Pendidikan secara umum bertujuan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang handal, berkualitas, dan memiliki jiwa kompetitif. Sumber daya
manusia yang demikian, tentu sangat dibutuhkan dalam lingkungan kehidupan
manusia itu sendiri. Terdapat beberapa komponen yang dibutuhkan dan saling
mendukung untuk melaksanakan program pendidikan, antara lain: orangtua,
guru, lingkungan masyarakat, teman sebaya dan lain sebagainya. Damayanti
(2014: 9) mengatakan bahwa “terdapat tiga ranah dasar yang dikembangkan
dalam proses pendidikan yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Ranah kognitif bermuara pada tumbuh dan berkembangnya kecerdasan
dan kemampuan intelektual akademik anak, sedangkan ranah afektif bermuara
pada terbentuknya karakter kepribadian dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan budi pekerti anak sebagai individu dan makhluk sosial, serta ranah
psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional atau keahlian anak
dan perilakunya.
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan
bangsanya. Masalah klasik yang sejak dulu terjadi dalam dunia pendidikan
yaitu banyaknya ketimpangan dalam hal pelaksanaan pendidikan.
Ketimpangan-ketimpangan tersebut termasuk diantaranya: banyaknya jumlah
teori yang harus dipahami dan dikuasai peserta didik dalam suatu mata
Idealnya pendidikan mampu mencakup ketiga ranah tersebut, karena
tujuan pendidikan bukan sekedar mencapai kemampuan peserta didik dari segi
intelektual saja, namun dari segi afektif dan psikomotorik pun tidak boleh
luput dari perhatian semua komponen pendidikan, hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang terangkum dalam Undang Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa:
“pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Isi kandungan UU Sisdiknas sangat jelas mengatakan bahwa tujuan
diadakannya pendidikan di Indonesia adalah untuk menciptakan peserta didik
sebagai calon generasi penerus bangsa yang tidak hanya cakap dan kompeten
dalam bidang intelektual saja, akan tetapi juga cakap dalam bersikap dan
mampu mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Landasan legal formal tentang tujuan pendidikan nasional lainnya
adalah Keppres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK). PPK merupakan “gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah
hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerjasama
antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
berfungsi sebagai tempat transfer nilai-nilai afeksi antara guru dengan peserta
didik. Nilai-nilai afeksi yang diajarkan oleh guru diharapkan mampu
mengubah perilaku peserta didik, dari perilaku yang tidak baik menjadi baik,
dan perilaku yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
Kegiatan transfer nilai-nilai afeksi dapat ditanamkan dalam diri
masing-masing peserta didik tidak terkecuali melalui kegiatan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, yang mana dalam hal pelaksanaannya selama
ini hanya berjalan sebatas teori belaka. Teori-teori dalam mata pelajaran
tersebut untuk kemudian di evaluasi, guna mengetahui sejauh mana
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Peserta didik pada akhirnya hanya memikirkan “isi” materi yang harus
dipelajari, dipahami, untuk kemudian dihafalkan agar dapat mencapai
tuntunan nilai akademik yang diharapkan, tidak jarang peserta didik sendiri
kurang atau bahkan tidak mengetahui tujuan peserta didik mempelajari PKn
dan nilai-nilai karakter yang terkandung didalamnya. Hal ini tentunya sangat
bertolak belakang dengan isi kandungan UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003
dan Keppres nomor 87 tahun 2017 sebagai landasan yuridis formal pendidikan
di Indonesia yang sudah dipaparkan di atas.
Lickona, T (2013: 6) dalam bukunya pendidikan karakter panduan
lengkap mendidik siswa menjadi pintar dan baik mengatakan bahwa “pintar dan baik adalah dua tujuan besar dalam pendidikan”. Pernyataan tersebut
yang seimbang, yang bukan hanya menitikberatkan pada kemampuan berpikir
peserta didik dari segi intelektual saja, namun peranan pendidikan yang lain
adalah dapat menjadi sarana mencetak peserta didik yang memiliki akhlak dan
moralitas yang sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah atau kebudayaan
yang berlaku.
