• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEREKONOMIAN APEC TERHADAP INDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PEREKONOMIAN APEC TERHADAP INDO"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

4.2.1 PENGARUH PEREKONOMIAN APEC TERHADAP INDONESIA.

Era baru yang kini makin membuka kesempatan kerjasama antar negara adalah integrasi ekonomi. Era ini ditandai maraknya kesepakatan integrasi bilateral, di mana dalam dua dekade terakhir ditandai oleh pesatnya perkembangan integrasi dan proliferasi integrasi ekonomi antar negara dan antar kawasan dunia. antara lain melalui pembentukan (APEC) di kawasan Asia Pasifik, Pada negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), Integrasi ekonomi dilandasi konsep memberikan manfaat ekonomi bagi negara-negara anggota maupun non-anggota. Prinsip dasar integrasi ekonomi adalah mengurangi atau menghilangkan semua hambatan perdagangan di antara negara anggota dalam kawasan tertentu untuk dapat meningkatkan arus barang dan jasa dengan bebas ke luar masuk melintasi batas negara masing-masing anggota, sehingga volume perdagangan semakin tinggi. Peningkatan volume perdagangan ini mendorong peningkatan produksi, peningkatan efisiensi produksi, peningkatan kesempatan kerja, dan penurunan produksi sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Integrasi ekonomi juga mendorong dan memperlancar aliran investasi dari satu negara ke negara lainnya, baik di dalam negara-negara anggota integrasi maupun masuknya investasi dari negara bukan anggota ke negara-negara anggota integrasi. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan dan akumulasi investasi yang seterusnya mendorong peningkatan output negara dan kawasan serta peningkatan perdagangan antarnegara.

(2)

APEC ternyata mampu meningkatkan arus barang, jasa maupun pertumbuhan ekonomi negra anggotanya. Mitra dagang utama Indonesia adalah sebagian besar berasal dari kawasan APEC. Kita memiliki potensi untuk memanfaatkan pasar APEC bagi ekspor maupun investasi. APEC (Asia-Pasific Economic Coorperation) atau kerjasama Ekonomi Asia Pasifik, didirikan pada tahun 1989 bertujuan untuk mengkukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik. Indonesia berperan aktif mendukung peranan APEC untuk meningkatkan kerjasama ekonomi. Partisipaso Indonesia dalam APEC dilandaskan pada keuntungan dan mengamankan kepentingan nasional.

Dapat kita lihat, peran APEC bagi Indonesia setelah Bogor Goals 1994 merupkan sebuah misi APEC untuk kemajuan liberalisasi perdagangan dan investasi bagi Indonesia. APEC masih membawa pengaruh positif bagi ekonomi Indonesia. Bagi Indonesia, anggota-anggota yang tergabung dalam APEC merupakan mitra dagang yang utama. Meningkatnya jumlah ekspor-impor serta sumber investasi asing Indonesia berasal dari ekonomi-ekonomi APEC. Peran lain APEC bagi Indonesia adalah sebagai komunitas bisnis pengembangan kebijakan seperti pengembangan kapasitas memungkinkan Indonesia untuk memproyeksikan kepentingan-kepentingannya dan mengamankan posisinya dalam tata hubungan ekonomi Internasional yang bebas dan terbuka. Sebelumnya pertemuan APEC di Yakohama, Jepang pada tahun 2010 mengusulkan agar diterapkannya free trade oleh semua anggota APEC. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa ada banyak peran APEC bagi Indonesia dalam meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi dan juga mengatasi masalah – masalah yang menggangu tercapainya kepentingan nasional. Indonesia dinilai masih memiliki daya saing yang rendah. Sehingga perdagangan yang terlalu liberal masih sulit dilaksanakan melihat kondisi dalam negeri yang belum mencukupi. Walaupun perdagangan bebas yang dideklarasikan pemimpin APEC di Yakohama masih sulit diterapkan di Indonesia, tergabungnya Indonesia dalam APEC dapat mengamankan perekonomian Indonesia dan mensejahterakan masyarakat.

4.2.2 DAYA GUNA PEREKONOMIAN INDONESIA.

(3)

2012 lalu. Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Prof. Firmanzah, Ph.D, menilai tingginya animo para pemimpin perusahaaan global pada CEO summit kali ini bukan hanya sebagai sinyal posiitif bagi penyelenggaraan APEC di Bali tetapi juga mencermikan daya tarik Indonesia sebagai penyelenggara KTT untuk kedua kalinya. Para CEO perusahaan-perusahaan Asia Pasifik seperti General Electric, CNN, DHL, Sumitomo, Bloomberg, Fedex, dan sebagainya, kata Firmanzah, merupakan korporasi kelas dunia yang memainkan peran penting dalam lanskap bisnis dunia saat ini. Karena itu, tidak berlebihan jika tingginya minat pada penyelenggaraan APEC-CEO Summit kali ini juga menghadirkan ekspektasi yang tinggi bagi para peserta termasuk Indonesia. Sebagai kawasan yang menguasai 56 persen GDP (PPP) dunia atau mencapai 46.6 triliun dollar AS pada akhir 2012, pertemuan APEC-CEO summit pada KTT di Bali diharapkan mampu mendorong perdagangan dan investasi kawasan sebagai upaya pemulihan global sekaligus penopang pertumbuhan dunia. APEC CEO Summit 2013 yang mengangkat tema “Towards Resilience and Growth: Reshaping for Global Economy” diagendakan membahas sejumlah program pembangunan kawasan dan peluang kerja sama yang dapat ditawarkan kepada swasta untuk mendorong penguatan kawasan. Kerja sama dan kemitraan strategis pemerintah bersama swasta diharapkan dapat mendorong berbagai agenda pembangunan infrastuktur dan industry di kawasan Asia Pasifik.

Indonesia menjadi anggota APEC sejak pembentukannya pada 1989 dan telah memberi berbagai kontribusi positif bagi perkembangan APEC. Peran Indonesia pada dekade awal pembentukan APEC sejalan dengan kondisi internasional dan kepentingan Indonesia pada saat itu. Perang Dingin baru saja berakhir dan sistem ekonomi berdasarkan ideologi pasar bebas dan persaingan bebas menjadi dominan. Indonesia perlu senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi perdagangan dan investasi agar tidak tertinggal dari ekonomi lain.

(4)

Sebagai upaya memenuhi komitmen dalam Bogor Declaration dan target Bogor Goals, Indonesia turut mendorong dibentuknya salah satu pilar utama APEC yaitu Economic and Technical Cooperation (ECOTECH). Pilar ECOTECH dirancang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan merata demi mengurangi kesenjangan ekonomi di kawasan melalui pembangunan kapasitas individu dan institusi.

