• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Erna Kristianti NIM. ST14023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Erna Kristianti NIM. ST14023"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG

PERAWATAN KHUSUS RSUD dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Erna Kristianti

NIM. ST14023

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

(2)

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG

PERAWATAN KHUSUS RSUD dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Erna Kristianti

NIM. ST14023

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

(3)

ii

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG

PERAWATAN KHUSUS RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Oleh : Erna Kristianti

NIM. ST14023

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 28 Juli 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

bc. Yeti Nurhayati, M.Kes NIK: 201378115

Ns.Aria Nurahman Hendra K,M.Kep NIK:201387104

Penguji

Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep NIK: 201284113

Surakarta, 28 Juli 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep NIK: 200680021

(4)

iii Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Erna Kristianti

NIM : ST14023

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau diplubikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 28 Juli 2016 Yang membuat pernyataan

(Erna Kristianti) NIM. ST14023

(5)

iv

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, kesulitan maupun hambatan tersebut dapat terlewatkan. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi lanjut Program Studi S-1 Keperawatan.

2. bc. Yeti Nurharyati, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah memberikan arahan, masukan, dorongan, saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ns. Aria Nurrahman Hendra K,M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang telah memberikan saran, transfer ilmu dan masukan demi sempurnanya skripsi ini.

4. Terima kasih kepada para responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan siap dihubungi setiap saat demi kepentingan penelitian.

(6)

v penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca

Surakarta,…Juli 2015

(7)

vi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTAK ... xi

ABSTRACK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Tinjauan Teori ... 7

2.2. Keaslian Penelitian ... 27

2.3. Kerangka Teori... 28

2.4. Kerangka Konsep ... 29

(8)

vii

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30

3.2. Populasi dan Sampel ... 30

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 32

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 33

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 38

3.7. Etika Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Analisis Univariat... 43

4.2. Analisis Bivariat ... 47

BAB V PEMBAHASAN ... 49

5.1. Karakteristik Responden ... 49

5.2. Tingkat Stres Pada Perawat di Ruang Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri... 53

5.3.Tingkat Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Ruang Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 55

5.4.Hubungan Stres Kerja dengan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri... 58

BAB VI PENUTUP ... 61

6.1. Simpulan ... 61

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN

(9)

viii

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1. Keaslian Penelitian ... 27

Tabel 3.1. Distribuasi Sampel ... 32

Tabel 3.2. Definisi Operasional ... 33

Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Kinerja Perawat ... 36

Tabel 3.4. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 41

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 43

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 44

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 44

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 45

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Stres Kerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 46

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Kinerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ... 45

Tabel 4.7. Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri... 46

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori ... 28 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

(11)

x

Nomor Lampiran Judul Keterangan Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Permohonan Penelitian dari STIKes Kusuma Husada Surakarta

Lampiran 2 Surat Rekomendasi dari Kesbanglimas Kabupaten Wonogiri Lampiran 3 Ijin Penelitian dari Direktur RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6 Instrumen Penelitian

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Penelitian, Analisis Data dan Output SPSS Analisis Data

Lampiran 8 Jadwal Penelitian Lampiran 9 Lembar Konsultasi Lampiran 10 Lain-lain

(12)

xi

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Erna Kristianti

Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD

dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Abstrak

Stres merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik. Beban kerja perawat di ruang perawatan khusus akan menimbulkan stres kerja dan berdampak pada kinerjanya. Selain harus menghadapi beban pekerjaan fisik, perawat di ruang khusus juga mengalami beban mental yang berat karena harus menghadapi pasien kritis yang segera mendapatkan penanganan secara cepat. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan desain cross sectional. Populasi seluruh perawat di Perawatan Khusus yang meliputi ruang ICU, Peristi, IGD dan RR (Recovery Room) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 69 perawat, sampel sebanyak 69 perawat dengan menggunakan Total sampling. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Sedangkan analisis data menggunakan uji Spearman.

Berdasarkan analisis data dengan uji analisis Spearman dengan derajat kemaknaan ≤ 0,05 (5%), didapatkan nilai rs= -0,429 dan probabilitas (p) sebesar 0,000 maka disimpulkan ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Disarankan kepada RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri diharapkan agar menurunkan beban kerja perawat di Ruang Perawatan Khusus dengan menambah jumlah perawat, kepada perawat bisa belajar untuk mengendalikan stres yang pada umumnya sering di rasakan perawat sehingga perawat bisa lebih baik dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan, bagi peneliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut tentang stres kerja perawat dan apa-apa saja faktor yang dapat mencegah perawat untuk terkena stres kerja.

Kata kunci : Kinerja, Stres Kerja, Perawat Daftar Pustaka : 40 (2005-2014)

(13)

xii Erna Kristianti

The Relationship between Stress at Work and Nursing Documentation Performance of Nurses at Special Treatment Rooms of dr. Soediran Mangun

Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri

Abstract

Stress is a complex and unique phenomenon. Nursing workloads of nurses at special treatment rooms may lead to stress at work and give effects to the nursing performance. In addition to the physical workloads, the nurses also have to experience heavy mental workloads since they are required to deal with critical patients who need to be handled immediately. This research aims at finding out the relationship between stress at work and nursing documentation performance of nurses at special treatment rooms of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri.

