• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA

USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN

SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

Studi Kasus : Usaha Kecil dan Usaha Mikro di Sekitar

Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta 2010 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh : Magdalena Kusuma Wardani

06 1324 014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA

USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN

SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

Studi Kasus : Usaha Kecil dan Usaha Mikro di Sekitar

Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta 2010 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh : Magdalena Kusuma Wardani

06 1324 014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yangg telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2011 Penulis

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Magdalena Kusuma Wardani

Nomor Mahasiswa : 06 1324 014

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepetingan akademis tanpa perlu meminta ijin diri saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 8 Juni 2011

(7)

vi

MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Hidup adalah perjuangan

karena setiap hari pantas untuk diperjuangkan demi mendapatkan cita-cita yang kita inginkan

Skripsi ini saya persembahkan untuk: • Bapak Sumarno dan Ibu Nanik Suratmi

• Bapak Susilo dan Ibu Emi Purwandari

• Mbakku tersayang Raras Cristian Marta S. Hum

• Adikku tersayang Meryda Fibe Wardani • Masku Henricus Satriadi Gunawan • Mas Prasati Adi Pamungkas

• Sahabat-sahabatku PE angkatan 06: Monik, Penti, Citra, Hana, Aan, Nove,

(8)

vii

ABSTRAK

PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KEXIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA

PLAZA AMBARUKMO

Studi Kasus : Usaha Kecil dan Usaha Mikro di Sekitar Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta 2010

Magdalena Kusuma Wardani 061324014

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah pelanggan, omset, dan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum dan sesudah ada Plaza Ambarukmo Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah ada Plaza Ambarukmo. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 usaha kecil dan 20 usaha mikro. Sampel dalam penelitian ini adalah para pengusaha kecil dan para pengusaha mikro. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan uji one way anova.

(9)

viii

ABSTRACT

THE DIFFERENCES AMOUNT OF CUSTOMER, TURNOVER, AND INCOME OF SMALL AND MICRO BUSSINESS BEFORE AND AFTER

THE EXISTENCE OF AMBARUKMO PLAZA

Case Studies : Small and Micro Businesses at Arround Laksda Adisucipto street Yogyakarta 2010

Magdalena Kusuma Wardani 061324014

University Sanata Dharma Yogyakarta 2011

The purpose of this study is to find out the diferences of customer’s number, turnover, and benefit of small and micro businesses before and after the existance of Plaza Ambarukmo Yogyakarta.

This study is a comparative study that examines the difference of customer’s number, turnover, and benefit of small and micro businesses before and after the existance of plaza Ambarukmo. The population of this sudy were 20 small and 20 micro businesses. The samples of this study were the small and the micro businessmen . Data obtained analyzed by applying one way anova test.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan banyak pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis akan menghaturkan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Pd. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberi motivasi, dukungan, arahan dan telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Indra Darmawan , S. E., M. Si. selaku Dosen Pembimbing

II,terimakasih atas segala bimbingan, nasehat, arahan, motivasi, dan telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M. S., terimakasih atas segala dukungan, kritikan, dan saran yang diberikan kepada penulis.

5. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto, terimakasih telah memberi motivasi, dukungan, dan saran yang diberikan kepada penulis.

6. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M. Si. Yang telah memberikan motivasi untuk selalu belajar.

7. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd. M. Sc., terimakasih atas pengalaman berharga yang diberikan selama perkuliahan.

8. Bapak Drs. Joko Wicoyo., M. Si., terimakasih atas bimbingan abstrack dari bapak.

9. Sekretariat Prodi pendidikan Ekonomi mbak Titin yang telah banyak membantu dan memberikan informasi kepada penulis.

(11)

x

11.Orang tuaku Bapak Sumarno dan Ibu Nanik Suratmi yang memotivasi, memberi dukungan, memberi nasehat, dan membiayai sekolahku.

12. Orang tuaku Bapak Susilo dan Ibu Emi Purwandari yang selalu memotivasi, memberi dukungan, memberi nasehat, dan selalu rajin telpon agar cepat selesai kuliah.

13.Simbahku yang selalu mendoakan aku.

14.Mbakku tersayang Raras Cristian Martha S. Hum. yang selalu setia membantuku, memberi petunjuk, dan selalu mendukungku dalam menyelesaikan skripsi.

15.Mas Henricus satriadi Gunawan yang selalu mendampingiku, membantuku, memberi motivasi, dan dukungan dalam penyelesaikan skripsi.

16.Adikku Merida Fibe Wardani yang selalu memberikan dukungan, dan motivasi.

17.Mas Prasasti Adi Pamungkas yang selalu mendoakan dan memberi motivasi. 18.Saudara-saudaraku yang selalu mendukungku, memotivasiku, mendoakan, dan

menanyakan skripsiku.

19.Sahabatku Monika Kristin yang selalu memberikan bantuan dan mendukungku.

20.Sahabat-sahabatku PE angkatan 06 Monik, Hana, Penti, Citra, Aan, Nove, Pio, Ditya, Bang Bandi, Kus, Heri, Andi yang telah membantu, memberi dukungan, dan memotivasiku agar skripsi cepat selesai. Kalian adalah sahabat terbaikku terimakasih telah memberiku pengalaman yang berharga sejak awal kuliah.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... .viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persaingan Usaha ... 6

B. Neoliberalisme ... 9

C. Usaha Kecil ... 20

(13)

xii

F. Penelitian Sebelumnya ... 35

G. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 37

C. Subyek dan obyek penelitian ... 38

D. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 38

E. Variable Penelitian ... 40

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 40

G. Tehnik Analiisis Data ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran umum Desa Caturtunggal ... 54

B. Gambaran Umum Dusun Ambarukmo ... 59

C. Deskripsi Responden ... 66

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 69

B. Pembahasan ... 76

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL III.1 ... 44

TABEL III.2 ... 48

TABEL III.3 ... 52

TABEL IV.1 ... 56

TABEL IV.2 ... 57

TABEL IV.3 ... 61

TABEL IV.4 ... 61

TABEL IV.5 ... 63

TABEL IV.6 ... 64

TABEL IV.7 ... 66

TABEL IV.8 ... 67

TABEL V.1 ... 69

TABEL V.2 ... 70

TABEL V.3 ... 72

TABEL V.4 ... 72

TABEL V.5 ... 74

TABEL V.6 ... 75

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kota-kota di Indonesia yang terjadi selama ini dinilai cukup pesat. Wujud perkembangan ini antara lain ditandai dengan tumbuh pesatnya berbagai pusat perbelanjaan. Jika ditinjau dari segi keuangan pemerintah daerah kota, maka pembangunan Pusat perbelanjaan akan mempengaruhi baik pendapatan maupun pengeluaran pemerintah daerah kota. Pembangunan pusat perbelanjaan ini akan memberikan penerimaan bagi pemerintah daerah kota dari pajak, retribusi, dan penerimaan lain yang sah. Namun pembangunan pusat perbelanjaan di kota juga akan menimbulkan tambahan kebutuhan akan prasarana umum yang dapat membebani keuangan pemerintah daerah kota

(16)

berbelanja campuran. Plaza yang baik dan benar diharapkan dapat memberikan kenyamanan, keselarasan, dan tercipta suatu ciri khas yang bermutu dari segi lingkungannya tersebut.

