• Tidak ada hasil yang ditemukan

NURUL WIDYA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NURUL WIDYA BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Meningkatkan kerjasama

1. Pengertian Kerjasama

Menurut Blosser (dalam Slamet Suyanto, 2005: 153-154), Cooperative Learning banyak digunakan pada pembelajaran anak usia dini karena dianggap sesuai untuk melatih sosial dan kemampuan bekerjasama. Menurut para ahli pengembang kurikulum dari Universitas Negeri Ohio, penjelasan kenapa mereka merekomendasikan penggunaan belajar kerjasama dalam pembelajaran adalah bahwa belajar kerjasama meningkatkan prestasi akademik, memfasilitasi pengelolaan kelas, dan materi pelajaran serta meningkatkan harga diri siswa.

(2)

David, dkk (dalam Slamet Suyanto, 2005: 154) telah mempublikasikan banyak artikel tentang cooperative learning. Mereka mengidentifikasikan empat elemen dasar dalam belajar kerjasama yaitu : adanya saling ketergantungan yang menguntungkan pada siswa dalam melakukan usaha secara bersama-sama, adanya interaksi langsung diantara siswa dalam satu kelompok, masing-masing siswa memiliki tanggung jawab untuk bisa menguasai materi yang diajarkan, penggunaan yang tepat dari kemampuan interpersonal dan kelompok kecil yang dimiliki oleh setiap siswa.

Margendollar dan Packer (dalam Slamet Suyanto, 2005: 154) berpendapat bahwa belajar kerjasama mempersiapkan siswa untuk masa depannya di masyarakat yaitu memacu siswa untuk belajar secara aktif ketika ia berbicara dan bekerja bersama dan bukan hanya pasif mendengarkan. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik, menghormati perbedaan yang ada dan kemajuan dalam kemampuan berbahasa.

Kesemuannya itu akan membangun kemampuan kerjasama seperti komunikasi, interaksi, rencana kerjasama, berbagi ide, pengambilan keputusan, mendengarkan, bersedia untuk berubah, saling tukar ide dan mensintesis ide. Sharan dan Sharan (dalam Slamet Suyanto, 2005: 154).

(3)

meningkatkan prestasi akademik yang implementasinya tidak membutuhkan biaya yang mahal.

Menurut Slamet Suyanto, (2005: 154-155) untuk anak TK, belajar dalam kelompok meliputi kelompok kecil, sedang dan besar. Kelompok kecil biasanya terdiri atas dua sampai tiga anak, kelompok sedang terdiri dari empat anak, sedangkan kelompok besar (seluruh kelas) juga sangat penting untuk menyatukan anak dalam kelas sebagai suatu tim.

Menurut Suryati Sidharta, dkk (2009: 34) mengemukakan pemahaman tentang kerjasama pada anak usia TK dapat diberikan secara alami melalui kegiatan bermain. Beberapa perilaku yang dapat ditanamkan melalui proses pembelajaran di TK yang menstimulasi kerjasama adalah; membiasakan anak bergaul atau berteman dengan teman sebaya dalam melakukan suatu tugas, membiasakan anak untuk menghargai kemampuan orang lain, menyadari bahwa kerjasama atau tolong menolong itu sangat penting dan menyenangkan, serta mengembangkan rasa empati pada diri anak

(4)

Menurut Johnson, dkk (dalam Saputra dan Rudyanto, 2005: 36) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif atau kerjasama ditandai dengan tahapan sebagai berikut :

a. Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab pada pembelajarannya sendiri dan anggota kelompoknya.

b. Anak-anak berkontribusi pada pembelajaran orang lain dengan cara memberi pertolongan, dorongan, dukungan, kritikan, motivasi, dan pujian pada hasil pekerjaannya.

c. Setiap individu bertanggung jawab atas upayanya. Aktivitas disusun agar setiap anak bertanggung jawab dalam mencapai tujuannya. d. Anak-anak harus memiliki kesempatan untuk merefleksikan pada

kerja kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif atau kerjasama ini dianggap sebagai suatu metode alternatif yang mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa, baik dari aspek intelektual maupun emosional, kaitannya dengan hubungan sosial siswa. Slavin (dalam Saputra dan Rudyanto, 2005: 49) mengemukakan hakikat pembelajaran kooperatif atau kerjasama adalah berkembangnya sikap kerjasama antara anak yang satu dengan anak lainnya.