Peran Indonesia di APEC terus disesuaikan dengan kondisi internasional dan kepentingan Indonesia pada masa yang terkait. Ketika isu-isu non-konvensional mulai muncul ke kancah hubungan internasional pada awal abad ke-21, Indonesia pun berupaya memunculkan pembahasan isu-isu terkait melalui APEC. Pada 2002, Indonesia menjadi salah satu pencetus dikembangkannya kerja sama antikorupsi di APEC. Lalu pada 2005, Indonesia berperan aktif dalam pembentukan kerja sama kesiaptanggapan bencana (emergency preparedness) sebagai respon atas bencana tsunami yang melanda Aceh serta beberapa Ekonomi APEC lainnya.

Peran aktif Indonesia dalam memajukan APEC telah memberikan kontribusi nyata baik bagi kawasan maupun bagi Indonesia sendiri. Berdasarkan hasil analisa biro statistik sekretariat APEC, tercatat peningkatan total perdagangan barang dan jasa di antara Ekonomi APEC sebesar 5 kali lipat, dari US$ 3,1 trilyun pada 1989 menjadi US$ 16,8 trilyun pada 2010. Peningkatan ini lebih tinggi dari pada peningkatan total perdagangan dunia yang hanya sebesar 4,6 kali lipat, dari US$ 4,6 trilyun pada 1989 menjadi US$ 21,1 trilyun pada 2010.

Total perdagangan Indonesia dengan Ekonomi APEC pada 2011 mencapai US$ 289,3 milyar, yang merupakan peningkatan hampir 10 kali lipat jika dibandingkan perdagangan pada 1989 yang hanya mencapai US$ 29,9 milyar. Total perdagangan Indonesia dengan Ekonomi APEC pada 2011 ini memberikan sumbangsih 75% dari total perdagangan Indonesia. Indonesia juga merasakan manfaat dari proyek-proyek pelatihan teknis serta sharing of best practices untuk meningkatkan kapasitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Indonesia perlu memanfaatkan keketuaan APEC tahun 2013 untuk mengedepankan isu-isu yang terkait dengan kondisi internasional, kawasan dan kepentingan nasional Indonesia pada saat ini.

(5)

3,5% pada 2012, maka angka pertumbuhan perekonomian APEC dapat mencapai 4,2%. Ketika angka pertumbuhan perekonomian dunia diperkirakan hanya akan sedikit meningkat menjadi 3,9% pada 2013, maka angka pertumbuhan perekonomian APEC diperkirakan akan meningkat sebesar 4,5%.

Pertumbuhan perekonomian yang cukup tinggi tidak serta-merta menghapus beberapa tantangan ekonomi yang terdapat di kawasan, yaitu: Bagaimana mengatasi peningkatan gejala proteksionisme, hambatan non-tarif, serta kesepakatan perdagangan bebas bilateral dan regional yang dapat melemahkan komitmen APEC pada Bogor Goals; Bagaimana mengembangkan ekonomi kawasan yang disertai kemampuan dan daya tahan dalam menghadapi dampak lanjutan dari krisis ekonomi global; Bagaimana meningkatkan integrasi di kawasan melalui pengurangan hambatan konektivitas, terutama yang terkait perbaikan infrastruktur fisik di kawasan.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan rencana pembangunan nasional jangka menengah 2010-2014 melalui upaya pencapaian 11 prioritas nasional yang antara lain mencakup reformasi birokrasi, pendidikan, ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi dan usaha, energi, lingkungan hidup, serta kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Kami menyadari pentingnya pencapaian prioritas nasional tersebut dalam konteks Keketuaan APEC 2013. Untuk itu, dalam upaya menjawab tantangan di kawasan dan dunia serta prioritas nasional di atas menjadi dasar bagi penyusunan tema dan prioritas Indonesia sebagai Ketua APEC tahun 2013.

Presiden RI pada KTT APEC di Vladivostok, Rusia, tahun 2012 telah menyampaikan tema yang akan diusung oleh Indonesia pada Keketuaan tahun 2013, yaitu “Resilient Asia Pacific; Engine of Global Growth”. Di bawah tema ini Indonesia ingin mewujudkan suatu kawasan Asia Pasifik yang terus bertumbuh kuat, berketahanan, gigih, dan cepat pulih dalam menghadapi dampak krisis ekonomi global. Dengan mewujudkan visi ini, diharapkan Asia Pasifik dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia.

Resilience adalah kata kunci dari tahun keketuaan Indonesia. Hal ini dipandang dapat dicapai melalui tiga prioritas, yaitu:

(6)

memenuhi komitmen para Pemimpin APEC dalam mewujudkan kawasan dengan perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka. Dalam hal ini, Indonesia akan turut mengedepankan pembahasan kerja sama pada sisi fasilitasi perdagangan dan investasi di kawasan.

Kedua, Achieving Sustainable Growth with Equity (pencapaian pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata). Melalui prioritas ini Indonesia ingin menekankan bahwa upaya penciptaan kesejahteraan dan pemerataan hasil pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, tidak cukup hanya melalui liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi saja, tetapi juga harus melalui upaya-upaya untuk menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Upaya ini salah satunya dapat dilakukan melalui pemberdayaan komponen masyarakat yang potensinya belum tergali secara maksimal, seperti kaum perempuan, kaum muda dan UKM. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas selain dapat menjaga momentum pertumbuhan, juga akan dapat membantu pemulihan dari dampak krisis global serta meningkatkan ketahanan perekonomian nasional dan kawasan.

Ketiga, Promoting Connectivity (memperkuat atau meningkatkan konektivitas). Prioritas ini diarahkan untuk dapat meningkatkan kinerja ’mesin’ perekonomian nasional dan kawasan melalui tiga hal, yaitu: perbaikan tingkat konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan; penyebaran moda-moda perdangangan; dan peningkatan arus pergerakan manusia pada tingkat nasional dan regional.

Peningkatan konektivitas kawasan ini bertujuan untuk mendukung penerapan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Perlu diingat bahwa salah satu tujuan MP3EI adalah mendorong peningkatan investasi di bidang infrastruktur demi pemerataan kesejahteraan nasional.

Di bawah prioritas kedua dan ketiga, Indonesia akan mengarusutamakan isu-isu terkait kelautan atau Blue Economy, melalui pembahasan terkait ketahanan pangan, perubahan iklim dan konektivitas kelautan. Sebagai negara bahari, Indonesia melihat perlunya mengangkat isu kelautan. Kami juga melihat urgensi untuk menciptakan pemahaman di antara Ekonomi APEC akan pentingnya memelihara dan menjaga sumber daya alam yang terdapat di laut.

(7)

ke depan dan dapat diterapkan hingga tahun-tahun keketuaan APEC berikutnya, juga bersifat praktis dan dapat diterjemahkan melalui penerapan kegiatan dan perubahan nyata di lapangan.

Sebagai anggota ASEAN, East Asia Summit dan G-20, sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengemban dan mengambil alih pimpinan dalam arsitektur perekonomian kawasan Asia dan Pasifik.