DI Yogyakarta pun tak luput dari kecenderungan nasional tersebut. Khusus untuk Plaza Ambarukmo sebagai mal terbesar di Jawa Tengah dan DIY, di mana hypermarket besar asal Prancis, ‘Carrefour’ bertempat. Kehadiran pusat-pusat belanja baru ini segera meramaikan atmosfer bisnis mall dan ritel, menyusul yang sudah berdiri seperti Malioboro Mal, Galeria Mal, pusat elektronik Yogyatronik, supermarket seperti Makro yang baru berdiri beberapa waktu lalu.

Dibangunnya banyak mal tidak lepas dari letak geografis Yogyakarta yang strategis. Keberadaan Bandara Internasional Adi Sutjipto membuat Yogyakarta setiap hari dikunjungi orang dari daerah yang ingin bepergian dengan pesawat. Selain itu, patut diingat Yogya dikenal sebagai daerah kunjungan wisata kedua setelah Bali. Kiranya, ini semua benar-benar dibaca Pemerintah Provinsi DIY sebagai nilai lebih yang mendongkrak daya saing untuk menarik investor masuk.

(17)

toko asesoris kendaraan bermotor, warnet, game on line, salon, penjahit, toko buah-buahan, toko barang-barang rumah tangga, toko parfum refil, menyewakan kamar kos untuk SPG dll.

Melihat pada perkembangan kota yang semakin pesat, dengan adanya pasar modern tentunya akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi kota dan masyarakat, selain dampak positif ada dampak negatif dari pendirian plaza tersebut seperti semakin berkurangnya pelanggan dibeberapa pasar tradisional dan di toko atau warung tradisional karena masyarakat lebih memilih berbelanja ke supermarket ataupun hypermarket terdekat.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melihat dampak perkembangan usaha kecil dan usaha mikro setelah adanya pendirian Plaza Ambarukmo, khususnya pada jumlah pelanggan, omset, dan laba usaha kecil. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan .laksda Adi Sutjipto yang merupakan salah satu sentra usaha kecil yang berada di Yogyakarta. Apakah masih berkembang dengan baik dan dapat menyumbangkan PDB Negara di tengah persaingan dengan perusahaan Multinasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo?

(18)

3. Apakah ada perbedaan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo?

C. Batasan Masalah

Perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo, perbedaan omset usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo, dan perbedaan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro

sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

2. Mengetahui perbedaan omset usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo

(19)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Plaza Ambarukmo.

Penulis berharap Plaza Ambarukmo terus mengembangkan usahannya dan memberi dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian usaha kecil dan usaha mikro sekitar Plaza.

2. Bagi usaha kecil dan usaha mikro sekitar Plaza Ambarukmo.

Penulis berharap agar para usaha kecil dan usaha mikro yang berada disekitar Plaza Ambarukmo bisa membaca peluang usaha, dan para pengusaha kecil dan usaha mikro terus bertahan dengan usahanya serta terus mengembangkan usahanya agar dapat meningkatkan perekonomian mereka.

3. Bagi penulis.

Bagi penulis menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang usaha kecil dan usaha mikro yang berada di sekitar Plaza Ambarukmo.

4. Bagi Masyarakat

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persaingan usaha

Persaingan adalah esensi dari tumbuh dan berkembangnya aktivitas ekonomi. Tapi banyak masyarakat yang berargumen lain sehingga menyebabkan banyak orang berfikiran negatif tentang persaingan dan kompetisi. Persaingan itu dilandasi oleh keterbatasan sumber daya. Dalam hal ini persaingan dapat mendorong sumber daya mengalir ke sektor yang paling efisien. Untuk itu persaingan menjadi penting, karena dengan demikian yang mendapatkan sumber dayanya adalah memang yang paling tepat. Sehingga ada alokasi yang baik dan distorsi bisa diminimalkan.

Yang menjadi masalah adalah bagaimana hal-hal ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang betul-betul membutuhkan. Kalau tidak ada persaingan maka pengusaha akan bertindak semena-mena. Dengan persaingan yang semakin banyak, maka pihak-pihak yang terlibat akan memanfaatkan sumber daya secara optimal sehingga mengurangi pemborosan.

(21)

informasi harus sedapat mungkin sempurna. Ketiga adalah ada aturan main yang bisa dimonitor pemerintah dan benar-benar diterapkan. Jadi lembaga seperti Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menjamin bahwa persaingan tersebut berada dalam koridor hokum. Sehingga persaingan tersebut tidak ada pihak yang dimanfaatkan.

Sekarang ini banyak perusahaan multinasional muncul di negara kita, usaha besar jumlahnya sedikit, sebaliknya usaha kecil jumlahnya banyak. Usaha besar sering merupakan afiliasi asing yang operasionalisasinya sangat efisien, sedangkan usaha kecil masih menjadi perbincangan untuk didorong maju. Ritel modern yang berjaringan luas, efisien, dan diizinkan masuk ke daerah kecil didampingkan dengan ritel tradisional yang sering berpenampilan kumuh dan kurang menarik pengunjung. Selain hal tersebut perusahaan multinasionaanl dapat selalu bertahan karena ada persaingan demi persaingan. Produktivitas produksi selalu di tingkatkan terus menerus, dengan biaya produksi di tekan serendahmungkin sehingga hasilnya dapat di jual semurah mungkin. Hal tersebut yang menghambat usaha kecil dalam bersaing.

(22)

saat ini bisnis kuliner kecil-kecilan menjamur di pinggir-pinggir jalan seperti warung makan, kios bakso, soto, mie ayam, lotek, gado-gado, angkringan dll.

Selain itu, di Yogyakarta bisnis yang saat ini sedang maju yaitu bisnis kuliner Yogya chicken yang menyediakan produk ayam goreng lokal yang penyajiannya khalayak produk luar negeri. Pelayanan dan kualitasnya pun tak kalah enaknya dengan produk-produk luar negeri, selain ayam goreng, yang menjadi menu andalannyaadalah kentang goreng sebagai pelengkap. Di Yogya Chicken tersedia beberapa paket seperti halnya di restoran ayam goreng dari luar negeri. Contohnya 1 porsi ayam goreng (paha/dada) + nasi + minuman, hanya dibanderol dengan harga Rp.6.000,-. Minuman yang disediakan adalah minuman yang merakyat dan terjangkau, seperti es teh, es jeruk dan es lainnya.

Tempat yang cukup luas dan nyaman sangat tepat untuk menikmati ayam goreng bersama kerabat ataupun keluarga. Harga yang terjangkau menjadikan Yogya Chicken tempat pilihan bagi para pelajar dan mahasiswa untuk tempat makan. Yogya Chicken juga menyediakan tempat makan khusus yang cukup luas untuk acara-acara seperti meeting, ulang tahun ataupun reuni. Yogya Chicken yang dulu pertama kali berdiri di Jl. Tribata Balapan Jogja ini, sekarang telah mempunyai banyak cabang sehingga memudahkan para pelanggan untuk mencari tempat makan yang terdekat.(chokichim.blogspot.com)

(23)

kecil untuk lebih kreatif, efektif, dan inovatif dalam mengelola usahanya agar dapat selalu bertahan dan semakin berkembang.