(5)

atau kerjasama memerlukan adanya komunikasi efektif, kejujuran individu, sportivitas, dan kerjasama kelompok. Nilai-nilai dan keterampilan tersebut dapat diajarkan secara efektif dalam proses pendidikan pada anak TK.

Untuk itu Kostelnik et. al (dalam Saputra dan Rudyanto, 2005: 51) memaparkan, "Pembelajaran kooperatif atau kerjasama dapat dimanfaatkan dengan baik dalam program pendidikan di TK.

2. Manfaat dan Tujuan Kerjasama

Melalui pembelajaran kooperatif atau kerjasama pada anak usia dini dapat menghasilkan tujuan dan manfaat bagi anak TK seperti yang dikemukakan oleh Saputra dan Rudyanto (2005: 51-55)

Adapun manfaat dari pembelajaran kooperatif atau kerjasama dapat dijabarkan sebagai berikut :

(6)

Pembelajaran kooperatif atau kerjasama mampu mempersiapkan siswa untuk belajar bagaimana caranya mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi sendiri, baik dari guru maupun dari teman.

Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain dalam sebuah tim karena di era globalisasi, kemampuan individu bukanlah yang terpenting dalam mencapai tujuan dan keberhasilan suatu usaha. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif atau kerjasama dapat membiasakan anak berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.

Pembelajaran kooperatif atau kerjasama dapat membentuk pribadi yang terbuka dan menerima perbedaaan yang terjadi karena dalam kerjasama, kerjasama yang dilakukan tidak memandang perbedaan ras, agama ataupun status sosial. Dengan demikian, siswa-siswa memiliki sikap saling mengerti dan menerima perbedaan satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif atau kerjasama membiasakan anak untuk selalu aktif dan kreatif dalam mengembangkan analisisnya sehinnga anak dapat berkembang kerjasamnaya dengan baik.

Selain untuk mencapai manfaat yang ingin diperoleh penerapan pembelajaran kooperatif atau kerjasama juga memiliki tujuan yang tidak kalah pentingnya.

(7)

ide baru dalam pendidikan, tetapi dalam implementasinya sedikit sekali guru yang mau menggunakannya. Padahal menurut hasil penelitian di Amerika dua puluh tahun silam, pembelajaran kooperatif atau kerjasama terbukti sangat efektif digunakan dalam pembelajaran untuk berbagai jenjang pendidikan.

Kerjasama merupakan suatu metode alternative yang diterapkan untuk mengatisipasi berbagai perubahan zaman yang tentu saja menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berkaitan dengan peran yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpatisipasi secara utuh dalam kehidupan masyarakat di era globalisasi ini.

(8)

untuk menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuan. Artinya, anak didik diharapkan mampu membentuk makna dari materi-materi pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya agar dapat diproses dan dikembangkan lagi, meningkatkan hasil belajar, meningkatkan hubungan antar kelompok, menerima teman yang mengalami kendala akademik dan meningkatkan harga diri (self-estem).

B. Metode Bermain Bakiak Panjang

1. Pengertian Bermain Bakiak Panjang

Menurut Dani Wardani (2010: 66-67), Bakiak adalah nama lain dari model sandal (alas kaki) tempo dulu. Orang tua kita dulu membuat alas kaki bukan dengan bahan karet atau plastik seperti yang ada sekarang, melainkan menggunakan bahan kayu yang didesain dengan bentuk kaki kemudian diberi karet untuk dibagian kiri dan kanannya dengan cara dililitkan ke pergelangan punggung kaki.

(9)

kalau tidak salah satu saja pemain tidak sesuai dengan langkah pemain lainnya maka tidak akan bisa jalan, malahan akan terjatuh.

Selain termasuk permainan yang melibatkan banyak pemain, bakiak juga tergolong permainan kompetensi. Sayangnya permainan ini seperti permainan rakyat lainnya sudah sangat jarang dimainkan. Walaupun ada paling disetiap momen penting seperti acara perlombaan agustusan.

Menurut Rani Yulianti (2010: 79–80), Bakiak panjang atau disebut terompa galuak di Sumatra Barat merupakan terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang “bakiak”biasanya memiliki minimal dua-tiga pasang sandal untuk dimainkan dua-tiga orang anak.

Permainan tradisonal anak-anak di Sumatra Barat ini mulai dikenal sejak tahun 1970-an. Biasanya perlombaan bakiak panjang diadakan untuk memperingati HUT kemerdekaan RI atau memperingati 17 agustusan. Istilah bakiak sendiri muncul di Jawa Timur untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku kedua sisinya.

