• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan dan manfaat ekonomi tangible bagi nasabah Bank Sampah `Gemah Ripah` Dusun Badegan Bantul, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan dan manfaat ekonomi tangible bagi nasabah Bank Sampah `Gemah Ripah` Dusun Badegan Bantul, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NILAI JUAL SAMPAH, STATUS PEKERJAAN

NASABAH, PARTISIPASI NASABAH TERHADAP SALDO

TABUNGAN DAN MANFAAT EKONOMI TANGIBLE BAGI

NASABAH

BANK SAMPAH “GEMAH RIPAH” DUSUN

BADEGAN BANTUL, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Hariyanto

NIM : 101324033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

Alhamdulillah robbil’alamin. Dengan segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai di susun.

Karya kecil ini ku persembahkan untuk :

Kedua Orangtuaku Ayahanda Siswanto dan Ibunda Sari yang selalu

memberiku semangat, kasih sayang, dukungan, serta do’a yang tak henti

-hentinya dihaturkan untuk mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi

Kakek Samuel Tegay dan Nenek Rynto, terima kasih atas nasehat, do’a, cinta, kasih sayang, motivasi yang engkau berikan kepada penulis hingga mampu menyelesaikan perkulihan dengan baik

Adik-adikku, Lastri Rindiyantika dan Arif Aribimo yang selalu memberikan senyuman keceriaan

My Soulmate Hanun Prastiwi yang selalu memberikan motivasi, cinta dan kasih sayang yang luar biasa

Para pendidik yang selalu membimbing dan menuntunku dalam menuju kesuksesan

Sahabat-sahabatku tercinta PE angkatan 2010

Pemerintah Kabupaten Kutai Barat

(5)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan

bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan

yang teguh.

(Andrew Jackson)

Kebahagiaan itu seperti batu arang, ia diperoleh sebagai produk

sampingan dalam proses pembuatan sesuatu.

(Aldous Huxley)

Yang kalah adalah wujud hukuman atas kegagalan. Pemenang adalah

penghargaan atas kesuksesannya.

(Bob Gilbert)

Kesuksesan terbesar dalam hidup bukanlah karena kita tidak pernah jatuh.

Tetapi ketika kita mampu bangkit setiap kali kita terjatuh.

(6)
(7)
(8)

PENGARUH NILAI JUAL SAMPAH, STATUS PEKERJAAN NASABAH, PARTISIPASI NASABAH TERHADAP SALDO TABUNGAN DAN MANFAAT

EKONOMI TANGIBLEBAGI NASABAH BANK SAMPAH “GEMAH RIPAH”

DUSUN BADEGAN BANTUL, YOGYAKARTA

Hariyanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk menguji besarnya pengaruh nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan dan manfaat ekonomi tangible bagi nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun

Badegan Bantul, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif pada nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul dengan jumlah populasi 547 nasabah. Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dan didapat 85 responden yang dijadikan sampel penelitian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dengan metode accidental sampling. Pengujian analisis data dengan uji prasyarat normalitas, uji multikoliniearitas, dan uji heteroskedastiditas. Uji hipotesis dilakukan dengan alat analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan signifikan (sig = 0,013 < α = 0,05) nilai jual sampah terhadap saldo tabungan dengan koefisien beta sebesar 0,263 dan nilai sig sebesar 0,013; (2) ada pengaruh negatif dan signifikan (sig = 0,274 > α = 0,05) status pekerjaan nasabah terhadap saldo tabungan dengan koefisien beta sebesar 0,109 dan nilai sig sebesar 0,274; (3) ada pengaruh positif dan signifikan (sig = 0,005 < α = 0,05) partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan dengan koefisien beta sebesar 0,309 dan nilai sig sebesar 0,005; (4) ada pengaruh positif dan signifikan (sig = 0,014 < α = 0,05) nilai jual sampah terhadap manfaat ekonomi tangible dengan koefisien beta sebesar 0,269 dan nilai sig sebesar 0,014; (5) ada pengaruh negatif dan signifikan (sig = 0,305 > α = 0,05) status pekerjaan nasabah terhadap manfaat ekonomi

(9)

THE INFLUENCE OF SELLING RUBBISH, THE OCCUPATION OF CUSTOMER STATUS, CUSTOMER PARTICIPATION OF SAVINGS BALANCES AND

TANGIBLE ECONOMIC BENEFITS FOR THE RUBBISH BANK “GEMAH

RIPAH”, BADEGAN BANTUL, YOGYAKARTA

Hariyanto

Sanata Dharma University Yogyakarta 2014

The aims fo this research are to examine how valuable the price of rubbish, of customer status, customer participation in the balance of savings and tangible

economic benefits for the customers of the Rubbish Bank "Gemah Ripah" Badegan in Bantul, Yogyakarta.

This study is an explanative research conducted in Rubbish Bank “Gemah Ripah”, Badegan in Bantul. The population of this study were 547 customer. The sampling technique was Slovin‟s formula. The research samples were 85 respondents. The data were collected by questionnaires. The normality tests of the data analysis were performed by appliying prerequisite, test multicoliniearity, and test of heteroscedastiditas. The hypotheses of test was a multiple linear regression analysis.

The results of this study show that: (1) there is a positive and significant effect (sig = 0.013 <α = 0.05) of the value of the saving balance of selling rubbish with a beta coefficient: 0.263 and 0.013; (2) there is a negative and significant effect (sig = 0.274> α = 0.05) on the occupation of the balance of savings customers with a beta coefficient: 0.109 and 0.274; (3) there is a positive and significant effect (sig = 0.005 <α = 0.05) customer participation on bank balance with a beta coefficient: 0.309 and 0.005; (4) there is a positive and significant effect (sig = 0.014 <α = 0.05) of the value of selling rubbish is to tangible

economic benefits to the beta coefficient: 0.269 and 0.014; (5) there is a negative and significant effect (sig = 0.305> α = 0.05) on the occupation of customer

(10)

Alhamdulillah robbil„alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Nilai Jual Sampah, Status Pekerjaan Sampah, Partisipasi Nasabah Terhadap Saldo

Tabungan dan Manfaat Ekonomi Tangible Bagi Nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah”

Dusun Badegan, Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas segala petunjuk dan hidayah-Nya;

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universtas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar, ikhlas dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai;

5. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini;

6. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu pengetahuan dengan sepenuh hati yang tak akan pernah terlupakan;

8. Ibu Christina Kristiani selaku Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu penulis selama menjalankan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

(11)
(12)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA . vii ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A.Sampah ... 10

(13)

4. Berdasarkan Bentuknya ... ... . 13

5. Pengelolaan Sampah ... ... . 14

B. Dampak yang Ditimbulkan Oleh Sampah ... 29

C.Kebijakan Pengelolaan Sampah ... 30

D.Ekonomi Hijau (Green Economy) ... 31

1. Pengertian Ekonomi Hijau... ... . 31

2. Konsep Ekonomi Hijau... ... . 32

H.Hasil Penelitian Sebelumnya ... ... . 39

I. Kerangka Berpikir dan Hipotesis ... ... . 42

1. Kerangka Berpikir ... ... . 42

D.Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 48

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... 52

G.Teknik Analisis Data ... 52

H.Uji Prasyarat ... ... . 54

(14)