B. Neoliberalisme

Neoliberalisme muncul kurang lebih 30 tahun yang lalu. Tetapi kehadirannya dapat dirasakan hingga di seluruh segi-segi kehidupan, bukan hanya di bidang ekonomi, melainkan di seluruh segi kehidupan masyarakat di seluruh pelosok dunia. Neoliberalisme yang datang bebarengan dengan globalisasi ini bukan hanya di pakai untuk mengatur ekonomi global. Melalui dukungan teknologi komputer dan informasi yang canggih, kekuatan kapitalis local bergabung dengan kekuatan kapitalis global, bersama-sama mencoba mengeruk kekayaan bumi ini dengan menjanjikan bahwa kemakmuran global akan menjadi kenyataan lebih cepat dari pada yang diinginkan.

(24)

menjadi bargaining power, dan memaksa Negara-negara bertekuk lutut, termasuk Negara asal mereka sendiri.

Kedua, untuk menjamin bahwa Negara-negara di seluruh dunia patuh menjalankan prinsip pasar bebas dan perdagangan bebas yang dikenal sebagai konstitusi internasional yang terus menerus memantau Negara-negara (surveillance system). Institusi internasional itu antara lain adalah World Trade Organization (WTO), yang dapat menjatuhkan hukuman pada Negara-negara yang tidak patuh pada perdagangan bebas seperti World Bank dan International Monetary Fun (IMF).

Ketiga, sebagai variable independen dari semua ini adalah revolusi di bidang teknologi komunikasi dan transportasi yang amat dasyat selama 20 tahun terakhir ini. Bagi pelaku bisnis perkembangan memang diharapkan karena dengan demikian mereka tidak lagi mengalami hambatan apapun untuk menggerakkan barang maupun modal ataupun mengkoordinasikan produksi kemana-mana.

(25)

ditujukkan mencapai dan melalui pertimbangan-pertimbangan ekonomi. Transaksi dalam kegiatan ekonomi bukan hanya sekedar salah satu bentuk dari model hubungan antar manusia.

Dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia setiap saat senantiasa dipengarui, dipaksa menelan pemahaman yang seakan-akan paling benar, bahwa keikut sertaan dalam globalisasiekonomi adalah suatu keharusan mutlak yang dapat membawa bangsa ini meraih cita-cita kesejahteraan bersama. Pasar bebas diartikan sebagai jalan menuju investasi, desentralisasi yang seolah-olah adalah sebagai penjaga stabilitas. Dengan kata lain, kita dipaksa untuk mempercayai bahwa kapitalismelah yang menyediakan surga, dan pasar bebaslah yang menawarkan kebahagiaan.

Seperti yang kita ketahui globalisasi di pandang bukan hanya sebagai suatu fenomena dan tren yang akan berlalu, melainkan sebagai suatu kenyataan atau tata dunia yang menggantikan tata dunia Perang Dingin. Ciri utama tata dunia baru ini adalah integrasi modal, teknologi dan informasi lintas batas Negarasedemikian rupa sehingga terciptalah suatu pasar global tunggal dan suatu desa global yang tidak relevannya batas-batas Negara dalam eksistensi dan operasi tata dunia baru dimana manusia memasuki suatu abad kejayaan baru. Yang harus dilakukan hanyalah tenang, dan belanja, serta membiarkan pasar dan teknologi melaksanakan kekuatannya.Kepercayaan mutlak pada daya pasar dan teknologi adalah kunci sukses.

(26)

belum pernah ada kesamaan dalam sejarah. Secara logis kebaruan ini menuntut sikap baru dan cara pandang baru. Kebaruan membawa konsekuensi luas pada segala aspek kehidupan manusia. Yang pertama, untuk secara tepat dan memadai memberikan respon terhadap dunia barudimana orang tidak bisa mengandalkan kebijaksanaan yang lama melainkan harus berpaling pada kebijakan baru. Dan hal ini tidak hanya dipandang berlaku hanya satu bidang melainkan pada seluruh bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, sampai dengan kehidupan social dan budaya.

(27)

Kaitan ini lama kelamaan diserap sebagai bagian dari akal sehat yang ditanamkan kedaulatan pasar.

Tidak mengherankan bahwa kedatangan pasar dalam berbagai bentuknya dipandang sebagaiawal yang menjanjikan dari datangnya demokrasi yang terwujut dalam kedatangan modal-modal asing yang besar. Logika yang simplistik seperti inilah yang ditanamkan dalam benak masyarakat. Lebih dalam lagi, paradigma pasar mengubah cara berfikir mastarakat. Muncul dan dominannya kapitalisme memutar balikkan hubungan antara masyarakat dan pasar. Pada masa prakapitalis atau awal beroprasinya kapitalis, pasar merupakan bagian dari masyarakat. Operasi norma-norma pasar berakar dan di batasi oleh norma-norma social dan masyarakat yang mengakhiri hubungan social dan ekonomi. Namun, ketika kapitalisme sudah dominan hubungan di balik masyarakat yang merupakan bagian dari pasar. Norma masyarakat di tentang, didesak, dibatasi, dan ditekan oleh norma-norma pasar. Dalam hal ini bisnis menjadi paradigma utama dan pasar memiliki kedaulatannya. Hal tersebut merembet dalam kehidupan sehari-hari melalui dominasi paradigma dan bahasa bisnis.

(28)

bisnis mulai dari yang serius sampai yang asal seolah menjanjikan kelancaran karir dan masa depan yang gilang gumilang.

(29)

dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah (Jahi, 1993:75; Nasution, 1988).

Teori trickle-down effect menjelaskan bahwa kemajuan yang diperoleh oleh sekelompok masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga menciptakan lapangan kerja dan berbagai peluang ekonomi yang pada gilirannya akan menumbuhkan berbagai kondisi demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi yang merata. Teori tersebut mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin yang terjadi dengan sendirinya. Manfaat pertumbuhan ekonomi akan dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap selanjutnya penduduk miskin mulai memperoleh manfaat ketika penduduk kaya mulai membelanjakan hasil dari pertumbuhaan ekonomi yang telah diterimanya. Dengan demikian, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penuruan angka kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin. Hal ini berarti juga bahwa kemiskinan akan berkurang dalam skala yang sangat kecil bila penduduk miskin hanya menerima sedikit manfaat dari total manfaat yang ditimbulkan dari adanya pertumbuhan ekonomi.

(30)

adalah suatu system yang berasal dari manusia itu sendiri dan karenanya paling manusiawi dan natural. Representasi diri kapitaisme ini berhasil menggalang persetujuan dan dukungan spontan terhadap duplikasi system ini.Slogan kapitalisme membebaskan dan kapitalisme memenuhi kebutuhan manusia yang selama ini terlantar.

Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin hari semakin bertambah, muncullah perusahaan multinasional seperti careffour dimana careffour tersebut menyediakan semua jenis kebutuhan rumah tangga yang memungkinkan orang dapat melakukan jenis perbelanjaan campuran. Pada tahun 1962 muncul hipermarket pertamanya di Sainte-Geneviève-des-Bois, dekat Paris, Perancis dengan nama Carrefour.Kelompok Carrefour memperkenalkan konsep hipermarket untuk pertama kalinya, sebuah supermarket besar yang mengombinasikan department store (toko serba ada).Dan sekarang total gerainya sekitar 15.000 dengan karyawan sekitar 700.000 di seluruh dunia.Gerai Carrefour di Indonesia dibuka pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di Cempaka Putih, Jakarta.Di Indonesia, Carrefour memiliki 41 gerai di sepuluh kota, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Denpasar, Jakarta, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. (www.ngobrolaja.com)

(31)

memonopoli pasar yang ada di indonesia. Hal tersebut ditandai dengankehadiran beberapa gerainya di dekat pasar tradisional dan berada di kawasan permukiman, adanya beberapa gerai yang terlalu berdekatan, pelanggaran ukuran gerai, kebocoran gas karbon monoksida di salah satu gerainya, dan menjual produk makanan kedaluwarsa.

Sebagaimana kita tahu, Carrefour sudah membangun begitu banyak hipermarket di seluruh kota besar di Indonesia, bahkan juga mengakuisisi grup Alfamart dan mengubahnya menjadi Carrefour. Sering ia membangun bisnisnya di dekat pasar-pasar tradisional yang telah lama tumbuh di negeri ini. Hanya sebagai contoh, Carrefour Plaza Ambarukmo di belakangnya ada Pasar Ambarukmo, Carrefour Rungkut Surabaya hanya sepelemparan tombak dari Pasar Soponyono Rungkut. Carrefour Kalimas hanya sekiloan dari Pasar Wonokromo Surabaya. Bahkan Carrefour ITC berhadap-hadapan dengan Pasar Atom Surabaya. (bahtiarhs.net)

(32)

persaingan usaha tidak sehat.Sedangkan pasal 25 (1) a menyebutkan, pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing baik dari segi harga maupun kualitas.

Karena terbukti secara sah telah melakukan monopoli dan melakukan persaingan yang tidak sehat pada tanggal 3 Novenber 2009 carrefour dijatuhi denda sebesar Rp25 miliar (antasari.net) atau dengan sanksi berupa penetapan pembatalan perjanjian, menghentikan integrasi vertikal, menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat yang merugikan masyarakat, menghentikan penyalah gunaan posisi dominan, dan penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambil alihan saham. (www.kppu.go.id)

Dengan adanya kasus tersebut ,KPPU berperan sebagai wasit persaingan bisnis yang adil, sehingga masyarakat dan konsumen terlindungi dari perilaku monopolistik yang merugikan.

(33)

jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan jasa transportasi, arus barang dan jasa pun mengalir dari sentra produksi ke pemasaran di kota atau sebaliknya, volume peredaran uang di desa pun meningkat, daya beli membaik, masyarakat bergairah untuk membangun diri, menekan angka urbanisasi dan desa atau kampung-kampung berkembang.

(34)

C. Usaha Kecil

Usaha kecil adalah usaha dengan beberapa karakteristik sebagai berikut, Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik .

Contoh usaha keciladalah usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan. Peternakan ayam, itik dan perikanan, Koperasi berskala kecil.

Pada tahun 2008 di buatlah Undang-Undang yang terbaru, dimana Undang-Undang tersebut mendifinisikan

(35)

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

(36)

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

(37)

sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya. Kemitraan baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. Dalam Undang-Undang ini Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sedangkan Menteri Teknis yang bertugas secara teknis bertanggung jawab untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam sektor kegiatannya.

Dalam Undang Undang ini menjelaskan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Dengan tujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

(38)

sendiri adalah mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri, dan meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Kemudian di dalam Undang Undang tersebut memuat kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah sebagai berikut:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(39)

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Jika dibandingkan dari Undang Undang Tahun 1995 dan Undang Undang Tahun 2008 jauh sangat berbeda. Undang Undang terbaru lebih mendetail dalam mendifinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, dimana orang dimudahkan dalam mengklasifikasikan usahanya.

Jika dulu pemerintah hanya melindungi usaha kecil dari persaingan usaha yang tidak sehat, saat ini pemerintah bertanggung jawab atas segala kegiatan yang dilakukan usaha kecil mulai dari penyelenggara, pemberdayaan, iklim usaha, pengembangan, pembiayaan, peminjaman, dan kemitraannya.

(40)

Hal tersebut telah memperlihatkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab secara penuh terhadap jalannya usaha dari mulai penyelenggaraan sampai dengan kemitraan. Dimana pemerintah disini melindungi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Berbicara tentang sektor perdagangan, maka kita tidak dapat lepas dari komunitas pedagang sebagai pelakunya, yang kemudian salah satunya lebih dikenal dengan sebutan Pedagang Kaki Lima (PKL), yaitu mereka yang bekerja dengan memanfaatkan situasi, tempat dan keramaian yaitu dengan berjualan ditrotoar jalan atau ditempat umum lainnya.

Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana. Meskipun dengan modal kecil tersebut orang-orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Pedagang kaki lima merupakan salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan yang sangat terbatas.

(41)

Situasi tempat dan keramaian dapat dimanfaatkan untuk berdagang sebagai pedagang kaki lima, misalnya makanan dengan memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki dapat dipakai sebagai salah satu modal untuk mencari ataupun menambah penghasilan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sektor informal pedagang kaki lima mempunyai peranan yang besar untuk meningkatkan perekonomian terutama masyarakat ekonomi lemah dan sektor ini juga menyerap tenaga kerja yang mempunyai keahlian yang relatif minim.

Pedagang Kaki Lima (PKL) selalu memanfaatkan tempat-tempat yang senantiasa dipandang profit, tempat keramaian hingga tempat-tempat yang nilai berpotensi untuk menjadi objek wisata. Mereka hanya berfikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk mencari nafkah tanpa mempedulikan hal-hal lain. Dibalik kehadiran para pedagang kaki lima tersebut ternyata dapat memberikan manfaat yang positif dan manfaat yang kurang menguntungkan.

Manfaat yang positif mungkin dirasakan oleh masyarakat kelas ekonomi rendah karena mereka dapat memperoleh barang dengan harga yang terjangkau. Pedagang Kaki Lima menjual berbagai jenis barang, antara lain makanan, minuman, pakaian, buah.Antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya mempunyai modal yang berbeda, jam kerja berbeda, lama usaha yang berbeda dan jenis barang dagangan yang berbeda pula.

(42)

antara pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman akan berbeda penghasilannya dengan pedagang sayur atau pedagang buah, demikian pula dengan pedagang kaki lima lainnya.

1. Peranan Usaha Kecil dalam Perekonomian

Peranan usaha kecil dalam perekonomian nasional paling tidak bisa dilihat dari tiga hal, yaitu pertamanya dalam pembentukan pendapatan nasional, peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, serta penerapannya sebagai penyangga. Dominasi unit usaha ini berimplikasi pada besarnya peranan usaha kecil dalam penyerapan tenaga kerja. Sekitar 88 persen dari pekerja di Indonesia dikategorikan sebagai pekerja yang terkait dengan usaha kecil. Meskipun dari penyerapan tenaga sangat besar, peranan usaha kecil dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) relativ masih rendah.

