• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara, sehingga negara-negara di dunia dan organisasi internasional merasa tergugah dan termotivasi untuk menaruh perhatian yang lebih serius terhadap pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini tidak lain karena kejahatan pencucian uang (money laundering) tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi sistem perekonomian, dan pengaruhnya tersebut merupakan dampak negatif bagi perekonomian itu sendiri.1

Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan money laundering, yang sudah tergolong pula sebagai kejahatan transnasional ini, maka pada tahun 1988 diadakan konvensi internasional, yaitu United Nation Convention Againts Illict Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances atau yang lebih dikenal dengan nama UN Drug Convention. Kemudian untuk menindaklanjuti konvensi tersebut, pada bulan Juli 1989 di Paris telah dibentuk sebuah satuan tugas yang khusus menangani money laundering yang disebut dengan The Financial Action Task Force (FATF). Dalam hubungan ini dapat dikemukakan

1 Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering Di Indonesia, Books Terrace&Library,

(2)

bahwa pengaturan mengenai anti-money laundering di Indonesia sangat erat kaitannya dengan adanya keputusan FATF pada tanggal 22 Juni 2001. Didala, keputusan FATF ini Indonesia dimasukkan sebagai salah satu diantara 15 negara yang dianggap tidak kooperatif (non-cooperative countries and teritories) dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan money laundering.2

Sifat dasar dari tindak pidana pencucian uang itu sendiri secara umum berupaya memperoleh keuntungan keuangan dari tindak pidana yang dilakukannya. Sementara pelaku tindak pidana berupaya menjadi sosok yang baik dan tidak ada seorangpun yang diharapkannya beranggapan bahwa dirinya telah melakukan tindak pidana. Untuk itulah, pelaku tindak pidana akan selalu melakukan berbagai upaya agar keuntungan ataupun dana yang diperoleh dari hasil tindak pidana dapat dinyatakan dari berasal dari aktivitas yang legal. Dalam hal ini, melakukan pembelian aset (property), menyimpannya dalam sistem keuangan, melakukan pembelian instrumen keuangan atau bahkan mendirikan usaha bisnis agar dapat memiliki landasan dalam menikmati keuntungan dari aktivitas pidananya.

3

Dalam konteks sekarang, tindak pidana pencucian uang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, tidak hanya melalui sistem keuangan, investasi langsung, tetapi juga disembunyikan dalam bentuk harta benda seperti properti,kendaraan, perhiasan dan lain sebagainya. Untuk itulah kemudian pandangan atas penegakan hukum sedikit demi sedikit berubah, diawali dengan penegakan hukum atas tindak

2 Ibid, Hal. 2.

3 Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adiwarman, Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar

(3)

pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana, dimana pelaku akan menjadi objek bagi penegakan hukum yang dilakukan. Saat ini penegakan hukum dilakukan pula dengan melakukan kriminalisasi atas penggunaan maupun pemanfaatan dana atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana.4

Dalam upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang tersebut terdapat suatu inovasi yang menarik, yaitu dapat dibentuk suatu badan yang bersifat independen yang disebut sebagai Financial Intelligent Unit (FIU) yang dimana tugasnya adalah untuk membantu kepolisian dalam penanganan tindak pidana pencucian uang,melalui pengumpulan informasi tentang transaksi keuangan yang dicurigai kemungkinan adanya praktik pencucian uang. Di Indonesia sendiri badan tersebut disebut dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang tugasnya mengumpulkan dan memproses informasi yang berkaitan dengan kecurigaan atau indikasi pencucian uang yang dimana juga akan bermuara terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang itu, PPATK bertanggung jawab langsung kepada Presiden.5

Uang yang didapat dari hasil tindak pidana pencucian uang tersebut pun dapat diperoleh dari beragam jenis sumber antara lain berupa tindak pidana korupsi, penyuapan, penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, perbankan, perdagangan gelap narkotika dan psikotoprika, perdagangan budak, wanita, dan anak, perdangan senjata gelap,

4

Ibid, Hal. 2.

5 H. Juni Sjafrien Jahja, Melawan Money Laundering, Cetakan pertama, Jakarta:

(4)

penculikan, teroroisme, pencurian, peggelapan, penipuan dan berbagai kejahatan dan beragam jenis perjudian, baik yang bersifat umum maupun yang menggunakan media internet (online).

Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi dan semakin berkembangnya kesadaran akan pentingnyaa pembentukan rejim anti-money laundering membuat pelaku kejahatan mengubah metode atau cara pencucian uang. Metode konvensional yang biasa digunakan ternyata tidak lagi menjamin keamanan dan kenyamanan pelaku pencucian uang sehingga mereka mulai mencari alternatif lain dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.6

Salah satu bentuk kejahatan pada dunia maya yang sedang marak terjadi pada saat sekarang ini adalah Perjudian melalui internet atau yang biasa disebut dengan Perjudian Online. Jenis Perjudian online pun beragam, mulai dari judi kartu, dadu, kasino, togel online, pacu kuda, judi bola, basket, balapan, golf dan lain sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa judi online adalah permainan judi Kemajuan teknologi internet tersebut banyak disalah gunakan oleh berbagai pihak baik yang bersifat pribadi maupun kelompok untuk menguntungkan diri mereka sendiri, yang dimana apabila tidak dapat disesuaikan dengan penyesuaian diri maka akan berujung pada pelanggaran norma-norma hukum yang berlaku, dengan kata lain semakin berkembangnya teknologi internet tersebut maka akan semakin meningkat juga kejahatan atau tindak pidana pada dunia maya baik jenis maupun bentuknya maka akan semakin kompleks, kejahatan pada dunia maya ini disebut dengan Cyber Crime.

6

(5)

dengan media elektronik dengan akses internet sebagai perantaranya. Perjudian

online pun sudah sering terjadi di Indonesia sendiri dengan terdapatnya beberapa kasus judi online yang terjadi di Indonesia. Norma hukum di Indonesia sendiri sudah jelas mengatur mengenai larangan terhadap perjudian online tersebut seperti pada Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tentang larangan perjudian elektronik.

Perjudian online tersebut akan menghasilkan uang kepada pelaku atau orang yang melakukan judi online tersebut baik dalam nominal kecil hingga nominal terbesar. Uang yang dihasilkan tersebut biasanya akan disembuyikan ataupun disamarkan keberadaanya agar tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah atau legal, sehingga perjudian online juga dapat dijadikan sebagai tindak pidana asal bagi pelaku tindak pidana pencucian uang. Disinilah peran daripada pihak Kepolisian maupun pihak-pihak terkait lainnya seperti PPATK, Bank Indonesia, dan pihak lainnya untuk membuktikan uang hasil transaksi daripada perjudian online tersebut, serta memberantas pencucian uang dari modus perjudian online di Indonesia.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk membahas mengenai “Peranan Kepolisian Dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari Hasil Perjudian Online” di Indonesia dengan ditinjau dari perspektif Hukum Pidana Indonesia dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(6)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut diatas Penulis akan membahas permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Kaitan Antara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Perjudian Online.

2. Bagaimana Peranan Kepolisian dalam memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang yang Berasal dari Hasil Perjudian Online.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Bahwa setiap karya ilmiah memiliki tujuan yang akan diperoleh berdasarkan suatu permasalahan yang ada. Adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mengenai keterkaitan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana perjudian online.

2. Untuk mengetahui peranan Kepolisian dalam memberantas tindak pidana pencucian uang yang berasal dari hasil perjudian online.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang hendak dicapai di dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

(7)

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan informasi serta dapat menambah wawasan bagi para mahasiswa dalam bidang hukum pidana pada umumnya dan tentang tindak pidana pencucian uang pada khususnya, sehingga diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan serta dapat memperluas dan menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam bidang hukum pidana pada umumya dan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang dan. 2. Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan masukan bagi masyarakat luas agar dapat meningkatkan kesadarannya dalam membantu pihak aparat penegak hukum dalam memberantas tindak pidana pencucian uang khususnya yang berasal dari perjudian online di Indonesia.

2. Untuk memberikan masukan kepada aparat hukum yang berwajib serta badan-badan yang terkait lainnya untuk saling berkerja sama serta dapat meningkatkan profesioanalisme kerja dalam upaya penegakan hukum dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang dari hasil perjudian online.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “Peranan Kepolisian Dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari Hasil Perjudian Online” belum pernah ditulis oleh siapapun sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada prinsipnya dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memperolehnya berdasarkan literatur yang ada, baik dari perpustakaan, media massa cetak

(8)

maupun elektronik, ditambahkan pemikiran penulis. Oleh karena itu skripsi ini adalah asli merupakan karya ilmiah penulis dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral maupun akademik.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari bahasa Belanda yaitu strafbaarfeit, yaitu istilah yang terdapat dalam KUHP Belanda demikian juga dalam KUHP Indonesia, tetapi tidak ada penjelasan secara rinci mengenai pengertian

strafbaarfeit tersebut.

