• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

42

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU

MENCUCI TANGAN DENGAN AIR BERSIH DAN SABUN

DITATANAN RUMAH TANGGA RT 40 KELURAHAN

SUKABANGUN PALEMBANG TAHUN 2019

Debby Rizki Pratama 1), Septi Ardianty 2), Trilia 2)

1Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang

2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Latar belakang: Mencuci tangan merupakan suatu kebiasaan membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah hal yang paling di sepelekan ditunjukkan dengan kebiasan sebelum makan jarang yang melakukan cuci tangan . Salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan memberikan intervensi pendidikan kesehatan.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah tangga RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang.

Metode Penelitian: Quasi experimental design melalui pre-test and post-test with control group design. Suatu penelitian pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Sampel penelitian sebanyak 124 responden dibagi 2 kelompok, 62 responden kelompok intervensi, dan 62 responden kelompok kontrol menggunakan metode random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Hasil: Analisis Uji Wilcoxon didapatkan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kelompok intervensi sebelum dan setelah diperoleh (p value=0,000). Adanya peningkatan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok intervensi setelah diberikan perlakuan. Kelompok kontrol sebelum dan setelah diperoleh (p value=0,000). Adanya peningkatan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun tanpa perlakuan. Perbedaan nilai rata-rata perilaku setelah kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan Uji

Mann-Whithney diperoleh (p value=0,000). Jadi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kesimpulan: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah tangga RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang.

Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Perilaku Mencuci Tangan.

Korespondensi:

Debby Rizki Pratama. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang. Jl. Jend. A. Yani 13 Ulu Palembang. Email: debbyrp510@gmail.com

LATAR BELAKANG

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari ma-syarakat, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Oleh karena merupakan unit terkecil dari

masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga menentukan derajat kesehatan masyarakatnya. Sementara itu, derajat kesehatan sangat ditentukan oleh perilaku hidup bersih dan sehat dari

(2)

kelu-43

arga tersebut (Panata, 2018). Kebersihan merupakan sebuah bentuk usaha setiap in-dividu untuk menjaga kesehatannya. Ke-bersihan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari agar individu terbebas dari de-bu, sampah, kotoran, dan bau (WHO, 2009). Kebersihan diri teridiri dari keber-sihan badan, seperti memakai pakaian yang bersih, mandi dua kali sehari, menyikat gigi dan mencuci tangan (Permata, 2010).

Mencuci tangan merupakan hal yang sederhana, namun banyak orang malas me-lakukannya. Berdasarkan hasil studi Environmental Health Risk Assessment yang dilakukan di 55 kabupaten/kota di 16 provinsi di Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan bahwa baru 18,5% masya-rakat melakukan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Mencuci tangan merupakan teknik yang sangat efektif untuk mencegah dan mengontrol kontak dengan kuman-kuman yang dapat menularkan penyakit (Depkes RI, 2013). Mencuci tangan terbukti dapat mencegah penyakit diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) yang menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun karena penyakit tersebut (Depkes RI. 2009).

Faktor utama yang berkaitan dalam derajat kesehatan seseorang, kelompok dan masyarakat yaitu perilaku, pelayanan ke-sehatan, lingkungan dan keturunan atau herediter. Diantara empat faktor tersebut faktor determinan yang paling berpengaruh besar adalah faktor perilaku manusia dan disusul faktor lingkungan pada urutan kedua. Hal ini dapat terjadi akibat faktor perilaku memiliki pengaruh lebih besar dari faktor lingkungan sehingga lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Data di balai pengobatan Puskesmas Sosial Kelurahan Sukabangun Palembang. Pada tahun 2017 tercatat ada 7155 orang yang menderita ISPA, 839 orang menderita dermatitis, 525 orang menderita Diare, 338 orang menderita infeksi kulit. Pada tahun 2018 tercatat ada 5695 orang menderita ISPA, 727 orang menderita infeksi kulit, 649 orang menderita diare, dan 638 orang menderita dermatitis dan eksim. Dari data di atas jumlah penyakit diare, infeksi kulit dan dermatitis mengalami kenaikan (Puskesmas Sosial, 2019).