Sementara itu, peranan usaha kecil sebagai penyangga dapat dilihat dengan mudah ketika krisis ekonomi terjadi. Banyak sekali karyawan yang terkena PHK yang kemudian beralih menjadi pedagang kecil. Diakui bahwa usaha kecil merupakan “bantal pengaman” yang menghindarkan perekonomian Indonesia dari kehancuran total akibat krisis.

2. Kebijakan Usaha kecil di Indonesia

(43)

kebijakan untuk mendukung perkembangan usaha kecil menjadi pilihan yang tidak sederhana.

Secara umum, kebijakan pemerintah Indonesia lebih banyak berwujud welfare policy yang tidak menggunakan kaidah ekonomi sebagai acuan utama.Kebijakan ini sering disebut orang sebagai kebijakan “populis”. Secara langsung maupun tidak langsung, kebijakan ini didasari oleh suatu asumsi bahwa fungsi usaha kecil identik dengan masalah kemiskinan atau marjinalitas. Bertolak dari asumsi ini welfare policy diwujudkan terutama dalam bentuk pemberian subsidi bagi pengusaha kecil.

Pilihan kebijakan kedua adalah economic policy yang mengacu pada kaidah-kaidah dan pertimbangan ekonomi. Dengan asumsi bahwa diluar aspek skala usaha, usaha kecil sesungguhnya tak memiliki karakteristik yang berbeda dengan usaha besar dan menengah. Oleh karenanya, bertolak dengan asumsi itu, kebijakan pemerintah bagi usaha kecil tidak didasari oleh “belas kasihan”, tetapi lebih didasari oleh pertimbangan potensi ekonomi. Kebijakan ini juga bukan tanpa kontroversi, karena jika perlakuan terhadap usaha kecil didasarkasn pada pertimbangan ekonomi secara murni, akan banyak usaha kecil yang terpaksa harus ditinggalkan.

(44)

suatu langkah-langkah trobosan guna mengatasi kebekuan wacana (discourse) tentang kebijakan bagi usaha kecil.

Salah satu trobosan yang dimaksud adalah melalui pendekatan bottom-up, dimana para pengusaha kecil dipersilahkan untuk merumuskan sebuah action plan dan usulan kebijakan untuk diajukan kepada pemerintah. Agenda aksi dan agenda kebijakan tersebut harus didasari oleh permasalahan nyata yang dihadapi oleh para pengusaha kecil, tetap dalam persepsi pengusaha kecil.

3. Peraturan perundang-undangan di Bidang perdagangan

Di sector perdagangan telah dikeluarkan peraturan yang berkaitan dengan usaha kecil melalui Departemen Perdagangan. Peraturan perundang-undangan yang dimaksud meliputi:

1. Undang-undang Nomor 1458/Kp/XII/84 tentang surat izin Usaha Perdagangan (SIUP).

UU ini mengatur antara lain, bahwa SIUP perusahaan kecil dan menengah mempunyai masa berlaku yang tidak terbatas selama perusahaan yang memilikinya masih menjalankn kegiatan usaha.

(45)

sehari-hari pemiliknya, (4) setiap usaha dagang berkeliling, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima.

2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP).

UU ini mengatur antara lain dikecualikannya dari wajib daftar setiap perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh pribadi pengusahanya sendiri atau dengan mempekerjakan hanya anggota keluarga sendiri yang terdekat serta memerlukan izin usaha dan tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan.

3. Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1458/Kp/XII/84 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), tanggal 19 Desember 1984. SK ini mengatur antara lain:

a. Keringanan persyaratan bagi usaha kecil yaitu perusahaan kecil dengan asset di bawah Rp 25.000.000,-

b. SIUP perusahaan kecil dan menengah diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Departemen Perdagangan di Daerah Tingkat II atas nama Menteri.

c. Perusahaan-perusahaan yang di bebaskan dari kewajiban memiliki SIUP antara lain perusahaan kecil perorangan.

D. Dampak persaingan

(46)

1. Laba

Sebuah perusahaan dalam system ekonomi apapun juga harus mempunyai tujuan yang jelas untuk membuat keputusan yang sehat untuk dapat dinilai oleh pemiliknya atau kekuasaan yang lebih tinggi. Dan walaupun ini tidak berarti bahwa perusahaan di bebaskan dari tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap masyarakat dalam segala hal, perusahaan juga tidak dapat diharapkan untuk menghitung semua akibat dari tindakannya pada semua pihak ke tiga, yang dapat melumpuhkannya

Dalam ilmu ekonomi pendapatan adalah hasil dari balas jasa untuk suatu jenis sumber daya manusia, yaitu kegiatan pengusaha yang mengorganisir produksi, mengkombinasikan faktor produksi, dan menanggung resikonya.

Yang menjadi pendapatan bagi pengusaha adalah “sisa” setelah jumlah penerimaan total dikurangi dengan seluruh biaya-biaya produksi.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).

(47)

pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).

Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).

(48)

Tujuan utama berdinya suatu usaha adalah mencari laba dan sebisa mungkinmenghindari rugi supaya tidak terlempar dari usahanya.

2. Pelanggan

Kebutuhan utama pengusaha dari seorang pelanggan jelas dan sangat pasti yaitu omzet dan Laba. Hal itu diperoleh tentu saja dari kegiatan pelanggan yang membeli dan membayar berbagai produk yang dihasilkan atau ditawarkan pengusaha sehingga melahirkan margin keuntungan. Hal lain yang diharapkan pengusaha dari pelanggannya adalah pelanggan itu tetap konsisten untuk loyal atau pun setia membeli produknya secara terus-menerus dalam segala dinamika bisnis yang terjadi. Untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan akan terus menjadi mitra strategis anda dalam berusaha.

(49)

jarang atau hanya sesekali saja membeli produk/jasa kita.Ini disebut juga pelanggan riil.

Pelanggan dalam pengertian ini juga disebut bagi semua orang atau pihak yang menaruh perhatian atau tertarik pada produk/jasa kita atau hanya “sekedar ingin tahu” saja.Ini disebut juga pelanggan potensial.Pelanggan ditinjau dari volume pembelinya adalah seseorang yang melakukan pembelian secara berulang-ulang. Pelanggan adalah seseorang atau lembaga yang menjadi anggota (member) dari sebuah kegiatan komersial, yang dibuktikan dengan kartu anggota, dengan atau tanpa membayar keanggotaan.

E. Penelitian sebelumnya

Peneliti sebelumnya adalah Marthin Rapael Hutabarat yang dilakukan pada tahun 2008dengan judul ” Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermarket Terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan”.

(50)

Brastagi supermarket. (3) Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing dengan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket.

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang sayuran dan pedagang buah-buahan yang terdapat di pasar tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif dan untuk menguji hipotesis digunakan metode analisis uji t berpasangan (paired t-test), dimana data yang digunakan tidak bebas.

