• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMERATAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMERATAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL

DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMERATAAN

DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KEMENTERIAN

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan:

Drs. Supriadi, M.Si

Asisten Deputi Urusan Wilayah Strategis

Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus

pada:

Focus group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Lombok, 26 Nopember 2013

(2)

Pendahuluan

Kesenjangan antar daerah merupakan salah satu isu kebijakan yang sejak

lama menjadi perhatian pemerintah. Meskipun tingkat kesenjangan antar

wilayah semakin membaik, namun pemerintah masih perlu meningkatkan

‘intervensi’ kebijakan untuk terus mengurangi tingkat kesenjangan antar

wilayah melalui pelaksanaan kebijakan

percepatan pembangunan daerah

tertinggal

(PN-10 RPJMN 2010-2014 :

Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, &

Pasca-konflik

)

Dengan pengukuran terhadap 6 kriteria dasar: 1) Perekonomian

Masyarakat; 2) Sumberdaya Manusia; 3) Infrastruktur; 4) Kemampuan

Keuangan Lokal; 5) Aksesibilitas, dan 6) Karakteristik Daerah. Saat ini ada

183 kabupaten yang masuk katagori daerah tertinggal

(indeks dibawah

rata-rata nasional).

Untuk mempercepat konektivitas antar daerah tertinggal di sepanjang

koridor ekonomi dan di sekitar pusat pertumbuhan, dalam rangka

penguatan daya saing dan skala investasi daerah tertinggal Kementerian

PDT mengupayakannya melalui peningkatan kerjasama antardaerah

dengan pendekatan

Regional Management

(RM) bersinergi dengan

revitalisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

.

2

(3)

3

No Wilayah Jumlah Kab %

1. SUMATERA 46 25%

2. JAWA & BALI 9 5%

3. KALIMANTAN 16 9% 4. SULAWESI 34 19% 5. NUSA TENGGARA 28 15% 6. MALUKU 15 8% 7. PAPUA 33 19% JUMLAH 183 100%

Wilayah Jumlah Kab %

KBI 55 30% KTI 128 70% JUMLAH 183 100% SUMATERA 25% JAWA-BALI 5% KALIMANTAN 9% SULAWESI 19% NUSA TENGGARA 15% MALUKU 8% PAPUA 19% KBI 30% KTI 70%

Sebaran 183 Kabupaten

Lokus dan Fokus KPDT

(4)

1000 0 1000 2000 Kilometers N E W S DAERAH TERTINGGAL DAERAH MAJU

PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA

PETA LOKASI 183 KABUPATEN DAERAH

TERTINGGAL

2014

2009

199 kab

50 kab

Keluar

DOB 34

Tambah

183 kab

50 kab

Akan

dikeluarkan

2004

4 4

(5)
(6)

6

KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

(7)
(8)

8

SASARAN CAPAIAN PPDT

DALAM RPJMN 2010-2014 DAN DIREKTIF PRESIDEN

NO INDIKATOR LANGKAH STRATEGIS

1. Persentase Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal (%)

 Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal/perbatasan pada tingkat hulu;

 Mengembangkan perekonomian lokal yang fokus pada sektor unggulan;

 Meningkatkan konektifitas, sarana dan prasarana pendukung ekonomi di daerah tertinggal khususnya di wilayah timur melalui pelayanan keperintisan laut.

Meningkatkan kerjasama antar daerah dengan pendekatan RM.

2. Persentase penduduk

miskin di daerah tertinggal (%)

 Mengembangkan program pengentasan kemiskinan yang terfokus dan terintegrasi yang sesuai dengan permasalahan utama dan karakteristik ketertinggalan masing-masing daerah.