(10)

Menurut Ismail Kusmayadi (2011: 127), Bermain bakiak panjang diperlukan kerjasama dan kekompakan dari para pemakainya.

Bakiak Panjang atau disebut terompa galuak di Sumatra Barat merupakan terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang "bakiak" biasanya memiliki minimal dua-tiga pasang sandal untuk dimainkan dua-tiga orang anak.

Permainan anak-anak yang berasal dari Sumatra Barat ini mulai dikenal sejak tahun 1970-an. Biasanya permainan bakiak panjang diadakan untuk perlombaan dalam memperingati 17 Agustusan.

Istilah Bakiak sendiri muncul di jawa timur untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku kedua sisinya.

Bahan pembuatan bakiak dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah diamplas. Kemudian, diberi beberapa selop di atasnya, biasanya untuk 2-3 orang. Memainkan perlombaan bakiak panjang biasanya dilakukan secara berkelompok atau tim. Masing-masing kelompok harus berlomba mencapai garis finish dengan memakai bakiak panjang.

2. Fungsi dan Manfaat Bermain Bakiak Panjang

(11)

permainan-permainan yang menggunakan tekhnologi modern, seperti permainan-permainan video game, play station, berbagai permainan yang tersedia di komputer maupun laptop (sering disebut dengan istilah “game”), dan permainan modern lainnya.

Padahal permainan tradisional yang cukup beragam itu perlu digali dan dikembangkan karena mengandung nilai-nilai seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong royongan (Sarasehan). Dengan bermain bakiak panjang anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, bermain bakiak panjang bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik (Haris Iskandar). Namun, berbeda dengan permainan modern zaman sekarang yang tidak mendorong sikap kreatif anak sebagai kreator tapi mendorong anak sebagai operator yang hanya duduk diam di depan layar komputer hingga membuat anak sibuk dengan dirinya sendiri tanpa peduli dengan lingkungan luar sekitar rumah.

(12)

membentuk pribadi anak yang luhur. Permainan tradisional juga dekat dengan alam dan memberikan kontribusi bagi pengembangan pribadi anak.

Selain itu, bermain juga memiliki manfaat yang sangat luar biasa besar dalam memaksimalkan potensi kecerdasan anak. Bermain merupakan cermin perkembangan anak karena melalui bermain anak belajar mengendalikan diri. Selain itu, anak juga dapat melakukan berbagai kegiatan yang merangsang dan mendorong kepribadian anak. Aspek keterampilan/psikomotorik, kecerdasan bahasa, emosi maupun sosial dapat terasah dengan baik melalui kegiatan bermain. Manfaat bermain bakiak panjang menurut Rani Yulianti (2010: 80) dan Ismail Kusmayadi (2011: 127), manfaaat bermain bakiak panjang yaitu dapat menguji ketangkasan, kepemimpinan, kemampuan kerjasama, kreativitas, serta wawasan dan kejujuran.

Bermain merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Dengan bermain, anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan anak dalam dimensi: kreativitas, bahasa, emosi, sosial, dan sikap hidup. Namun peran orang tua tetap sangat besar dalam membimbing anak-anak.

3. Langkah-langkah Bermain Bakiak Panjang

(13)

menyamakan kaki irama kaki yang berbeda-beda, agar supaya tidak kesulitan dalam berjalan maka diperlukan salah seorang anak untuk memberikan aba-aba, aba-aba itu bisa ucapan kanan-kiri atau dengan hitungan satu-dua. Cara memakai bakiak panjang dipakai sama seperti kita memakai alas kaki namun perbedaannya alas kaki ini langsung dipakai oleh dua orang, untuk mengatur keseimbangan didalam berjalan anak yang berada di belakang berpegangan pundak. Anak yang berada di depannya untuk melangkah kaki harus bersama-sama kaki kanan dulu atau kaki kiri dulu apabila melangkahnya tidak bersama-sama maka tidak akan bisa melangkah, jika ingin berjalan cepat dan tidak terjatuh saat menggunakan bakiak panjang diperlukan kekompakan anatara pemain dalam satu kelompok, diperlukan juga satu komando untuk menyamakan langkah “kanan-kiri…….kanan-kiri…….”

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman penilaian

(14)

guru, simbol (√) artinya jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai indikator yang tertuang dalam RKH.

