• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

P a g e 4 - 1

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan. Empat sektor tersebut akan dijelaskan di bawah ini.

4.1 Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

Bab

(2)

P a g e 4 - 2

4.1.1 Arahan Kebijakan Dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

(3)

P a g e 4 - 3

B. Tugas

1. Pemerintah Pusat

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

(4)

P a g e 4 - 4

3. Pemerintah Kabupaten

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan

perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

(5)

P a g e 4 - 5 d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

(6)

P a g e 4 - 6 perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

C. Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsiDirektorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;

(7)

P a g e 4 - 7 permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaankelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

4.1.2 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan di kabupaten/kota dan dampaknya yang signifikan bagi kabupaten /kota. Isu-isu strategis di kabupaten/kota dirumuskan berdasarkan permasalahan-permasalahan pembangunan daerah, tantangan, dan potensi pembangunan daerah ke depan yang meliputi aspek fisik-lingkungan, sosial-budaya, ekonomi-keuangan dan legalitas kelembagaan.

(8)

P a g e 4 - 8

Tabel IV - 1

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011-2031

4.1.3 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Bidang pengembangan permukiman bertujuan untuk mengembangkan kawasan kumuh di perkotaan, kawasan potensial dan daerah-daerah tertinggal dan terisolasi. Demi terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur dan mengarahkan pertumbuhan wilayah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, direncanakan di lokasi yang telah memenuhi syarat administrasi, fisik, ekologi dan tidak berdampak sosial negatif bagi masyarakat di sekitarnya.

Adanya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi kebutuhan permukiman baru di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pembangunan permukiman baru di Kabupaten Labuhanbatu Utara telah banyak dilakukan oleh pihak swasta. Pada umumnya prasarana dan sarana

No Isu Strategis Keterangan

1. Adanya ketimpangan pengembangan antar wilayah (Kecamatan Kualuh Leidong dan Kecamatan Kualuh Hilir) dan sebagian (Kecamatan Aek Natas) yang relatif tertinggal terhadap bagian Tengah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang dilintasi Jalan Negara, diantaranya disebabkan oleh keterkaitan yang rendah antara satu kawasan dengan kawasan lainnya serta keterisolasian wilayah akibat minimnya dukungan transportasi ( transportasi darat ).

2.

Adanya beberapa kawasan rawan bencana alam seperti longsor di daerah dataran tinggi dan rawan banjir di daerah dataran rendah, sehingga berpengaruh terhadap kawasan permukiman

3.

(9)

P a g e 4 - 9 permukiman baik permukiman baru maupun yang sudah ada sejak dahulu di Kabupaten Labuhanbatu Utara belum sepenuhnya tersedia.

Berdasarkan status penguasaan tempat tinggal, pada tahun 2007 terdapat 78,22 % rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri, sisanya 21,78 % menempati rumah yang bukan milik sendiri melainkan rumah kontrakan maupun rumah orang tua (keluarga). Proporsi rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di perkotaan mencapai 32,98 % jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang jumlahnya sebesar 13,28 %. Berdasarkan kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 proporsi rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah mencapai 86,29 %; beratap bukan daun sebanyak 98,8 %; dan berdinding permanen sebesar 87,6 %. Selain itu, berdasarkan kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 %, kondisi sedang 43,94 %, kondisi rusak 9,25 %, dan kondisi rusak berat 0,87 %. Sekalipun telah dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman, masih terdapat permukiman kumuh seluas 57.800 Ha pada akhir tahun 2009. Sementara itu, ditinjau dari aspek kepastian jaminan bermukim, rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dan telah didukung oleh bukti hukum tanah berupa sertifikat bank dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), girik, maupun akta jual beli mengalami peningkatan dari 74,49 % pada tahun 2004 menjadi 77,94 % pada tahun 2007.

Dari aspek kesenjangan antar wilayah terlihat, bahwa kondisi prasarana dan sarana penunjang antar wilayah sangat berbeda antara wilayah yang berada di pusat kegiatan dengan ciri perkotaan dengan wilayah yang berciri perdesaan. Implikasi dari kondisi tersebut terlihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat, yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Apabila dilihat persentase keluarga miskin antar kecamatan, maka kecamatan yang memiliki persentase keluarga miskin tertinggi adalah pada Kecamatan Kualuh Leidong dengan persentase 60,43%, diikuti oleh Kecamatan Aek Natas 31,41% dan Kecamatan Kualuh Hilir 31,03%.