4.2.3 PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA.

(8)

4.2.4 DAMPAK STRATEGIS DARI KTT APEC TERHADAP INDONESIA. Para pemimpin ekonomi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) menyepakati Deklarasi "Sustaining Growth, Connecting The Region". Dalam deklarasi itu, 21 pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk bekerja sama memperkuat momentum menuju pertumbuhan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang. Ini sebagaimana yang disepakati Forum G-20. Para pemimpin APEC juga menyadari perlunya membangun sebuah paradigma baru untuk perubahan pascakrisis keuangan global. Begitu juga perluasan agenda perdagangan dan investasi yang akan memperkuat penyatuan ekonomi kawasan di Asia-Pasifik. Deklarasi itu intinya kita tidak dapat kembali tumbuh sebagaimana biasa. Kita tahun depan akan menerapkan strategi komprehensif jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berimbang, inklusif, memelihara lingkungan, dan mencari cara meningkatkan potensi pertumbuhan melalui inovasi dan pengetahuan. Pada deklarasi itu juga disepakati topi-topik yang menjadi perhatian. Di antaranya mendukung pertumbuhan ekonomi berimbang, mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan menolak proteksionisme. Selain itu, mendukung sistem perdagangan multilateral, mewujudkan penyatuan ekonomi kawasan, memperkuat kerja sama teknis dan ekonomi, serta meningkatkan pemerintahan yang baik. Namun, di tengah kondisi krisis ekonomi yang melanda dunia, kesepakatan APEC tersebut dinilai justru akan menjadi malapetaka bagi perekonomian Indonesia. Daya saing industri nasional yang masih rendah akibat "kesalahan" pemerintah menjadi alasannya. Jika dituruti, kesepakatan APEC hanya akan membuat Indonesia menjadi lahan empuk untuk digempur produk-produk impor. Belum lagi masalah lemahnya kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang hingga saat ini belum ditangani secara baik oleh pemerintah. Jadi, kesepakatan APEC yang memperkuat sistem pasar bebas itu hanya akan membuat Indonesia menjadi "penonton" sejati

(9)

memengaruhi para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam APEC untuk menjadikan perdagangan bebas sebagai keberhasilan.

Lalu dalam kondisi saat ini, apakah Indonesia bisa percaya diri untuk dapat memanfaatkan peluang dari kesepakatan APEC ini? Apa dampak paling buruk terhadap perekonomian nasional ke depan?

Kesepakatan APEC tersebut, semuanya bernilai minus untuk perekonomian Indonesia. Sebelum kesepakatan perdagangan bebas dijalankan secara penuh, Indonesia sudah kewalahan menghadapi serbuan produk impor dari berbagai negara, terutama dari negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Berkaca dari ini, seharusnya pemerintah menyadari betul bahwa Indonesia belum siap melakukan perdagangan bebas. Ironisnya, Indonesia ikut menolak proteksionisme dan bukan menyetujuinya dalam arti positif. Jadi, tidak ada dampak positif yang bisa diambil dari hasil kesepakatan APEC itu untuk peningkatan perekonomian Indonesia.

Langkah strategis apa yang harus diambil Pemerintah Indonesia untuk meminimalisasi dampak buruk dari hasil pertemuan APEC?

Kalau Pemerintah Indonesia konsisten dengan amanat yang telah dituangkan dalam konstitusi, seharusnya pemerintah tidak menerima begitu saja ide perdagangan bebas yang diajukan oleh Pemerintah AS tersebut. Apalagi, dalam hal ini sama sekali tidak ada jaminan kalau perdagangan bebas bisa menguntungkan perekonomian Indonesia. Padahal, perdagangan bebas hanya menguntungkan negara-negara maju seperti AS. Jadi, langkah strategis yang harus diambil adalah keluar dari APEC. Artinya, tidak mengikuti segala ketetapan atau kesepakatan pada pertemuan APEC. Dengan kondisi saat ini, Indonesia belum bisa menjalani seluruh kesepakatan APEC itu. Bahkan, hanya akan memperparah perekonomian Indonesia. Sebut saja matinya industri-industri nasional dan sektor pertanian. Ini artinya bakal banyak menciptakan penganggur baru serta bertambahnya angka kemiskinan di berbagai wilayah di Indonesia.

(10)

sekitar tiga bulan jika masih terjadi gejolak. Kejadian ini bisa dikategorikan bersifat insidental, bukan semata-mata karena menjelang kenaikan harga BBM Bersubsidi. Namun kita harus melihat apakah dengan jebolnya kembali nilai rupiah terhadap mata uang asing sebagai dampak dari sentimen global atau terjadinya in-efisiensi dalam perekonomian domestik? Nilai rupiah yang berubah-ubah tidak stabil akan sangat mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar ada tiga variabel yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia yaitu, variabel yang pertama berhubungan dengan nilai tukar rupiah berupa nilai keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing.

(11)

yaitu : agenda pertumbuhan ekonomi dunia ; agenda konektivitas : dan agenda liberalisasi perdagangan. KTT APEC yang berlangsung di Bali pada tanggal 6-9 Oktober 2013, tidak bisa dipisahkan dengan pertemuan G20 di St. Petersberg beberapa waktu yang lalu dan rencana Konferensi Tingkat Menteri WTO yang akan datang di Bali. Beberapa agenda tersebut di atas pasti akan dipergunakan negara-negara maju guna mengatasi pelemahan ekonomi di negara-negara Eropa dan Amerika yang memicu krisis global, baik krisis keuangan, krisis pangan dan krisis politik. Itulah kenapa dalam pertemuan Menteri Keuangan negara anggota G20 menyepakati : 1. Stabilisasi fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi; 2. Investasi di infrastruktur yang melibatkan swasta via public private partnersip untuk mendukung konektivitas; 3. Pembukaan pasar via larangan tindakan proteksi dan kerja sama regional. Dan faktanya liberalisasi perdagangan telah mengakibatkan Indonesia terjebak impor, akan tetapi nilai ekspor Indonesia tidak tinggi. Derasnya arus impor berdampak buruk pada keuangan negara dan nilai tukar rupiah serta bangsa Indonesia dalam penguasaan. Sementara itu privatisasi kekayaan alam dan cabang produksi yang terkait dengan hajat hidup orang banyak, telah banyak membawa kerugian bagi rakyat Indonesia akibat diperlemahnya negara dalam melindungi tujuan sebesar-besar bagi kemakmuran. Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara kerja sama ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) menghasilkan 7 kesepakatan. Hal ini diharapkan bisa diterapkan di tiap-tiap negara anggota APEC.