A.Bank Sampah “Gemah Ripah” ... 57

B. Pola Mekanisme Bank Sampah “Gemah Ripah” ... 60

C.Aspek Kesehatan Lingkungan, dan Perekonomian ... 63

D.Gambaran Umum Wilayah Dusun Badegan Bantul... 64

E. Kondisi Sosial Ekonomi Dusun Badegan ... 66

F. Kondisi Lingkungan Hidup ... 67

b. Uji Heteroskedastisitas ... 76

3. Analisis Regresi Linier Berganda Y1 ... 77

4. Pengujian Koefisien Determinasi R Square ... 84

C. Analisis Data Y2 (Manfaat Ekonomi Tangible) ... 85

1. Uji Asumsi Klasik ... 85

a. Uji Multikolinieritas ... 85

b. Uji Heteroskedastisitas ... 86

2. Analisis Regresi Linier Berganda Y2 ... 87

3. Pengujian Koefisien Determinasi R Square ... 94

(15)

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner Variabel Terikat ... 50

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Variabel Bebas ... 51

Tabel 4.1. Jumlah RT Berdasarkan Dusun di Kelurahan Bantul ... 65

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut RT di Dusun Badegan Bantul ... 66

Tabel 4.3. Mayoritas Pencarian Warga Dusun Badegan ... 67

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 70

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 72

Tabel 5.4. Hasil Uji Normalitas Saldo Nasabah ... 73

Tabel 5.5. Hasil Uji Normalitas Manfaat Ekonomi Tangible ... 75

Tabel 5.6. Hasil Uji Multikolinearitas Saldo Tabungan ... 76

Tabel 5.7. Hasil Uji Heteroskedastistas Saldo Tabungan ... 77

Tabel 5.8. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Saldo Tabungan ... 78

Tabel 5.9. Tabel R2 untuk Menentukan Besarnya Koefisien Determinan ... 78

(16)

Tabel 5.12. Hasil Uji Heterokedastistas Manfaat Ekonomi Tangible ... 86

Tabel 5.11. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Manfaat Ekonomi ... 88

Tabel 5.12. Tabel R2 untuk Menentukan Besarnya Koefisien Determinan ... 88

(17)

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Data Penelitian

Lampiran 4 Data Induk Penelitian

Lampiran 5 Hasil Olah Data Penelitian

Lampiran 6 Tabel Distribusi t

Lampiran 7 Tabel Distribusi F

Lampiran 8 Tabel Distribusi Z

Lampiran 9 Berat Sampah

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari persoalan antara manusia dan sampah tidak dapat dipisahkan. Sampah selalu menjadi isu penting bahkan menjadi fenomena sosial hampir di seluruh lingkungan kota-kota maupun daerah-daerah di Indonesia akibat lajunya pembangunan dan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, gaya hidup masyarakat dari tahun ketahun terus meningkat dan tidak dibarenginya kesadaran terhadap pengelolaan sampah yang masih rendah dikarenakan masyarakat masih beranggapan bahwa sampah merupakan sisa dari sebuah proses yang tidak diinginkan dan tidak mempunyai nilai sehingga harus segera dilenyapkan dari lingkungan mereka tinggal.

(19)

BLH Kabupaten Bantul, DIY mencatat rata-rata volume sampah di Bantul pada tahun 2013 mencapai 636,17 ton/hari. Sedangkan sampah yang terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Piyungan Bantul, DIY mencapai 41,101 ton/hari, sehingga sisanya 595,069 ton atau 93% tidak terangkut setiap harinya. Suwerda (2012:38), menjelaskan bahwa kondisi masalah sampah rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh warga belum dikelola dengan baik. Masyarakat masih beranggapan bahwa sampah tidak mempunyai nilai jual, dan harus segera dilenyapkan dari lingkungan tempat mereka tinggal. Data pengamatan menunjukan bahwa masih rendahnya partisisipasi masyarakat untuk mengolah sampah yang mereka hasilkan setiap harinya, 30% warga membakar sampah mereka hasilkan, 25% warga membuang sampah di sembarang tempat (selokan, sungai, TPA liar), 20% warga menimbun sampah dalam keadaan tercampur, 20% warga (KK) dilayani oleh petugas pengambil sampah dengan membayar retribusi sampah, dan 5% warga dengan cara lain.

(20)

terhadap keadaan sosial dan ekonomi masyarakat yang dimana pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, misalnya; bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk (kumuh) karena sampah bertebaran dimana-mana. Dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, ekonomi hijau (green economy) harus dapat merubah pola pemanfaatan sumber daya alam yang eksploratif dan berjangka pendek ke pola pemanfaatan sumber daya alam yang berorientasi jangka panjang, mengacu pada 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan (pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar ekologis), serta bertumpu pada daya dukung dan daya tampung lingkungan. Menurut Soemarwoto (2006:11), pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam pada pilar ekonomi, sosial dan ekologis merupakan syarat penting mewujudkan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana disepakati dalam KTT pembangunan berkelanjutan di Johannesburg tahun 2002. Ketiga pilar tersebut harus dijalankan secara terintegrasi dan saling memperkuat satu sama lain.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang “Pengelolaan Sampah”, yang kemudian dilengkapi dengan peraturan Pemerintah Daerah

(21)

instansi pemerintahan, pendidikan, pasar/industri, masyarakat melaksanakan kegiatan pembatasan timbunan sampah, melakukan pendauran ulang, dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui upaya-upaya cerdas, efisien, dan terprogram.

Sistem pengelolaan sampah dengan tabungan sampah pertama kali didirikan tahun 2008 di Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan nama Bank Sampah “Gemah Ripah” yang berbasis masyarakat. Atas prakarsa seorang dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta yang bernama Bambang Suwerda, SST., MSi bersama masyarakat Pedukuhan Badegan, Bantul. Bank Sampah “Gemah Ripah” didirikan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak lingkungan yang berada di masyarakat. Sistem yang berjalan dalam Bank Sampah “Gemah Rimpah” layaknya bank konvensional, namun terjadi perbedaan yang cukup unik. Nasabah dalam hal ini adalah anak-anak hingga orang dewasa baik secara individual maupun kelompok, menjadi anggota penabung sampah yang dibuktikan dengan adanya kepemilikan nomor rekening, dan buku tabungan sampah, serta berhak atas hasil tabungan sampah yang dinilai dengan sejumlah uang (Rp).

(22)

Sampah “Gemah Ripah” melalui bengkel kerja kesehatan lingkungan “Gemah

Ripah” mengajak nasabah mengolahnya menjadi pupuk kompos yang akan digunakan sendiri oleh para nasabah yang kebanyakan berlatar belakang jenis pekerjaan petani dan ibu rumah tangga.