Dari hasil observasi peneliti diling-kungan RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang mencuci tangan dengan air ber-sih dan sabun adalah hal yang paling di se-pelekan oleh masyarakat ditunjukkan dengan kebiasan sebelum makan jarang yang melakukan cuci tangan.

Pemberian pendidikan kesehatan me-rupakan upaya atau kegiatan untuk men-ciptakan perilaku masyarakat yang kon-dusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat me-nyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kese-hatan orang lain, kemana seharusnya men-cari pengobatan jika sakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, pertemuan pertama melakukan pretest, pertemuan ke 2 - 3 dila-kukan intervensi pendidikan kesehatan, se-lanjutnya untuk pertemuan ke 4 dilakukan posttest untuk mengukur perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, Tindakan) Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Ditatanan Rumah

(3)

44 Tangga RT 40 Kelurahan Sukabangun

Palembang Tahun 2019”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif mengguanakan desain pene-litian Quasi Experimental design melalui pre-test and post-test with control group design, yaitu suatu penelitian yang dila-kukan pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan per-lakuan. Dalam design dan rancangan penelitian ini, pengamatan/observasi dila-kukan sebanyak 2 kali yaitu, sebelum inter-vensi (pre-test) dan setelah intervensi (post-test). Sampel penelitian sebanyak 124 responden dibagi 2 kelompok, 62 respon-den kelompok intervensi berjenis kelamin perempuan, dan 62 responden kelompok kontrol: 32 berjenis kelamin perempuan dan 20 berjenis kelamin laki-laki. Dengan menggunakan metode random sampling, teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang pada April-Mei 2019.

HASIL PENELITIAN

A.Analisa Univariat

1. Gambaran Nilai Rata-Rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Intervensi Sebelum

Variable mean Median max min SD 95%

CI Pengeta huan sebelum 5,87 6,00 8 3 1,373 5,52-6,22 Sikap sebelum 21,68 21,00 29 16 2,902 20,94 -22,41 Tindaka n sebelum 7,44 7,00 11 4 1,489 7,06-7,81

2. Gambaran Nilai Rata-Rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Kel-ompok Intervensi Setelah

Variable mean Median max min SD 95%

CI Pengetahuan setelah 7,44 7,00 10 5 1,182 7,14 -7,74 Sikap setelah 30,6 30,00 36 27 2,171 30,1 3-31,2 3 Tindakan setelah 9,19 9,00 12 6 1,447 8,8 3-9,56 3. Gambaran Nilai Rata-Rata

Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok kontrol Sebelum

Variable mean median max min SD 95%

CI Pengetahuan sebelum 5,82 6,00 8 4 0,967 5,58 -6,0 7 Sikap sebelum 21,71 21,00 30 17 3,021 21,0 1-22,5 4 Tindakan sebelum 7,45 7,00 10 5 1,490 7,07 -7,83 4. Gambaran Nilai Rata-Rata

Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Kontrol Setelah.

Variable mean Median max min SD 95%

CI Pengetahuan setelah 6,62 6,00 9 5 0,970 6,0 0-6,4 9 Sikap setelah 22,76 22,00 31 18 2,732 22, 06-23,4 5 Tindakan setelah 7,74 8,00 11 5 1,459 7,37 -8,11

(4)

45

B. Analisa Bivariat

1. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Intervensi Sebelum dan Setelah

Variable Mean Median Max Min SD P value

Pengetah uan sebelum Pengetah uan setelah 5,87 7,44 6,00 7,00 8 10 3 5 1,37 3 1,18 2 0,000 Sikap sebelum Sikap setelah 21,68 30,6 21,00 30,00 29 36 16 27 2,9 02 2,17 1 0,000 Tindakan sebelum Tindakan setelah 7,44 9,19 7,00 9,00 11 12 4 6 1,48 9 1,44 7 0,000

2. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Kontrol Sebelum dan Setelah

Variable Mean Median Max Min SD 95% CI

Pengetah uan sebelum Pengetah uan setelah 5,82 6,62 6,00 6,00 8 9 4 5 0,967 0,970 0,000 Sikap sebelum Sikap setelah 21,71 22,76 21,00 22,00 30 31 17 18 3,021 2,732 0,000 Tindakan sebelum Tindakan setelah 7,45 7,74 7,00 8,00 10 11 5 5 1,490 1,459 0,000

3. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Sebelum pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum

Variable Mean Median Max Min SD P value

Pengetahu an sebelum kelompok intervensi Pengetahu an sebelum kelompok control 5,87 5,82 6,00 6,00 8 8 3 4 1,373 0,967 0,698 Sikap sebelum kelompok intervensi Sikap sebelum kelompok control 21,68 21,77 21,00 21,00 29 30 16 17 2,902 3,021 0,924 Tindakan sebelum kelompok intervensi Tindakan sebelum kelompok control 7,44 7,45 7,00 7,00 11 11 4 5 1,489 1,490 0,929

(5)

46

4. Perbedaan Nilai Rata-rata Pe-rilaku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Sebelum Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah

Variable Mean Median max min SD P value

Pengetahu an setelah kelompok intervening Pengetahu an setelah kelompok kontrol 7,44 6,24 7,00 6,oo 10 9 5 6 1,18 2 0,9 70 0,000 Sikap setelah kelompok intervensi Sikap setelah kelompok kontrol 30,6 22,76 30,00 22,00 36 31 27 18 2,17 1 2,73 2 0,000 Tindakan setelah kelompok intervensi Tindakan setelah kelompok kontrol 9,19 7,74 9,00 8,00 12 11 6 5 1,44 7 1,45 9 0,000 PEMBAHASAN A. Analisa Univariat

1. Gambaran Nilai Rata-Rata Pe-rilaku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Intervensi Sebelum.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 62 responden didapatkan perilaku men-cuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok intervensi se-belum perilaku responden kelompok intervensi masih rendah sebelum

diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan responden belum mendapatkan informasi mengenai mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Perilaku mencuci tangan yang buruk pada seseorang dapat menda-tangkan berbagai jenis penyakit. Beberapa penyakit tersebut yaitu se-perti penyakit ISPA, diare dan infeksi kulit. Hal ini sebagaimana dengan kasus yang terjadi di Balai Peng-obatan Puskesmas Sosial Kelurahan Sukabangun Palembang, yaitu pada tahun 2017 tercatat ada 7155 orang yang menderita ISPA, 839 orang menderita dermatitis, 525 orang menderita diare, 338 orang menderita infeksi kulit. Pada tahun 2018 ter-catat ada 5695 orang menderita ISPA, 727 orang menderita infeksi kulit, 649 orang menderita diare, dan 638 orang menderita dermatitis dan eksim. Ber-dasarkan data tersebut menunjukkan jumlah penyakit diare, infeksi kulit dan dermatitis mengalami kenaikan (Puskesmas Sosial, 2019).

Temuan penelitian ini selaras dengan hasil studi Sulistyani (2015) bahwa bila seseorang bekerja terlalu keras dengan kondisi perekonomian yang terbatas serta berpendidikan rendah dimana pengertian tentang kesehatan sangat kurang dan akses terhadap informasi juga terbatas.

2. Gambaran Nilai Rata-Rata Perilaku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Kelompok Intervensi Setelah.

Hasil penelitian terhadap 62 responden pada perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kelompok intervensi setelah

(6)

didapat-47

kan peningkatan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dari tingkat rendah menjadi tinggi karena respon-den telah mendapat perlakuan pendi-dikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupa-kan salah satu bentuk safety inter-vention atau upaya yang dilakukan dalam pelayanan keperawatan komu-nitas. Pendidikan kesehatan menca-kup pemberian informasi yang sesuai, spesifik diulang, terus-menerus, se-hingga dapat menghasilkan perubah-an perilaku kesehatperubah-an. Program pen-didikan kesehatan digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam merubah gaya hidupnya men-jadi positif, mendukung peningkatan kesehatan dan kualitas hidup komu-nitas serta meningkatkan partisipasi seseorang dalam merawat kese-hatannya (Widyanto, 2014).

Pendapat yang serupa dikemu-kakan Azwar (2005) bahwa pendidik-an kesehatpendidik-an merupakpendidik-an proses membuat orang bergerak untuk me-ningkatkan dan memperbaiki

kese-hatan mereka (WHO,2008).