The research belongs to correlational study with cross sectional design. The population includes all 69 nurses serving at special treatment rooms, including Intensive Care Unit (ICU), high-risk perinatal room, Emergency Room (ER), and Recovery Room (RR) of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. Samples were selected using total sampling technique and data were collected using questionnaires and later analyzed using Spearman test.

Data analysis using the aforementioned test with the significance level of ≤ 0.05 (5%) results in rs value of -0.429 and probability (p) of 0.000. Thus, the research concludes that there is a relationship between stress at work and nursing documentation performance of nurses at special treatment rooms of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri.

It is suggested that hospital managers reduce the workloads of nurses serving at the special treatment rooms by adding more nurses. Furthermore, the nurses need to learn ways to control stress, so that they can have better nursing documentation performance. Finally, other researchers are suggested to conduct further research on stress at work experienced by nurses and factors dealing with the stress prevention.

Keywords : working performance, stress at work, nurses Bibliography : 40 (2005-2014)

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Kepmenkes No.836 tahun 2005). Peran yang paling menonjol di rumah sakit adalah perawat, karena perawat merupakan tenaga yang paling lama kontak dengan pasien dibanding dengan tenaga-tenaga yang lain. Pelayanan keperawatan terdiri dari perawatan langsung dan tidak langsung (Haryani, 2008).

Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari pembangkit stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja (Munandar, 2007).

Stres merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik. Stres dalam hal ini digambarkan sebagai kekuatan yang menimbulkan tekanan-tekanan dalam diri, stres dalam pendekatan ini muncul jika tekanan yang dihadapi melebihi batas normal (Helmi, 2007).

(15)

Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan pekerjaan, berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga keadaannya menyimpang dari normal (Bernardin cit Anonim, 2007). Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berpengaruh dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien dan kegagalan merawat (Abraham & Shanley, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizpour (2013) menunjukkan bahwa penyebab stres kerja perawat di RR (Recovery Room) adalah beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang beresiko, waktu pembedahan yang menekan, hal tersebut menunjukan stres yang berhubungan dengan aktivitas dan lingkungan fisik. Sedangkan hubungan dengan dokter dan teman sejawat karena komunikasi buruk dapat menyebabkan stres yang berhubungan dengan mental.

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat di ruang khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor personal/individu (pengetahuan, skill, kemampuan, motivasi, komitmen, psikologis), faktor kepemimpinan (kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader), Faktor tim (dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim), faktor sistem (sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

(16)

yang diberikan organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja organisasi) dan faktor kontekstual/situasional (tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal) (Wirawan, 2009).

Penilaian asuhan keperawatan yang baik adalah terdapat catatan pada setiap tahap dari 5 tahap asuhan keperawatan di lembar rekam medis yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Dengan dokumentasi, dapat dilihat catatan perkembangan pasien dan evaluasi apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai atau belum dengan standar yang dipakai atau dengan kata lain, dokumentasi merupakan bukti otentik kualitas asuhan keperawatan. (Puji Utami, 2013).

Stephen P. Robbins (2011) mengatakan bahwa bukti menunjukkan bahwa stres dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap kinerja karyawan. Bagi banyak karyawan, tingkatan stres yang rendah hingga menengah memungkinkan karyawan untuk menunaikan pekerjaan secara lebih baik dengan cara meningkatkan intensitas kerja, kesiagaan, dan kemampuan beraksi karyawan.

Di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri terdapat Ruang Perawatan Khusus yaitu: 1) ICU (Intensive Care Unit) terdapat fasilitas 10 tempat tidur, 10 monitor vital sign, alat-alat pendukung basic live support, rata-rata pasien ICU 8 pasien perhari, dan jumlah perawat 17 orang; 2) Ruang Peristi (Perinatal Resiko Tinggi) dan PICU terdapat 17 tempat tidur, rata-rata 11 pasien perhari dengan jumlah perawat sebanyak 21 orang; 3)

(17)

IGD (Instalasi Gawat Darurat) dengan rata-rata 40 pasien perhari dan jumlah perawat 20 orang; 4) RR (Recovery Room), rata-rata pasien operasi perhari 14 pasien dan jumlah perawat yang ada sebanyak 13 orang.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 perawat di ruang perawatan khusus dijumpai 6 perawat mengalami stres kerja dan 4 orang tidak. Dari hasil observasi terhadap stres perawat dijumpai 6 perawat merasa bingung, sering meningggalkan pekerjaan, terlihat kurang tidur, dan mudah marah. Dari hasil pengamatan tentang pengisian kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di tiap ruangan khusus secara kualitas dan kuantitas masih kurang, banyak perawat yang tidak melaksanakan dokumentasi keperawatan secara benar dan lengkap. Secara prosentasi kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan adalah ICU sebesar 65,4%, PICU 71,5%, IGD 42,2% dan RR hanya 23,6%.

Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji tentang hubungan tingkat stres dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan “Adakah hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri?”

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

1.3.2.Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.2.1. Mengidentifikasi karakteristik perawat di ruang khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja.