Pengelolaan sampah pada Bank Sampah “Gemah Ripah” selain menabung sampah, didalamnya juga ada upaya memberdayakan masyarakat dalam penanganan sampah untuk mereka jadikan produk-produk yang memiliki nilai jual seperti, tas, topi, dompet, souvenir, dan lainnya, hasil penjualan itulah yang akan menambah saldo tabungan nasabah selain hasil tabung sampah kotor yang dapat menyumbang kebutuhan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah”. Dengan melihat tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: ”PENGARUH NILAI JUAL SAMPAH, STATUS PEKERJAAN NASABAH, DAN PARTISIPASI NASABAH TERHADAP SALDO TABUNGAN DAN MANFAAT EKONOMI TANGIBLE BAGI NASABAH BANK SAMPAH

“GEMAH RIPAH” DUSUN BADEGAN BANTUL, YOGYAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

(23)

baik. Masyarakat masih beranggapan bahwa sampah tidak mempunyai nilai jual, dan harus segera dilenyapkan dari lingkungan tempat mereka tinggal. Data pengamatan menunjukan bahwa masih rendahnya partisisipasi masyarakat untuk mengolah sampah yang mereka hasilkan setiap harinya. 30% warga membakar sampah mereka hasilkan, 25% warga membuang sampah di sembarang tempat (selokan, sungai, TPA liar), 20% warga menimbun sampah dalam keadaan tercampur, 20% warga (KK) dilayani oleh petugas pengambil sampah dengan membayar retribusi sampah, dan 5% warga dengan cara lain.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh signifikan nilai jual sampah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul?

2. Apakah ada pengaruh signifikan status pekerjaan nasabah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul? 3. Apakah ada pengaruh signifikan partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan

nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul?

4. Apakah ada pengaruh signifikan nilai jual sampah terhadap manfaat ekonomi

tangible nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul? 5. Apakah ada pengaruh signifikan status pekerjaan nasabah terhadap manfaat

ekonomi tangible nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul?

6. Apakah ada pengaruh signifikan partisipasi nasabah terhadap manfaat ekonomi

(24)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut Sugiyono (2009:38). Variabel-variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai Jual Sampah (X1)

Nilai jual sampah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah uang diperoleh dari sampah yang distorkan nasabah ke Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul, dalam satuan rupiah selama satu bulan. Indikatornya adalah rata-rata nilai jual sampah sampah organik, sampah anorganik, dan sampah spesifik yang disetorkan nasabah dalam waktu satu bulan.

2. Status Pekerjaan Nasabah (X2)

Status pekerjaan nasabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan atau kedudukan nasabah dalam hubungannya dengan kegiatan/pekerjaan yang dijalaninya sehari-hari. Indikatornya adalah status nasabah yang bekerja dan status nasabah yang tidak bekerja.

3. Partisipasi Nasabah (X3)

(25)

4. Saldo Tabungan (Y1)

Saldo tabungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya tabungan akhir nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” pada akhir bulan yang belum diambil ataupun belum dibelanjakan. Indikatornya adalah jumlah saldo akhir tabungan nasabah pada saat penelitian berlangsung diukur dengan satuan rupiah (Rp).

5. Manfaat Ekonomi Tangible (Y2)

Manfaat Ekonomi Tangible adalah besarnya tabungan yang secara faktual ditarik nasabah dari Bank Sampah “Gemah Ripah” untuk memenuhi kebutuhan dalam satu bulan. Indikatornya akumulasi uang yang ditarik nasabah dari buku tabungan di Bank Sampah “Gemah Ripah selama satu bulan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai jual sampah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

2. Untuk mengetahui pengaruh status pekerjaan nasabah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

3. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

4. Untuk mengetahui pengaruh nilai jual sampah terhadap manfaat ekonomi

(26)

5. Untuk mengetahui pengaruh status pekerjaan nasabah terhadap manfaat ekonomi tangible nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

6. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi nasabah terhadap manfaat ekonomi

tangible nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya masalah pengelolaan sampah yang memiliki manfaat ekonomi tangible yang dirasakan oleh nasabah setelah adanya Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul, Yogyakarta, sehingga masyarakat lebih tertarik untuk menabung sampah.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengungkap sistem pengelolaan sampah untuk menambah ilmu pengetahuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Definisi Sampah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sementara Apriadji (2002:1), memberikan definisi sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik sebagai sisa proses industri. Definisi lain dikatakan Manik (2004:67), bahwa sampah adalah suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Dari ketiga definisi di atas sampah dapat diidentifikasikan sebagai barang yang tidak dipakai, tidak mempunyai nilai jual atau tidak berharga dan tidak dikehendaki lagi, yang dimana merupakan sisa hasil atau buangan kegiatan sehari-hari manusia sehingga harus segera dilenyapkan dari lingkungan tempat mereka tinggal.

2. Jenis-jenis Sampah

Suwerda (2012:11), juga membagi jenis sampah berdasarkan dikelompokan menurut sifatnya menjadi dua, yaitu:

(28)

dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagaian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

b. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang, atau sumber daya alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam. Misalnya botol, plastik, dan kaleng dan sejenisnya. Jenis sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual kembali untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik, botol, kaleng, kaca, kerdus dan kertas koran sejenisnya.

Menurut data Dinas Pekerjaan Umum (1986) diacu dalam Kastaman dan Kramadibrata (2007:74), sampah dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1) Sampah basah (Garbage), yaitu sampah yang susunannya terdiri atas bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah. Termasuk jenis sampah ini adalah sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dedaunan, dan sebagainya.

(29)

a) Sampah kering logam, misalnya; kaleng, pipa besi tua, mur, baud, seng, dan sega jenis logam yang sudah using.

b) Sampah kering non logam, yaitu terdiri atas:

(1)Sampah kering mudah terbakar (Cobustible Rubbish), misalnya; kertas, karton, kayu bekas, kulit, kain-kain using, dan lain-lain. (2)Sampah kering sulit terbakar (Non Cobustible Rubbish),

misalnya; pecahan gelas, botol, kaca, dan lain-lain.

(3)Sampah lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri partikel-partikel kecil dan memiliki sifat mudah berterbangan serta membahayakan atau mengganggu pernafasan dan mata. Yang termasuk dalam sampah ini adalah debu dan abu.

Apriadji (2002:1), menggolongkan sampah kedalam 4 (empat) kelompok, yaitu meliputi:

1) Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja (feces) dan air kencing (urine).

2) Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga.

3) Refuse, merupakan bahan sisa proses produksi atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga, refuse inilah yang bisa disebut sebagai sampah. 4) Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa proses

(30)

3. Sumber Sampah

Suwerda (2012:9), berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi beberapa sumber, antara lain:

a. Sampah rumah tangga b. Sampah dari pertanian c. Sampah sisa bangunan

d. Sampah dari perdagangan dan perkantoran e. Sampah dari industri

4. Berdasarkan Bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:

a. Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga misalnya; sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas. Menurut bahannya sampah ini dikelompokan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari bahan yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput.

b. Sampah cair

(31)

misalnya limbah rumah tangga; sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi, dan tempat cucian.

5. Pengolahan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Menurut Apriadji (2002:7), dalam menangani sampah, banyak cara yang dapat dilakukan, seperti berikut:

a. Penimbunan tanah (land fill), sampah yang terkumpul dari rumah tangga dan pasar dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah, kemudian diratakan dan dipadatkan hingga ketinggian yang diinginkan. Cara ini yang masih dominan dilakukan di kota-kota Indonesia.

b. Penimbunan tanah secara sehat (sanitary land fill), sampah diperlakukan seperti cara land fill, namun setelah mencapai ketinggian yang diinginkan, permukaan atasnya segera ditimbun tanah minimal setebal 60 cm, dibandingkan dengan teknik land fill, teknik ini dapat mengurangi dampak dari timbunan sampah seperti bau tak sedap.

c. Pembakaran sampah (incineration) teknik ini memerlukan pengawasan lebih, agar sampah yang dibakar tidak tersisa dan minim asap.