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

2. Ada perbedaan omset kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

(51)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian jenis ini adalah penelitian deskriptif sebab berusaha

untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek atau subyek

yang diteliti melalui data sampel atau data populasi sebagaimana adanya

tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

(Sugiono,2007:21).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan kualitatif, artinya semua informasi data diwujudkan dengan

angka dan analisisnya menggunakan analisis statistik. Sedangkan data

kualitatif dikumpulkan untuk menambah informasi penting lainnya.

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di sekitar Plaza Ambarukmo di Jalan Laksda

Adisucipto Yogyakarta.

2. Waktupenelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai dengan April

(52)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek menurut Arikunto (2000:116) adalah benda, hal atau tempat

variabel penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi informasi

yang berhubungan dengan subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah

usaha kecil yang berada di sekitar Plaza Ambarukmo di Jalan Laksda

Adisucipto Yogyakarta.

2. Obyek penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah

a. Jenis usaha

b. Laba

c. Omset

d. JumlahPelanggan

D. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan di tarik kesimpulan

(Sugiono 2007:55). Populasi dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil

dengan kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

(53)

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) dan Usaha Mikro dengan kriteria memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

yang berdiri sebelum ada Plaza Ambarukmo, karena jumlah Usaha Kecil

dan Usaha Mikro tidak diketahui dengan pasti maka populasinya disebut

Populasi Infinit. Sedangkan populasi target ( target population) penelitian

ini adalah 20 Usaha Kecil dan 20 Usaha Mikro di sekitar Jalan Laksda

Adisucipto Yogyakarta dengan jarak kurang lebih 1km dari Plaza

Ambarukmo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono 1999:73). Dalam penelitian ini sampel

yang digunakan adalah para pengusaha kecil.

3. Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan tehnik

Sampling Aksidental. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 1999:77) sampling

aksidental adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan kebetulan.,

(54)

kecil di sekitar Plaza Ambarukmo yang dapat digunakan sebagai sampel,

bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data.

E. Variable Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah jenis usaha para pengusaha kecil,

laba yang secara umum adalah selisih pendapatan di atas biaya-biayanya

dalam jangka waktu tertentu, omset adalah penjualan yang belum dikurangi

biaya-biaya apapun, dan jumlah pelanggan sendiri adalah pembeli yang setia

membeli produknya secara terus menerus.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada

usaha kecil yang berada di sekitar Plaza Ambarukmo untuk memperoleh

data mengenai keadaan fisik yang sesungguhnya.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung atau lisan dengan para pengusaha kecil guna

mengetahui karakteristik penduduk yang melakukan kegiatan usaha kecil

disekitar Plaza Ambarukmo. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

(55)

dapat dikostruksikan makna dalam suatu topic tertentu (Sugiyono,

2007:410).

3. Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2007:422). Metode pengumpulan

data dengan cara mengambil gambar yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, khususnya mengenai kegiatan usaha kecil.

G. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data berkala (time series data), yaitu

data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran

tentang perbedaan suatu kegiatan dari waktu ke waktu, dalam penelitian ini

yaitu perbedaan jumlah pelanggan, perbedaan omset, dan perbedaan laba

sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

Perbedaan jumlah pelanggan, omset, dan laba akan dilihat pada tahun 2005

sebelum berdirinya Plaza Ambarukmo dan tahun 2006 setelah berdirinya

Plaza Ambarukmo. Data yang diperoleh akan memunculkan hipotesis:

1. Untuk menjawab rumusan masalah I yang menyatakan apakah ada

perbedaan jumlah pelanggan sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah

ada Plaza Ambarukmo, penulis menggunakan analisis uji Analisis Varians

karena sampel lebih dari 30. Analis Of Variance, disingkat Anava adalah

populasi teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan

(56)

berasal dari populasi yang berbeda. Namun jika dikehendaki ia dapat juga

dipergunakan walau kelompok itu hanya dua buah. Dalam penelitian ini

digunakan Uji Analisis Varians satu jalan atau One-Way Analysis of

Variance. Analisis Varians satu jalan dipergunakan untuk menguji

signifikasi perbedaan rata-rata hitung yang hanya mencangkup satu

klasifikasi atau satu variabel independen. Asumsi dasar yang harus

diperhatikan dalam pengerjaan statistik analisis varians, langkahnya

sebagai berikut:

a. Subyek yang menjadi anggota kelompok-kelompok sampel harus

ditentukan secara random. Dalam penelitian ini peneliti memilih

Daerah Ambarukmo sebagai sentra usaha kecil dan usaha mikro yang

berada di Kecamatan Depok.

b. Skor-skor hasil pengukuran memiliki distribusi normal. Untuk

menentukan kenormalan suatu distribusi, maka dilakukan uji

normalitas dengan menggunakan teknik Chi Kuadrat.

Rumusnya:

Keterangan;

Oi = Frekuensi observasi jumlah pelanggan sebelum ada plaza

(57)

Ei = Frekuensi harapan jumlah pelanggan setelah ada plaza

Ambarukmo tahun 2006

n = Jumlah keseluruhan pelanggan

c. Varians populasi (S²) tiap kelompok bersifat homogen atau tidak

berbeda secara signifikan. Untuk menguji homogenitas varians,

diperlukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor

kelompok-kelompok yang bersangkutan. Rumus F yang dipergunakan

untuk maksud itu adalah sebagai berikut:

d. Hipotesis:

Ho = Tidak ada perbedaan jumlah pelanggan sebelum ada Plaza

Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

Ha = Ada perbedaan jumlah pelanggan sebelum ada Plaza

Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

Taraf signifikasi = 5%

e. Kriteria penerimaan :

Ho diterima jika X² hitung ≤ X² table

(58)

f. Tabel Penolong Anova

Table 3.1

Hasil Perbandingan Pelanggan Th 2005 dan 2006

Keterangan:

Perhitungan jumlah kuadrat:

g. Jumlah kuadrat rata-rata:

No Nama toko Pelanggan

Tahun 2005

Pelanggan

Tahun 2006

1 Xx Xx xx

2 Xx Xx xx

3 Xx Xx xx

n1= n2= nt=

∑χ1= ∑χ2= ∑χt=

(59)

h. Jumlah kuadrat total:

i. Jumlah kuadrat antar kelompok:

j. Dalam kelompok:

k. Setiap jumlah kuadrat mengandung derajat kebebasan, sebagai

berikut:

1)Untuk JKR; berderajat kebebasan dk= 1

2)Untuk JKA; berderajat kebebasan dk= k-1

3)Untuk JKD; berderajat kebebasan dk= n-k

2. Untuk menjawab rumusan masalah II yang menyatakan apakah ada

perbedaan omset sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza

Ambarukmo, penulis menggunakan analisis uji Analisis Varians karena

sampel lebih dari 30. Analis Of Variance, disingkat Anava adalah populasi

teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata

(60)

dari populasi yang berbeda. Namun jika dikehendaki ia dapat juga

dipergunakan walau kelompok itu hanya dua buah. Dalam penelitian ini

digunakan Uji Analisis Varians satu jalan atau One-Way Analysis of

Variance. Analisis Varians satu jalan dipergunakan untuk menguji

signifikasi perbedaan rata-rata hitung yang hanya mencangkup satu

klasifikasi atau satu variabel independen. Asumsi dasar yang harus

diperhatikan dalam pengerjaan statistik analisis varians, langkahnya

sebagai berikut:

a. Subyek yang menjadi anggota kelompok-kelompok sampel harus

ditentukan secara random. Dalam penelitian ini peneliti memilih

Daerah Ambarukmo sebagai sentra usaha kecil dan usaha mikro yang

berada di Kecamatan Depok.

b. Skor-skor hasil pengukuran memiliki distribusi normal. Untuk

menentukan kenormalan suatu distribusi, maka dilakukan uji

normalitas dengan menggunakan teknik Chi Kuadrat.