 Mengembangkan inisiatif proaktif pemerintah daerah. 3. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di daerah

tertinggal

 Meningkatkan jumlah tenaga pendidikan dan kesehatan dan  Meningkatkan sarana pendidikan dan kesehatan, contohnya

membangun sekolah berasrama (boarding school) di daerah dengan kondisi geografisnya sulit dan permukiman tersebar, serta

membangun rumah dinas bagi tenaga pendidikan dan kesehatan  Membuka dan meningkatkan akses terhadap pusat pelayanan dasar

khususnya di daerah terpencil dan terisolir

 Meningkatkan insentif untuk menarik tenaga pendidikan dan kesehatan ke daerah tertinggal& perbatasan

(9)

9 DAERAH TERTINGGAL KEMISKINAN KESENJANGAN PENGANGGURAN

STRATEGI DASAR KEBIJAKAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Peningkatan Kualitas Manusia Peningkatan Pemanfaatan Potensi Wilayah Peningkatan Investasi dan Perekonomian Daerah Pengembangan Infrastruktur Daerah Penguatan Modal Sosial dan Lingkungan

Hidup

Penanganan dan Pengembangan Daerah Khusus

(10)

1. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan

potensi dan

peluang keunggulan sumberdaya

di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip

pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan;

2. Percepatan pembangunan dan

pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan

cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah

tertinggal di sekitarnya

dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi

yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi. Tetapi

lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri

dan distribusi.

3.

Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan

wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil

,

sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat

tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi

ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain.

4.

Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan

dengan mengubah arah kebijakan

pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi

inward looking

menjadi

outward lookin

g sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas

ekonomi dan perdagangan dengan negara tetanggal

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TERTINGGAL

DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN

(11)

Upaya pengentasan 50 kabupaten tertinggal (minimal)

tahun 2014;

Mendukung 6 Koridor Pengembangan Ekonomi Indonesia

(MP3EI);

Mendukung Klaster 4 Program Pro Rakyat

Fokus Kegiatan dilakukan melalui

:

1. Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten

(PRUKAB)

2. Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu (Bedah

Desa)

3. Pengembangan Infrastruktur Dasar Daerah Tertinggal

(Sosial, Ekonomi, Energi, Transportasi, dan Infotel) di

dukung Penguatan Kelembagaan Masyarakat &

Peningkatan Kualitas SDM dan SDHayati

PRIORITAS KEGIATAN KEMENTERIAN PDT

(12)

BEDAH DESA

PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN (PRUKAB) REGIONAL MANAGEMENT (RM) BERSINERGI DENGAN KAPET, DALAM KORIDOR EKONOMI MP3EI

• Bedah desa (Integrated Rural Development) merupakan metode manajemen pelaksanaan pembangunan perdesaan yang digunakan untuk mengelola penyediaan input dan proses kegiatan secara terpadu.

• Program bedah desa mengintegrasikan transformasi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan fisik dalam tata ruang wilayah dan kawasan perdesaan di daerah tertinggal secara terpadu dan berkelanjutan.

Pengembangan potensi unggulan desa minimal tiga jenis PRU-KAB, untuk

memberikan multiplier effect bagi penciptaan lapangan kerja di perdesaan, penyerapan tenaga kerja atau pengurangan tingkat pengangguran, sehingga

meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan/pendapatan masyarakat

perdesaan di kabupaten tertinggal.

RM : pengelolaan wilayah sebagai produk pelaksanaan regionalisasi desentralistik, platform yang dibentuk para aktor regional terkait untuk memobilisasi dan merealisasikan inisiasi pembangunan regional melalui kaidah profesionalisme dalam menghadapi permasalahan pembangunan, melalui pengembangan hubungan kerjasama antardaerah yang saling menguntungkan, dinamis untuk mencapai tujuan bersama.

KAPET: salah satu KSN dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, yaitu Kawasan yang memiliki potensi ekonomi yang cepat tumbuh untuk mengatasi permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah yakni meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah Indonesia.

MP3EI: terdiri 6 Koridor Ekonomi, melakukan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan cara mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya.