(32)

e. Pengomposan (composting), sampah kelompok rubbish disisihkan dan

garbage dihancurkan sampai lumat agar proses pembusukan sampah

(decomposition) oleh mikro organisme berlangsung baik, ditimbun secara teratur dalam hamparan hingga membusuk sempurna, dikeringkan, kemudian digiling dan siap digunakan.

f. Makanan ternak (hogfeeding) memanfaatkan garbage.

g. Pemanfaatan ulang (recycling), untuk jelas sampah rubbish.

Menurut Suwerda (2012:13), pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat saat ini, antara lain:

1. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem tradisional a. Pengertian

Pengelolaan sampah rumah tangga sistem tradisional adalah sistem pengelolaan sampah yang banyak dilakukan oleh warga terutama pedesaan, dimana sampah dikumpulkan, kemudian dilakukan pembuangan atau pemusnahan.

b. Prinsip dasar

(33)

c. Kajian pengelolaan sampah dengan sistem tradisional 1) Ditinjau dari aspek kesehatan

2) Menyebabkan pencemaran udara akibat pembakaran sampah, sehingga dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Menurut Mohammad (2007) dalam Suwerda (2012:14), pengelolaan sampah dengan pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara. 3) Menyebabkan pencemaran air, akibat penimbunan sampah di dalam tanah (sampah tercampur mengandung B3). Menurut Epa (2005) dalam bukunya Suwerda (2012:14), melaporkan bahwa satu baterai cadmium dapat mencemari 600.000 liter air. Hal ini menunjukkan bahwa sampah yang dibuang di tanah maupun air akan mengakibatkan dampak terjadinya pencemaran tanah dan pencemaran air.

4) Menimbulkan bau tak sedap, akibat pembuangan sampah di tempat terbuka (open dumping). Pembuangan sampah dengan sistem terbuka menyebabkan lingkungan menjadi tidak bersih. Kebersihan merupakan kondisi dimana bebas dari kotoran, termasuk diantaranya bebas dari adanya debu, sampah, dan timbulnya bau.

(34)

6) Media bagi faktor penyebab penyakit. Timbunan sampah dapat menjadi tempat perkembangbiakan lalat. Keberadaan lalat atau tikus di timbunan sampah akan menjadi media perantara berbagai penyakit, yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat. d. Ditinjau dari aspek pendidikan

Pembuangan sampah dengan sistem konvensional, secara tidak langsung mendidik anak untuk meniru prilaku orang tua/dewasa, agar setiap sampah yang dihasilkan dari rumah dibuang di sembarang tempat dan dibakar.

Kebiasaan ini akan terus berlangsung hingga mereka dewasa, untuk selanjutnya mereka akan mencontohkan prilaku mereka ke generasi berikutnya. Sistem konvensional tidak ada upaya terhadap pendidikan warga untuk memilah sampah.

Pengelolaan sampah dengan sistem tradisional atau konvensional dari segi pendidikan bertentangan dengan saran yang disampaikan oleh Murniramli (2008) dalam Suwerda (2012:15), bahwa cara pendidikan anak agar peduli terhadap sampah adalah dengan:

1) Mengajak anak-anak untuk melihat TPS (Tempat Pengumpulan Sampah) terdekat agar mereka melihat gunungan sampah dan beragamnya sampah yang ada disitu.

(35)

menunggu beberapa minggu, kemudian memeriksa kondisi sampahnya. Anak-anak akan mengetahui secara langsung sampah mana yang hancur, dan sampah mana yang tidak hancur.

3) Mengajak anak-anak untuk memisahkan sampah, oleh karena itu wajib bagi sekolah untuk mempunyai tempat sampah minimum empat bulan, yaitu kotak sampah basah, sampah plastik, sampah botol, dan kota sampah khusus kertas (kertas koran, kertas buku tulis, kertas print), kemudian mengajak mereka untuk berkelompok membuat prakarya dari sampah kertas, botol atau apa saja yang dapat dimanfaatkan, kalau perlu, mengadakan perlombaan antara kelas.

4) Membiasakan anak-anak untuk peka dan tidak malu memungut sampah yang ada di depannya, dan menegur orang yang membuang sampah sembarangan. Pesankan kepada mereka untuk membawa kantong plastik dari rumah, dan jika mereka berjalan kaki ke sekolah, ajakan untuk menjadi anggota pasukan semut, yang bertugas memunguti sampah di sepanjang jalan yang mereka lalui. e. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi

(36)

merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih dapat dimanfaatkan lagi.

2. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem “ Kumpul-Angkut-Buang”

a. Pengertian

Sistem pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem “Kumpul-Angkut-Buang”, adalah sistem pengelolaan sampah dimana sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, dikumpulkan di TPS, kemudian diangkut/diambil petugas, untuk selanjutnya dilakukan pembuangan di TPA sampah menurut Walhi (2006) dalam Suwerda (2012:17).

b. Prinsip pengelolaan sampah

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, tanpa dilakukan pemilahan sampah (tercampur), dimasukan dalam wadah/ember didepan rumah, kemudian oleh petugas pengambil sampah yang umumnya menggunakan gerobak sampah, sampah-sampah tersebut dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Sampah-sampah yang sudah terkumpul di TPS, secara berkala diangkut oleh truk pengangkut sampah ke TPA untuk dilakukan pembuangan.

(37)

Pengangkutan sampah adalah fasilitas transportasi sampah yang hanya melayani pemindahan sampah dari TPS dan/atau pemukiman menuju ke tempat pengelolaan sampah dan/atau TPA. Hampir semua armada truk pengangkut sampah dimiliki pemerintah 97% sedangkan milik swasta hanya 3%. Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) terdapat dihampir semua kota/kabupaten di Indonesia. Berdasarkan Data Statistik Persampahan Indonesia tahun 2008, jumlah TPA yang masih digunakan di Sumatra (57), Jawa (75), Balinusra (11), Kalimantan (19), Sumapapua (17). Suwerda (2012:17).

c. Ditinjau dari aspek kesehatan

(38)

dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Pemilahaan sampah yang dilakukan di TPA akan membahayakan kesehatan pemulung.

Pemulung dalam mencari sampah di lokasi TPA tidak menggunakan alat pelindung diri (ADP) yang memadai, sehingga mereka berpotensi timbulnya gangguan kesehatan karena kontak langsung dengan sampah. Jumlah pemulung di 116 kota/kabupaten di Indonesia sebanyak 14.538 orang pemulung. Data KNLH, (2008) dalam Suwerda (2012:19).

d. Ditinjau dari aspek pendidikan

Sampah yang dikumpulkan masih tercampur antara sampah organik dan anorganik, sehingga tidak ada upaya edukasi warga untuk memilah sampah. Kepedulian warga dalam mengelola sampah masih rendah, sehingga mereka mau membayar retribusi sampah per bulan dengan harapan sampah yang mereka hasilkan cepat lenyap dari pandangan mereka karena sampah di anggap sangat berbau dan mengotori rumah mereka.

e. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi

(39)

TPA sampah. Mereka bahkan mau mengeluarkan uang untuk membayar retribusi sampah.

