TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Lele Dumbo
2.1.1.Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )
Lele dumbo (C. gariepinus) adalah ikan hasil kawin silang antara induk betina C. fuscus yang berasal dari Taiwan dengan jantan C. mossambius dari Afrika (Santoso,1994). Menurut Saanin (1984;1995), klasifikasi ikan lele
dumbo adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidae
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
Lele dumbo memiliki ciri-ciri khusus diantaranya bentuk tubuh yang
memanjang, bagian badan yang tinggi, dan memipih kearah ekor, tidak memiliki
sisik, permukaan tubuh yang licin serta berlendir, kepala gepeng, mulut lebar tidak
bergigi, dan terdapat empat pasang sungut (Soetomo, 2007).
sirip berpasangan. Sirip tunggal terdiri dari sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur yang berfungsi sebagai alat bantu berenang. Sirip yang berpasangan
meliputi sirip dada dan perut.Sirip dada pada lele dumbo berbentuk agak
memanjang dengan ujung meruncing dan dilengkapi dengan sepasang duri yang
disebut dengan patil.
Seperti halnya ikan, lele dumbo bernafas dengan insang. Menurut
Puspowardoyo (2003) dalam Apriyanti (2011), insang pada lele dumbo berukuran kecil dan terletak kepala bagian belakang oleh karena itu pada lele dumbo
memiliki alat pernafasan tambahan yaitu arborescent organ. Alat pernafasan tambahan berwarna kemerahan dan memiliki bentuk seperti tajuk pohon rimbun
yang penuh dengan kapiler - kapiler darah.
2.2. Bakteri Aeromonas hydrophila
Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk basil, dan bersifat motil. A. hydrophila memiliki panjang sekitar 1,0-3,5 µm serta memiliki diameter sekitar 0,3-1,0 µm (Holt et al., 1994). Klasifikasi A. hydrophila
menurutHolt et al. 1994, sebagai berikut :
Phylum : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas hydrophila
Bakteri A. hydrophila menyebabkanpenyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) yang menyerang beberapa ikan air tawar salah satunya lele dumbo. A. hydrophila dapat menyerang ikan dengan kualitas air yang buruk dan mengandung bahan organik (Irianto, 2005). Menurut Irwan (2000), A. hydrophila
dapat hidup optimal pada suhu 25-30°C dan pH 5,5-9. Kondisi air yang tidak baik
disebabkan perubahan suhu yang tidak menentu, kadar oksigen rendah, selain itu
terlalu banyaknya populasi ikan dalam budidaya yang memicu kondisi stres pada
ikan (Irianto, 2005).
Selain itu bakteri A. hydrophila menyerang ikan dengan menjadi patogen setelah inang terinfeksi parasit lain atau ketahanan tubuh inang menurun (Camus
et al., 1998; Cipriano, 2001). Ikan yang terjangkit penyakit MAS yang disebabkan oleh A. hydrophila pada bagian eksternal ditandai dengan insang dan tubuh ikan pucat, terdapat bercak merah (haemoragik) pada bagian-bagian tubuh, borok,
lendir yang banyak, sirip geripis, perut kembung atau bengkak, sedangkan pada
bagian internal ditandai dengan ginjal dan hati berwarna merah pucat, merah
kehitaman hingga kecoklatan, lambung pucat kecoklatan, haemoragik, bengkak,
dan usus pucat, berisi cairan kuning (Mulia, 2005).
isolat dari A. hydrophila yang memiliki variasi sifat biokimia yang berbeda (Triyanto et al., 1997). Perbedaan variasi biokimia pada isolat A. hydrophila yaitu pada produksi gas, glukosa, laktosa, manitol, dulkitol, sorbitol, arabinosa, adonitol,
dan raffinosa (Kamiso et al., 1996). Salah satu jenis isolat dari A. hydrophila
adalah strain GPl-02 dan GPl-03. GPl merupakan singkatan dari gurami pliken
yang artinya isolat yang berasal dari ginjal ikan gurami yang terkena A. hydrophila di daerah Pliken Banyumas (Mulia, 2007). Menurut Mulia (2007), perbedaan karakteristik antara GPl-02 dan GPl-03 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2.Karakteristik bakteri Aeromonas hydrophila isolat GPl-02 dan GPl-03
Karakteristik GPl-02 GPl-03
Morfologi Koloni
4. Flagela (motilitas)
Sifat biokimia
• Oksidase
• Katalase
• Motilitas
• Produksi Indol
• Ornithine decarboxylase
• O/F
• TSIA/Produksi H2S
• Novobiocin
• O/129
• Simmons citrate
• Methyl red
• Hydrolisis gelatin
• Laktosa, asam
• D-Manosa, asam
• D-Manosa, gas
• D-Mannitol, asam
• D-Mannitol, gas
• D-Glukosa, asam
• D-Glukosa, gas
• Dextrosa, asam
• Dextrosa, gas
Keterangan : + = 90% atau lebih strain adalah positif, - : 90% atau lebih strain adalah negatif, F : fermentasi, S : sensitif, R : resisten.
Menurut Mulia (2007), isolat bakteri A.hydrophila strain GPl-02 dan GPl-03 merupakan salah satu isolat yang dapat menyerang ikan air tawar dan
mampu menyebabkan kematian 100% pada ikan. Bakteri A. hyrophila strain GPl-02 dan GP-03 tergolong strain yang memiliki tingkat keganasan yang tinggi
sehingga perlu dilakukan pencegahan untuk menangulangi keganasan dan
2.3. Vaksin
Menurut Tizard (1982), vaksin merupakan organisme yang dapat
menyebabkan penyakit yang dilemahkan atau dimatikan, sedangkan vaksinasi
adalah pemberian antigen (vaksin) pada hewan dengan maksud untuk merangsang
tanggap kebal protektif.