Menurut Depdiknas (2004: 7) dalam melaksanakan penilaian di Taman Kanak-Kanak menggunakan simbol (●) artinya anak sudah melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam RKH atau anak mampu melakukan dan menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru, simbol (○) artinya anak belum dapat mencapai indikator yang diharapkan dalam RKH atau anak melakukan dan menyelesaikan tugas selalu dibantu oleh guru, simbol (√) artinya semua anak menunjukkan kemampuannya sesuai indikator yang tertuang pada RKH.

Cara pencatatan hasil penilaian berdasarkan pedoman penilaian tahun 2010: 11. (Kemendiknas dirjen mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD) yaitu :

a. Catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom pada penilaian di RKH.

b. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti : dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilalaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang (⋆)

c. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan Indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang (⋆⋆) d. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator

(15)

e. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang (⋆⋆⋆⋆).

2. Indikator Keberhasilan

Menurut Depdiknas (2008: 4) Keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes baik tes formatif, tes sumatif maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%. Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurikulum, tingkat ketercapaian kompetensi ideal 75%.

(16)

Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah 75%-80 % dari jumlah anak tuntas belajar (Nana Sudjana, 2004: 133).

Menurut Soemarti, (dalam Anita Yus, 2005: 27) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan suatu perencanaan pengalaman belajar secara tertulis kurikulum Taman Kanak-Kanak merupakan seluruh usaha kegiatan sekolah dengan tujuan untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka pengembangan seluruh aspek yang ada pada anak.

Kurikulum yang dipakai dalam Taman Kanak-Kanak menggunakan Kurikulum (2004: 2) yang memuat dimensi kompetensi, komponen hasil belajar dan indikator hasil belajar.

Tabel 2.1 Kurikulum TK.

2. Anak dapat terlibat aktif dalam permainan

kelompok bermain bakiak panjang

3. Anak dapat merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan 4. Anak bersedia berbagi

(17)

Menurut Suryati Sidarta, dkk (2009: 34) mengemukakan permahaman tentang kerjasama pada anak usia TK dapat diberikan secara alami melalui kegiatan bermain.

Menurut Gallahue (dalam saputra dan rudyanto, (2005: 50-51) memaparkan bahwa ,” pembelajaran kooperatif atau kerjasama adalah sebagai proses sosialisasi positif dalam bentuk kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan “ untuk itu pembelajaran kerjasama memerlukan adanya komunikasi komunikatif efektif kejujuran individu, spotivitas dan kerjasama kelompok.

Menuurut Dworetsky. (dalam Moeslichatoen, 2004: 24) bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu.

(18)

Tabel 2.2. Kemampuan Kerjasama.

No Indikator keberhasilan Kriteria penilaian Keterangan

⋆ ⋆⋆ ⋆⋆⋆ ⋆⋆⋆⋆

1 Anak dapat bergabung dalam permainan kelompok bermain bakiak panjang

2 Anak dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok bermain bakiak panjang. 3 Anak bersedia berbagi

dengan teman-temannya dalam bermain bakiak panjang

4 Anak dapat merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan.

D. Kerangka Berpikir

Dalam bermain bakiak panjang perlu adanya kerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam bermain bakiak panjang ini dapat meningkatkan kecerdasan sosial emosional karena dalam permaianan ini lebih mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan.

(19)

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan bermain bakiak panjang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B TK Kartini Gumilir Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

Gambar

Tabel 2.1 Kurikulum TK.
Tabel 2.2. Kemampuan Kerjasama.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kajian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : (1) lahan tadah hujan sangat berpotensi untuk menjadi sentra produksi padi nasional selain lahan

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi

Pengendalian radiasi gamma dilakukan dengan dipasangnya peralatan terpasang secara permanen dilokasi titik pengukuran yang telah ditentukan dengan nilai hasil

Hal ini menunjukkan bahwa tanpa pencampuran dengan media tanam tanah, kompos dan pupuk anorganik, penambahan abu vulkanik Kelud tidak akan berpengaruh terhadap parameter

Kegagalan organisasi masyarakat sipil bekerjasama dengan pihak luar, bisa jadi merupakan tantangan yang dianggap sangat sulit sehingga organisasi yang belum siap

memberi tindak balas dengan segera melalui e-mel, SMS atau MMS; membaca jaringan berita semasa dalam blog melalui internet; mengakses maklumat melalui intranet; menghantar

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “PENGARUH

Sumber data diperoleh dari berbagai sumber seperti buku-buku yang relevan, dokumen-dokumen (Peraturan Daerah, Rencana Strategis), kemudian media cetak ataupun