Pendidikan kesehatan adalah unsur program kesehatan dan kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk mengubah perilaku seseorang dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan, dan peningkatan kesehatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Apriany (2012) Pemberian pendidikan kese-hatan merupakan salah satu proses belajar yang sangat penting bagi ke-hidupan mereka. Proses ini berorien-tasi pada peningkatan derajat kese-hatan yang mempengaruhi pertum-buhan dan perkembangan anak.

Pen-didikan kesehatan diberikan dengan penuh kasih sayang, menerapkan pola disiplin, dan keteladanan untuk ber-perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan.

3. Gambaran Nilai Rata-Rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Kontrol Sebelum

Hasil penelitian yang telah di-lakukan terhadap 62 responden pada perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kelompok kontrol sebelum rata-rata perilaku (penge-tahuan, sikap, tindakan) responden kelompok kontrol rendah karena be-lum pernah mendapat informasi me-ngenai mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Rendahnya kesadaran pola hi-dup bersih khususnya cuci tangan dengan air bersih dan sabun hingga saat ini belum menjadi kebiasaan dan kewajiban yang harus dilakukan sese-orang setelah melakukan aktivitas tertentu. Meskipun terlihat seder-hana, tetapi masyarakat belum banyak memahami dan mempraktek-kan dalam kehidupannya sebagai se-suatu yang wajib dan harus dilaku-kan. Jenis kelamin dapat mempe-ngaruhi tahapan cuci tangan sese-orang, sebagian besar perempuan me-miliki kebiasaan dalam pola hidup bersih (Cahyani, 2010). Perempuan memiliki sifat seperti perhatian yang lebih, penyabar, dan ulet dalam mela-kukan pekerjaan.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Evi Risa Mariana (2017) bahwa sebagian besar responden me-miliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pengetahuan mencuci tangan

(7)

48 yaitu sebesar 71,43%. Diketahui juga

ibu yang memiliki tingkat pengetahun baik yang anak balitanya mengalami diare sebesar 40%, sedangkan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik yang anak balitanya tidak meng-alami diare sebesar 60%.

4. Gambaran Nilai Rata-Rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Kelom-pok Kontrol Setelah.

Hasil penelitian terhadap 62 responden pada perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kelompok kontrol setelah terjadi pe-ningkatan yang signifikan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun walaupun responden tidak mendapat perlakuan pendidikan ke-sehatan sebagaimana pada kelompok intervensi.

Kebiasaan mencuci tangan de-ngan sabun, adalah bagian dari peri-laku hidup sehat yang merupakan salah satu dari tiga pilar pembangun-an bidpembangun-ang kesehatpembangun-an yakni perilaku hidup sehat, penciptaan lingkungan yang sehat serta penyediaan layanan kesehatan yang bermutu dan terjang-kau oleh semua lapisan masyarakat. Perilaku hidup sehat yang sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara untuk me-ningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan pri-badi dan pentingnya berperilaku hi-dup bersih dan sehat.

Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil studi Brilian (2016) bahwa dari 91 responden didapatkan hanya 2 orang (2,2%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sebanyak 45 orang (49,5%) memiliki sikap yang baik mengenai

cuci tangan. Perilaku cuci tangan akan berhasil ketika sudah tertanam ke-biasaan dan juga tersedia sarana dan prasarana untuk cuci tangan. Penye-diaan air bersih dan juga sabun untuk cuci tangan sangat diperlukan.

B. Analisa Bivariat

1. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun pada Kelom-pok Intervensi Sebelum dan Setelah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata perilaku (pengeta-huan, sikap, tindakan) sebelum dan setelah mengalami pengingkatan yang signifikan. Hasil statistik uji Wilcoxon didapatkan nilai p value 0,000 (p value ≤ 0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan perilaku mencuci ta-ngan deta-ngan air bersih dan sabun pa-da kelompok intervensi sebelum pa-dan setelah dilakukan pendidikan kese-hatan di RT 40 Kelurahan Sukabang-un Palembang tahSukabang-un 2019.

Pendidikan kesehatan merupa-kan perubahan perilaku yang dinamis dimana perubahan tersebut bukan se-kedar proses transfer materi atau teo-ri dateo-ri seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur te-tapi perubahan tersebut karena ada-nya kesadaran dari dalam individu, kelompok, atau masyarakat sendiri (Mubarak, 2009). Pendidikan kese-hatan dalam penerapannya dapat memberikan pengaruh yang signifik-an terhadap perilaku mencuci tsignifik-angsignifik-an dengan air bersih dan sabun pada ke-lompok intervensi. Perilaku mencuci tangan dibagi dalam tiga indikator, yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku tindakan.