Dengan adopsi dari "Deklarasi Honolulu," para pemimpin sepakat untuk mengambil langkah konkret ke arah membangun sebuah "ekonomi regional mulus" yang akan menghasilkan pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja di tiga bidang prioritas: Memperkuat integrasi ekonomi regional serta meningkatkan perdagangan, mempromosikan pertumbuhan hijau, dan memajukan konvergensi regulasi dan kerjasama. Pemimpin setuju untuk membahas dua isu kunci perdagangan dan investasi generasi berikutnya yang dihadapi wilayah tersebut. Mereka berkomitmen untuk membantu usaha kecil dan menengah tumbuh dan terintegrasi lebih baik ke dalam rantai produksi global. Mereka juga berkomitmen untuk mempromosikan secara efektif kebijakan inovasi non-diskriminatif dan berorientasi pasar, termasuk agar pemerintah tidak mendiskriminasi perlakuan atas barang dan jasa pada lokasi pembangunan tertentu, termasuk mengenai kepemilikan kekayaan intelektual.

(12)

persen atau kurang pada akhir tahun 2015. Ekonomi APECjuga akan menghilangkan hambatan non-tarif, termasuk persyaratan muatan lokal yang mendistorsi perdagangan barang dan jasa lingkungan. Ekonomi APEC juga memutuskan untuk menghilangkan subsidi yang tidak efisien untuk bahan bakar fosil, mendirikan mekanisme pelaporan untuk mengevaluasi kemajuan, dan meningkatkan target pengurangan intensitas energi di APEC sampai 45 persen pada 2035. Pemimpin berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah spesifik untuk diterapkan pada tahun 2013 untuk mengimplementasikan praktek aturan yang baik di negara mereka, termasuk memastikan koordinasi internal dari hal tersebut; menilai dampak peraturan; dan melakukan konsultasi publik. Para pemimpin juga menyatakan keprihatinan mendalam mengenai kebuntuan yang dihadapi Doha Development Agenda (DDA).

(13)
(14)

Selain membahas kebijakan 'traditional agenda' APEC, seperti integrasi ekonomi regional dan liberalisasi, serta fasilitasi perdagangan dan investasi, AMM juga membicarakan berbagai isu strategis global, yaitu 'digital economy', kerja sama inovatif yang ramah lingkungan, penciptaan lingkungan bisnis yang aman (terkait counter-terrorism), pembangunan kapasitas manusia dan kaum perempuan, serta pendalaman kerja sama anti-korupsi dan transparansi. Berbicara pada sesi “Foreign Minister's Breakfast Meeting” dan “Plenary Meeting”, Menteri Luar Negeri RI, R. M. Marty M. Natalegawa, menekankan nilai penting Bogor Goals sebagai titik tolak APEC yang semakin dinamis. Menteri Luar Negeri menekankan agar APEC tetap bersifat “voluntary”, sehingga dapat menguatkan posisi forum ini sebagai inkubator kerja sama perdagangan bebas (Free Trade Agreement) di kawasan Asia Pasifik. Menanggapi proses pemulihan ekonomi global, Menteri Luar Negeri menegaskan perlunya perhatian bersama bagi perbedaan kemajuan tahap pemulihan setiap Ekonomi. Adanya percepatan pembangunan untuk mengatasi perbedaan tingkat ekonomi di kawasan adalah faktor signifikan untuk pemulihan ekonomi yang seimbang.

Ketujuh kesepakatan itu adalah:

1.Memperkuat agenda Bogor Goals. Disepakati untuk memperkuat, dan membuka kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam agenda APEC dan saling memberikan keuntungan bagi semua.

2.Meningkatkan intra-APEC untuk infrastruktur, membangun kapasitas, dan memfungsikan perdagangan multilateral.

3.Meningkatkan konektivitas institusi dan sumber daya manusia di antara anggota APEC. Untuk itu dibuat konektivitas yang menitikberatkan pada investasi dan infrastruktur.

4.Memastikan pertumbuhan yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Memperkuat UMKM.

5.Memperkuat ketahanan pangan.

6.Meningkatkan sinergi dan melengkapi dengan kerja sama multilateral yang lain seperti East Asia Summit dan G-20.

(15)

melihat komposisi ekonomi di Asia Pasific, maka negara yang terbesar pertumbuhan ekonominya adalah Cina, Indonesia, dan India. Mau tidak mau, negara lain sangat tergantung pada 3 negara itu sebagai motor penggerak, antara lain dalam melakukan transaksi ekspor, impor, dan transaksi jasa. Untuk Indonesia sendiri, kondisi ini menyimpan masalah seperti masalah nilai tukar. Untuk itu kita akan kesulitan kalau tidak meningkatkan ekspor. Bisa-bisa senang untuk negara lain, tapi susah untuk diri sendiri. Indonesia harus mempersiapkan diri dalam menghadapi hasil KTT APEC tersebut, agar mendapatkan keuntungan, bukan kerugian. Yang perlu dilakukan pemerintah antara lain:

-Menyiapkan kebijakan yang diperlukan untuk proteksi ekonomi, misalnya soal standarisasi mutu, dan sertifikasi terhadap barang impor.

-Menyiapkan kebijakan investasi yang lebih menguntungkan untuk Indonesia.

-Fokus pada keunggulan ekonomi yang dimiliki. Indonesia unggul di industri kreatif, namun ekspornya masih rendah. Dicari solusinya agar daya saing bisa ditingkatkan dan ekspor meningkat.

-Memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini mencegah terjadinya “pengambilalihan” lapangan kerja dari SDM negara lain.

-Memperbaiki infrastruktur dan konektivitas antar daerah.

Idealnya memang transaksi ekonomi yang terjadi adalah yang win-win solution. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Untuk mencapai win-win solution diperlukan kebijakan yang juga win-win. Masalahnya adalah kita sering lemah di kebijakan, tidak antisipatif menyiapkan kebijakan. Akibatnya mereka win, kita loos. Hasil KTT APEC akan memberi hasil yang positif jika Indonesia melakukan persiapan dengan baik, melakukan antisipasi terhadap dampak negatifnya. Kesepakatan pemerintah melakukan perdagangan bebas antaranggota Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) telah melanggar konstitusi negara. Pasalnya, perdagangan bebas hanya menguntungkan negara tertentu, sementara Indonesia sendiri lebih banyak dirugikan. "Dari dulu Indonesia tidak pernah menganut perdagangan bebas, karena jelas itu melanggar konstitusi," ujar pengamat ekonomi Revrisond Baswir.

(16)

kalah siap dibanding negara lain, terutama dalam menarik arus investasi yang bersifat langsung.

(17)

memberi dampak positif bagi perkembangan industri pariwisata di Bali. Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

TAHUN depan perekonomian nasional berpotensi tumbuh hingga 5,8% seiring meredanya isu-isu global yang menekan perekonomian dunia dan paket kebijakan pemerintah yang mulai berbuah, terutama berkaitan dengan perbaikan neraca perdagangan yang kini mencatat surplus pada Agustus lalu.