3. Pengelolaan sampah dengan sistem mandiri dan produktif a. Pengertian

Pengelolaan sampah dengan sistem mandiri dan produktif adalah sistem pengelolaan sampah yang melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah. Upaya-upaya pengelolaan sampah dengan menggerakkan partisipasi masyarakat untuk berperan aktif dalam mengelola sampah telah banyak dilakukan saat ini. Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa wilayah mengembangkan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti di Kampung Sukunan Sleman, Perumahan Minomartani, Perumahan Tirtasari, Kampung Jelak Sleman, Metes II Sedayu, dan lain-lain.

(40)

memudahkan untuk proses daur ulang. Di sisi lain, pemeliharaan sampah di TPA harus dihindari karena beberapa alasan sebagai berikut: menurunkan nilai/kualitas sampah, membahayakan kesehatan manusia (pemulung), dan menyulitkan operasional dan perawatan TPA.

Pokok kegiatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah dengan sistem mandiri dan produktif adalah adanya perubahan perilaku dalam menangani sampah, penyediaan teknologi tepat guna, dan menjaga keberlanjutan program pengelolaan sampah. Mendaur ulang semua sampah dan mengembalikan ke perekonomian masyarakat atau ke alam adalah suatu alternatif yang sangat menjanjikan, baik bagi terwujudnya lingkungan yang bebas dari sampah maupun bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Daur ulang sampah juga akan mengurangi tekanan terhadap sember daya alam, dan dapat meminimalisasi jumlah sampah yang ada menurut Gunawan, (2007) dalam Suwerda (2012:21).

b. Prinsip dasar

(41)

lain-lain, sedangkan sampah organik rumah tangga dimasukkan dalam gentong/drum komposter. Sampah yang sudah menjadi kompos ini dapat dijual.

Sampah yang sudah terpilah dari rumah, kemudian dibawa ke drum/tong sampah sesuai jenisnya. Sampah terpilah yang terkumpul di drum/tong sampah tersebut kemudian diangkut petugas dibawa ke TPS. Sampah yang sudah terkumpul di TPS, kemudian disortir, dan dipacking untuk selanjutnya dijual. Hasil penjualan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan sisanya masuk kas kampung.

c. Kajian pengelolaan sampah dengan sistem mandiri dan produktif 1) Ditinjau dari aspek kesehatan

a) Rumah menjadi lebih bersih, sehat, dan bebas dari sampah. b) Mengurangi pembakaran sampah sehingga dapat mengurangi

terjadinya pencemaran udara yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

c) Mengurangi pencemaran air, terutama air sumur gali dari sampah-sampah anorganik yang biasanya ditimbun warga. d) Mengurangi resiko gangguan kesehatan pemulung yang ada di

TPA.

d. Ditinjau dari aspek pendidikan

(42)

edukasi/pendidikan bagi warga untuk memilah sampah. Kepedulian warga dalam mengelola sampah mulai tumbuh.

e. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi

Warga mendapat manfaat secara ekonomi dari sampah, karena dalam penanganan sampah dilakukan pemilahan. Sampah-sampah yang dapat di daur ulang mereka jadikan produk-produk yang mempunyai nilai jual tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga, dan dapat menambah kas bagi kampung.

4. Pengelolaan sampah dengan tujuan sampah di bank sampah a. Pengertian

Bank sampah adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank sampah. Ruangan bank sampah dibagi dalam tiga ruang/locker tempat menyimpan sampah yang ditabung, sebelum diambil oleh pengepul/pihak ketiga. Penabungan dalam hal ini adalah seluruh warga baik secara individual maupun kelompok, menjadi anggota penabung sampah yang dibuktikan dengan adanya kepemilikan nomor rekening, dan buku tabungan sampahnya. Teller adalah petugas bank sampah yang bertugas melayani penabung sampah antara lain, menimbang berat sampah, melabeli sampah, mencatat dalam buku induk, dan berkomunikasi dengan pengepul.

(43)

menilai secara ekonomis setiap sampah yang ditabung oleh warga baik individual maupun komunal. Pengelolaan sampah dengan sistem tabungan sampah di bank sampah, menekankan pentingnya warga memilah sampah seperti yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah dengan sistem mandiri dan produktif.

Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dimana setiap warga harus memilah sampah yang dihasilkan dari sumbernya. Sampah-sampah yang selama ini dibuang di sembarang tempat atau dibakar warga karena dianggap tidak mempunyai nilai, setelah dipilah kemudian ditabung atau diinvestasikan ke bank sampah. Mekanisme kerja menabung sampah oleh warga hampir sama dengan mekanisme menabung uang di perbankan pada umumnya, dimana setiap penabung sampah mendapat nomor rekening dan buku tabungan sampah.

b. Prinsip dasar

(44)

sampah, yang selanjutnya dikirim ke teller untuk dimasukkan ke buku tabungan sampah masing-masing penabung.

Seperti halnya dengan pengelolaan sampah dengan sistem mandiri dan produktif, sistem pengelolaan sampah dengan tabungan sampah di bank sampah, yaitu penabung, petugas/teller, dan pengepul. Pengelolaan sampah dengan bank sampah juga melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah. Terdapat tiga komponen utama dalam pengelolaan sampah dengan tabungan sampah di bank sampah, yaitu penabung, petugas/teller, dan pengepul. Pengelolaan sampah dengan bank sampah selain menabung sampah, di dalamnya juga ada upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi sampah yang mereka hasilkan, memanfaatkan sampah, dan melakukan daur ulang sampah seperti kerajinan styrofoam, kerajinan plastik menjadi aneka produk rumah tangga.

c. Kajian pengelolaan sampah dengan sistem tabungan sampah di bank sampah

1) Ditinjau dari aspek kesehatan

a) Dapat menciptakan rumah menjadi bersih, sehat dan bebas dari sampah.

(45)

c) Mengurangi pencemaran air terutama air sumur gali dari sampah-sampah anorganik yang biasanya ditimbun warga. d) Mengurangi resiko gangguan kesehatan pemulung yang ada di

TPA.

e) Kata Bak sampah, apabila ditambahkan huruf “N” diantara huruf “A” dan huruf “K” maka menjadi bank, maka menjadi bank sampah sehingga secara tidak langsung akan merubah persepsi dari kotor (bak sampah) menjadi persepsi yang bersih (bank sampah). Bank sampah dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

2) Ditinjau dari aspek pendidikan

a) Sampah yang dikumpulkan sudah terpilah antara sampah organik dan anorganik, sehingga dengan sistem ini ada upaya edukasi warga untuk memilah sampah, sehingga mereka peduli terhadap lingkungan.

b) Menabung sampah dapat membiasakan anak-anak untuk menabung, sehingga mereka memahami betul arti pentingnya menabung ketika mereka beranjak dewasa, mereka belajar memaknai sampah yang mereka hasilkan.

3) Ditinjau dari aspek sosial ekonomi

(46)

c) Dapat menekan biaya transportasi yang harus dikeluarkan pengepul untuk mencari sampah.

d) Menciptakan wirausahawan baru di bidang pembeli sampah (pengepul), karena kehadiran bank sampah di masyarakat akan membutuhkan hadirnya pengepul-pengepul baru disuatu wilayah, sehingga dapat meningkatkan strata perekonomian di masyarakat. Bank sampah akan dapat mengurangi jumlah pemulung yang mencari sampah, dan menambah jumlah pengepul sampah. Dalam jangka panjang warga yang berprofesi pemulung akan beralih menjadi pengepul.

B. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Sampah

(47)

Penanganan sampah dengan baik dapat minimbulkan dampak positif yang menguntungkan bagi masyarakat secara luas, yang dimana keuntungan dari dampak positif sampah, yaitu:

1. Sampah dapat dipakai untuk menimbun tanah.

2. Dapat digunakan untuk pupuk sebagai penyubur tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman

3. Dapat digunkan sebagai pakan ternak

4. Dapat dimanfaatkan kembali setalah didaur ulang

5. Proses pengelolaan sampah dapat membuka lapangan kerja

C. Kebijakan Pengolahan Sampah

Penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang “Pengelolaan Sampah”, yang kemudian dilengkapi dengan peraturan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan tonggak. Menurut Hadisuwito (2007:7), masyarakat dapat menerapkan beberapa cara dalam pengelolaan sampah antara lain:

1. Reduce (mengurangi), masyarakat meminimalisasi barang yang dipergunakan agar tidak banyak sampah yang dihasilkan.

(48)

3. Recycle (mendaur ulang), masyarakat dapat mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai walaupun tidak semua barang dapat di daur ulang. 4. Replane (mengganti), masyarakat dapat mengganti barang sekali pakai

dengan barang yang lebih tahan lama serta gunakan barang-barang yang ramah lingkungan.

D. Ekonomi Hijau (Green Economy)

1. Pengertian Ekonomi Hijau

(49)

ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial, dengan memberikan pengertian bahwa:

Greening the economy refers to the process of reconfiguring

business and infrastructure to deliver better returns on natural, human

and economic capital investments, while at the same time reducing

greenhouse gas emissions, extracting and using less natural recources,

creating less waste and reducing social disparities.

Dengan demikian ekonomi hijau (green economy) merupakan kegiatan ekonomi yang selain dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan akhir kegiatan ekonomi, juga diharapkan memberi dampak tercapainya keadilan, baik keadilan bagi masyarakat maupun lingkungan dan sumber daya alam itu sendiri. Filosofi ekonomi hijau (green economy)

adalah adanya keseimbangan antara kesejahteraan ekonomi rakyat dan keadilan sosial dengan tetap mengurangi resiko-resiko kerusakan lingkungan dan ekologi. Dalam hal inilah esensi ekonomi hijau (green economy) sebagai model pembangunan ekonomi yang berbasis pembangunan berkelanjutan.

2. Konsep Ekonomi Hijau

Menurut Mumbunan (2012), konsep ekonomi hijau (green economy)

(50)

berkelanjutan (sustainable development). Ekonomi hijau (green economy)

kurang lebih menjadi jawaban dari ekonomi coklat, yaitu kegiatan ekonomi yang memproduksi banyak karbon. Ekonomi coklat merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan energi secara tidak efisien (boros) tetapi secara sosial tidak cukup inklusif, yaitu tidak melibatkan banyak orang dalam proses pengambilan keputusannya. Menurut Kartodihaedjo (2006:7), dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pemanfaatan bahan tambang dan mineral batu bara misalnya, kegiatan ekonomi coklat sangat dominan. Selain berdampak buruk pada kualitas lingkungan, munculnya kasus-kasus pertambangan di Freeport atau Newmont menunjukan bahwa secara sosial masih sangat eksklusif, tidak mewujudkan keadilan sosial. Manfaat dari eksploitasi tambang tersebut sebagian besar dinikmati hanya oleh sebagian kecil orang/kelompok dalam bentuk izin atau hak-hak pemanfaatan yang diperolehnya. Padahal dampak negatif dari kegiatan pertambangan tersebut justru ditanggung oleh masyarakat sekitar yang menanggung kerusakan lingkungan. Hal inilah yang ingin diminimalisir/dihindari melalui pembangunan berparadigma ekonomi hijau (green economy).

(51)

ekologis), serta bertumpu pada daya dukung dan daya tampung lingkungan. Menurut Soemarwoto (2006:11), pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam pada pilar ekonomi, sosial dan ekologis merupakan syarat penting mewujudkan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana disepakati dalam KTT pembangunan berkelanjutan di Johannesburg tahun 2002. Ketiga pilar tersebut harus dijalankan secara terintegrasi dan saling memperkuat satu sama lain. Menurut Nurlinda (2009:212), implementasinya memang tidak mudah, karena yang sering terjadi adalah justru pertentangan diantara ketiga pilar pembangunan tersebut. Dalam kaitan dengan implementasi ketiga pilar pembangunan berkelanjutan di atas, maka konsep ekonomi hijau (green economy)

melengkapinya, bahkan ekonomi hijau menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan.

Ekonomi hijau (green economy) menurut Cato (2010:6), mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suatu ekonomi hijau (green economy) merupakan ekonomi yang berbasis lokal.

(52)

c. Ekonomi hijau (green economy) sangat mungkin melibatkan distribusi aset dengan menggunakan harta warisan yang ditingkatkan dan pajak

capital gain.

d. Dalam ekonomi hijau (green economy), pajak kemungkinan digunakan juga secara strategis untuk mempengaruhi kekuasaan dan perilaku bisnis. Dominasi neoliberal dari pembuatan keputusan mengakibatkan pergeseran pajak dari korporasi ke pendapatan dari penduduk swasta. e. Ekonomi hijau (green economy) akan dipandu oleh nilai keberlanjutan

dari pada oleh nilai uang.

f. Ekonomi hijau (green economy) akan meninggalkan kecanduan pada pertumbuhan ekonomi dan mengarah pada ekonomi steady-state.

g. Ekonomi hijau (green economy) akan menjadi ekonomi yang ramah di mana hubungan dan komunitas menjadi pengganti konsumsi dan teknologi.

h. Ekonomi hijau (green economy) memberi peran yang lebih luas bagi ekonomi informal dan sistem koperasi dan berbasis komunitas yang saling mendukung.

i. Dalam ekonomi hijau (green economy), sistem kesehatan akan fokus pada pengembangan kesehatan yang baik dan penyediaan perawatan primer, berbasis lokal dari pada obat berteknologi tinggi dan perusahaan farmasi yang luas.

(53)

sistem seperti pertanian dengan dukungan komunitas, di mana manusia terhubung lebih dekat dengan sumber pangannya.

E. Manfaat Ekonomi

1. Tangible

Tangible sendiri dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu: a. Jelas oleh indera terutama indera peraba

b. (Dari terutama aset bisnis) yang memiliki substansi fisik dan nilai moneter intrinsik

c. Mampu menjadi dirasakan, terutama mampu ditangani atau disentuh atau dirasakan

d. Jelas untuk sentuhan-sentuhan teraba e. Mampu diperlakukan sebagai fakta

Manfaat ekonomi tangible yaitu manfaat berwujud yang secara faktual dapat dilihat pergerakannya melalui pendapatan yang diraih serta biaya yang dikeluarkan oleh seseorang/perusahaan atas keuntungan atau dampak yang dapat diukur secara ekonomis Irani dan Love (2001).

