• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2004, hlm. 672).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 4)

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membrane dari Rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu (Rohani dkk, 2011, hlm.2).

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan (Wiknjosastro, 2010).

(2)

Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010, hlm. 7) tahapan persalinan ada 4 kala yaitu dalam persalinan terdapat 4 kala yaitu: 1) kala I (Pembukaan); 2) kala II (Pengeluaran Janin); 3) kala III (Pelepasan Plasenta) dan kala IV (Observasi).

Menurut Wiknjosastro (2008) persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik serta pengeluaran janin dan plasenta di uterus ibu. Sebagai bidan ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :

a. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.

b. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalianan dan kelahiran.

c. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi. d. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi. e. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.

f. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.

g. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat. h. Pemberian ASI sedini mungkin.

Menurut Varney (2007, hlm.753) mekanisme persalinan untuk janin yang mulai persalinan dalam posisi LOA, LOT, LOP, ROA, ROT, atau ROP dan dilahirkan dalam posisi oksiput anterior sebagai berikut:

a. Engagement terjadi untuk posisi LOT dan ROT dengan sutura sagitalis janin dalam diameter biparietal transversum pada pintu atas panggul. Untuk posisi LOA, ROA, LOP, dan ROP, engagement kepala janin terjadi dengan sutura sagitalis berada dalam satu diameter oblik pelvis (diameter

(3)

oblik kanan untuk posisi LOA dan ROP dan diameter oblik kiri untuk posisi ROA dan LOP). Dengan demikian, diameter biparietal dalam diameter oblik pelvis berlawanan dari diameter tempat sutura sagitalis yang digunakan sebagai penanda janin, yang menentukan diameter obliktempat kepala janin ketika masuk ke pelvis.

b. Penurunan terjadi secara lengkap.

c. Fleksi mengganti diameter suboksipitobregatik untuk diameter yang masuk ke pintu atas panggul.

d. Rotasi interna terjadi: kepal janin berotasi 45 derajat ke posisi oksiput posterior dalam diameter anteroposterior pelvis ibu.

e. Pelahiran kepala dengan ekstensi.

f. Restitusi: kepala janin berotasi 45 derajat ke posisi LOP atau ROA, bergantung pada apakah rotasi internal berasal dari posisi LOP atau ROP. g. Rotasi eksterna: kepala janin berotasi 45 derajat ke posisi LOT atau ROT. h. Pelahiran bahu dan tubuh dengan fleksi lateral melalui sumbu Carus.

2. Jenis Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011, hlm.3) persalianan ada 4 jenis yaitu:

a. Persalinan spontan adalah bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan adalah bila persalinan berlangsung dengan bantu tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.

(4)

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 16-28) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:

a. Power (Tenaga/Kekuatan)

Kekutan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diagfragma, aksi dari ligament. Kekuatan power yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.

b. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

Menurut Sulistyawati dan Nugraheni (2010, hlm. 7) tanda-tanda masuk dalam persalinan adalah terjadinya his karakter persalinan dari his persalinan yaitu:

1) Pengeluaran Cairan

2) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan.

3) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar 4) Terjadi perubahan pada serviks

5) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekurangannya

(5)

6) Pengeluaran lendir dan darah (penandaan persalinan)

Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan yang menyebabkan selaput lender yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas sehingga terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tindakan tertentu, misalnya vakum atau section caesaria.

4. Proses Dalam Persalinan a. Kala I (Pembukaan)

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 5) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar.Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidk begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masi dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pad multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan

(6)

perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7).

Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam (Varney, 2004, hlm. 679).

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan kebidanan pada kala Iyaitu: (1) pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; (2) pemantauan terus-menerus vital sign; (3) pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; (4) pemberian hidrasi bagi pasien; (5) menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; (6) mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; (7) memfasilitasi dukungan keluarga.

b. Kala II (Pengeluaran Janin)

Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap.Umumnya pada akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri. Bila ketuban belum pecah, ketuban harus

(7)

dipecahkan.Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah diertai rasa ingin mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his .Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi (Wiknjosastro, 1999, hlm.194).