Dalam bahasa Belanda, strafbaarfeit itu terdiri dari tiga kata yaitu straf, baar dan feit. Straf diartikan sebagai pidana atau hukum, baar diartikan sebagai dapat atau boleh, dan feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan 7

Menurut Simons, strafbaarfeit adalah

. Jadi, secara harfiah, strafbaarfeit dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat dipidana.

8

Menurut Pompe, strafbaarfeit adalah

“Tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.”

9

7

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2005, hal.69.

8 Evi Hartani, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta 2005, hal.5. 9 Ibid, hal.6.

(9)

“Suatu pelanggaran norm atau gangguan terhadap tertib hukum yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku itu adalah penting demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.”

Tindak Pidana merupakan istilah resmi yang digunakan pada hampir seluruh perundang-undangan pidana di Indonesia. Sebagian besar nama dan judul perundang-undangan pidana di Indonesia menggunakan istilah “tindak pidana” 1. Pengertian Pencucian Uang

Jika dilihat dari pengertiannya money laundering atau pencucian uang terdiri dari dua kata yang diartikan secara terpisah yaitu kata money dan

laundering. Sehingga kata money (noun) dalam Kamus Lengkap Inggris-Indonesia :10

Secara umum pencucian uang dapat dirumuskan sebagaisuatu proses dimana seseorang menyembunyikan penghasilannya yang berasal dari sumber

“Money” adalah Uang

Dan pengertian dari kata Laundering berasal dari kata Laundry (verb) berasal dari dalam Kamus Lengkap Inggris-Indonesia :

“Laundry” adalah pencucian ; cucian”

Sehingga jika digabungkan kata money laundering akan menjadi suatu istilah dan akan memperoleh pengertian sebagai kata kerja (verb) yaitu “Pencucian Uang” yang diartikan lebih luas lagi adalah uang yang telah dicuci,dibersihkan atau diputihkan.

10 S

. Wijowasito-Tito Wasito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia & Indonesia Inggris Dengan Ejaan Yang Disempurnakan, (Malang, C.V Hasta :1980), hal 117.

(10)

yang illegal dan kemudian menyamarkan penghasilan tersebut agar tampak legal (money laundering is the process by which once conceals the existence of it’s illegals sources, or it illegal application of income and disquises that income, to make it appear legimate). Dengan perkataan lainnperumusan tersebut berarti suatu proses merubah uang haram (dirty money) atau uang yang diperoleh dari aktivitas illegal menjadi halal (legimate money).11

Permainan dengan bertaruh memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan, seperti bermain dadu, main kartu dan sebagainya: berjudi berarti perbuatan mempertaruhkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula; menjudukan ialah memakai sesuatu untuk bertaruh; perjudian yaitu proses, cara, perbuatan menjudikan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dalam Pasal 1 Angka (1) mencantumkan pengertian dari pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsure-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. c. Pengertian Perjudian

Perjudian secara tegas dinyatakan sebagai kejahatan di dalam KUHP sehingga para pelakunya dapat dikenai pidana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan ‘judi” adalah:

12

11

Suparapto, Money Laundering, (Warta BRI) ,hal 8.

12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-4,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2008, hal. 590. Lihat juga W. J. S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 496.

Di dalam tindak pidana perjudian terdapat tiga unsur yang merupakan faktor yang membedakan perilaku berjudi dengan perilaku lain yang juga mengandung resiko,antara lain:

(11)

a. Perjudian adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan sejumlah uang (atau sesuatu yang berharga) dimana pemenang memperoleh uang dari yang kalah.

b. Resiko yang diambil bergantung pada kejadian-kejadian dimasa mendatang, dengan hasil yang tidak diketahui dan banyak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat kebetulan/keberuntungan.

c. Resiko yang diambil bukanlah suatu yang harus dilakukan; kekalahan/kehilangan dapat dihindari dengan tidak ambil bagian dalam permainan judi

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang merupakan sumber hukum pidana positif di Indonesia juga memberikan pengertian judi adalah sebagai berikut:

Yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapan itu menjadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan permainan. Yang juga terhitung masuk main judi ialah pertarungan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala pertaruhan yang lain-lain.13

13 Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Sedangakan pengertian Judi online sendiri adalah permainan judi melalui media elektronik dengan ekses internet sebagai perantara. Sehingga si pelaku judi online hanya bisa melakukan perbuatan tersebut dengan memakai dan menggunakan akses internet saja