(8)

49

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peri-laku tentang mencuci tangan, men-cuci tangan merupakan suatu perilaku kesehatan (Kustanty, 2013). Berda-sarkan data dari WHO, perilaku men-cuci tangan dengan sabun dapat me-nurunkan terjadinya kasus diare dan ISPA. Terdapat berbagai hal yang mempengaruhi rendahnya perilaku CTPS karena masih rendahnya penge-tahuan dan kesadaran untuk melaku-kan perilaku CTPS yang benar.

Hal ini tidak sejalan dengan pe-nelitian yang dilakukan oleh Sitorus, N (2014) menyatakan hasil penelitian sikap cuci tangan menunjukkan bah-wa dari 71 responden diperoleh hasil pretest sikap cuci tangan siswa yang buruk yaitu 46 (64,8%) responden. Setelah dilakukan intervensi pendi-dikan kesehatan, sebagian besar res-ponden menunjukkan hasil baik pada posttest yaitu 41 (57,7%) responden.

2. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Pada Ke-lompok Kontrol Sebelum dan Setelah.

Hasil penelitian diperoleh rata-rata perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kelompok kon-trol sebelum diperoleh perilaku (pe-ngetahuan, sikap, tindakan) sebelum dan setelah terjadi peningkatan. Hasil statistik uji Wilcoxon didapatkan nilai p value 0,000 (p value ≤ 0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok in-tervensi sebelum dan setelah dilaku-kan pendididilaku-kan kesehatan di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang tahun 2019.

Kebiasaan perilaku cuci tangan dengan air bersih dan sabun tidak di-dapatkan secara menyeluruh di tem-pat pendidikan formal saja, melain-kan perilaku yang mereka dapatmelain-kan kebanyakan di dapat dari luar tempat pendidikan formal seperti halnya lingkungan tempat tinggalnya (Proverawati, 2012). Hal yang penting dalam perilaku kebiasaan kesehatan adalah masalah pembentukan peri-laku karena perubahan periperi-laku me-rupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penun-jang program-program kesehatan la-innya termasuk halnya perilaku men-cuci tangan. Tindakan atau perilaku merupakan respon terhadap rang-sangan yang bersifat aktif, dan dapat diamati. Setelah seseorang menge-tahui stimulus objek kesehatan, sese-orang juga dapat menerapkan peri-laku kebiasaan cuci tangan sebagai kewajiban sebelum dan setelah mela-kukan aktivitas sebagai pencegahan penyakit.

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Apriany (2012) yang menyatakan bahwa mencuci tangan adalah salah tindakan sanitasi dengan member-sihkan tangan dan jari jemari meng-gunakan air mengalir dan sabun, dan hasil penelitian yang dilakukan me-nunjukkan adanya perbedaan peri-laku mencuci tangan sebelum dan se-sudah.

3. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Sebelum Pada Kelompok Intervensi dan Ke-lompok Kontrol Sebelum

Hasil penelitian diperoleh rata-rata perilaku mencuci tangan dengan

(9)

50 air bersih dan sabun kelompok

inter-vensi dan kelompok kontrol sebelum didapatkan hasil statistik uji Mann-Whitney didapatkan nilai p value pe-ngetahuan 0,698, sikap 0,924, tindakan 0,929 (p value > 0,05) arti-nya tidak terdapat perbedaan yang signfikan perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum pada kelompok intervensi dan kontrol di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun tergolong rendah, karena bebe-rapa faktor seperti tingkat penge-tahuan, sikap dan tindakan yang rendah. Temuan ini sejalan dengan studi Bambang Murwanto (2017) bah-wa sebagian besar variabel bersifat baik (> 50%), kecuali variabel persep-si dan peranan petugas kesehatan yang bersifat buruk (< 50%), dan hanya variabel peranan guru dan peranan teman yang mempunyai hu-bungan bermakna terhadap perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

4. Perbedaan Nilai Rata-rata Peri-laku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Sebelum pada Kelompok Intervensi dan Ke-lompok Kontrol Setelah.