PERAN KPDT DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

DAERAH TERTINGGAL DI KSN DAN MP3EI

Kebijakan mainstreaming KPDT antara lain:

(13)

13

SEKTOR-SEKTOR

KAWASAN PERDESAAN

SEKTOR-SEKTOR

PERCEPATAN

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

KAWASAN PERDESAAN

“TIDAK SINERGIS ANTAR

SEKTOR,

DI SUATU KAWASAN”

“SINERGIS ANTARSEKTOR,

DI SUATU KAWASAN”

SINERGI PROGRAM ANTAR SEKTOR (K/L DAN SKPD)

MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN

(14)

14

SINERGI RM DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS

“Koridor Ekonomi (MP3EI): KAPET – KSCT - RM”

14

KAPET – KSCT – RM: merupakan pendekatan pengembangan wilayah berbasis kekuatan ekonomi lokal, dalam pengembangan kawasan, diperlukan SINERGI dalam perencanaan dengan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait. Sehingga lokasi RM dapat diintegrasikan pada kawasan-kawasan yang sudah dideliniasi dalam cakupan KSCT dan wilayah KAPET.

KAPET merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) Pemerintah berdasarkan amanat UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah nasional, sedangkan

KSCT akan menjadi sentra produsen (hulu) dari KAPET, sementara koridor ekonomi melalui pengembangan konektivitasnya akan menghubungkan sentra-sentra KSCT ke KAPET dalam bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusat-pusat pertumbuhan MP3EI/KEK.

RM fokus pada pengelolaan KAD pada bidang tertentu yang disepakati (misal: pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah, pengelolaan infrastruktur antar daerah, pengelolaan lingkungan antar daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah, misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran).

RM merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan dan bargaining position, dikembangkan berdasarkan perencanaan dari bawah dituangkan dan disepakati dalam Forum Regional (FR), menjadi Renstra 5 tahunan dan Renaksi 1 tahunan disusun pengelola RM (Bappeda Provinsi) melalui mekanisme Musrenbang & Musyarawah FR RM tiap tahun, serta Rencana Bisnis yang disusun bersama stakeholders swasta terkait.

 Untuk mendukung Revitalisasi KAPET, RM yang BERADA DI WILAYAH KAPET Renaksinya disinergikan dengan Rencana Tata Ruang Renaksi KAPET & RTRWP/RTRWK.

(15)

PUSAT

KAPET

Kab. A Kab. B Kab. D Kab. C PERIKANAN KARET Agropolitan KAKAO

MEMBANGUN KAWASAN YANG KOMPREHENSIF

DAN TERPADU ANTARA KAPET-KPBPB-KEK

Kawasan strategis sebagai pendorong

pengembangan ekonomi daerah dimana

:

1. KAPET merupakan kawasan untuk

meningkatkan nilai tambah

komoditas unggulan. (Dalam

KAPET terdiri KSCT/RM,

Agropolitan, Minapolitan) sebagai

sentra produsen bahan baku

komoditas unggulan,

pemerataan

pertumbuhan

,

2. KPBPB/KEK/MP3EI merupakan

pusat pertumbuhan: pusat industri/

perdagangan/ pasar, jasa (sebagai

hilir)

percepatan pertumbuhan

3. Ketiganya dihubungkan dengan

sistem konektivitas yang fungsional

dalam hubungan hulu-hilir

KEK

KAPET

RM Minapolitan KSCT

KAPET

MP3EI

KPBPB

(16)

PROGRESS 14 RM TAHUN 2013

(8 RM BISA BERSINERGI DENGAN 5 KAPET)

STATUS RM YG BERSINERGI DENGAN KAPET 5 RM SUDAH MOU : RM BEUJADI, RM SINGBEBAS, RM NAROSO, RM JONJOK BATUR, RM SUMBAWA (RENCANA AKSI MASIH

DIREVIEW DAN ADA YG BELUM DISUSUN) 3 YG BELUM MOU: RM KAPUAS, RM KAWASAN NTT, RM SUMBA (BELUM ADA RENCANA AKSI)

PROV. ACEH 1. RM BEUJADI 1. KAPET BAD

PROV. KALBAR 2. RM SINGBEBAS, 3. RM KAPUAS 2. KAPET KHATULISTIWA PROV. SULTENG 4. RM NAROSO 3. KAPET PALAPAS

PROV. NTB 5. RM JONJOK BATUR, 6. RM PULAU SUMBAWA 4. KAPET BIMA PROV. NTT 7. RM PULAU TIMOR, 8. RM PULAU SUMBA 5. KAPET MBAY

(17)