1.3.2.2. Mengidentifikasi tingkat stres pada perawat di ruang khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

1.3.2.3. Mengidentifikasi tingkat kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

1.3.2.4. Menganalisis hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Manfaat bagi rumah sakit

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan, serta membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan ruang khusus sehingga meminimalkan terjadinya stres terhadap perawat.

1.4.2.Manfaat bagi Perawat

Memperoleh gambaran nyata tentang stres kerja terhadap kinerja pada perawat sehingga dapat mempengaruhi perawat dalam mengelola stres kerja sehingga tidak mengurangi kinerja.

1.4.3.Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang stres kerja yang berpengaruh terhadap kinerja pada perawat dalam asuhan keperawatan bagi mahasiswa jurusan kesehatan, khususnya mahasiswa keperawatan.

1.4.4.Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis tentang stres kerja dan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan serta sebagai pengembangan penelitian lain.

1.4.5.Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu yang didapatkan dalam perkuliahan di program studi ilmu keperawatan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori 2.1.1.Perawat

2.1.1.1.Definisi Perawat

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu jenis tenaga kesehatan adalah tenaga keperawatan.

Perawat adalah seorang yang telah mampu menempuh serta lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2008).

Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral. Hal ini dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan pada program pendidikan Ners (Nursalam, 2007).

(21)

2.1.1.2.Klasifikasi pendidikan perawat

Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan saat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.

Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan Level KKNI, jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat.

(22)

2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister, doktor.

3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep)

2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat sebutan Ners(Nurse), sebutan gelarnya (Ns)

3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep).

4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB) b. Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat) c. Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom) d. Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak) e. Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)

(23)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai berikut:

1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5 2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7 3. Magister keperawatan - Level KKNI 8 4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8 5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9

2.1.1.3.Fungsi Perawat

Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatan perawatan.

Dalam prakteknya, fungsi perawat terdiri atas tiga fungsi, yaitu: independen, interdependen, dan dependen (Praptianingsih, 2007). 1. Fungsi Independen

Fungsi independen perawat adalah those activities that are

considered to be within nursing’s of diagnosis and treatment. Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah:

a. Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara fisik untuk menentukan status kesehatan.

(24)

b. Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk memelihara atau memperbaiki kesehatan.

c. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari. d. Mendorong untuk berperilaku secara wajar.

2. Fungsi Interdependen

Fungsi interdependen perawat adalah carried out conjuction with other health team members. Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai sesama tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya.

3. Fungsi dependen

Fungsi dependen perawat adalah the perfomed based on the

physician’s order. Dalam fungsi ini, perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab

(25)

dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.

2.1.1.4.Peran Perawat

Peran Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam ssstem, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolabolator, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2007).

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. (Hidayat, 2007)

(26)

2.1.2. Standar Asuhan Keperawatan

Menurut Nursalam (2007) bahwa standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk menilai pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan telah di jabarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2000 yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi:

2.1.2.1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data psikologis, biologis, sosial dan spiritual. Kriteria pengkajian keperawatan meliputi :

1. Status kesehatan klien masa lalu 2. Status kesehatan klien saat ini

3. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual 4. Respon terhadap terapi

(27)

6. Resiko-resiko tinggi masalah 2.1.2.2. Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Kriteria diagnosis keperawatan meliputi :

1. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosis keperawatan.

2. Diagnosis keperawatan terdiri atas masalah (P), penyebab (E), dan tanda gejala (S), atau terdiri atas masalah dan penyebab (PE).

3. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.

4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

2.1.2.3. Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria perencanaan keperawatan meliputi :

1. Perencanaan terdiri atas penerapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.

2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

(28)

3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

4. Mendokumentasi rencana keperawatan. \ 2.1.2.4. Implementasi Keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteri implementasi meliputi : 1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. 2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. 4. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

5. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respons klien.

2.1.2.5. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemampuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kriteria evaluasi keperawatan meliputi :

1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus.

2. Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

(29)

3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. 4. Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan.

5. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah. Standar adalah deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai.

2.1.3.Kinerja

2.1.3.1.Pengertian Kinerja

Menurut Wirawan (2009), konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja dalam bahasa Inggris adalah Performance dalam bahasa Indonesia diistilahkan performa. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

Menurut Prawirosentono, kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman, 2011 dalam Puji Utami, 2013).

(30)

2.1.3.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: menurut Wirawan (2009) terdiri dari faktor internal, lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal.

1.1Faktor Internal

a. Faktor bawaan dari lahir seperti bakat, sifat pribadi, kreativitas, keadaan fisik serta psikologis.

b. Faktor yang diperoleh: pengetahuan, ketrampilan, kompetensi, pengalaman kerja, stres kerja, etos kerja dan motivasi kerja.

2.1Faktor-faktor lingkungan internal organisasi meliputi kebijakan organisasi, sistem managemen, strategi komunikasi organisasi, kepemimpinan, kompensasi, budaya organisasi, iklim organisasi dan teman sekerja.