(54)

2. Intangible

Intangible sendiri dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu:

a. (Dari terutama aset bisnis) tidak memiliki substansi fisik atau nilai intrinsik produktif

b. Tidak mampu yang dirasakan oleh indera terutama indera peraba c. Tidak nyata, tidak mampu disentuh, tidak jelas untuk disentuh, mudah

dipahami, tak terlihat

d. Sulit untuk dijabarkan atau mengidentifikasi

e. Kurang substansi atau realitas, untuk mampu disentuh atau dilihat f. Aset yang dijual meskipun tidak material atau fisik

Manfaat ekonomi intangible adalah manfaat yang tidak berwujud atas keuntungan atau dampak yang tidak dapat diukur secara ekonomis Irani dan Love (2001). Inilah yang menjadi sulit untuk dijabarkan atau mengidentifikasi, karena bersifat tidak berwujud, tidak nyata, dan aspek-aspek yang sering diabaikan atau tidak terlacak resistensinya seperti peningkatan pelayanan nasabah, peningkatan efisiensi, dan keluesan operasional, peningkatan mutu komunikasi internal dan eksternal dan peningkatan mutu perencanaan bank sampah.

F. Menabung

1. Pengertian Menabung

(55)

dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk dikumpulkan sebagai cadangan.

2. Manfaat Menabung

Adapun manfaat menabung adalah seperti berikut ini: a. Untuk belajar hemat

b. Belajar mengatur keuangan

c. Belajar berusaha untuk suatu yang di inginkan d. Sebagai antisipasi kala membutuhkan uang e. Agar lebih mandiri

G. Bank

1. Pengertian Bank

(56)

usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Pengertian Bank Sampah

Sistem yang berjalan dalam pengelolaan bank sampah layaknya bank konvensional yaitu sama-sama menghimpun dana, cuma Bank Sampah “Gemah Ripah” dalam pengumpulan dananya dalam bentuk tabungan sampah, yang berisi hasil pengumpulan sampah yang telah dikelompokkan ke dalam jenis sampah plastik, sampah kertas, sampah botol, sampah mainan campuran, sampah botol, dan sampah lainnya yang telah dinilai dalam rupiah (Rp), kemudian dicatat dalam buku tabungan. Dilihat dari kepemilikannya bank sampah merupakan bank swasta berdasarkan sistem pengelolaannya. Sementara menurut Suwerda (2012:22), bank sampah adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank sampah.

G. Hasil Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan Penelitian Kartini (2009), yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat menabung sampah serta dampak keberadaan bank sampah gemah ripah”, menunjukkan:

(57)

individual dan komunal untuk jenis sampah anorganik seperti kertas, plastik dan kaleng/botol. Nasabah individual akan menerima sebesar 85% dari hasil sampah yang ditabungkan sedangkan sisanya sebesar 15% akan masuk ke kas bank sampah. Nasabah komunal yaitu setiap RT akan menerima sebesar 30% dari hasil sampah yang ditabungkan warga sedangkan sisanya sebesar 70% akan masuk ke bank sampah. Nasabah individual maupun komunal hanya dapat mengambil saldo tabungan selama 3 bulan sekali.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan responden untuk menabung sampah yaitu, a) Umur 25<x≤40 tahun, dimana umur 25<x≤ 40 tahun memiliki peluang lebih kecil dari pada peluang kelompok umur ≤ 25 tahun

(58)
(59)

H. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Kerangka Berpikir

a. Pengaruh nilai jual sampah sampah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

(60)

b. Pengaruh status pekerjaan nasabah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

Status Pekerjaan nasabah merupakan kegiatan/pekerjaan yang dijalani nasabah setiap hari-harinya. Status pekerjaan nasabah akan memberikan pengaruh positif terhadap saldo tabungan, yang dimana semakin tinggi status pekerjaan nasabah maka secara tidak langsung akan meningkat jumlah konsumsi dan gaya hidup nasabah yang dimana secara tidak langsung mereka menghasilkan berbagai macam jenis sampah setiap harinya yang secara signifikan akan menambah sampah yang akan ditabung yang dimana dengan harapan akan menambah jumlah saldo.

c. Pengaruh partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

(61)

juga merasa lebih tertarik dan semangat dalam kegiatan serupa yaitu menabung sampah.

d. Pengaruh nilai jual sampah sampah terhadap manfaat ekonomi tangible

nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah”.

Apabila sampah itu adalah barang yang selalu dianggap sebagai sumber masalah dan tidak memiliki nilai jual oleh masyarakat dari waktu ke waktu baik dari masyarakat wilayah pedesaan maupun hingga wilayah perkotaan, tapi sejak bedirinya Bank Sampah “Gemah Ripah” nasabah menjual sampah yang mereka hasilkan dan mendapatkan sebuah nilai dari penjualan sampah tersebut. Dari nilai jual sampah tersebut peneliti menduga nilai jual sampah akan memberikan manfaat berwujud yang secara faktual dapat dilihat dari yang digunakan untuk menyumbang kebutuhan bagi para nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

e. Pengaruh status pekerjaan nasabah terhadap manfaat ekonomi tangible

nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

(62)

memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dimana ini adalah manfaat ekonomi tangible yang dapat dirasakan nasabah.

f. Pengaruh partisipasi nasabah terhadap manfaat ekonomi tangible

nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

Partisipasi nasabah merupakan frekuensi menabung dan keikutsertaannya dalam kegiatan pengolahan sampah yang diadakan oleh Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul. Partisipasi nasabah diduga memiliki pengaruh positif terhadap manfaat ekonomi

tangible nasabah, karena semakin banyak frekuensi nasabah dalam menabung sampah artinya semakin banyak juga saldo tabungan nasabah. Maka semakin besar saldo tabungan nasabah akan bisa mereka gunakan atau untuk mereka ambil untuk membantu memenuhi kebutuhan yang bersifat tangible (nyata).

(63)

2. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Ada pengaruh signifikan nilai jual sampah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul. b. Ada pengaruh signifikan status pekerjaan nasabah terhadap saldo

tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

c. Ada pengaruh signifikan partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul. d. Ada pengaruh signifikan nilai jual sampah terhadap manfaat

ekonomi tangible nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

e. Ada pengaruh signifikan status pekerjaan nasabah terhadap manfaat ekonomi tangible nasabah Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul.

(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelian eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi, dan mengenai hal-hal yang belum diketahui.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, dan partisipasi nasabah terhadap saldo tabungan dan manfaat ekonomi tangible bagi nasabah Bank Sampah “Gemah

Ripah” Dusun Badegan Bantul, Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Bank Sampah “Gemah Ripah” yang berada di Dusun Badegan, Bantul. Peneliti memilih lokasi ini karena Bank

Sampah “Gemah Ripah” dalam waktu yang singkat relatif cepat untuk berkembang (menambah nasabah), menarik warga agar membiasakan tidak membuang sampah sembarangan, dan mengolah barang yang tidak bermanfaat menjadi bermanfaat.

