• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Karakter Tanggung Jawab a. Pengertian Karakter - UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM BESERTA DAMPAKNYA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Karakter Tanggung Jawab a. Pengertian Karakter - UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERISTIWA ALAM BESERTA DAMPAKNYA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING KELAS "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Karakter Tanggung Jawab

a. Pengertian Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia dalam bentuk tindakan maupun tingkah laku. Samani dan Hariyanto (2012: 43), mengemukakan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Salahudin dan Alkrienciehie (2013: 42), menjelaskan karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.

(2)

b. Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab mempunyai peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Samani dan Hariyanto (2012: 51), mendefinisikan tanggung jawab adalah melakukan tugas sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stress, berdisiplin diri, akuntable, terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. Zubaedi

(2013: 78), mengemukakan bahwa tanggung jawab adalah mampu mempertanggungjawabkan serta memiliki perasaan untuk memenuhi tugas dengan dapat dipercaya, mandiri dan bekomitmen.

Tanggung jawab merupakan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan aturan yang ada. Tirtarahardja dan Sulo (2008: 8), menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Kaya & Dogan dalam Kilinc, E & Baser, H. B (2014) vol 4 mendefinisikan:

Responsibility is defined as the active side of morality, an

individual’s care about both himself and others, fulfillment of his

tasks and obligations, his attendance to social process and his efforts towards a better world.

(3)

dan kewajibannya, serta kehadirannya untuk proses sosial yang berupaya ke arah dunia yang lebih baik. Kementrian Pendidikan Nasional (Salahudin, 2013: 56), menjelaskan bahwa tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karakter dimulai dalam social dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 31), menyebutkan indikator tanggung jawab yaitu:

1) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.

2) Melakukan tugas tanpa disuruh.

3) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

4) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. 5) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.

6) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. 7) Mengajukan usul pemecahan masalah.

Penjelasan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku sesorang dalam melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran. Kemampuan seseorang yang menanggung dan melaksanakan tugas serta kewajibannya tersebut merupakan sebuah sikap dari tanggung jawab.

2. Prestasi Belajar

a. Belajar

(4)

Gagne ( dalam Susanto, 2015: 1), mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Pengetatuan dapat diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Susanto (2013: 4), menjelaskan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Penjelasan belajar di atas, dapat ditarik simpulan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang sengaja dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil latihan pengalaman individu sendiri dalam lingkungannya dapat diitandai dengan adanya perubahan tingkah laku.

b. Prestasi Belajar

(5)

mengemukakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu

prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang

berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda

dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada

umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Prestasi belajar merupakan usaha penguasaan materi terhadap kegiatan belajarnya. Mulyasa (2013: 189), mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Prestasi belajar juga mempunyai fungsi utama. Fungsi dari prestasi belajar menurut Arifin (2013: 12), antara:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasaanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

(6)

dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan eksteren dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar, dapat diukur prestasinya dengan menggunakan suatu alat evaluasi.

3. Ilmu Pengetahuan Alam

(7)

pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Wahyana (dalam Trianto, 2011: 136), mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sitematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada seseorang. Trianto (2011: 136), mengemukakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksprerimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Pembelajaran IPA di sekolah dasar juga mempunyai beberapa tujuan. Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171), tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar meliputi: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(8)

Pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan penyelidikan sederhana melalui pengamatan langsung serta diskusi. Pembelajaran yang demikian akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada peserta didik.

4. Materi Peristiwa Alam Beserta Dampaknya

Peristiwa alam merupakan kejadian bencana alam yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Azmiyawati. C, W.H. Omegawati dan R. Kusuma (2008: 98), menjelaskan bahwa peristiwa alam adalah semua jenis aktivitas yang ada alam. Peristiwa alam terbagi menjadi lima macam, yaitu gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian pembelajaran IPA materi peristiwa alam beserta dampaknya di kelas V semester II yaitu:

SK : 1. Memahami peristiwa alam yang terjadi di Indonesia.

KD : 1.1 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi dan dampaknya bagi makhluk hidup serta lingkungannya.

Materi peristiwa alam beserta dampaknya yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, akan memberikan pengetahuan mengenai keadaan lingkungan di sekitar peserta didik. Peserta didik juga akan dapat memecahkan masalahnya sendiri.

5. Metode Discovery Learning

(9)

adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Metode discovery learning menempatkan peserta didik untuk lebih banyak belajar sendiri. Hanafiah dan Suhana (2010: 77), menjelaskan bahwa metode discovery learning merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Joolingen (1999: 386) menyatakan:

Discovery learning is a type of learning where learners construct their own knowledge by experimenting with a domain, and inferring rules from the results of these experiments. The basic idea of this kind of learning is that because learners can design their own experiments in the domain and infer the rules of the domain themselves they are actually constructing their knowledge.

(10)

memiliki fungsi. Hanafiah dan Suhana (2010: 78), mengemukakan bahwa metode discovery memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Membangun komitmen (commitmentbulding) di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.

b. Membangun sikap akif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

c. Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuannya.

Langkah-langkah pelaksanaan metode discovery learning menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 78), yaitu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa.