(12)

d. Pengertian Kepolisian

Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata ini pertama kali digunakan untuk menyebut “orang yang menjadi warga Negara dari kota Athena”, kemudian pengertian itu berkembang menjadi “kota” dan dipakai untuk menyebut “semua usaha kota”. Oleh karena pada zaman itu kota merupakan Negara yang berdiri sendiri, Yang disebut juga Polis, maka pilittea atau Polis diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan Negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.14

Dalam penulisan skripsi ini, dipergunakan metode penelitian hukum normatif atau biasa yang disebut dengan studi kepustakaan. Metode penelitian hukum Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Namun kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai sumber, baik keterangan-keterangan saksi-saksi maupun keterangan-keterangan saksi ahli.

F. Metode Penelitian

Untuk mengumpulkan bahan-bahan di dalam penyusunan skripsi ini dipergunakan suatu cara atau metode yaitu :

a. Jenis Penelitian

(13)

normatif tersebut mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Metode penelitian hukum norma-normatif biasanya banyak dilakukan terhadap data sekunder yang didapati dengan menggunakan penelitian deskriptif dan penelitian kasus.

b. Data dan Sumber data

Sebagaimana pada umumnya, penelitian normatif dilakukan dengan penelitian pustaka, yaitu penelitian yang dengan mempelajari bahan-bahan pustaka atau data sekunder. Data sekunder dipelajari dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.

a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan

b. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, artikel, koran dan majalah c. Bahan hukum tertier, seperti kamus yang relevan dengan skripsi ini. c. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (libary research), yakni dengan melakukan penelitian menggunakan data dari berbagai sumber bacaan seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal, artikel, dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam skripsi ini.

d. Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut diatas dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Analisa kualitatif ini ditujukan untuk mengungkapkan secara mendalam tentang pandangan dan konsep yang diperlukan dalam penulisan dan akan diurai secara komprehensif untuk menjawab berbagai permasalahan yang telah dirumuskan di dalam skripsi ini.

(14)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Adapun susunannya yaitu :

BAB I. Berisikan pendahuluan yang didalamnya memaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, keaslian penulisan, tinjauan pustaka yang mengemukakan berbagai defenisi, rumusan dan pengertian dari istilah yang terdapat dalam judul untuk memberi batasan dalam pemahaman mengenai istilah-istilah tersebut, metode penulisan dan terakhir diuraikan di dalam sistematika penulisan skripsi.

BAB II. Kaitan Antara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Perjudian Online. Dalam bab ini Penulis akan memberikan uraian secara garis besar dituangkan ke dalam 3 (tiga) sub bab, yaitu : Pengaturan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia, Pengaturan Tindak Pidana Perjudian Online menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Kaitan antara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Perjudian Online.

(15)

BAB III Peranan Kepolisian Dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang yang Berasal dari Hasil Perjudian Online. Dalam Bab ini penulis mencoba menguraikan secara keseluruhan, dan secara garis besarnya akan dituangkan ke dalam 3 (tiga) sub, yaitu Peranan Preventif, Peranan Pre-emtif, dan Peranan Represif.

Referensi

Dokumen terkait

Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Peserta didik yang belajar pada tahun terakhir di satuan pendidikan, memiliki rapor lengkap penilaian hasil belajar sampai dengan semester I tahun terakhir, dan atau

Dengan menggunakan Direct Access Methode (metode pembacaan/penulisan secara langsung), maka, record yang tersimpan didalam sebuah disket, Hard-disk, CD ROM ataupun

P333 + P313 - Jika terjadi iritasi kulit atau ruam kulit: Dapatkan saran/ pertolongan medis P302 + P352 - JIKA TERKENA KULIT: Cuci dengan sabun dan air yang banyak.. P280 -

Batay dito, masasabi nating ang pag-aaral ay isang dahilan kung bakit nahahapo ang isang mag-aaral sapagkat ‘di lamang ang mga pangangailangan ng pag-aaral ang nakakabit dito

Hasil dari penelitian di atas adalah leverage dan likuiditas memiliki pengaruh terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan pada perusahaan manufaktur

Penelitian tentang perencanaan tata kelola sistem informasi pernah dilakukan oleh Alexander Setiawan 2008, dengan judul Evaluasi Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan

UML (Unified Modeling Language) adalah sebuah bahasa untuk menetukan, visualisasi, kontruksi, dan mendokumentasikan artifact (bagian dari informasi yang digunakan atau