Rumusnya:

Keterangan;

Oi = Frekuensi observasi omset sebelum ada plaza Ambarukmo

(61)

Ei = Frekuensi harapan omset setelah ada plaza Ambarukmo tahun

2006

n = Jumlah keseluruhan omset

c. Varians populasi (S²) tiap kelompok bersifat homogen atau tidak

berbeda secara signifikan. Untuk menguji homogenitas varians,

diperlukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor

kelompok-kelompok yang bersangkutan. Rumus F yang dipergunakan

untuk maksud itu adalah sebagai berikut:

d. Hipotesis:

Ho = Tidak ada perbedaan omset sebelum ada Plaza Ambarukmo dan

setelah ada Plaza Ambarukmo.

Ha = Ada perbedaan omset sebelum ada Plaza Ambarukmo dan

setelah ada Plaza Ambarukmo.

Taraf signifikasi = 5%

e. Kriteria penerimaan :

Ho diterima jika X² hitung ≤ X² table

(62)

f. Tabel Penolong Anova

Table 3.2

Hasil Perbandingan Omset Th 2005 dan 2006

Keterangan:

Perhitungan jumlah kuadrat:

g. Jumlah kuadrat rata-rata:

No Nama toko Omset Tahun

2005

Omset Tahun

2006

1 xx Xx xx

2 xx Xx xx

3 xx Xx xx

n1= n2= nt=

∑χ1= ∑χ2= ∑χt=

(63)

h. Jumlah kuadrat total:

i. Jumlah kuadrat antar kelompok:

j. Dalam kelompok:

k. Setiap jumlah kuadrat mengandung derajat kebebasan, sebagai

berikut:

1)Untuk JKR; berderajat kebebasan dk= 1

2)Untuk JKA; berderajat kebebasan dk= k-1

3)Untuk JKD; berderajat kebebasan dk= n-k

3. Untuk menjawab rumusan masalah III yang menyatakan apakah ada

perbedaan laba sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza

Ambarukmo, penulis menggunakan analisis uji Analisis Varians karena

sampel lebih dari 30. Analis Of Variance, disingkat Anava adalah populasi

teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata

hitung jika kelompok sampel yang diuji lebih dari dua buah yang berasal

dari populasi yang berbeda. Namun jika dikehendaki ia dapat juga

(64)

digunakan Uji Analisis Varians satu jalan atau One-Way Analysis of

Variance. Analisis Varians satu jalan dipergunakan untuk menguji

signifikasi perbedaan rata-rata hitung yang hanya mencangkup satu

klasifikasi atau satu variabel independen. Asumsi dasar yang harus

diperhatikan dalam pengerjaan statistik analisis varians, langkahnya

sebagai berikut:

a. Subyek yang menjadi anggota kelompok-kelompok sampel harus

ditentukan secara random. Dalam penelitian ini peneliti memilih

Daerah Ambarukmo sebagai sentra usaha kecil dan usaha mikro yang

berada di Kecamatan Depok.

b. Skor-skor hasil pengukuran memiliki distribusi normal. Untuk

menentukan kenormalan suatu distribusi, maka dilakukan uji

normalitas dengan menggunakan teknik Chi Kuadrat.

Rumusnya:

Keterangan;

Oi = Frekuensi observasi laba sebelum ada plaza Ambarukmo

tahun 2005

Ei = Frekuensi harapan laba setelah ada plaza Ambarukmo tahun

2006

(65)

c. Varians populasi (S²) tiap kelompok bersifat homogen atau tidak

berbeda secara signifikan. Untuk menguji homogenitas varians,

diperlukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor

kelompok-kelompok yang bersangkutan. Rumus F yang dipergunakan

untuk maksud itu adalah sebagai berikut:

d. Hipotesis:

Ho = Tidak ada perbedaan laba sebelum ada Plaza Ambarukmo dan

setelah ada Plaza Ambarukmo.

Ha = Ada perbedaan laba sebelum ada Plaza Ambarukmo dan

setelah ada Plaza Ambarukmo.

Taraf signifikasi = 5%

e. Kriteria penerimaan :

Ho diterima jika X² hitung ≤ X² table

Ho ditolak jika X² hitung > X² table

f. Tabel Penolong Anova

Table 3.3

Hasil Perbandingan Laba Th 2005 dan 2006

No Nama toko Laba Tahun

2005

Laba Tahun

(66)

Keterangan:

Perhitungan jumlah kuadrat:

g. Jumlah kuadrat rata-rata:

h. Jumlah kuadrat total:

1 xx Xx xx

2 xx Xx xx

3 xx Xx xx

n1= n2= nt=

∑χ1= ∑χ2= ∑χt=

(67)

i. Jumlah kuadrat antar kelompok:

j. Dalam kelompok:

k. Setiap jumlah kuadrat mengandung derajat kebebasan, sebagai

berikut:

1)Untuk JKR; berderajat kebebasan dk= 1

2)Untuk JKA; berderajat kebebasan dk= k-1

(68)

54

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Desa Caturtunggal

1. Letak, Luas, dan Batas

Daerah penelitian adalah di Dusun Ambarukmo, Desa Caturtunggal Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Caturtunggal adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa Caturtunggal terletak pada 7º46’48” LS, dan 110º23’45” BT, dengan luas wilayah 11.070.000 M² dan didiami oleh 57.228 jiwa.

Pada mulanya Desa Caturtunggal merupakan wilayah yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan, yaitu Kelurahan Karangwuni, Kelurahan Mrican, Kelurahan Demangan, Kelurahan Ambarukmo, dan Kelurahan Kledokan. Berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka lima kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu desa yang otonom dengan nama Desa Caturtunggal yang secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-daerah Kelurahan.

(69)

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Condongcatur

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Demangan, Kec. Gondokusuman

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Maguwoharjo Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sinduadi, Kec. Mlati

Gambar IV.1 Peta Desa Caturtunggal

Sumber: Monografi Desa Caturtunggal

2. Kependudukan

(70)

dalam peranannya mempengaruhi keadaan social, ekonomi daerah yang bersangkutan.

Petugas melakukan pencatatan penduduk dan melaporkannya di setiap semester, validasi data penduduk dan perubahan kependudukan berdasarkan KK terbaru, dan petugas membantu melakukan pendataan penduduk untuk pemilu 2009.