Prediksi pertumbuhan tersebut belum memperhitungkan dampak positif dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang berakhir hari ini di Bali. Dengan catatan, pemerintah dapat memanfaatkan momentum KTT APEC tersebut. Selama ini pemerintah piawai menciptakan momentum positif bagi pertumbuhan perekonomian, namun momentum tersebut seringkali dibiarkan berlalu begitu saja.

Setidaknya, KTT APEC telah melahirkan sebuah optimisme akan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan nasib usaha kecil dan menengah (UKM) yang kini menjadi fokus perhatian kerja sama dalam forum bergengsi di Asia-Pasifik itu. Selain itu, urusan menarik investasi asing untuk menggerakkan roda pembangunan negeri ini juga mendapat perhatian serius dari peserta APEC.

Dalam urusan UKM, pemerintah memandang begitu penting membuka akses terhadap negara-negara di Asia-Pasifik. Tak kurang dari 52 juta penduduk Indonesia menghidupkan dapur UKM. Namun, sungguh ironis, UKM yang bisa mengakses lembaga keuangan begitu terbatas. Kabarnya, baru sekitar 25% atau 13 juta UKM yang bisa menikmati fasilitas pembiayaan dari lembaga keuangan. Belum bicara soal akses pasar yang masih terbatas.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa UKM telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Data dari Kementerian UKM dan Koperasi menunjukkan, sebanyak 97% tenaga kerja Indonesia diakomodasi dalam UKM pada 2011. Harus dicatat, UKM menjadi penyumbang terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 60%. Sejarah telah membuktikan, berkat peran UKM, perekonomian nasional yang tersapu krisis pada 1998 bisa bertahan, sementara usaha konglomerasi tumbang satu per satu.

(18)

membuka mata para peserta KTT APEC dengan membeberkan sejumlah keberhasilan perekonomian Indonesia yang berpotensi besar bagi investor untuk menuai keuntungan.

Peluang bisnis di Indonesia, berdasarkan survei McKinsey, diprediksi meningkat hingga USD1,8 triliun pada 2030, di mana berbagai sektor akan terbuka luas mulai dari layanan konsumen, perikanan, pertanian, sumber daya untuk pendidikan, hingga infrastruktur. Saat ini Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan pendapatan domestik yang besar yang ditopang oleh pertumbuhan kelas menengah yang terus bertambah signifikan setiap tahun.

Betulkah Indonesia masih menarik buat investor dibandingkan dengan negara lain misalnya Filipina yang pertumbuhan ekonominya mencatat di atas 7% atau Vietnam yang begitu ramah terhadap investor dengan berbagai kebijakan yang bersahabat, termasuk urusan buruh yang tidak rewel?

Yang pasti, Price water house Coopers (PwC) telah menyurvei 500 chief executive officers (CEO) di negara Asia-Pasifik mengungkapkan, sekitar 68% menyatakan siap meningkatkan investasinya beberapa tahun ke depan pada tiga negara tujuan utama yakni China tujuan pertama, Indonesia posisi kedua, dan Amerika Serikat di urutan ketiga. Survei PwC yang bertajuk “Menuju Ketahanan dan Pertumbuhan: Bisnis di Asia-Pasifik dalam Transisi” itu sungguh membesarkan hati bahwa negeri yang terus dirundung persoalan yang justru bersumber dari penyelenggara negara itu sendiri masih dilirik oleh investor asing.

(19)

dampak perjanjian APEC yang dilaksanakan di Bali awal Oktober 2013 ini pun akan semakin memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Pasalnya, Amerika sekarang sedang dilanda krisis. Celakanya, Indonesia sudah terjebak dalam krisis Amerika.“Amerika krisis, maka investasinya di luar negeri akan ditarik, termasuk yang di Indonesia,”. Singapura adalah investor terbesar pertama dan Amerika investor terbesar ketiga di Indonesia. untuk menyelamatkan Amerika dari krisisnya, selain menarik investasinya, Amerika pun akan semakin mengeksploitasi Indonesia. Terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Asia-Pasific Economic Forum (APEC) 2013 serta tuan rumah perhelatan yang akan diselenggarakan pada Oktober 2013 mendatang di Bali, sejatinya merupakan momentum bagi kebangkitan ekonomi Indonesia sekaligus meningkatkan peran strategis Indonesia bagi perekonomian global. Fakta sejarah menunjukkan peran strategis Indonesia sangat besar dalam perkembangan APEC, Indonesia berperan dalam pendirian APEC dan hadir pada konferensi tingkat menteri di Canberra, Australia, tahun 1989. Setelah pertemuan APEC di Blake Island Seattle (AS) pada 1993, Indonesia menjadi tuan rumah KTT APEC 1994 yang diselenggarakan di Bogor, Jabar.

Kontribusi utama Indonesia pada awal pembentukan APEC, ditandai dengan rumusan Bogor Declaration dan Bogor Goals pada saat Keketuaan APEC Indonesia tahun 1994. Indonesia juga turut mendorong dibentuknya salah satu pilar utama APEC yaitu Economic and Technical Cooperation (ECOTECH), yang dirancang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan merata demi mengurangi kesenjangan ekonomi di kawasan melalui pembangunan kapasitas individu dan institusi.

Saat ini, sebagai emerging country yang pertumbuhan ekonominya selalu positif di tengah krisis global, Indonesia menjadi barometer bagi ekonomi global, karena dunia melihat Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki daya tahan (resilient) terhadap krisis dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Sebagaimana diketahui, ketika krisis hebat melanda Eropa, perekonomian Indonesia mampu tumbuh di atas 6,5 persen. Bahkan, sampai dengan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertahan di angka 6,5 persen. Kondisi ini bertolak belakang dengan sebagian besar negara-negara lain yang pertumbuhan ekonominya cenderung negatif.

(20)

menengah, Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi di Asia Pasifik. Besaran (size) ekonomi nasional dimaksud, menjadikan posisi strategis Indonesia sebagai pasar bagi produk impor bagi negara-negara yang tergabung dalam APEC, namun di sisi lain juga, menjadi peluang bagi ekspor produk nasional dengan semakin terbukanya pasar kawasan Asia Pasifik.

Sejak ikut serta dalam APEC, Indonesia mencatat perkembangan yang pesat dalam perekonomian dengan sesama anggota di Asia-Pasifik. Total perdagangan Indonesia di tahun 1989 ke seluruh ekonomi anggota APEC adalah 29,9 miliar dollar AS, sekitar 78% dari total perdagangan Indonesia ke seluruh dunia.

Di tahun 2011 ekspor Indonesia ke seluruh ekonomi anggota APEC mencapai 289,3 miliar dollar AS, sekitar 75% dari total perdagangan Indonesia ke seluruh dunia, terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat, dari tahun 1989 ke tahun 2011, atau 22 tahun terakhir.

Investasi dari ekonomi APEC ke Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 9,26 miliar dolar AS, dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 10,7 miliar dolar AS. Selain itu, pada tahun 2011, 10 dari 20 anggota ekonomi APEC termasuk dalam 20 investor terbesar Indonesia.