3.1Faktor eksternal yang terkait dari lingkungan seperti kehidupan ekonomi, kehidupan politik, sosial, budaya, agama dan kompetitor. 2.1.3.3.Pengukuran Kinerja

Mangkunegara (2009) model penilaian kinerja yaitu: 1. Penilaian sendiri

Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengukur dan memahami perbedaan individu. Akurasi didefinisikan sebagai sikap kesepakatan antara penilaian sendiri dan penilaian lainnya. Penilaian sendiri biasanya digunakan

(31)

pada bidang sumber daya manusia seperti: penilaian, kinerja, penilaian kebutuhan pelatihan, analisa peringkat jabatan, perilaku kepemimpinan dan lainnya. Penilaian sendiri atau dipengaruhi oleh sejumlah faktor kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan sosio demografi seperti suku dan kependidikan. Dengan demikian tingkat kematangan personal dalam menilai hasil karya menjadi hal yang patut diperhatikan.

2. Penilaian atasan

Pada organisasai pada kematangan tingkat majemuk, personal biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk dilakukan oleh supervisor atau atasan langsung. 3. Penilaian mitra

Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang mempunyai otonomi yang cukup tinggi. Dimana wewenang pengambilan keputusan pada tingkat tertentu telah didelegasikan oleh manajemen kepada anggota kinerja kelompok kerja. Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota kerja kelompok dan umpan balik untuk personal yang dinilai yang dilakukan oleh komite kerja dan bukan oleh supervisor.

4. Penilaian bawahan

Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal. Program ini meminta kepada manajer untuk dapat menerima

(32)

penilaian bawahan sebagai umpan balik atas kemampuan manajemen karyawan.

2.1.3.4.Alat ukur dan indikator kinerja perawat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang disusun oleh Tim Depkes RI tahun 2005, yang telah dimodifikasi oleh penulis. Adapun cara penilaian penggunaan instrumen dalam penelitian ini adalah bila aspek yang dinilai sesuai dengan Standar Asuhan keperawatan maka diberi tanda “√”. Analisis data dilakukan secara manual yaitu berdasarkan skore atau hasil penjumlahan jawaban nilai “√” yang didapat dengan perhitungan rumus sebagai berikut:

% 100 dinilai yang aspek Jumlah nilai Total Prosentase= x

Hasil akhir dari skore dihitung prosentasenya untuk masing-masing aspek sesuai kelengkapan dokumentasi proses keperawatan pada rekam medik pasien dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Kurang = nilai < 50% dari total nilai

2. Cukup = nilai 50%-75% dari total nilai

3. Baik = nilai 76%-100% dari total nilai (Depkes RI, 2001)

(33)

2.1.4.Stres

2.1.4.1. Definisi Stres

Stres merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik sehingga banyak pakar berbeda pendapat dalam memberikan defenisi tentang stres, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya terdapat inti persamaannya. Stres dalam hal ini digambarkan sebagai kekuatan yang menimbulkan tekanan-tekanan dalam diri, stres dalam pendekatan inimuncul jika tekanan yang dihadapi melebihi batas normal (Helmi, 2007).

Pendapat lain menurut Hawari (2006), yang dimaksud dengan stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang mana kala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila seseorang sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres, tetapi sebaliknya bila mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami stres.

2.1.4.2. Sumber Stres

Menurut Triantoro (2009), sumber-sumber stresor adalah sebagi berikut:

(34)

1. Beban kerja yang tinggi.

2. Konflik antara pasangan, orang lain atau rekan kerja. 3. Hubungan atasan-bawahan yang buruk.

4. Kondisi lingkungan rumah dan kerja sering bising, panas, bau dan membahayakan jiwa.

5. Kesulitan keuangan.

6. Kerumitan tugas di luar kemampuan karyawan yang mengerjakan. 7. Sakit keras.

2.1.4.3. Gejala

Menurut Helmi dalam Triantoro (2009) ada empat macam reaksi stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir dan tingkah laku. Keempat macam reaksi ini dalam perwujudannya dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Reaksi yang bersifat negatif antara lain: 1. Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti

mudah marah, sedih ataupun mudah tersinggung.

2. Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit ataupun rambut rontok.

3. Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun sulit mengambil keputusan.

(35)

2.1.4.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres perawat

Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa stressor kerja pada perawat sangat bervariasi, antara lain seperti tersebut di bawah ini: menurut Ilmi (2005), stresor kerja pada perawat sesuai urutannya adalah beban kerja berlebih sebesar 82%, pemberian upah yang tidak adil 58%, kondisi kerja 52%, tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan 45%.

Sementara itu, Graytoft dan Anderson (1981) dalam Rosmawar (2009), mengidentifikasi 7 sumber stres pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu: 1) Menghadapi kematian, 2) Konflik dengan dokter, 3) Persiapan yang tidak memadai untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan emosional pasien dan keluarganya, 4) Kurangnya dukungan terhadap staf, 5) Konflik dengan perawat yang lain dan supervisor, 6) Beban kerja berlebih, 7) Ketentuan pengobatan.

Bailey (2008), menambahkan bahwa sumber stres kerja perawat antara lain: kesulitan manajemen, hubungan antar pribadi dengan perawat yang lain, dan staf medis, isu perawatan pasien, pendidikan teknis dan ketrampilan, beban kerja dan isu karir.

Charles, A dan Shanley F. (2007), dalam buku psikologi untuk perawat, menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain: 1. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien,

(36)

merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dan menghadapi keterbatasan tenaga.

2. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.

3. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.

4. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat dalam ketidak sepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga, dan merawat pasien sulit atau tidak bekerjasama. 5. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia,

pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang meninggal selama merawat.