(10)

P a g e 4 - 10 Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya kesejangan disebabkan oleh kondisi masyarakat. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program–program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas serta terisolir dari wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di wilayah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan pembangunan yang besar dari pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

4.1.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Di Perkotaan

Kota Aek Kanopan sebagai ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara diapait oleh perkebunan BUMN dan swasta sehingga membatasi kebutuhan pengembangan lahan permukiman. Kondisi eksisting permukiman di Kota Aek Kanopan cukup padat dengan jalan-jalan lingkungan yang sempit. Sedangkan prasarana dan sarana infrastruktur sudah cukup memadai seperti jalan yang telah diaspal dan saluran drainase permanen pada sisi jalan. Namun demikian pada permukiman perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara terdapat kawasan-kawasan permukiman yang rawan banjir seperti di Kecamatan Kualuh Hilir, Kualuh Leidong, dan kawasan bencana longsor di Kecamatan Na IX-X, Aek Natas dan Kualuh Selatan.

(11)

P a g e 4 - 11

Tabel IV - 2

Data Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013

No Lokasi Kawasan Kumuh

Sumber: Labuhanbatu Utara Dalam Angka 2012

(12)

P a g e 4 - 12

Tabel IV - 3

Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara Kegiatan Paket PIK Aek Natas Tahun 2013

No Program/Kegiatan Nama LKD Satuan Lokasi

Tahun 2013 4. Perkerasan jalan Kelompok Tani Beringin 2.5 x 400 m Dusun Siamburo

(13)

P a g e 4 - 13

Tabel IV - 4

Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara Kegiatan Paket PIK Marbau Tahun 2013

No Program/Kegiatan Nama LKD Satuan Lokasi

Tahun 2013 6. Perkerasan jalan Karang Taruna

(14)

P a g e 4 - 14

Tabel IV - 5

Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara Kegiatan Paket PIK Aek Kuo Tahun 2013

No Program/Kegiatan Nama LKD Satuan Lokasi

Tahun 2013

7. Perkerasan Al-Wahyu

Parsuluman 3 x 330 m

Dusun II Bandar Selamat

8. Perkerasan Karang Taruna

Selamat Jaya 3 x 260 m

Dusun III Bandar Selamat

9. Saluran Beton Perwiridan

Al-Mukhlisin type 50.175 m

Dusun V Bandar Selamat

10. Saluran Beton Bunga Sejati

Kampung Sejati type 50.175 m

Dusun VII Bandar Selamat

(15)

P a g e 4 - 15

Tabel IV - 6

Data Program Perdesaan Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Status

(16)

P a g e 4 - 16 Peranan swasta dalam penanganan perumahan permukiman kabupaten/kota ini sangat besar, terutama untuk penyediaan perumahan terorganisir. Namun dalam pelaksanaan program ini bersifat provit oriented, walaupun demikian pemerintah tetap memiliki peran untuk mengendalikan keberadaan pengembang melalui perizinan-perizinan. Terkait dengan skema dukungan pengembangan kawasan kumuh, maka Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara akan melakukan revitalisasi kawasan yang masyarakatnya secara umum berpenghasilan rendah, yaitu dengan mengikuti pola yang dikembangkan oleh Kementrian Negara Perumahan Rakyat cq. Kedeputian Bidang Perumahan swadaya, dimana untuk itu Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara akan membuat proposal dan telah diajukan, di mana diharapkan akan ada MOU antara Kementrian Negara Perumahan Rakyat dengan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Bentuk kegiatan yang akan dikembangkan akan mengacu pada Pedoman yang telah diterbitkan melalui Pedoman Menpera No. 08/PERMEN/M/2006 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan pemberian stimulan untuk perumahan swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui lembaga keuangan mikro/lembaga keuangan non bank dan permenpera no. 10/permen/m/2007 tahun 2007 tentang bantuan stimulan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan permukiman, dimana bentuk dukungan tersebut dapat berupa :

1. Pemberian Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S) berupa :

a. Peningkatan Kualitas rumah (PK) yang ditujukan untuk perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni, dengan dana maksimal Rp. 5.000.000,- /kk/unit rumah.

b. Pembangunan Baru rumah/perumahan (PB) yang ditujukan untuk mengurangi backlog rumah, dengan dana maksimal Rp. 10.000.000,-/kk/unit rumah.

2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kelompok masyarakat pada perumahan/lingkungan kumuh perkotaan/perdesaan dengan besaran dana maksimal sebesar Rp. 3.300.000,- /kk/unit rumah, dan untuk PSU Rp. 2.000.000,- dan lebih ditekankan pada sasaran lingkungan perumahan kumuh dan berkelompok.

(17)

P a g e 4 - 17

4.1.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Perdesaan

Permukiman perdesaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara umumnya dihuni oleh para pemukim yang bermata pencaharian sebagai petani, perkebunan, dan perikanan dan sudah lama menetap di desa tersebut. Permukiman perdesaan ini umumnya sederhana namun sudah cukup layak untuk dihuni walaupun demikian masih banyak terdapat kawasan kumuh di permukiman perdesaan terutama permukiman yang berada di pesisir pantai.