Ketika Indonesia memimpin APEC 2013, berarti Indonesia juga menjadi daya tarik perekonomian dunia, mengingat APEC menguasai 56 persen PDB dunia, 39,8 persen penduduk dunia, dan total PDB 2011 berkisar USD38,9 triliun.

Amerika Serikat meningkatkan upaya untuk memperkuat kekuatan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik pada pertemuan puncak para pemimpin regional di Indonesia, Selasa (8/10), di tengah peringatan dari China yang semakin berani.

Hari kedua acara Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di resor bintang lima pulau tropis Bali bertujuan untuk menguak hambatan perdagangan di antara 21 negara anggota, tapi agenda-agenda kekuatan dunia membayangi pembicaraan tersebut.

(21)

Namun China dan bahkan beberapa negara berkembang yang termasuk dalam TPP menyatakan kekhawatiran bahwa hal itu akan membuat aturan perdagangan mengutamakan keuntungan negara terkaya dan perusahaan yang paling kuat.

"China akan berkomitmen untuk membangun kerangka kerja sama regional trans-Pasifik yang menguntungkan semua pihak," kata Presiden China Xi Jinping dalam pidato setelah pernyataan Kerry dalam forum bisnis APEC.

Pelaksanaan KTT APEC di Bali jelas menjadi pertaruhan Bangsa Indonesia di mata dunia. Khususnya pertaruhan wajah pemerintahan SBY baik internal maupun eksternal. Inilah KTT yang konon mengusung dua agenda besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik. Inilah konferensi dengan tema “Resilient Asia Pacific Engine of Global Growth”.

Kita sebagai rakyat Indonesia layaknya bangga dengan diselenggarakannya KTT APEC di Bali. Bisa jadi kita pun sepakat dengan pernyataan Staff khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan. Bahwa Indonesia harus memanfaatkan sebaik-baiknya penyelenggaraan KTT APEC di Bali. Lalu apa yang diperoleh kota Bali yang menjadi bagian dari Indonesia setelah diadakannya KTT APEC ini?

(22)

menimbulkan dampak yang sangat serius. Laju alih fungsi lahan pertanian setiap tahun mencapai angka 1000 hektar. Demikian juga yang telah terjadi pada krisi ketersediaan air tanah di kawasan-kawasan pariwisata seperti sanur dan Kuta.

Bentangan fakta di atas menunjukkan bahwa mempromosikan Bali besar-besaran untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan ke Bali bukanlah langkah dan strategi yang bijak. Bali sudah demikian “Penat” dengan perkembanga mass tourism. Terus-menerus menggenjot investasi pariwisata di Bali melalui pembangunan berbagai fasilitas wisata kelas dunia. Terutama di Bali Selata, terbukti telah menimbulkan kesemerawutan tata-ruang, kemacetan, dan berbagai efek sosial-budaya yang sebelumnya tidak pernah di bayangkan oleh masyarakat Bali Sendiri.

Dengan membaca fakta-fakta di atas layak diajukan sebuah pertanyaan ; untuk siapakah kemajuan pariwisata Bali selama ini? Kemanakah mengalirnya keuntungan sektor pariwisata? Apakah ke masyarakat Bali, pemerintah pusat, ataukah para kapitalis global? Sudah menjadi rahasia umum bahwa 75% dari keuntungan pundi-pundi pariwisata Bali mengalir kembali ke luar negeri dan ke Jakarta. Keuntungan pengelolaan BTDC dan Bandara Ngurah Rai misalnya, mayoritas diambil oleh Pemerintah Pusat.

Niat membantu Bali melalui penyelenggaraan kegiatan sekelas KTT APEC sepertinya layak diperiksa kembali. Bali tidak lagi memerlukan jumlah wisatawan yang berlebihan. Pelaksanaan APEC di Bali tidak akan memberikan dampak yang terlalu besar pada peningkatan perekonomian Indonesia. Pasalnya, saat APEC tidak memuat perjanjian-perjanjian mengikat antar berbagai pihak dan para peserta APEC. Pelaksanaan APEC,merupakan suatu dukungan pemerintah untuk membuka dan memberikan peluang pada pengusaha dalam negeri mengembangkan jaringan usahanya keluar. Karenanya, hasila dari pelakasaan acara ini bergantung dari bagaimana para peserta APEC khususnya para pengusaha. Pelaksanaan APEC di Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menarik perhatian para investor. Bukan hanya untuk membuka peluang usaha antar negara, penyelenggaraan APEC juga menjadi ajang promosi wisata.

(23)

adalah kata kunci dari tahun keketuaan Indonesia, hal ini setidaknya mengacu kepada tiga prioritas utama yang akan dicapai, yakni:

Pertama, Attaining Bogor Goals (mewujudkan dan mendukung pencapaian Bogor Goals). Prioritas ini ditujukan untuk menjawab tantangan proteksionisme sekaligus memenuhi komitmen para Pemimpin APEC dalam mewujudkan kawasan dengan perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka.

Kedua, Achieving Sustainable Growth with Equity (pencapaian pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata). Melalui prioritas ini Indonesia ingin menekankan bahwa upaya penciptaan kesejahteraan dan pemerataan hasil pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, tidak cukup hanya melalui liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi saja, tetapi juga harus melalui upaya-upaya untuk menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Ketiga, Promoting Connectivity (memperkuat atau meningkatkan konektivitas). Prioritas ini diarahkan untuk dapat meningkatkan kinerja ’mesin’ perekonomian nasional dan kawasan melalui tiga hal, yaitu: perbaikan tingkat konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan; penyebaran moda-moda perdangangan; dan peningkatan arus pergerakan manusia pada tingkat nasional dan regional.

Seluruh rangkaian pertemuan APEC di tahun 2013 harus dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan peran aktif Indonesia di dalam memajukan arsitektur ekonomi regional, memanfaatkan integrasi ekonomi kawasan bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan investasi, dan ekspor Indonesia, mempromosikan potensi perdagangan, investasi, pariwisata, agar dapat memberikan manfaat dan diarahkan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Momentum APEC mendatang seyogyanya dapat pula ditransformasikan bagi kemajuan ekonomi Indonesia, dengan memanfaatkan bergesernya konstelasi mesin pertumbuhan ekonomi dari kawasan Amerika Eropa ke kawasan Asia Pasific akibat dampak krisis global, yang membawa dampak turunan semakin terbukanya ekonomi negara-negara kawasan Asia Pasific.

(24)

internasional, mengingat selama ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong oleh tingkat konsumsi.

Keketuaan Indonesia pada APEC 2013 akan dapat memberikan keuntungan lain bagi Indonesia, dengan posisi sebagai ketua akan menentukan pembahasan agenda, yang harus dapat diupayakan optimal untuk memberikan keuntungan kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat pada masa mendatang Indonesia tidak hanya akan menjadi basis produksi, tetapi juga basis konsumsi dan pasar yang sangat potensial dengan 250 juta penduduk.

