, untuk memperoleh hasil studi yang baik perlu mengikuti beberapa tahapan dalam prosedur analisis. Prosedur analisis dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu identifikasi model, pendugaan model, validasi model dan melakukan simulasi untuk melihat dampak perubahan karakteristik usaha terhadap Keputusan ekonomi rumahtangga produk jadi rotan.

4.6.1. Identifikasi Model

Model ekonometrika ekonomi rumahtangga produk jadi rotan yang dikembangkan dalam studi ini merupakan model persamaan simultan. Dengan demikian perlu dilakukan identifikasi model terlebih dahulu sebelum memilih metode untuk menduga parameter pada setiap persamaan dalam model tersebut. Koutsoyiannis (1977), mengemukakan bahwa untuk dapat diduga parameternya, suatu model persamaan simultan harus teridentifikasi. Rumus identifikasi model berdasarkan order condition adalah sebagai berikut:

(K – M) ≥ (G – 1)

dimana:

K = total peubah dalam model (peubah endogen dan peubah determinan) M = jumlah peubah endogen dan eksogen yang dimasukkan ke dalam suatu persamaan tertentu dalam model

(18)

Kriteria identifikasi model dengan menggunakan order condition dinyatakan sebagai berikut:

Jika (K-M)=(G-1), maka persamaan dalam model dinyatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified)

Jika (K-M)<(G-1), maka persamaan dalam model dikatakan tidak teridentifikasi (unidentified)

Jika (K-M)>(G-1), maka persamaan dalam model dikatakan teridentifikasi berlebih (overidentified).

Dalam studi ini, pada model keputusan ekonomi rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan terdapat 17 persamaan (G), yang terdiri dari 11 persamaan struktural dan 6 persamaan identitas. Dalam model ini terdapat 17 peubah endogen dan 22 peubah eksogen, sehingga total peubah dalam model (K) adalah 39 peubah. Jumlah peubah endogen dan eksogen terbanyak yang dimasukkan dalam suatu persamaan tertentu (M) adalah 6 peubah. Sementara itu, pada model ekonomi rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan terdapat 11 persamaan (G), yang terdiri dari 8 persamaan struktural dan 3 persamaan identitas. Dalam model ekonomi rumahtangga pekerja ini terdapat 11 peubah endogen dan 10 peubah eksogen, sehingga total peubah dalam model (K) adalah 21 peubah. Jumlah peubah endogen dan eksogen terbanyak yang dimasukkan dalam suatu persamaan tertentu (M) adalah 4 peubah. Dengan demikian, berdasarkan kriteria order condition setiap persamaan struktural baik dalam model ekonomi rumahtangga pengusaha maupun rumahtangga pekerja adalah

(19)

4.6.2. Metode Pendugaan Model

Untuk model persamaan simultan dengan kondisi setiap persamaannya yang teridentifikasi berlebih, maka pendugaan parameter dapat menggunakan beberapa metode yang ada seperti Two Stage Least Square (2SLS) atau Three

Stage Least Square (3SLS). Pendugaan nilai-nilai parameter dalam model

dilakukan dengan memanfaatkan program komputer Statistical Analysis

System-Econometric Time Series (SAS-ETS).

Untuk menguji apakah peubah-peubah penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing persamaan digunakan uji statistik F. Kemudian untuk menguji apakah masing-masing peubah penjelas secara individual berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing persamaan digunakan uji statistik t.

4.6.3. Validasi Model

Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu model cukup baik (valid) digunakan untuk analisis simulasi. Validasi model yang dilakukan dalam studi ini menggunakan kriteria statistik, yaitu RMSE (Root Mean

Square Error), RMSPE (Root Mean Square Percent Error) dan U- Thaeil (Theil’s Inequality Coefficient). Kriteria-kriteria tersebut dirumuskan sebagai berikut

(Pindyck and Rubinfield, 1991):

RMSE = (1/n)*∑ −(Pi Ai)2 RMSPE = 100* (1/n)*∑{(PiAi)2/Ai] U = ∑ + ∑ ∑ − 2 2 (1/ )* ( ) ) ( * / 1 ( ) ( * ) / 1 ( Ai n P i n Ai P i n

(20)

dimana:

n = jumlah observasi

Pi = nilai pendugaan model (predicted) Ai = nilai pengamatan contoh (actual)

Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur tingkat penyimpangan nilai hasil estimasi peubah-peubah endogen dari nilai aktual masing-masing peubah endogen tersebut dalam ukuran relatif (persen), atau mengukur kedekatan nilai dugaan tersebut dengan nilai aktualnya. Sementara itu, statistik U digunakan untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U =1 maka pendugaan model naif.