KAPET BIMA

(Kab. Bima, Kota

Bima, Kab. Dompu)

CONTOH SINERGI

RM JONJOK BATUR DAN RM SUMBAWA

BERSINERGI DENGAN KAPET BIMA (PROV. NTB)

RM JONJOK BATUR Kab Lombok Tengah Kab Lombok Barat Kab Lombok Timur

RM PULAU SUMBAWA Kab Sumbawa Barat,

Kab Sumbawa, Kab. Dompu, Kab. Bima, Kota Bima

(18)

PERAN MP3EI DALAM PENGEMBANGAN

EKONOMI WILAYAH DI DAERAH TERTINGGAL

1. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pengelolaan sumber

daya alam melalui perluasan dan penciptaan rantai kegiatan dari

hulu sampai hilir secara berkelanjutan.

2. Pembangunan

ekonomi

yang

beragam

dan

inklusif,

dihubungkan dengan wilayah-wilayah lain di luar koridor

ekonomi, agar semua wilayah di Indonesia berkembang sesuai

potensi masing-masing.

3. Sinergi pembangunan sektoral & wilayah guna meningkatkan

keunggulan komparatif & kompetitif regional, nasional, global.

4. Pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem

transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk

membuka akses daerah, khususnya daerah tertinggal

.

5. Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, kemudahan peraturan,

perijinan,pelayanan publik dari Pemerintah Pusat dan Daerah,

khususnya di daerah tertinggal yang potensial investasi

ekonomi.

(19)

PERANAN KPDT DALAM MENDORONG

INTEGRASI & SINERGI KSN (KAPET), RM & MP3EI

Terkait PDT Dalam MP3EI: Daerah Tertinggal harus dapat ditingkatkan

pembangunan ekonomi wilayahnya, sehingga kemajuan pada koridor-koridor

ekonomi dapat memberikan sinergi terhadap PPDT disekitar koridor ekonomi

serta menggerakkan dan mempercepat pengelolaan potensi ekonomi di

daerah-daerah tertinggal secara optimal. Dampaknya, agar pada masa datang posisi

tingkat

perkembangan

perekonomian

daerah-daerah

tertinggal

dapat

diupayakan sejajar dengan daerah lain yang lebih maju.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI:

1. Melakukan Fungsi Fasilitasi, Koordinasi, Sinkronisasi, dan Akselerasi

Pembangunan Daerah Tertinggal.

2. Pelaksanaan Kebijakan Mainstreaming KPDT: Bedah Desa, Prukab,

Pengembangan Wilayah Strategis melalui peningkatan KAD dengan

pendekatan Regional Management (RM)

3. Pemberian Dana Dekonsentrasi pada 9 Provinsi dalam Pengembangan

14 RM (2013), dan 13 Provinsi Tahun 2014.

4. KPDT Sebagai Ketua Alternate Dalam Monitoring Dan Evaluasi Implementasi

PPDT di Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku .

(20)

Tujuan, Lingkup & Output Kegiatan Dekonsentrasi

Fasilitasi Pengembangan RM

TUJUAN : meningkatkan peran provinsi dalam pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, dan pembinanan untuk: pembentukan, penguatan, dan pengembangan RM di daerah tertinggal.

Lingkup dan Output:

1. Pembentukan, penguatan dan pengembangan Regional Managemen (RM) Output:

Terlaksananya MoU antar kepala daerah kabupaten/kota untuk bekerjasama dalam pengembangan ekonomi wilayah strategis dengan pendekatan RM (bagi yang belum);

2. Koordinasi dan Monev dalam pembentukan dan penguatan kelembagaan RM bersinergi dengan Revitalisasi KAPET dalam rangka penguatan daya saing dan skala investasi daerah tertinggal, sesuai kesepakatan bersama  Output:

a. Terbentuknya kelembagaan dalam upaya penguatan dan pengembangan RM

b. Terlaksananya Rapat-rapat Koordinasi, Sinkronisasi dan Konsultasi dalam rangka pembentukan, penguatan kelembagaan RM di tingkat regional dan nasional, dan dalam penyusunan Rencana Aksi Pengembangan RM;

c. Terlaksananya Musyarawah Rencana Pembangunan Regional yang melibatkan pemerintah daerah dalam lingkup RM dan stakeholder terkait.