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari. c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari.

d. Menentukan peranan yang akan dilakukan masing-masing peserta didik. e. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan

diselidiki dan ditemukan. f. Mempersiapkan setting kelas.

g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan.

h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan.

i. Menganalisis sendiri atas data temuanya.

j. Merangsang terjadinya dialog interaksi antar peserta didik.

k. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan.

l. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya.

Keunggulan pembelajaran menggunakan metode discovery learning menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 78), yaitu:

a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, setya penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

(11)

d. Memberika peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.

e. Memperkuat dan mempermudah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

Metode discovery learning di samping memiliki keunggulan, metode discovery learning juga mempunyai kelemahan, diantaranya menurut

Hanafiah dan Suhana (2010: 78), yaitu:

a. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

b. Keadaan kelas di kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PMB gaya lama maka metode discovery learning ini akan mengecewakan.

d. Ada kritik, bahwa proses dalam metode discovery learning terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.

Pengertian discovery learning yang dikemukakan oleh ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa metode discovery learning adalah proses kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk belajar sendiri. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara penemuan juga akan mengakibatkan peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam memecahkah masalahnya sendiri.

B. Penelitian yang Relevan

(12)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Otiende Noel Uside, Barchok K. H., dan Abura O. G., 2013, yang berjudul “Effect Of Discovery Method On

Secondary School Student’s Achievement In Physics In Kenya”, dengan

subjek penelitian siswa SMP. Penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara nilai prestasi siswa yang diajarkan melalui metode Discovery Learning lebih tinggi dari metode Teacher Demonstrated

Experiments yang berararti guru mendemonstrasikan percobaannya. Jenis

penelitian menggunakan penelitian eksperimen.

2. Penelitian oleh Alex Akanmu M. dan Olubusuyi Fajemidagba M., 2013, dengan judul “Guided-discovery Learning Strategy and Senior School

Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria”. Subjek

penelitian pada siswa SMU. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam kinerja siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran non discovery. Jenis penelitian menggunakan penelitian eksperimen.

C. Kerangka Pikir

(13)

belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi Peristiwa Alam Beserta Dampaknya dari kondisi awal ke akhir, siklus I dan berlanjut sampai pada kondisi akhir siklus II.

Pada kondisi awal diketahui bahwa guru belum menggunakan metode discovery learning dalam proses belajar mengajar IPA. Pembahasan siswa

tentang materi Peristiwa Alam Beserta Dampaknya masih kurang. Tanggung jawab dan Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pernasidi masih rendah. Tanggung jawab dan prestasi belajar yang masih rendah tersebut, guru mencoba melakukan tindakan untuk meningkatkannya. Upaya meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA tentang Peristiwa Alam Beserta Dampaknya dengan penggunaan Metode Discovery Learning dalam proses belajar mengajar. Penggunaan Metode Discovery Learning tersebut dilakukan dua siklus.

(14)

kepada siswa. Di akhir siklus I dan II diadakan tes tertulis. Tiap siswa mengerjakan soal-soal secara individual.

Masing-masing siklus dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu, jadi dua siklus selesai dalam waktu dua minggu. Dalam satu minggu terdapat dua kali pertemuan. Pertemuan pertama diawali dengan pretes dan kemudian diteruskan untuk melakukan tindakan kelas. Pertemuan kedua digunakan untuk melanjutkan tindakan kelas, dan 35 menit terakhir dimanfaatkan untuk mengadakan tes akhir siklus. Pada siklus II juga dilakukan hal yang sama, hanya perbedaannya pada siklus I lembar kerja siswa dilaksanakan secara berkelompok, sedangkan pada siklus II lembar kerja siswa dilaksanakan secara individual.

Kualitas penggunaan metode discovery learning dari siklus I ke siklus II diduga akan terjadi peningkatan tanggung jawab dan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Peningkatan kualitas penggunaan metode discovery learning artinya pembinaan dan pembimbingan terhadap peserta didik. Di

(15)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Penggunaan Metode Pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar IPA tentang peristiwa alam beserta dampaknya bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Pernasidi semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. siswa kelas V SD Negeri 1 Pernasidi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian biskuit MP-ASI memiliki bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi yang diperlukan selama pertumbuhan dan perkembangannya yang tidak dapat dipenuhi lagi

Siwabessy (RSG-GAS), maka litbang ini perlu dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis perhitungan dengan memakai program komputer terpilih yaitu WIMSD4 untuk

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas produk dan kepuasan konsumen antara handphone Sony Ericsson dan Ben-Q Siemens yang merupakan hasil

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UNGGULAN KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN.. PERIODE LVX TAHUN

Untuk mengurangi kelemahan itu diperlukan (1) dijaga iklim psikologis agar untuk tetap berperilaku dalam kewajaran, (2) observasi dinaytakan sebagai penelitian

Dari hasil penelitian, sanitasi menggunakan EAW selama 5 menit dan 10 menit memberikan kualitas sensori yang lebih baik sampai pada hari kelima masa penyimpanan

Berdasarkan Perarturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008, RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi

P : Peneliti menjelaskan pada seluruh siswa.. P : “Nah, dalam diagram panah itu, kotak yang pertama kan berisi domain dan kotak kedua berisi kodomain, jadi semua