Hasil penelitian diperoleh rata-rata perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kelompok inter-vensi dan kelompok kontrol setelah didapatkan berbedaan nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap, tindak-an). Hasil statistik uji Mann-Whitney didapatkan nilai p value 0,000 (p value ≤ 0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan perilaku mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok intervensi dan kontrol di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang tahun 2019.

Peningkatan pengetahuan masy-rakat mengenai cuci tangan yang terjadi dalam penelitian ini tidak ter-lepas dari upaya pendidikan kese-hatan yang dilakukan yaitu dengan metode ceramah, dan tanya jawab. Hal ini dilakukan dengan pertim-bangan pendapat Efendi (2008) bahwa setiap orang memiliki tang-gapan yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang mempunyai potensi ber-pengaruh terhadap proses belajar adalah minat dari seseorang terhadap materi yang disampaikan. Hal te-rsebut didukung dengan pendapat Suliha (2009) yang menyatakan bah-wa tujuan pendidikan kesehatan ada-lah untuk mengubah perilaku indivi-du, kelompok, dan masyarakat menu-ju hal-hal yang positif secara teren-cana melalui proses belajar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusmawati (2006) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pe-ngetahuan anak tentang diare di-dapatkan hasil bahwa masyarakat se-sudah diberikan pendidikan kese-hatan pengetahuanya lebih baik dibandingkan pengetahuan masya-rakat sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Apriany, 2012. Pemberian pendidikan kesehatan merupakan salah satu proses belajar yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Proses ini berorientasi pada peningkatan

derajat kesehatan yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. E.journal 2012

(10)

51

A.Proverawati, dan E.Rahmawati, 2012. dalam buku (PHBS) Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Yogyakarta. Nuha Medika.

Azwar, 2005. Dalam Buku Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha medika (2014). Halaman: 71

Depkes, 2009. Pedoman umum cuci

tangan pakai sabun.

http://www.Depkes.go.id. Diakses pada tanggal 26 februari 2019

Depkes, 2013. Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat. Jakarta: Departemen Kwsehatan RI Dinas Kesehatan, 2009. Profil kesehatan

Indonesia. Jakarta: 2009. http://whqlibdoc.who.int/publicatio ns/2008/9789241596657eng.pdf. Kusmawati, 2006 tentang pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak tentang diare. E-journal 2006

Mubarak, 2009. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas Dalam Buku Aku Perawat Komunitas. Yogyakarta: Gava Medika

Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta

Notoadmojo, s. 2010. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Panata jum, 2018. Aku Perawat Komunitas. Yogyakarta: Gava Medika.

Permata Paramita, 2010. Hubungan t i n g k a t p en g e t a h u a n t en t a n g d i s m i n o r d e n g a n p e r i l a k u penanganan disminore paa siswi SMK YPKK 1 sleman Ypgyakarta. Septi Ardianty, 2019. Dosen Program Studi

Ilmu Keperawatan Stikes

Muhammadiyah Palembang.

Trilia, 2019. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Palembang.

Widiyanto, 2014. Keperawatan komunitas. Y o g y a k a r t a . N u h a M e d i k a . WHO, 2009. Ilmu keperawatan komunitas

konsep dan aplikasi. Buku 2. Jakarta: Salemba merdeka.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati dengan judul Hubungan Pola Asuh Gizi dengan perkembangan bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Pagar

Meskipun telah ada pengaturan yang jelas dan baik bagi proses produksi barang/jasa, tetap saja perselisihan menjadi hal yang sering terjadi. Maka jawaban

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko di setiap tahapan pekerjaan pada proyek EPC yang berdampak signifikan terhadap

Saham merupakan instrumen pasar modal yang paling popular di masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu

Mebaca bersuara Membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat Menceritakan isi teks yang dibaca atau.. Membaca teks yang sudah

Untuk investasi penambahan orang, dimana deskripsi pekerjaan orang yang ditambahkan adalah menggantikan pekerjaan system engineer dari fase penyusunan project calculation

• FTP (File Transfer Protocol) protocol yang memfasilitasi transfer text atau file binary (encode format standar) antara FTP server dan client • Software misal: Microsoft

Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Capaian output dan realisasi anggaran pada triwulan ID sebesar 100%, untuk belanja pegawai selama