2.1.4.5. Tahapan Stres

Menurut Robert J.Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Hawari (2006) bahwa tahapan stres sebagai berikut:

(37)

1. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot kaku, emosional, insomia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.

4. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical and psyhological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan

(38)

ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.

6. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo, seperti pingsan atau collaps. 2.1.4.6. Dampak akibat stres

Menurut Beehr dalam Supardi (2007), stres akan mempunyai dampak terhadap:

1. Dampak terhadap individu

Dampak stres terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Dampak stres terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik seseorang yang mengalami stres akan mudah terserang penyakit.

Pada gangguan mental stres berkepanjangan akan mengakibatkan ketegangan, hal ini cenderung akan merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada gangguan interpersonal stres akan lebih sensitif terhadap hilangnya rasa percaya diri, menarik diri dan lain-lain.

(39)

2. Dampak terhadap organisasi:

Pekerja yang mengalami stres akan berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan pekerja terganggu berupa kekacauan manajeman dan operasional kerja. Meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang tidak terlaksana.

Redall Schuller dalam Supardi, (2007), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif tenaga kerja yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh tenaga kerja berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi mengalami kecelakaan.

2.1.4.7. Pengukuran Tingkat Stres

Pengukuran tingkat stres menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menggali stres. Kuesioner ini diukur dengan Depression Anxiety Stress Scale (DASS) dari Lovibond dalam Nursalam (2009). Kuesioner stres kerja terdiri dari 50 pertanyaan yang meliputi stres biologis, psikologis dan sosial. Tingkat stres dapat dikategorikan sebagai berikut (Eni Pujiatmi, 2014):

a. Ringan/Waspada: skore 50-117

b. Sedang/ fase resistensi: skore skore 118-185 c. Berat/ fase kelelahan: skore > 185

(40)

2.2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.1. Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

M. Hadi Mulyana (2013) Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon Kuantitatif dengan desain cross-sectional

1. Ada pengaruh yang siqnifikan antara kepuasan kerja 2. Ada pengaruh

supervisi dengan kinerja perawat. 3. Tidak ada pengaruh

kompetensi terhadap kinerja 4. Ada pengaruh motivasi kerja kinerja perawat. Emita Sari (2014) Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Kuantitatif dengan desain cross-sectional

Stres kerja perawat memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Yesi Gustian (2010) Hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan di RSUD Pasaman Barat Kuantitatif dengan desain cross-sectional

Ada hubungan yang

bermakna antara tingkat stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan di RSUD Pasaman Barat

(41)

2.3. Kerangka Teori

Faktor Internal

Lingkungan Internal Organisasi

· Kebijakan organisasi, · Sistem managemen, · Strategi komunikasi organisasi, · Kepemimpinan, · Kompensasi, · Budaya organisasi, · Iklim organisasi · Teman sekerja

Faktor eksternal yang terkait dari lingkungan · Kehidupan ekonomi, · Kehidupan politik, · Sosial, · Budaya, · Agama · Kompetitor

Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Bawaan dari lahir

· Bakat,

· Sifat pribadi,

· Kreativitas,

· Keadaan fisik serta psikologis

Kurang Cukup Baik

Faktor- faktor yang diperoleh

· Pengetahuan · Ketrampilan · Kompetensi · Pengalaman kerja · Etos Kerja · Stres Kerja

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian Sumber: Simamora, Timple dalam Mangkunegara (2006),

(42)

2.4. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep 2.5. Hipotesis

Berikut ini adalah hipotesis penelitian:

Ho : Tidak ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Ha : Ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat di dalam asuhan keperawatan Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Stres Kerja Variabel Dependen Variabel Independen

(43)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian korelasi adalah penelitian dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berbentuk studi korelasi (correlation study) yang pada hakikatnya merupakan penelitian tentang hubungan dua variabel atau lebih pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Pendekatan penelitian dilakukan secara cross sectional yaitu pengumpulan data baik untuk variabel independen (variabel sebab) maupun variabel dependen (variabel akibat) dilakukan secara bersama-sama atau simultan (Notoatmodjo, 2005).

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Perawatan Khusus yang meliputi ruang ICU, Peristi, IGD dan RR (Recovery Room) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yakni sebanyak 69 perawat.

(44)

3.2.2.Sampel

3.2.2.1. Besar sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel yang di ambil adalah perawat di Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 69 perawat.

3.2.2.2. Teknik sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2009). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus (total sampling) karena jumlah populasi kurang 100, maka semuanya diambil sebagai responden, ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) bahwa subyek penelitian kurang dari 100 sebaiknya diambil semua. Teknik ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu karena jumlah populasi hanya 69 responden, sehingga semua populasi diambil semuanya. Distribusi sampel setiap ruangan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Distribusi Sampel

No Ruangan Jumlah Perawat

1 ICU (Wijaya Kusuma) 15

2 Peristi 21

3 IGD 20

4 RR (Recovery Room) 13

(45)

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Ruang Perawatan Khusus meliputi ruang ICU, Peristi, IGD dan RR (Recovery Room) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada 1 September sampai dengan 1 Oktober 2015.