Menurut Wiknjosastro (2008, hlm.77) gejala dan tanda kala II persalinan adalah: a) ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; b) ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya; c) vulva-vagina dan sfingter ani membuka; d) meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.

1) Penatalaksanaan Fisiologis Kala II

Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi.Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalianan dan proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kaliperkontraksi (Sagady, 1995). Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR.

2) Asuhan Kala II Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut: (a) evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; (b) evaluasi kontinu kesejahteraan janin; (c) evaluasi kontinu kemajuan persalinan; (d) perawatan tubuh

(8)

wanita; (e) asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; (f) persiapan persalinan; (g) penatalaksanaan kelahiran; (h) pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan.

c. Kala III (Pengeluaran Plasenta)

Partus kala III disebut pula kala uri.Kala III ini, seperti dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan.Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu: 1) melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2) pegeluaran plasenta dari kavum uteri (Wiknjosastro, 1999, hlm. 198).

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hlm. 8) lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut: (a) Uterus mulai membentuk bundar; (b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; (c) Tali pusat bertambah panjang; (d) Terjadi perdarahan.

1) Perubahan Fisiologis Kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepasdari dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Rohani dkk, 2011, hlm. 8).

(9)

2) Penatalaksanaan Fisiologis Kala III

Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setalah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi, menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta (Varney, 2007, hlm. 827).

Menurut Wiknjosastro (2008) langkah pertama penatalaksanaan kala III pelepasan plasenta adalah:

a) Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.

b) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus bekontraksi.

c) Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.

d) Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina.

e) Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung.

f) Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.

(10)

3) Asuhan Persalinan Kala III

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut: (a) memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya; (b) lakukan manajemen aktif kala III; (c) pantau kontraksi uterus; (d) berikan dukungan mental pada pasien; (e) berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; (f) jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum)

d. Kala IV (Observasi)

Setelah plasenta lahir lakukan ransangan taktil (masase uterus) yang bertujuan untuk meransang uterus berkontraksi baik dan kuat. Lakukan evaluasi tiggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV (Wiknjosastro, 2008, hlm. 110).

Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Tingkat kesadaran pasien

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. c) Kontraksi uterus

(11)

d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

1) Asuhan Kala IV Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV persalinan adalah:

(a) Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.

(b) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2.

(c) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.

(d) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.

(e) Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman.

(f) Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. (g) Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk

memberikan ASI

(h) Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan.

(i) Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi.

(12)

B. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar 7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh & Yulianti, 2010 hlm 2).

Bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat atau masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik.Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang meningkatkan kesempatan untuk menjalani masa transisi dengan baik (Nur, 2010 hlm 4).

1. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuaensi jantung >100x/menit, Grimance (reaksi terhadap ransangan), menangis, batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerakan aktif, Respiration (usahan nafas). Bayi menangis kuat (Mochtar, 1998).

Kehangatan tidak terlalu panas ( lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang dari 36ºC), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat di beri makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah, tidak terlihat tanda-tanda infeksi seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hinjau tua, tidak ada lender atau pun darah pada tinja. Tidak terdapat tanda : lemas, terlalu ngantuk, lunglai, kejang-kejang harus bias tenang (Prawiroharjo, 2002)

(13)

2. Penilaian Pada Bayi Baru Lahir

Penilaian pada bayi baru lahir dapat dilihat dari : 1) Kesadaran dan reaksi terhadap sekelilingnya; 2) Keaktifan; 3) Simetris; 4) Muka dan wajah; 5) Mulut; 6) Leher, dada, abdomen; 7) Punggung; 8) Kulit dan kuku; 9) Kelancaran menghisap dan pencernaan: 10) Refleks; 11) Berat badan.