Vaksin merupakan antigen yang dibentuk khusus dan dengan sengaja
dimasukkan ke dalam tubuh ikan untuk dapat meningkatkan sistem imun atau
sistem kekebalan tubuh (Mulia, 2003). Vaksinasi merupakan salah satu cara yang
dilakukan untuk mendapatkan ikan yang bebas dari penyakit.Menurut Adam et al.
(1993), ikan yang divaksinasi memperlihatkan suatu kekebalan tubuh yang baik
terhada furunculosis, dimana tingkat kematian mencapai 25% dibandingkan
dengan yang tidak divaksinasi dengan tingkat kematian mencapai 75%.
Vaksin dibuat dari sel bakteri.Vaksin dari bakteri A. hydrophila dapat berupa debris dan sitoplasma. Menurut Nurhayati (2003), respons imun yang diperoleh dari vaksin debris jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan vaksin sitoplasma sel A. hydrophila.
Vaksin sitoplasma berbentuk cairan.Pembuatan vaksin sitoplasma sel
diperoleh dengan memisahkan atau pemecah bakteri melalui sentrifuse.Vaksin
bakteri A. hydrophila (Mulia, 2003). Vaksinasi pada ikan dapat dilakukan dengan cara suntik, randaman dan oral (Mulia, 2006). Namun cara vaksinasi melalui
injeksi atau suntik sangat efektif untuk menghasilkan respon kekebalan (antibodi)
pada ikan (Ward, 1982dalam Indrianita, 2012).
2.4. Imunogenisitas
Imunogenesitas merupakan peningkatan respons tubuh dengan
memanfaatkan zat-zat.Zat-zat yang mampu meningkatkan respons dalam tubuh
yaitu antigen atau imunogen (Subowo, 1993). Sistem pertahanan tubuh ikan
terdiri dari dua macam yaitu sistem pertahanan nonspesifik dan spesifik.
1. Pertahanan Nonspesifik
Sistem pertahanan nonspesifik dapat berfungsi untuk melawan segala jenis
patogen bersifat permanen diturunkan kepada anaknya, dan tidak perlu adanya
rangsangan. Pada ikan, pertahanan pertama untuk melawan patogen terdapat pada
permukaan tubuh cara fisik daerah permukaan tubuh dapat menghambat
masuknya patogen kedalam tubuh ikan meliputi mukus kulit insang dan saluran
gastrointestinal (Ellis, 1988).
2. Sistem Pertahanan Spesifik
Sistem pertahanan spesifik merupakan sistem pertahanan dengan
mempertahankan diri terhadap penyakit dengan cara merangsang sistem
contohnya vaksinasi (Ellis, 1988). Menurut Noble & Noble (1989), sistem
pertahanan spesifik dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem pertahanan seluler
atau cellmediated immunity (CMI) serta sistem pertahanan humural. Sistem pertahanan homural merupakan sistrm pertahanan yang dapat memproduksi
antibodi
2.5. Kualitas Air
Faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan salah satunya adalah
kualitas air. Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak akan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ikan dan kelulusan hidup ikan.
2.5.1. Suhu
Suhu sangat berpengaruh dalam sistem metabolisme tubuh karena ikan
merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Sehingga ikan sangat
bergantung pada suhu. Apabila suhu air rendah, maka nafsu makan pada ikan akan
berkurang dan ikan tidak banyak bergerak, sedangkan apabila suhu air tinggi akan
mudah terserang penyakit (Pamunjtak, 2010). Menurut Soetomo (2007),
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo berkisar antara 25-30°C,
sedangkan untuk suhu optimum untuk pertumbuhan benih lele dumbo antara
2.5.2. Derajat Keasaman
Derajat keasaman (pH), adalah sebagai salah satu parameter kualitas air.
Aktivitas ikan dapat memproduksi asam dalam air dan akan menyebabkan pH
pada air menurun, dan kolam yang tidak diganti juga dapat menyebabkan
penurunan pH (Lesmana, 2001).
Menurut Lesmana (2001), adanya pH yg rendah dapat menyebabkan daya
racun dan amoniak menjadi lebih tajam. Pada perairan yng memiliki pH 4-5, ikan
tidak tidak dapat bereproduksi bahkan dapat menimbulkan kematian.Untuk dapat
mempertahankan pH air tidak mengalami perubahan perlu dilakukan pergantian
air secara teratur.Hal tersebut agar air tidak banyak mengandung asam yang
dihasilkan oleh ikan itu sendiri dan sisa-sisa makanan. Menurut Bachtiar (2007),
pH yang baik untuk budidaya lele dumbo yaitu kisaran 6,5-8.
2.5.3. Dissolved Oxygen (DO)
Setiap organisme memiliki kebutuhan oksigennya bervariasi.Meskipun
ikan lele memiliki insang yang digunakan sebagai alat bernafas dan alat tambahan
pernafasan dalam kehidupan, ikan tetap memerlukan oksigen untuk pembakaran
gunakan untuk beraktivitas seperti berenang, pertumbuhan, dan reproduki
(Zonneveld et al, 1991). Rendahnya pH dalam air akan mengakibatkan ikan menjadi setres, mudah terserang penyakit, dapat memperlambat tumbuhan yang
Ikan yang hidup pada kondisi oksigen dibawah 4 ppm, nafsu makan akan
menurun sehingga pertumbuhan terhambat (Afrianto & Liviawaty, 1994).
Menurut Mulyanto (1992), kandungan oksigen yang optimal dalam air untuk
pertumbuhan lele dumbo yaitu 5 ppm dan akan lebih baik jika konsentrasi oksigen
terlarut 7 ppm. Sedangkan kandungan oksigen untuk pertumbuhan benih ikan lele