Indonesia juga harus memperkuat supply side agar pasar domestik Indonesia dapat diisi produk-produk buatan dalam negeri, dan tidak didominasi oleh produk impor, kuncinya bagaimana meningkatkan daya saing produk dan efesiensi sehingga dapat bersaing dengan produk impor.

Dengan semakin terintegrasinya kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain, peningkatan kemampuan adaptasi (adaptive capacity) untuk merespons setiap sentimen negatif menjadi suatu keniscayaan agar survive dalam kancah percaturan ekonomi global.

Hal ini sangat diperlukan agar dapat terus diupayakan peningkatan kemampuan nasional untuk tetap menjaga defisit fiskal pada posisi aman, pembangunan inklusi, proteksi sosial, terkendalinya inflasi, dan terjaganya stabilitas sosial-politik.

Pembangunan nasional perlu terus dikawal agar terus diupayakan peningkatannya dan diarahkan tidak hanya bertumpu atas keberpihakan industri besar tetapi juga industri mikro, kecil, dan menengah sehingga dapat menjadi model pembangunan di kawasan Asia Pasifik.

Disisi lain pengembangan capacity bulding dan inovasi produk perlu terus ditingkatkan, yang tidak hanya bicara hal-hal berkaitan dengan freetrade semata, capacity building dan inovasi produk sangat dibutuhkan agar terjadi keseimbangan perdagangan (balance of trade).

(25)

Kapasitas Indonesia sebagai ketua APEC kelak akan dihadapkan pada sejumlah isu penting, seperti peningkatan perdagangan regional yang terbuka, penguatan peran APEC dalam investasi, pengupayaan sustainable growth with equity, dan penguatan ketahanan ekonomi regional, antara lain melalui pembangunan konektivitas.

Dengan keketuaan Indonesia pada APEC 2013, diharapkan dapat dikedepankan upaya memajukan kepentingan nasional dengan mengusung inisiatif mendorong investasi infrastuktur, memastikan bahwa perdagangan international tetap terbuka bagi ekspor Indonesia, memperkuat kesiapsiagaan bencana, memperkuat peran UKM dan wanita dalam kegiatan ekonomi, serta mengarusutamakan isu-isu kelautan.

Untuk itu, peningkatan dukungan, kesatupaduan langkah dan rencana aksi kongkrit dari berbagai pemangku kepentingan, menjadi suatu keniscayaan, agar implementasi pada tataran teknis dapat dijamin memberikan efek balik terhadap capaian visi besar pembangunan ekonomi Indonesia.

4.2.5 DAMPAK SHUTDOWN AS TERHADAP APEC-INDONESIA

Berbicara pada sesi “Foreign Minister's Breakfast Meeting” dan “Plenary Meeting”, Menteri Luar Negeri RI, R. M. Marty M. Natalegawa, menekankan nilai penting Bogor Goals sebagai titik tolak APEC yang semakin dinamis. Menteri Luar Negeri menekankan agar APEC tetap bersifat “voluntary”, sehingga dapat menguatkan posisi forum ini sebagai inkubator kerja sama perdagangan bebas (Free Trade Agreement) di kawasan Asia Pasifik. Menanggapi proses pemulihan ekonomi global, Menteri Luar Negeri menegaskan perlunya perhatian bersama bagi perbedaan kemajuan tahap pemulihan setiap Ekonomi. Adanya percepatan pembangunan untuk mengatasi perbedaan tingkat ekonomi di kawasan adalah faktor signifikan untuk pemulihan ekonomi yang seimbang. Sementara bagi Indonesia, misalnya, kegiatan ekspor-impor bisa menjadi seret atau bahkan mungkin macet. Itu saja serta-merta niscaya bisa melahirkan dampak ikutan yang merembet dan memukul berbagai sektor lain. Karena itu, dunia internasional sangat tidak menginginkan penghentian sementara kegiatan pemerintahan AS ini berlangsung lama.

(26)

sosial, politik, dan budaya tidak boleh sekadar memantau perkembangan politik di AS terkait penyelesaian krisis anggaran di negara tersebut.

Bukan hanya Obama yang pusing. Penghentian sementara kegiatan pemerintah ini bisa berdampak besar terhadap negara lain, termasuk Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sudah menghitung, jika penghentian kegiatan pemerintahan ini berlangsung dua pekan, pertumbuhan ekonomi Amerika akan turun 0,5 persen. Dan jika sebulan, bisa anjlok 1,4 persen. Dampaknya akan segera terasa bagi Indonesia, yang ekonominya sedikit-banyak bergantung pada Amerika. Negara adidaya itu masuk dalam tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia, di bawah Cina dan Jepang. Pangsa pasar Amerika dalam kegiatan ekspor Indonesia cukup signifikan, hampir 10 persen.

Sebelum ekonomi Cina melejit, Amerika selalu menduduki posisi pertama di Indonesia. Lesunya kegiatan Amerika sebelum masalah buntunya pembahasan anggaran sebetulnya sudah terasa sejak krisis finansial melanda negara itu pada 2005 dan 2008. Selama delapan bulan pertama tahun ini, Indonesia mengekspor hampir US$ 10 miliar ke Amerika, turun 7 persen dibanding nilai dua tahun sebelumnya.

Investasi Amerika pada tahun lalu, sebesar US$ 1,24 miliar, juga turun hampir 17 persen dibanding pada 2011. Jika kebuntuan itu berlangsung lebih lama, perekonomian Amerika pasti akan makin melambat.

Indonesia mesti bersiap-siap karena permintaan dari negara itu juga bakal menurun. Kejadian pada 2009, setelah Amerika dihajar krisis, bisa kembali terulang. Saat itu ekspor Indonesia ke Amerika hanya US$ 10,5 miliar, atau jatuh lebih dari 12 persen. Investasi diperkirakan juga tak akan sebesar tahun lalu. Pilihan tak banyak, karena hampir semua negara menghadapi persoalan ekonomi. Indonesia akan sulit mengandalkan ekspor, baik dari pasar tradisional seperti Cina dan Jepang maupun pasar baru, karena ekspor Indonesia rata-rata turun. Pada saat yang sama, impor justru terus naik.

(27)

perbaikan harus dilakukan, antara lain di pelabuhan yang saat ini masih acak-adut dan mahal, biaya transportasi yang tinggi, dan pungutan liar yang tetap menghantui kalangan bisnis.

Persoalan perburuhan juga terus menjadi duri dalam daging yang sulit diselesaikan. Semua itu diperlukan agar daya saing Indonesia bisa meningkat. Dengan demikian, ketika ekonomi dunia, terutama Amerika dan Eropa, membaik, saat itu Indonesia akan jauh lebih siap berlari lebih kencang.