Untuk melihat keeratan arah (slope) antara aktual dengan hasil yang disimulasi dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R²). Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil’s dan makin besar nilai R², maka pendugaan model semakin baik.

4.7. Uji Asumsi Ekonometrika

Untuk memberikan hasil yang akurat dari hasil penelitian ini, perlu dilakukan pengujian beberapa asumsi ekonometrika yang meliputi pendekteksian normalitas dan heteroskedastisitas dari setiap persamaan dalam model keputusan ekonomi rumahtangga pengusaha dan pekerja.

4.7.1. Uji Normalitas

Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varians infinitif (ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar). Hasil pendugaan yang memiliki varians infinitif menyebabkan pendugaan dengan metode OLS

(21)

akan menghasilkan nilai dugaan yang not meaningful (tidak berarti). Hal ini mengindikasikan bahwa uji F dan t terhadap parameter pendugaan tidak mempunyai nilai. Hasil Penelitian yang memiliki ragam yang besar membuat hasil pendugaan tidak efektif, namun hasil uji F dan t terhadap parameter penduga masih memiliki nilai (Verbeek et. al, 2000 dan Thomas, 1997).

Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menguji Normalitas adalah Jarque-Bera test. Uji statistik ini dapat dihitung dengan rumus berikut:

(

)

     + − = 24 3 / 6 n JB 2 2 4 3 2 2 3 µ µ µ µ dimana: n = jumlah sampel µ2 = varians µ3 = skewness µ4 = kurtosis

Jarque-Bera test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas dua. Jika hasil Jarque-Bera test lebih besar dari nilai chi square pada α=5 persen,

maka tolak hipotesis nul yang berarti tidak berdistribusi normal. Jika hasil

Jarque-Bera test lebih kecil dari nilai chi square pada α=5 persen, maka terima hipotesis

nul yang berarti erro term berdistribusi normal.

4.7.2. Uji Heteroskedastisitas

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas antara lain uji Breusch-Pangan test dan

White test. White test merupakan generalisasi dari Breusch-Pangan test yang juga

memasukkan nilai residual yang dikuadratkan, tetapi mengeluarkan unsur-unsur yang memiliki order yang lebih tinggi. Konsekuensinya White test digunakan untuk mendeteksi bentuk-bentuk yang lebih umum dari heteroksedastisitas

(22)

dibandingkan dengan Breusch-Pagan test. Hal ini menyebabkan para peneliti lebih banyak menggunakan Breusch-Pangan test untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedatisitas.

Breusch-Pagan test merupakan lagrange multiplier test untuk

heteroskedastisitas. Metode ini merupakan perhitungan yang sederhana

menggunakan R square (R2) dari beberapa persamaan yang diregresikan. Rumus

Breusch-Pangan test dinyatakan sebagai berikut:

( )

α σ σ 2 1 i 2 i = h z dimana:

h = unsur yang tidak diketahui, yaitu fungsi yang diturunkan secara kontinu (tidak tergantung pada i) sehingga h(.) > 0 dan h(0) = 1.

σ = varian

z = variabel yang mempengaruhi distrubance terms variance.

Rumus paling simpel dari Breusch-Pangan test dapat dihitung sebagai hasil kali antara jumlah observasi (N) dan R2. Secara matematika dirumuskan sebagai berikut: 2 R N = ε

Breusch-Pagan test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas satu.

Apabila chi square hitung lebih besar dari chi square tabel pada α=5 persen,

maka tolak hipotesis nol yang berarti terjadi heteroskedastisitas. Apabila chi

square hitung lebih kecil dari chi square tabel pada α=5 persen, maka terima

hipotesis nol yang berarti tidak ada heteroskedastisitas.

4.8. Simulasi Model

Beberapa skenario simulasi pada model keputusan ekonomi rumahtangga pengusaha antara lain adalah:

(23)

1. Peningkatan harga bahan baku sebesar 10 persen. 2. Peningkatan harga produk jadi rotan sebesar 10 persen. 3. Peningkatan upah sebesar 10 persen.