Di kabupaten Labuhanbatu Utara ada beberapa kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai kawasan ekonomi khusus yaitu di Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir. Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir merupakan kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berada di wilayah pantai dengan kepadatan penduduk 84 jiwa/Km². Sebagai Kecamatan yang berada di Wilayah pantai, berbagai macam permasalahan dan kendala yang dihadapi, hal ini disebabkan karena Jarak Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir jauh dari fasilitas umum dan infrastrukturnya masih minim sehingga Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir kurang terperhatikan dan bahkan ada kesan bahwa Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir terasa dianaktirikan bila dibandingkan dengan Kecamatan di Wilayah Darat.

(18)

P a g e 4 - 18

Gambar 4.1

Kondisi Jalan Akses Di Kecamatan Kualuh Leidong

Gambar 4.2

(19)

P a g e 4 - 19 Berbagai macam potensi yang terdapat di Kecamatan Kualuh Leidong diantaranya potensi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Potensi Padi sawah yang dihasilkan Kecamatan Kualuh Leidong diolah dan dikenal sebagai Beras Leidong yang cukup terkenal di Sumatera Utara , bahkan Beras Leidong jenis KKB dan Ramos telah dipasarkan di Jakarta, Medan dan beberapa kota besar di Sumatera Utara.

Sektor perikanan dan kelautan di Kecamatan Kualuh Leidong sangat berpotensi dibuktikan dengan hasil tangkapan dari nelayan berupa ikan dan udang segar maupun yang diolah menjadi ikan asin, produksi ikan dan udang maupun hasil olahannya dikirim ke Kota Tanjungbalai dan selanjutnya dikirim ke Jakarta maupun Medan. Kecamatan Kualuh Leidong juga memiliki potensi untuk mengembangkan budidaya udang dan ikan dengan model tambak, kerambah dan kolam. Produksi tambak udang diperkirakan ratusan ton pertahun dan potensi budidaya model kerambah belum dikembangkan secara profesional, sementara lahan untuk lokasi pembuatan kerambah sangat tersedia di sepanjang Sungai Air Hitam dan Sungai Kualuh. Di samping produksi ikan dan udang, potensi yang belum dimanfaatkan secara efektif adalah sarana Dermaga Tanjung Leidong yang cukup strategis menopang perekonomian masyarakat, terutama untuk dimanfaatkan sebagai pelabuhan penumpang dan barang dari dalam dan luar negeri.

(20)

P a g e 4 - 20

Tabel IV - 7

Data Rumah Tangga Miskin Menurut Data Raskin Kecamatan Kualuh Leidong

No Desa/Kelurahan Jumlah RTS-PM (KK)

1 Tanjung Leidong 929

2 Simandulang 401

3 Pangkalan Lunang 163

4 Air Hitam 144

5 Kelapa Sebatang 64

6 Teluk Pulai Dalam 363

7 Teluk Pulai luar 154

Jumlah 2218

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Kualuh Leidong

Gambar 4.3

Kondisi Pasar Tradisional Di Kecamatan Kualuh Leidong

Demikian pula halnya dengan Kecamatan Kualuh Hilir, dimana kecamatan ini merupakan kawasan minapolitan. Kawasan permukiman dominan berada di tepi pantai serta sangat minim dengan sarana dan prasarana infrastruktur.

Gambar

Tabel IV - 1
Tabel IV - 3
Kondisi Jalan Akses Di Kecamatan Kualuh Leidong Gambar 4.1
Gambar 4.3

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM KONVERSI DETIK MENJADI JAM, MENIT, DAN DETIK {Mengkonversi waktu dalam satuan detik menjadi Jam, Menit, dan Detik

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Berdasarkan maksud ingin memberikan informasi,

Saat ini, kondisi pasar bisnis sudah memasuki dunia global yang didukung oleh kemajuan teknologi. Seiring dengan kemajuan tersebut maka perusahaan-perusahaan juga

Untuk meningkatkan komunikasi dan penyediaan informasi tentang PMRI dalam rangka membantu guru matematika dan siswa belajar matematika sedang dikembangkan suatu portal blog

Dalam pelaksanaan perjanjian kerja tersebut, PT Feedmill Indonesia dan karyawan harus melaksanakan kesepakatan yang telah tertuang pada kontrak kerja agar pelaksanaan

TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PADA PERJANJIAN KONTRAK KERJA ANTARA KARYAWAN DENGAN PERUSAHAAN (STUDI KASUS PT. FEEDMILL INDONESIA MEDAN ) ini mulai dari awal sampai

Hal ini menunjukan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan saja yang dapat mempengaruhi profitabilitas sedangkan likuiditas, pertumbuhan penjualan, perputaran

Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Usia, Pengalaman Kerja, dan Pendidikan Etika Bisnis terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Program Studi sebagai..