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel satu dengan yang lain, variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel tergantung, akibat, terpengaruh atau variabel dependen dan variabel bebas, sebab, mempengaruhi atau variabel independen (Notoatmodjo, 2005). Variabel penelitian ini adalah variabel independen yaitu stres kerja dan variabel dependen yaitu kinerja.

Ruang lingkup atau pengertian variabel yang diteliti perlu sekali diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoadmodjo, 2005).

(46)

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Skala Data Skor Stres kerja Tingkat stres perawat adalah pengaruh yang ditimbulkan dari efek beban pekerjaanya berupa keluhan dan perasaan yang dialami perawat dari beban kerja tersebut. Kuesioner Jumlah item pertanyaan sebanyak 50 soal

Ordinal Hasil pengukuran stres kerja menggunakan 5 kategori sebagai berikut: 1. Ringan/Waspada:

skore 50-117

2. Sedang/ fase

resistensi: skore 118-185

3. Berat/ fase kelelahan: skore > 185

(Nursalam, 2009)

Kinerja Kinerja adalah proses yang dilakukan perawat pelaksana dalam rangka pencatatan dan pelaporan tentang status kesehatan klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana. Kuesioner Jumlah item pertanyaan sebanyak 29 soal

Ordinal Hasil pengukuran kinerja tersebut menggunakan 2

parameter sebagai

berikut: kurang, cukup dan baik, maka digunakan rumus interval yaitu: 1. Kurang = nilai < 50%

dari total nilai 2. Cukup = nilai

50%-75% dari total nilai 3. Baik = nilai

76%-100% dari total nilai (Depkes RI, 2001)

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1.Alat Penelitian

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum. Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada

(47)

sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pada hal tersebut maka alat pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner stres kerja dan kuesioner kinerja. Kedua kuesioner ini disadur dari Nursalam (2009).

3.5.1.1. Kuesioner stres kerja

Kuesioner ini disadur dari Nursalam (2009) berisi tentang pertanyaan tertutup mengenai stres perawat yaitu responden tinggal memberi tanda “Ö” terhadap alternatif jawaban yang dipilih. Metode penilaian stres perawat menggunakan skala Likert. Kuesioner ini terdiri 50 item pertanyaan dengan 5 alternatif jawaban yaitu:

1 = Tidak pernah terjadi (TP) 2 = Jarang terjadi (JR)

3 = Kadang-kadang terjadi (KD) 4 = Biasanya terjadi (B)

5 = Selalu terjadi(SL)

Dari hasil jawaban tersebut dikategorikan sebagai berikut: Ringan/Waspada = skore 50-117

Sedang/ fase resistensi = skore 118-185 Berat/ fase kelelahan = skore >185

(48)

3.5.1.2. Kuesioner Kinerja

Kuesioner ini berisi pertanyaan tertutup mengenai kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Kuesioner kinerja perawat pelaksana menggunakan skala pengukuran Likert Scale, yaitu pendapat yang dinyatakan dalam berbagai tingkat persetujuan (1 sampai 5 pernyataan) (Nursalam, 2009) terdiri dari 29 item pernyataan dengan 3 alternatif jawaban yaitu: 1) ya, selalu (SL); 2) kadang-kadang (KD); 3) tidak pernah (TP). Pertanyaan dibuat dua tipe yaitu favourable dan unfavourable terhadap objek. Kisi-kisi kuesioner kinerja sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner Kinerja Perawat

No Indikator No Soal Jml Favourable Unfavourable 1. Pengkajian 1,3,4 2 4 2. Diagnosa Keperawatan 5,6,8 7 4 3. Rencana Tindakan 9,10,11 12 4 4. Implementasi 13,15 14 3 5. Evaluasi 16,17,18 19 4

6. Harapan institusi dan profesi

20,22,23,

25,26,29 21,24,27,28 10

Jumlah 20 9 29

3.5.1.1. Uji Validitas

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas, maka kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba/ trial di lapangan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

(49)

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi yaitu apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. (Arikunto, 2006)

Dalam penelitian ini uji validitas tidak dilakukan karena kuesioner stres kerja maupun kuesioner kinerja ini sudah merupakan kuesioner yang sudah baku dan telah teruji validitasnya. Validitas kuesioner kinerja dengan nilai r antara 0,812-0,934 (Eni, 2011). Sedangkan kuesioner kinerja dengan nilai r = 0,911 (Emita Sari, 2014). 3.5.1.2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat (Arikunto, 2006). Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi data yang dikumpulkan meskipun dievaluasi oleh instrumen penelitian berdasarkan perspektif dan teknik yang berbeda. Uji reliabilitas tidak dilakukan terhadap kuesioner stres kerja dan kinerja karena telah menggunakan kuesioner yang sudah baku. Reliabilitas kuesioner kinerja dengan nilai alpha (α) = 0,965 (Eni, 2011), sedangkan uji reliabilitas kuesioner kinerja pada penelitian Emita Sari (2014) adalah nilai

(50)

3.5.2.Metode Pengumpulan Data

Sebelum mengumpulkan data, peneliti merencanakan proses jalannya penelitian, adapun proses tersebut adalah sebagai berikut:

3.5.2.1. Tahap persiapan

Persiapan dimulai pada bulan Juni 2015 sampai awal bulan Agustus 2015. Tahap persiapan ini meliputi pengajuan judul, studi pendahuluan, penyusunan proposal, ujian proposal, revisi. Setelah mendapatkan Surat ijin Penelitian kemudian menyerahkan kepada Kepala Kesbanglimas Kabupaten Wonogiri dilanjutkan kepada Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri untuk mendapatkan persetujuan penelitian. 3.5.2.2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilakukan mulai 1 September sampai dengan 1 Oktober 2015. Dalam tahap pelaksanaan penelitian pada dasarnya adalah pelaksanaan metode pengumpulan data penelitian, yang meliputi kegiatan menemui sumber data dan mendapatkan data dengan menggunakan kuesioner. Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data terhadap responden dan dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang sesuai kriteria Pada tahap ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

(51)

2. Melakukan informed consent dengan cara memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian sekaligus meminta kesediaannya menjadi responden penelitian.

3. Mendampingi responden dalam pengisian kuisioner dan jika ada kesulitan memahami item pertanyaan maka peneliti memberikan penjelasan secukupnya.

4. Setelah semua data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer.

5. Tahap akhir pelaksanaan penelitian ini meliputi: penulisan laporan, konsultasi pembimbing, seminar laporan dan perbaikan laporan.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1.Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan : 3.6.1.1. Proses Editing

Proses editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah ada sehingga jawaban yang diperoleh dapat lengkap. Editing dilakukan di lapangan, bila ada kekurangan atau ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi dan disempurnakan.

(52)

3.6.1.2. Proses Koding

Data yang terkumpul diubah bentuknya ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode untuk memudahkan dalam menganalisis data.

3.6.1.3. Pemindahan Data

Data yang sudah di-koding dipindahkan ke dalam media untuk diolah secara manual dan komputerisasi.

3.6.1.4. Tabulasi

Memindahkan data dari kartu kode ke dalam komputer untuk diolah. Adapun pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi.

3.6.2.Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis statistik sebagai berikut: 3.6.2.1. Analisis Univariat

Dalam penelitian ini yang dilakukan analisis univariat adalah karakteristik responden, variabel stres kerja dan kinerja. Hasil dari analisis univariat ini adalah distribusi dan prosentase dari tiap variabel tersebut dengan rumus menurut Budiarto (2005) sebagai berikut : P =

% 100 x N f Keterangan : f = frekuensi

(53)

3.6.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis. Analisis data ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kinerja. Karena skala data kedua variabel tersebut berupa data ordinal, maka analisis yang tepat dengan menggunakan uji non parametrik salah satunya menggunakan Spearman dengan derajat kemaknaan kurang dari sama dengan 0,05 (5%) yang berarti ada hubungan antara 2 variabel. Adapun rumus Spearman sebagai berikut

(Arikunto, 2006):

(

)

(

1

)

6 1 2 2 -=

å

n n d rhoxy Keterangan :

rho xy : Korelasi tata jenjang

d : Beda antara jenjang tiap subjek n : Banyaknya subjek

Jika nilai tXYhitung > tXYtabel (p-value lebih dari 0,05), maka hipotesis diterima. Sebaliknya, jika tXY hitung < tXY tabel (p-value kurang dari 0,05) maka hipotesis ditolak (Arikunto, 2006).

(54)

Berikut ini adalah tabel interpretasi koefisien korelasi (kekuatan) nilai r:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Koefisien korelasi Penafsiran

0,80 – 1,00 Sangat kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0,40 – 0,599 Cukup kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,200 Sangat rendah 3.7. Etika Penelitian

Etika mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilakukan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat penelitian dan peneliti itu sendiri.

3.7.1. Perijinan

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mendapatkan ijin dari : 3.7.1.1. STIKES Kusuma Husada Surakarta

3.7.1.2. Dinas Kesbangpolimas Kabupaten Wonogiri

3.7.1.3. Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 3.7.2. Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden. Tujuannya adalah sebagai subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia

(55)

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Dalam penelitian ini peneliti memberikan persetujuan kepada responden yang berisi tujuan yang dilakukan peneliti.

3.7.3. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk memjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Dalam penelitian ini nama responden tidak dicantumkan sama sekali. Penulisan nama menggunakan inisial saja baik di lembar persetujuan maupun lembar kuesioner.

3.7.4. Kerahasiaan (Confiedentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti juga menjaga kerahasiaan responden untuk menghargai privasi responden sehingga responden tidak merasa dirugikan (Nursalam, 2009). Kerahasiaan responden dijamin dengan cara menunjukkan surat permohonan menjadi responden.

(56)

43

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai hasil penelitian yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 1 Oktober - 20 November 2015 di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 69 responden.

4.1. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil data penelitian ini mengenai karakteristik responden akan disajikan sebagai berikut:

4.1.1. Karakteristik responden 4.1.1.1. Umur

Sampel pada penelitian ini adalah adalah perawat di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 69 orang. Distribusi umur responden dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

No Kelompok Umur Frekuensi

(Orang) Prosentase (%) 1 20-29 tahun 17 24,6 2 30-39 tahun 43 62,4 3 40-49 tahun 9 13 Jumlah 69 100

(57)

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 43 responden (62,3%), umur 20- 29 tahun sebanyak 17 responden (24,6%) dan umur 40 - 49 tahun sebanyak 9 responden (13%).