4. Penurunan suku bunga tabungan sebesar 5 persen.

5. Peningkatan lama pendidikan pengusaha sebesar 10 persen 6. Peningkatan retribusi sebesar 10 persen.

7. Kombinasi skenario 1, 2 dan 3. 8. Kombinasi skenario 1, 2 dan 4. 9. Kombinasi skenario 1, 2, 3 dan 4.

Selanjutnya skenario simulasi pada model keputusan ekonomi rumahtangga pekerja antara lain adalah:

1. Peningkatan curahan kerja keluarga pekerja di dalam usaha sebesar 10 persen. 2. Peningkatan curahan kerja keluarga pekerja di luar usaha sebesar 10 persen. 3. Perubahan jenis upah dari upah harian menjadi upah borongan.

4. Kombinasi skenario 1 dan 3.

4.9. Konsep dan Definisi Operasional

1. Rumahtangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami seluruh atau sebagian bangunan fisik dan biasanya makan bersama dari satu dapur (pengurusan kebutuhan sehari-harinya dilakukan bersama-sama).

2. Industri produk jadi rotan adalah usaha yang melakukan kegiatan mengolah barang setengah jadi rotan menjadi produk jadi rotan.

3. Pengusaha adalah orang yang memiliki industri produk jadi rotan dan mempekerjakan tenaga kerja untuk menjalankan usahanya.

(24)

4. Pekerja adalah orang yang bekerja pada industri produk jadi rotan dan mendapat upah.

5. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam rumahtangga indusrti produk jadi rotan yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah anggota keluarga, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah anak yang bersekolah dan asli daerah responden.

6. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari luar rumahtangga industri produk jadi rotan yang meliputi upah, harga bahan baku, harga produk jadi rotan dan suku bunga tabungan.

7. Skala usaha dalam hal ini berdasarkan pedoman dari BPS (1993), dimana usaha yang mempekerjakan kurang dari 4 orang dikelompokkan sebagai skala usaha rumahtangga, sedangkan usaha yang mempekerjakan 5 dan tidak lebih dari 19 orang dikelompokkan sebagai skala usaha industri kecil.

8. Curahan kerja adalah jumlah jam kerja riil yang dicurahkan untuk kegiatan mencari nafkah oleh anggota rumahtangga yang termasuk dalam angkatan kerja, baik yang bekerja dalam usaha maupun di luar usaha dalam satuan jam per tahun.

9. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga di dalam usaha adalah jumlah tenaga kerja luar keluarga pengusaha yang dicurahkan di dalam usaha industri produk jadi rotan yang dihitung menurut curahan kerja riil yang dialokasikan dalam satuan jam per tahun.

10. Angkatan kerja keluarga adalah jumlah anggota rumahtangga yang termasuk dalam usia kerja di atas 15 tahun dalam satuan orang.

(25)

11. Produksi adalah keseluruhan produksi produk jadi rotan yang dihasilkan oleh rumahtangga pengusaha selama setahun. Produk jadi rotan yang dihasilkan pengusaha beragam, sehingga untuk menyederhakan analisis digunakan dengan pendekatan perhitungan produksi rata-rata tertimbang, dengan rumus sebagai berikut: n 2 1 n n 2 2 1 1 P ... P P Q P ... Q P Q P (Q) Produksi + + + + + + = dimana:

Q = jumlah produksi (unit per tahun)

P = harga produk yang dihasilkan (rupiah per unit) 1, 2.. n = jenis produk 1, 2, …, n

12. Harga produksi adalah harga produk jadi rotan dalam satu unit (set) yang diterima rumahtangga pengusaha pada waktu penjualan dinyatakan dalam satuan rupiah per tahun yang dihitung menggunakan pendekatan harga rata-rata tertimbang, dengan rumus sebagai berikut:

n 2 1 n n 2 2 1 1 Q ... Q Q Q P ... Q P Q P (P) Produk Harga + + + + + + =

13. Biaya usaha adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha industri produk jadi rotan untuk mengahasilkan produk, yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya upah, bahan penolong, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain dalam satuan rupiah per tahun.

14. Bahan baku adalah banyaknya pemakaian bahan baku rotan setengah jadi untuk proses produksi.

13. Harga bahan baku rotan adalah harga per kilogram bahan baku rotan setengah jadi yang dibeli rumahtangga pengusaha.

(26)

14. Biaya bahan baku adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku bagi industri produk jadi rotan.

15. Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan penolong bagi industri produk jadi.