Bagaimanapun, pemerintah harus mewaspadai kemungkinan shutdown kegiatan pemerintahan AS berlarut-larut. Untuk itu, pemerintah wajib menyiapkan antisipasi. Berbagai kemungkinan buruk yang bisa dialami ekonomi nasional sebagai dampak shutdown di AS harus benar-benar diperhitungkan. Berdasarkan itu, berbagai jurus penangkalan (exit strategy) bisa dirumuskan. Jadi, ibarat kata pepatah, payung wajib disiapkan sebelum hujan.

Dengan demikian, manakala ternyata kebuntuan proses politik di AS tak segera beroleh jalan keluar sehingga krisis anggaran tak teratasi dan Presiden Obama pun terpaksa terus melakukan shutdown entah sampai kapan, pemerintah tidak menjadi kalut dan kalang kabut menyelamatkan ekonomi nasional.

4.2.6 PRIORITAS UTAMA INDONESIA DALAM APEC 2013

(28)

Hampir 20 tahun lalu, para pemimpin wilayah Asia Pasifik berkumpul di Bogor untuk “memetakan rencana kerjasama ekonomi masa depan, yang akan mendorong prospek pertumbuhan ekonomi yang terakselerasi, seimbang dan merata, tak hanya di Asia Pasifik tapi juga seluruh dunia.” Di tahun 2013, para pemimpin APEC ini akan bertemua kembali di Indonesia, kekuatan ekonomi terbesar Asia Tenggara. Tujuan uama dalam Bogor Goals adalah mewujudkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik dengan cara menurunkan tarif bea cukai dari nol hingga lima persen di kawasan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang paling lambat dilakukan tahun 2020.

Peran industri UKM sangat penting bagi perekonomian Indonesia, terutama sebagai penompang yang ampuh disaat krisis melanda tahun 2008 yang lalu. Oleh karena itu, dalam forum tersebut akan dibahas isu pengembangan UKM yang akan memanfaatkan inovasi dibidang green technology. Ketahanan pangan juga akan dibutuhkan untuk mengusung keterlibatan petani dan pengembangan agriculture botechnology dalam pencapaian ketahanan pangan dunia. Selain itu, financial inclusion akan membantu ketersediaan, pendidikan, dan peraturan yang berkaitan dengan jasa finansial agar dapat diakses oleh masyarakat. Dan masalah kesehatan akan dibahas melalui pencapaian model of sustainable healthcare system di kawasan.

Konsep konektivitas merupakan salah satu isu utama yang menjadi pembicaraan pada forum APEC. Konektivitas diperlukan untuk mendukung pasar domestik dan mancanegara karena konektivitas dibuthkan dalam pembangunan infrastruktur perdagangan, perjalanan, energi, dan telekomunikasi yang dapat memudahkan arus ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Tingkat konektivitas Indonesia saat ini masih tergolong rendah dibandingkan Malaysia dengan skor 6,61, Thailand 3,68, dan Vietnam 2,73. Skor yang dimiliki Indonesia hanya 2,01. Akibat utama dari rendahnya konektivitas adalah harga komoditi di setiap daerah akan berbeda-beda. Dari penjelasan diatas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa point penting terkait kepentingan nasional yang harus diajukan oleh Indonesia sebagai tuan rumah APEC 2013, terutama mendorong iklim investasi dan pariwisata di Indonesia. Adapun dapat dijelaskan sebagai berikut :

(29)

Mengembangkan kerjasama pembagunan dan investasi infrastruktur melalui kemitraan pemerintah dan swasta (public-private partnership) Mengutamakan isu-isu kelautan di APEC di berbagai lingkup kerja sama, yaitu ketahanan pangan, konektivitas, perdagangan hasil-hasil laut yang berkelanjutan, transportasi yang ramah lingkungan dan pariwisata bahari. Kesiapsiagaan bencana melalui pelaksanaan studi/kajian dalam upaya memfasilitasi perjalanan dan barang disaster responder pada saat terjadinya bencana, dari perspektif imigrasi dan kepabeanan. Peningkatan kerja sama pendidikan antar ekonomi APEC untuk meningkatkan mobilitas para pelajar, akademisi, dan peneliti di kawasan Asia Pasifik. Peningkatan peran dan kapasitas petani dalam ketahanan pangan global melalui kemitraan pemerintah, pihak swasta dan petani. Kerja sama di bidang kesehatan yang mencakup pengembangan sistem kesehatan yang berkelanjutan, mendorong penggunaan obat-obatan tradisional dan pendanaan kesehatan. Kerja sama di bidang sains, teknologi dan inovasi melalui penyelenggaraan pertemuan Chief Science Advisor di bulan Juni/Juli 2013 di Medan.

Mengenai Indonesia, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Prof. Firmanzah, Ph.D mengemukakan, APEC CEO Summit 2013 merupakan peluang strategis untuk mendorong sejumlah pembangunan infrastuktur yang sedang berjalan khususnya dalam skema Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Firmanzah menguraikan, realisasi investasi MP3EI hingga Juli 2013 telah mencapai Rp647,46 triliun yang tediri dari Rp364,458 untuk sektor rill dan Rp283,004 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Investasi ini tersebar di enam koridor yakni koridor Sumatera sebesar Rp117,5 triliun, koridor Jawa Rp191 triliun, koridor Kalimantan Rp157,2 triliun, koridor Sulawesi Rp27,5 triliun, koridor Bali, Nusa Tenggara Rp43,5 triliun, Papua, Kepulauan Maluku Tengah Rp100,8 triliun. peluang Indonesia dalam menarik investasi dari perusahaan–perusahaan global yang berasal dari Asia Pasifik untuk membantu pembangunan infrasttruktur memiliki probabilitas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan selama dalam beberapa tahun terakhir Indonesia merupakan negara dengan prosepek ekonomi yang cukup menjanjikan.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

POLITICAL QUESTION DALAM CONSTITUTIONAL REVIEW : STUDI TERHADAP PERKARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF.. THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST

Berdasarkan kondisi tersebut, dilakukan suatu studi dinamik mengenai perilaku tegangan pada sistem eksitasi generator dengan metoda penempatan kutub menggunakan algoritma

Menurut pasal 23 ayat (1) UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf g,

Analisis Deskriptif Kualitatif Terhadap Hasil Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Peserta Didik di Kelas Kontrol .... Perbedaan Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi

Organisme lain, di mana bukan hanya semut saja yang berperan di dalam pembusukan pupa tetapi dari praktikan sendiri yang tidak memperhatikan secara

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dan hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa dengan adanya kredit mikro yang diterima oleh responden

merumuskan atau menyusun perencanaan obat meliputi penentuan jumlah dan jenis obat. Baik, apabila perencanaan disusun menggunakan metode konsumsi/morbiditas/camp uran, dengan

Untuk menganalisis perceived quality merek Close-up, dilakukan dengan mengumpulkan pendapat dari responden yang pernah atau sedang menggunakan pasta gigi Close-up yang