3. Penampilan Bayi Baru Lahir

Yeyeh & Yulianti (2010, hlm 3) mengatakan penampilan bayi baru lahir dapat dilihat dari : 1) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling; 2) Keaktifan; 3) Simetris; 4) Muka wajah; 5) Mulut; 6) Leher; 7) Punggung; 8) Kulit dan kuku; 9) Kelancaran penghisap dan pencernaan; 10) Refleks; dan 11) Berat badan (Yeyeh&Yulianti, 2010 hlm 3).

Menurut (Nurhayati, 2008 hlm 22), perubahan fisiologis yang menonjol yang diperlukan pada bayi baru lahir adalah peralihan dari sirkulasi plasenta atau janin ke pernafasan sendiri. Penyesuaian bayi baru lahir yang utama adalah sebagai berikut : 1) Memulai dan memelihara pernafasan paru-paru; 2) Memulai perubahan sirkulasi dengan tujuan untuk memastikan oksigenasi yang kuat pada seluruh tubuh; 3) Kemampuan untuk mengatur temperature tubuh; 4) Kemampuan untuk mencerna, mempertahankan dan mengabsorsi zat makanan melalui saluran cerna; 5) Kemampuan mengeliminasi semua sisa-sisa tubuh; 6) Kemampuan untuk mempertahankan semua fungsi pada system tubuh; 7) Kemampuan melindungi terhadap penyakit.

(14)

4. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologi ini disebut homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi maka bayi akan sakit. Berikut adaptasi bayi baru lahir yaitu:

a. Sistem pernapasan

Pernapasan bayi pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasi. Dalam keadaan anoksia neonatus masi dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik (Erni, 2010 hlm 12)

b. Suhu Tubuh

Menurut Erni (2007) terdapat empat landasan mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh bayi baru lahir ke lingkungannya yaitu :

1) Konduksi

Konduksi adalah pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung

(15)

2) Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas dari tubuh bayi ke udara sekitar sedang bergerak (jumlah panas yang tergantung kecepatan suhu udara.

3) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuh ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).

4) Evaporasi

Evaporasi adalah panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap) (Nur, 2010 hlm 12).

c. Metabolisme

Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam pemenuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Nur, 2010 hlm. 13)

d. Sistem Kardiovaskuler

Pernafasan pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan resistensi vaskuler pulmonal sangat berkurang, sehingga darah paru mengalir.Tekanan arteri pulmonal menurun.rangkaian peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan atrium kanan menurun.Aliran darah pulmonal kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan pada atrium kiri lebih besar dari tekanan atrium kanan. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup dengan menekannya melawan septum

(16)

atrium.Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi hidup di luar badan ibu, selama beberapa hari pertama kehidupan, aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan sianosis ringan (Nurhayati, 2008 hlm 28).

5. Tes APGAR

Menurut Wahyuningsih dan Tiar (2010 hlm. 17) menilai keadaan bayi segera setelah bayi lahir menggunakan skor Apgar menggambarkan kesejahteraan bayi. Bidan akan memeriksa denyut jantung, usaha napas, tonus otot, dan respon refleks serta warna kulit, kemudian menilai dengan rentang skor nol sampai dua untuk masing-masing lima aspek tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tanda 0 1 2 Denyut jantung Usaha napas Tonus otot Refleks iritabilitas 1. Respons terhadap menghentikan kaki 2. Respons terhadap okateter hidung Warna kulit Tidak ada Flaksid, lemah Tidak ada Tidak berespons Tidak berespons Biru, pucat Lambat (kurang dari 100 kali per menit) Lambat tidak teratur Beberapa ekstremitas menekuk (fleksi) Menangis lemah atau menyeringai Menyeringai Tubuh berwarna merah muda, ekstremitas biru Lebih dari 100 kali per menit Kuat, menangis Gerakan aktif Menangis keras Batuk atau bersin Tubuh dan ekstremitas merah muda

(17)

6. Inisiasi Menyusu Dini

Untuk memperat ikatan batin antara ibu dan anak, setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek fisiologis yang dalam antara ibu dan bayi. Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat bayi baru lahir. Satu jam pertama setelah bayi dilahirkan, insting bayi membawanya untuk mencari putting ibu. Perilaku bayi dikenal dengan Iniasiasi Menyusu Dini (IMD) (Rukiah, 2010 hlm 7).