Kementerian Pendidikan Nasional, dimulai dari tahun ajaran 2011
menuntut seluruh tingkat satuan pendidikan di Indonesia harus menyisipkan
pendidikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Terdapat 18 nilai
karakter yang harus diajarkan guru terhadap semua peserta didiknya. Mandiri
dan tanggung jawab merupakan dua dari 18 nilai karakter yang harus dimiliki
peserta didik. Nilai sikap tersebut dewasa ini rupanya masih kurang nampak
dalam diri setiap peserta didik. Perilaku peserta didik seperti mudah
menyerah, cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain, dan enggan
melaksanakan tugasnya dengan baik merupakan contoh nyata kurang
berhasilnya penanaman nilai-nilai sikap pada diri setiap peserta didik.
Nilai karakter seperti kemandirian dan tanggung jawab inilah yang
menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti nilai karakter tersebut, khususnya
penerapannya dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas
V SD N Jompo Kulon. Peneliti memilih mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan karena mata pelajaran ini merupakan salah satu mata
pelajaran pembentuk karakter peserta didik, terlebih peserta didik yang
terdapat di Sekolah Dasar sebagai salah satu mata pembelajaran yang wajib
Pelaksanaan Pendidikan karakter di SD N Jompo Kulon sendiri sesuai
dengan hasil wawancara awal dengan Kepala Sekolah sudah lama
dilaksanakan dan pelaksanaannya sendiri menurut paparan Kepala Sekolah
sudah terintegrasi dengan kurikulum yang berlaku. Berkaca dengan peraturan
pemerintah pula terkait dengan penyisipan nilai-nilai karakter terutama dalam
proses pembelajaran di sekolah khususnya di kelas V SD N Jompo Kulon
sendiri masih terlihat kurang dalam pelaksanaannya, tidak terkecuali yang
terkait dengan sikap mandiri dan tanggung jawab masing-masing peserta
didik. Permasalahan yang muncul kaitannya dengan kedua nilai karakter
tersebut diantaranya masih banyaknya peserta didik yang suka mencontek
ketika diberi tugas yang seharusnya dikerjakan secara individu, kurang
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, kegiatan pembelajaran
yang pasif, mengobrol sendiri ketika guru sedang menjelaskan materi, dan
lain-lain.
Fokus penelitian yang akan peneliti lakukan dilihat dari permasalahan
tersebut adalah deskripsi secara kuantitatif dan kualitatif tentang bagaimana
penerapan nilai karakter seperti mandiri dan tanggung jawab dalam diri setiap
peserta didik yang di deskripsikan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif
peserta didik terutama pada saat pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewargaegaraann yang berlangsung di SD N Jompo Kulon, serta faktor
pendukung dan penghambat kedua nilai karakter tersebut yang terjadi dalam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana deskripsi kuantitatif penerapan sikap mandiri dan tanggung
jawab peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD N Jompo Kulon?
2. Bagaimana deskripsi kualitatif penerapan sikap mandiri dan tanggung
jawab peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD N Jompo Kulon?
3. Apa faktor pendukung penerapan sikap mandiri dan tanggung jawab
peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
Kelas V SD N Jompo Kulon?
4. Apa faktor penghambat penerapan sikap mandiri dan tanggung jawab
peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
kelas V SD N Jompo Kulon?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengetahui deskripsi kuantitatif penerapan sikap mandiri dan tanggung
jawab peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD N Jompo Kulon.
2. Mengetahui deskriptisi kualitatif penerapan sikap tanggung jawab peserta
didik pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V
3. Mengetahui faktor pendukung penerapan sikap mandiri dan tanggung
jawab peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD Negeri Jompo Kulon.
4. Mengetahui faktor penghambat penerapan sikap mandiri dan tanggung
jawab peserta didik pada proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD N Jompo Kulon.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi bagi lembaga
Pendidikan dasar, terutama dalam penerapan nilai karakter mandiri dan