3. Pengembangan jejaring kerjasama antar stakeholder pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta atau masyarakat pelaku usaha, serta unsur perguruan tinggi dalam pengelolaan RM Output: Terbangunnya jejaring kerjasama stakeholder dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan rencana aksi pengembangan RM.

4. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan RM Output: Tersusunnya dokumen

Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengembangan RM yang disepakati pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota terkait RM.

(21)

LOKASI DEKON TAHUN 2013 PENGEMBANGAN RM

NO PROVINSI RM BERSINERGI DENGAN KAPET BIDANG KERJASAMA

1 ACEH 1. RM Beujadi (Bireun, Pidie Jaya, Pidie)

KAPET Banda Aceh Darussalam (Kota Banda Aceh, kab: Aceh Besar, Pidie)

Kakao dan Padi 2 SUMATERA

UTARA 2. RM Like Toba Utara, Pakpak Barat(Samosir) , Karo, Dairi, Simalungun, Humbahas, Tapanuli Pariwisata

3. RM Nias (Nias, Nias Barat, Nias Selatan, Nias Utara, Gunungsitoli)

3 BENGKULU 4. RM Janghiangbong (Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong) Pariwisata & Perikanan Darat

5. RM KAUKUS SETARA KUAT (Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur,

Lampung Barat, UKU Selatan)

Pertanian/perkebunan

4 KALIMANTAN

BARAT 6. RM Singbebas KAPET Khatulistiwa (Singkawang, Bengkayang, Sambas(Kota Singkawang, Kab: Bengkayang, Sambas, )

Sanggau, Sintang, Landak, Kapuas Hulu)

Pariwisata & perdagangan didukung industri & agrobisnis

7. RM Kapuas (Sanggau, Kapuas Hulu, Sekadau, Sintang, Melawi) 5 SULAWESI

SELATAN 8. RM Aksess KAPET Pare-Pare (Bulukumba, Bantaeng(Kota Parepare, Barru, Sidrap, Pinrang, Enrekang), Jeneponto, Sinjai, Selayar) Rumput laut dan jagung 6 SULAWESI

TENGAH 9. RM Naroso KAPET Palapas (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Kota Palu(Palu, Donggala, Parigi Moutong, Sigi)) Peternakan Kakao (sapi) dan

7 NUSA

TENGGARA 10.RM Jonjokbatur (Lombok: Timur, Barat, Utara, Tengah, Kota Mataram) Pariwisata Ekonomi Kreatif didukung BARAT 11. RM P. Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, Kota Bima)

KAPET Bima (Kab: Bima, Dompu, Kota Bima)

Jagung dan Sapi 8 NUSA

TENGGARA 12. RM Kawasan NTT Kapet Mbay (Kabupaten Ngada, Pulau Flores)(Kupang, TTU, TTS, Ngada, Belu) Sapi TIMUR 13. RM Sumba (Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba)

9 PAPUA 14. RM TABI (Keerom, Sarmi, Jayapura)

Kapet Biak/Teluk Cendrawasih (Kab:Biak Numfor,Yapen,Waropen,Supiori, Nabire)

(22)

Daerah

Tertinggal Daerah Maju

RENAKSI RM (Kawasan Pusat Pertumbuhan) Daerah Tertinggal Daerah tertinggal/ Perbatasan Daerah Tertinggal/ Perbatasan

Sektor Pertanian, Perikanan:

Kebijakan distribusi sarana prasarana produksi, teknologi pengolahan

Sektor PU/ Perhubungan:

Penyediaan infrastruktur jalan nasional dan irigasi, pelabuhan, bandara

Sektor energi dan komunikasi:

kebijakan peningkatan jaringan listrik dan telekomunikasi

Sektor hukum:

kebijakan branding produk unggulan/ HAKI

Sektor perdagangan: kebijakan Pasar Nasional dan internasional/ekspor

Sektor perindustrian: kebijakan penyediaan sarana dan prasarana pengolahan, teknologi pengolahan