4.1.1.2. Jenis Kelamin

Hasildistribusi mengenai jenis kelamin dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis

Kelamin di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

No Jenis Kelamin Frekuensi

(Orang) Prosentase (%) 1 Perempuan 41 59,4 2 Laki-laki 28 40,6 Jumlah 69 100

Dari Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 41 responden (59,4%), dan untuk laki-laki sebanyak 28 responden (40,6%).

4.1.1.3. Pendidikan

Hasildistribusi mengenai pendidikan responden sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut

Pendidikan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

No Pendidikan Frekuensi (Orang) Prosentase (%) 1 SPK 1 1,4 2 D3 45 65,3 3 S1 Kep 23 33,3 Jumlah 69 100

(58)

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagisan besar responden berpendidikan D3 Keperawatan yaitu sebanyak 45 responden (65,3%), S1 Keperawatan sebanyak 23 responden (33,3%) dan yang berpendidikan SPK hanya 1 responden (1,4%).

4.1.1.4. Masa Kerja

Hasil distribusi mengenai masa kerja responden dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

No Masa Kerja Frekuensi

(Orang) Prosentase (%) 1 1-9 tahun 44 63,8 2 10-18 tahun 18 26,1 3 19-27 tahun 7 10,1 Jumlah 69 100

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai masa kerja antara 1-9 tahun yaitu sebanyak 44 responden (63,8%), masa kerja 10-18 tahun sebanyak 18 responden (26,1%) dan paling sedikit responden dengan masa kerja 19-27 tahun sebanyak 7 responden (10,8%).

4.1.2. Stres Kerja

Hasil distribusi jawaban responden mengenai tingkat stres kerja pada perawat dijelaskan pada tabel berikut:

(59)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Stres Kerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

No Stres Kerja Frekuensi

(Orang) Prosentase (%) 1 Ringan/Waspada 31 44,9 2 Sedang/Fase Resistensi 38 55,1 Jumlah 69 100

Dari Tabel 4.5 dan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai stres dalam tingkatan sedang sebanyak 38 responden (55,1%) dan stres tingkatan ringan sebanyak 31 responden (44,9%).

4.1.3. Kinerja

Hasil distribusi jawaban responden mengenai kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Kinerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

No Kinerja Frekuensi (Orang) Prosentase (%) 1 Kurang 9 13 2 Cukup 52 75,4 3 Baik 8 11,6 Jumlah 69 100

Dari Tabel 4.6 dan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kinerja yang cukup baik sebanyak 52 responden (75,4%), kinerja kurang sebanyak 9 responden (13%) dan kinerja baik sebanyak 8 responden (11,6.

(60)

4.2. Analisis Bivariat

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan hubungan stres kerja dengan kinerja perawat di dalam pendokumentasian asuhan keperawatan Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri adalah uji analisis Spearman dengan derajat kemaknaan kurang dari sama dengan 0,05 (5%) yang berarti ada hubungan antara 2 variabel. Analisis Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menganalisis data digunakan sistem pengolahan data dengan bantuan SPSS yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Kinerja

Total Spearman's rho Kurang Cukup Baik

Stres Kerja Ringan/ Waspada 0 24 7 31 s r hitung = -0,429 p = 0,000 % 0 49 77,8 44,9 Sedang/ Fase Resistensi 11 25 2 38 % 100 51 22,2 55,1 Total Jumlah 11 49 9 69 % 100 100 100 100

Tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami stres tahap ringan/waspada mempunyai kinerja kurang tidak ada, kinerja cukup sebanyak 24 responden (77,4%) dan kinerja baik sebanyak 7 responden

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian  Sumber: Simamora, Timple dalam Mangkunegara (2006),
Gambar 2.2. Kerangka Konsep  2.5.  Hipotesis
Tabel 3.1. Distribusi Sampel
Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner Kinerja Perawat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penulisan ini diharapkan nantinya akan memberikaan manfaat bagi semua kalangan pendidik di lembaga sekolah pada umumnya.. Memberikan konstribusi dalam

Pada model prey-predator udang windu di simulasikan mengunakan metode Adam Bashforth- Moulton orde empat menunjukkan bahwa banyaknya populasi udang windu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik pekerjaan, kompensasi dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan dealer di Purbalingga baik secara

Implikasi teoritis tersebut memberikan implikasi praktis di dunia pendidikan diantaranya berupa: a) Kurikulum integrasi sangat membantu diterapkan di sekolah yang memiliki

ada landasan hukum yang secara eksplisit memerintahkan moratorium tersebut (walaupun secara implisit hal tersebut dirumuskan dalam TAP MPR RI No. IX/MPR/2001,

Harta yang abadi terbuka bagi mereka yang telah ditebus, tetapi 144.000 orang ini, sebagai pengantin, akan merasakan sebuah kedekatan istimewa dengan Sang Juruselamat..

Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Semarang merupakan Unit Pelaksanaa Teknis (UPT) yang salah satu tugasnya me monitoring spectrum frekuensi radio

Frekwensi sakit pada anak balita stunting tergolong tinggi meskipun durasinya hanya sekitar 2-3 hari, dan pola makan anak masih banyak yang tergolong kurang baik terutama