7. Pemberian ASI

Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat dan terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup sebanyak mungkin aerola, lidah menopang putting dan aerola bagian bawah, bibir bawah melengkung keluar, bayi menghisap kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat (JNPK-KR, 2007).

Perawatan payudara selama menyusui dapat dilakukan ibu menyusui sebagai berikut : (a) Atur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan; (b) Mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikt ASI ke puting susu, keringkan sebelum menggunakan pakaian; (c) Jika ibu mengalami mastitis/tersumbat saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI, (d) Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu diantaranya adalah bintik/garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan/bengkak pada payudara (Yulianti,2010 hlm 13).

(18)

8. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Menurut Rukiah (2010), manajemen asuhan kebidana pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a) Langkah I : Pengkajian Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian yaitu pengkajian setelah bayi lahir dan pengkajian setelah bayi lahir dan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan normal (Varney, 1997).

b) Langkah II : Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Melakukan indentifikasi secara benar terhadap diagnose masalah dan kebutuhan bayi baru lahir berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Jaga agar bayi tetap kering dan hangat, usahakan agar ada kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin (Varney 1997).

c) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teridentifikasi. Misalnya diagnosa potensial yaitu hipotermi potensial menyebabkan gangguan pernapasan, hipoksia potensial menyebabkan asidosis (Varney, 1997).

d) Langkah IV : Identifikasi Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain

(19)

sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak bernapas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut (Varney, 1997).

e) Langkah V : Merencanakan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional dan sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya (Varney, 1997).

f) Langkah VI : Implemantasi Asuhan Bayi Baru Lahir

Melaksanakan rencana asuhan pada bayi baru lahir secara efesien dan aman, yaitu misalnya: Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat, dengan memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, gantilah kain atau handuk yang basah dan bungkus dengan selimut yang kering dan bersih. Perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir dengan obat mata erictromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah infeksi mata karena klamidia. Memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena defesiensi vitamin K pada bayi baru lahir (Varney, 1997).

g) Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah (Varney, 1997)

(20)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitiantingkat pengetahuan mahasiswa tingkat II tentang persalinan dan bayi baru lahir di Akademi Kebidanan Sehat Medan tahun 2014 adalah:

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa meliputi : 1. Persalinan

2. Bayi Baru Lahir

Gambar

Tabel 2.1  Tanda  0  1  2  Denyut jantung  Usaha napas   Tonus otot  Refleks iritabilitas  1

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian FUO klasik : infeksi, neoplasme, penyakit kolagen Demam > 38,3 o C selama lebih dari 3 minggu, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari

Pada contoh yang pertama yang menjadi key performance indicator (KPI) adalah pengurangan dari unit cost. Ini adalah pengukuran penjumlahan dari pencapaian goal atau tujuan

Penelitian ini merupakan Pengembangan Aplikasi Multimedia Pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran menggunakan Multimedia

Barat, dan pelemahan mendadak dari angin pasat akan mengalirkan massa air hangat ke timur (Wyrtki, 1975).. Mekanisme

Adapun tujuan utama dari penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, dukungan sosial serta fungsi AGIL pada keluarga nelayan juragan dan

Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa IPS kelas XI di SMA Negeri 01

če hoče proizvodna funkcija izpolniti zahteve distribucijske logistike napolniti skladišča, skrajšati dobavni čas, upoštevati posebne želje kupcev, tega ne more zadovoljivo

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2014 melalui 5 sub kegiatan yaitu sub Kegiatan: (1) Perakitan varietas, (2) Perakitan Teknologi peningkatan