2. Waktu Penelitian

(65)

C. Subjek dan Objek

1. Subjek : Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan, Bantul

2. Objek : Nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, dan partisipasi nasabah, terhadap saldo tabungan dan manfaat ekonomi tangible.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah 547 nasabah.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono (2008:81). Dalam penelitian ini berdasarkan rumus slovin :

( )

Keterangan: n= sampel N= populasi

d= nilai presisi 10% atau sig= 0,1

Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 547 nasabah, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :

n= 547 : 547 (0,1)2+1 = 547 : 6,47

(66)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling yang dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut Sugiyono, (2009:38), maka variabel-variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah himpunan yang memiliki sejumlah aspek atau unsur yang di dalamya berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi lain yang disebut variabel bebas. Ada 2 variabel terikat dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

a. Saldo Tabungan (Y1)

(67)

b. Manfaat Ekonomi Tangible (Y2)

Manfaat ekonomi tangible yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya tabungan yang secara faktual ditarik nasabah dari Bank

Sampah “Gemah Ripah” untuk memenuhi kebutuhan dalam satu bulan. Indikatornya akumulasi uang yang ditarik nasabah dari buku tabungan di

Bank Sampah “Gemah Ripah” selama satu bulan. Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner

Variabel Terikat

No Variabel Indikator

1. Saldo Tabungan

 Jumlah saldo akhir tabungan nasabah pada saat penelitian berlangsung diukur dengan satuan rupiah (Rp)

2 Manfaat Ekonomi

Tangible

 Akumulasi uang yang ditarik nasabah dari buku tabungan di Bank Sampah “Gemah

(68)

b. Status Pekerjaan Nasabah (X2)

Status pekerjaan nasabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan atau kedudukan nasabah dalam hubungannya dengan kegiatan/pekerjaan yang dijalaninya sehari-hari. Indikatornya adalah status nasabah yang bekerja dan status nasabah yang tidak bekerja.

c. Partisipasi Nasabah (X3)

Partisipasi nasabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekuensi nasabah menabung sampah dan keikutsertaannya dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Bank Sampah “Gemah Ripah” Dusun Badegan Bantul. Indikatornya adalah frekuensi menabung dan partisipasi dalam kegiatan dalam satu bulan.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner

Variabel Bebas

No Variabel Indikator

1 Nilai jual sampah

 Nilai jual sampah organik dalam waktu satu bulan  Nilai jual sampah anorganik dalam waktu satu bulan  Nilai jual sampah spesifik dalam waktu satu bulan  Rata-rata dari total nilai jual sampah organik,

anorganik dan spesifik dalam waktu satu bulan 2 Status

pekerjaan nasabah

 Status nasabah yang bekerja  Status nasabat yang tidak bekerja

3 Partisipasi Nasabah

 Frekuensi menabung sampah ke bank

(69)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner (Data Primer)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden baik laporan tentang pribadinya maupun hal-hal yang ia ketahui. Untuk mengumpulkan data menegenai nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, partisipasi nasabah, terhadap saldo tabungan dan manfaat ekonomi tangible.

2. Dokumentasi (Data Sekunder)

Data sekunder meliputi daftar nasabah yang sudah tercatat di Bank Sampah

“Gemah Ripah” Dusun Badegan, Bantul. Data tersebut yang akan digunakan peneliti untuk penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Untuk membuat generalisasi pada penelitian analisis data terhadap 85 responden yang meliputi item umur, jenis kelamin, nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, partisipasi nasabah, saldo tabungan, dan manfaat ekonomi tangible yang dirasakan nasabah menggunakan analisis deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata (Mean) dan standar deviasi untuk item umur, jenis kelamin, nilai jual sampah, status pekerjaan nasabah, partisipasi nasabah, saldo tabungan, dan manfaat ekonomi

(70)

a. Mean= ∑

b. Standar Deviasi √∑ ( )

Keterangan:

X = rata-rata (Mean)

ƩXi = jumlah skor n = jumlah responden

Namun dalam penelitian ini, untuk mencari jumlah mean dan standar deviasi dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS.16.0.

2. Teknik Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal suatu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Y1= a + b1X1+b2X2+b3X3+e Y2= a + b1X1+b2X2+b3X3+e Keterangan:

Y1 = Saldo Tabungan

Y2= Manfaat Ekonomi Tangible

X1 = Nilai Jual Sampah

X2 = Status Pekerjaan Nasabah X3 = Partisipasi Nasabah

(71)

b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

H. Uji Prasyarat

1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Jika nilai asymtot memiliki signifikansi lebih dari ά=0,05 maka distribusi dikatakan normal, dan jika asymtot memiliki signifikansi lebih kecil dari ά=0,05 berarti distribusi tersebut tidak normal.

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorof-Smirnov dengan tingkat kepercayaan 5% atau 0,05. Jika

signifikansi ≥ 0,05 maka regresi yang digunakan memiliki data residual yang berdistribusi normal. Rumus Uji Kolmogorof-Smirnov untuk uji normalitas sebagai berikut:

D = Maksimum |Fo(X) − Sn(X)|

Keterangan:

D : Deviasi maksimum

(72)

I. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran dalam regresi berganda. Uji asumsi klasik dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Uji Multikolinieritas

Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Adapun Rumus VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance

adalah sebagi berikut Ghozali (2006:109):

Keterangan:

R2x t = Nilai R2 dari hasil estimasi regresi parsial variabel independen n = Jumlah observasi (data)

(73)

2. Uji Heterokedastistas

(74)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Bank Sampah “Gemah Ripah”

Bank Sampah “Gemah Ripah” didirikan pada tanggal 5 Juni 2008 yang merupakan subdivisi atau kelompok kerja pengelolaan sampah dari bengkel kerja kesehatan lingkungan. Bank Sampah “Gemah Ripah” merupakan aplikasi gerakan memilah dan memanfaatkan kembali sampah, yang memiliki esensi bahwa masyarakat harus sadar terhadap lingkungan sekitar. Bank sampah memiliki gabungan makna konotasi positif dan negatif. Bank merupakan lembaga yang menangani masalah keuangan termasuk mengatur lalu lintas keuangan (memberi kredit, jasa, dsb) sedangkan sampah adalah sisa atau residu yang harus dibuang dan dilenyapkan.

Peranan bank sampah adalah salah satu upaya untuk membenahi dan memperbaiki sistem pengelolaan sampah yang dilakukan warga pedukuhan Badegan Bantul. Pada awalnya konsep yang diusung dianggap aneh oleh warga pedukuhan Badegan Bantul. Hal ini dapat dilihat dari respon warga ketika pengelola melakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah di tiap-tiap RT. Mereka beranggapan bahwa yang namanya menabung tentunya berujud uang dan banknya pun yang sudah familiar di masyarakat seperti Bank BRI, Mandiri, BCA, BNI, BPD dan lain-lain.

Gambar

Tabel  5.12. Tabel R2 untuk Menentukan Besarnya Koefisien Determinan  ...
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan adalah 8 jumlah pixel dari setiap segmen dari citra latih akan dimasukan ke basis data, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam proses pencocokan

Hal ini berarti dapat menggambarkan setiap terjadi peningkatan paritas daya beli masyrakat maka dapat menurunkan ekspor barang (Y). Hal ini berarti selera masyrakat untuk

Pengujian hipotesis yang pertama adalah uji kesamaan dua rata-rata yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata penguasaan konsep ikatan

Penelitian ini memiliki fokus berupa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menjaga akuntabilitas keuangan khususnya Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, penyusunan Standar

tersangkut di jalan raya selama 40 minit. Pada pukul berapakah bas Q akan tiba di bandar Y ? Berikan jawapan anda dalam sistem 12 jam.. Rajah 7 menunjukkan segulung kain yang

SWOT diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan. Pemeringkatan strategi dengan menggunakan AHP, yang diperoleh dari wawancara dengan panduan kuesioner. Data tentang

pemilihan media bimbingan dan konseling yang digunakan (Nursalim, 2013) yakni 1) kesesuaian dengan tujuan dan materi bimbingan serta teori, hal tersebut terlihat