16. Biaya upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dalam satuan rupiah per tahun.

17. Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan industri produk jadi rotan untuk membiayai bahan bakar seperti minyak tanah, gas elpiji dan listrik. 18. Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan industri produk jadi rotan

untuk membiayai penyusutan dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), sewa tanah, dan pajak kendaraan.

19. Pendapatan rumahtangga pengusaha di dalam usaha adalah pendapatan kotor dari usaha industri produk jadi rotan dikurangi dengan total biaya usaha dalam satuan rupiah per tahun. Sementara itu pendapatan rumahtangga pekerja di dalam usaha adalah balas jasa yang diterima rumahtangga pekerja dari pekerjaan yang telah dilakukannya pada industri produk jadi rotan dalam satuan rupiah per tahun.

20. Pendapatan rumahtangga pengusaha dan rumahtangga pekerja di luar usaha adalah balas jasa yang diterima oleh rumahtangga pengusaha dan rumahtangga pekerja di luar usaha industri produk jadi rotan dalam satuan rupiah per tahun.

21. Pendapatan non kerja adalah pendapatan yang diperoleh dari berbagai aset yang dimiliki rumahtangga, berupa pendapatan bunga dan pendapatan sewa.

(27)

22. Pendapatan total rumahtangga merupakan penjumlahan pendapatan rumahtangga di dalam usaha dan pendapatan di luar usaha industri produk jadi rotan serta pendapatan non kerja dalam satuan rupiah per tahun.

23. Konsumsi pangan adalah nilai bahan pangan yang dikonsumsi keluarga meliputi: beras, ikan, daging, sayuran, telur, susu, gula, teh, rokok, bumbu dapur, minyak goreng dan minyak tanah dalam satuan rupiah per tahun. 24. Konsumsi non pangan adalah nilai bahan yang dikonsumsi keluarga di luar

kebutuhan pangan, investasi (pendidikan dan usaha) dan tabungan meliputi: sandang, pemeliharaan kesehatan, pemeliharaan tempat tinggal dan hubungan sosial dalam satuan rupiah per tahun.

25. Investasi pendidikan adalah pengeluaran rumahtangga untuk keperluan pendidikan rumahtangga meliputi biaya uang sekolah, jajan sekolah, pakaian sekolah, perlengkapan dan buku sekolah, pengeluaran untuk membeli koran dan majalah dalam satuan rupiah per tahun.

26. Investasi usaha adalah pengeluaran rumahtangga atas barang modal untuk keperluan usaha industri produk jadi rotan meliputi pengeluaran atas stok bahan baku, bahan penunjang dan peralatan dalam satuan rupiah per tahun. 27. Pengeluaran rekreasi adalah pengeluaran rumahtangga yang meliputi

pengeluaran kunjungan ke sanak saudara, ke tempat hiburan, pulang kampung dan menghadiri resepsi.

28. Tabungan adalah besarnya dana yang disimpan oleh rumahtangga pada lembaga keuangan dalam satuan rupiah per tahun.

29. Suku bunga tabungan adalah tingkat bunga tabungan per tahun yang terdapat dalam buku tabungan masing-masing rumahtangga.

30. Pendidikan adalah waktu yang telah dimanfaatkan untuk sekolah, dalam satuan tahun.

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan pertimbangan, yaitu: jumlah siswa dalam satu kelas tidak jauh berbeda, dan hasil belajar kelas

belajarpun menjadi rendah sedangkan selama proses belajarnya, siswa memerlukan dorongan (motivasi) yang dapat memberikan kekuatan agar siswa mampu mencapai hasil yang

Bahrein Tuhamalem Sugihen (BT) / Nurman Achmad,

Sistem konstitutif yang dianut Negara Indonesia menganut prinsip bahwa perlindungan hukum atas merek hanya akan berlangsung apabila hal tersebut didaftarkan dimana pendaftaran

 Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa diagnosis tuberkulosis pada kehamilan mungkin lebih sulit dilakukan, karena gejala awalnya mungkin dianggap berasal dari

Dalam sebuah tulisan ilmiah, isi atau konten yang ada di dalamnya harus sistematis dan isi pikiran yang dikemukakan harus berurutan dalam suatu system,

Hasil analisis varians terhadap kecepatan tumbuh benih menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan dosis biakan jamur Trichoderma , akan tetapi

Data yang telah melewati proses SVM akan menghasilkan support vector dari setiap data, vector terbaik dari setiap data akan diberikan label/kelas pada tahapan SVM, data yang telah