KEBIJAKAN NASIONAL

Kebijakan : penyediaan infrastruktur jalan kabupaten, kebijakan perpajakan dan

pungutan, pengendalian dampak lingkungan, kerjasama antar kabuapaten

KEBIJAKAN KABUPATEN

Kebijakan :penyediaan infrasturktur jalan provinsi, kebijakan standar upah,

kerjasama antar provinsi

KEBIJAKAN PROVINSI

Pasar Domestik, Nasional, Internasional

INTEGRASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

UNTUK PPDT MELALUI RM

(23)

INTEGRASI PENGEMBANGAN KAWASAN (MP3EI,

KEK, FTZ, KAPET, RM)

RM (2013) : 9 Prov, 14 RM RM (2014) : 4 Prov, 4 RM)

RM BEUJADI RM LAKE TOBA

RM NIAS

RM JANGHIANGBONG

RM KAUKUS SETARA KUAT

RM SINGBEBAS RM KAPUAS RM PALAPAS RM AKSESS RM PAPUA RM JONJOK BATUR RM SUMBAWA RM SUMBA RM TIMOR RM SUMBAR RM SERAM RM PAPUA BARAT

(24)

A. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal diperlukan dukungan keberlanjutan komitmen K/L dan Daerah, baik dalam kerangka kebijakan & kerangka alokasi anggaran yang berpihak pada daerah tertinggal. Utamanya fokus pada upaya peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan IPM di DTnuntuk pencapaian sasaran PN 10 RPJMN 2010-2014.

B. SINERGI Pembangunan berbasis kewilayahan dalam Pengelolaan RM, KSCT dan Kapet melalui Kerjasama Antar Daerah adalah PENTING karena:

1. RM fasilitasi KPDT dibentuk dengan memperhatikan situasi dan kondisi regional yang ada serta berdasarkan keinginan (visi) para stakeholder regional, hal tersebut sejalan era Otonomi Daerah dengan organisasi pengelola RM yang dibentuk berdasarkan inisiatif daerah (bottom up).

2. Kapet atas fasilititasi Kementerian PU dan Kemenko Perekonomian sedang melakukan revitalisasi dan reformulasi KAPET untuk menjamin percepatan pembangunan dan optimalisasi pengembangan ekonomi di wilayah KAPET yang secara spasial sebagian besar wilayah sekitarnya masih banyak daerah tertinggal. 3. Banyak lokasi Kapet berimpitan dengan lokasi RM, sehingga terdapat dua organisasi

pengelola wilayah (RM dan Kapet);

4. Perlu sinkronisasi kegiatan lembaga Kerjasama Antar Daerah (Regionalisasi/RM), KSCT, Kapet, Biro KAD, dll, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendanaan organisasi dalam mencapai tujuan PPDT. 24

(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan penulis yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan aktif dari daun asam jawa yang mempunyai daya antibakteri dan

‘Giongo dan gitaigo disebut sebagai onshouchou (sound symbolism), dalam bahasa Jepang hal ini merupakan suatu keunikan tersendiri.’ Penggunaan onomatope 擬音語 (giongo)

Dengan fenomena tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana metanol dapat menyebabkan kematian dan untuk mengetahui kerusakan organ yang didapat pada

Rimo International Lestari (RIMO) melalui entitas anak perusahaan yang dimiliki 90% PT Matahari Pontianak Indah Mal telah melakukan akuisisi sebesar 90% saham dalam PT

Karena itu, sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana merawat gigi anak sejak bayi dengan cara yang benar, agar kesehatan gigi dan mulut anak teratasi.... Bersihkan gusi

Fluktuasi harga saham yang terjadi disekitar hari pengumuman penerbitan obligasi memberikan peluang bagi investor untuk dapat memperoleh return baik dibawah atau diatas return

keseluruhan data pada tabel hasil, perhitungan MSE dan PSNR telah terbukti bahwa format file yang paling baik dalam menggunakan metode CLAHE adalah format citra BMP

Proses pencarian model yang dilakukan menggunakan analisis survival (SPSS 13) pada data penghuni yang telah merenovasi rumah dari kedua Perumahan tersebut, menghasilkan model