Tabel IV.1

Data Kependudukan Desa Caturtunggal Bulan Desember 2009

No Data Warga Negara

1. Penduduk Awal 32.233 28.838 - - 32.233 28.838 61.071 Kapala Keluarga

(KK)

14.379 2.869 - - 14.379 2.869 17.248

2. Kelahiran 3 0 - - 3 0 3

6. Penduduk Akhir 32.250 28.837 - - 32.250 28.837 61.087 Kepala Keluarga

(KK)

14.402 2.817 - - 14.402 2.871 17.273

Sumber : Data Monografi Desa Caturtunggal Keterangan :

L: Laki-laki, dan P: Perempuan

(71)

Dalam data tabel di atas jumlah penduduk di Desa Caturtunggal tahun 2009 adalah 17.273 jiwa. Dengan jumlah Penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28.837 jiwa, dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin Perempuan berjumlah 32.250 jiwa. Jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 3 jiwa, dan kematian sebanyak 15 jiwa. Selain hal tersebut penduduk di Desa Caturtunggal pidah ke desa lain sebanyak 79 jiwa, dan penduduk yang menjadi pendatang di Desa Caturtunggal sebanyak 107 jiwa.

Tabel IV.2

Data Pendatang Penduduk Desa Caturtunggal Bulan Desember 2009

Sumber : Data Monografi Desa Caturtunggal

Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan penduduk pendatang tidak begitu begitu mendominasi penduduk asli Desa Caturtunggal. Dan pendatang yang paling banyak adalah pendatang yang berasal dari provinsi lain yang berjumlah 76 orang.

Tabel IV.3

Data Perpindahan Penduduk Desa Caturtunggal Bulan Desember 2009

No Jenis Perpindahan Pindah Total

Laki-laki Perempuuan

1. Antar Desa 6 10 16

2. Antar Kecamatan 14 13 27

3. Antar Kabupaten 10 11 21

4. Antar provinsi 9 6 15

Jumlah 39 40 79

(72)

Jika dibandingkan pendatang yang berdomisili di Desa Caturtunggal, penduduk Desa Caturtunggal yang pindah ke lain daerah tidak begitu banyak. Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa perpindahan yang dituju paling banyak adalah perpindahan antar kecamatan.

3. Orbitasi dengan Pusat Pemerintahan

Secara geografis letak Desa Caturtunggal terhadap pusat-pusat kota dan pemerintahan relatif dekat. Adapun jarak-jarak tersebut sebagai berikut:

Jarak dari Ibu Kota Negara : 630 km Jarak dari Daerah Kota Provinsi : 5,5 km Jarak dari Daerah Kota Kabupaten Sleman : 10 km Jarak dari Kecamatan Depok : 1,5 km

4. Keadaan Tanah

Secara umum tanah di Desa Caturtunggal tergolong tanah subur (produktif), hal ini bisa dilihat dari adanya lapisan humus dalam tanah yang cukup tebal dan dapat kita buktikan dengan hasil pertanian yang cukup baik.

(73)

Akhirnya tanah persawahan menjadi menyempit, namun demikian sektor pertanian masih tetap bertahan.

5. Keadaan Iklim

Dilihat dari iklim, maka Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman merupakan dataran rendah dengan ketinggian tanah dari permukaan laut 150mdpl, dengan suhu rata-rata 260C sampai 300C, dengan curah hujan rata-rata 2704 mm/tahun.

6. Keadaan Air

Keadaan air di wilayah desa Caturtunggal cukup memadai, karena terdapat aliran Selokan Mataram serta dilewati sungai-sungai seperti Sungai Code di sebelah barat, Sungai Gajah Wong yang membelah wilayah Desa Caturtunggal dan Sungai Tambak Bayan di sebelah timur.

Sehingga ini merupakan sumber pengairan bagi pertanian di Desa Caturtunggal. Untuk keperluan pemakaian air minum sebagian masyarakat menggunakan sumur gali dan sumur pompa serta berlanggananan PDAM.

B. Gambaran umum Dusun Ambarukmo

1.Batas Wilayah

Desa Ambarukmo adalah desa yang mempunyai batas: Utara : Nologaten

Selatan : Gowok

(74)

2.Ukuran Jarak Kedudukan tempat

a. Jarak kantor pedukuhan ke kantor kepala desa adalah ± 2 km, ± 5 menit.

b. Jarak kantor pedukuhan ke kantor Kabupaten adalah ± 12 km, ± 40 menit.

3.Luas Wilayah

Luas wilayah dari dusun Ambarukmo secara keseluruhan adalah 5,9 Ha, yang terdiri dari Sawah irigasi teknis, sawah irigasi 1/3 teknis, tanah pekarangan, tanah kas desa, tanah lapangan, tanah untuk usaha dan prasarana umum.

Tanah di dusun Ambarukmo sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk, bangunan untuk usaha, dan untuk pertanian. Hal ini membuktikan bahwa banyak usaha di dusun Ambarukmo.

4.Keadaan iklim dan tanah

Iklim yang ada di desa ini ada 2 iklim Panas dan Hujan. Jumlah Bulan hujan adalah 6 Bulan, begitu pula dengan iklim panasnya. Suhu Rata-rata/hari adalah 24 s/d 32ºC.

5.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

(75)

Tabel V.4

Jumlah Penduduk Dusun Ambarukmo Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Keterangan Jumlah

1. Belum sekolah 360

2. Tingkat tamat sekolah/sederajat 385 3. Tamat SD/sederajat 99 4. Tamat SLTP/sederajat 98 5. Tamat SLTA/sederajat 99

6. akademi/sederajat 60

7. Tamat Perguruan Tinggi/sederajat:

a. Tamatan S1 52

b. Tamatan S2 17

Sumber : Monografi Dusun Ambarukmo

Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di dusun Ambarukmo sebagian besar tamatan SLTA/sederajat. Jumlah penduduk yang belajar melebihi wajib belajar 9 tahun adalah 385 orang. Yang masih menjadi mahasiswa adalah 60 orang, kemudian yang tamatan S1/sederajat sebanyak 51 orang, dan yang tamatan S2/sederajat sebanyak 17 orang. Artinya penduduk di Dusun Ambarukmo, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok sudah sadar terhadap pentingnya pendidikan.

6.Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian adalah sarana yang digunakan untuk mendukung perekonomian. Sarana tersebut seperti koperasi, pasar umum, usaha swasta, bank, dan Plaza. Data sarana perekonomian secara lengkap dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel IV. 5

Sarana Perekonomian di Dusun Ambarukmo

No Sarana Keterangan

1. Koperasi simpan pinjam 1

2. Pasar umum 1

3. Usaha swasta 210

4. Bank 2

5. Plaza 1

(76)

Data tabel diatas menunjukkan perkembangan yang signifikan bagi penduduk Ambarukmo karena sarana perekonomian yang tersedia di Dusun Ambarukmo sudah semakin meningkat, dari sarana perekonomian di atas yang mendominasi adalah usaha swasta yang berjumlah 210 usaha, yang terdiri dari usaha parkiran motor, apotik, toko buah, usaha bengkel motor, bengkel sepeda, rumah makan, toko ban motor, onderdil motor, toko alat listrik, toko jok motor, toko besi, toko perlengkapan kantor, toko kelontong, asesoris motor, pejahit,toko pramuka, toko kacamata, toko baju, toko plastation, foto copy, toko multimedia, toko stiker, toko refil parfum, digital photo, toko peralatan rumah tangga, tinta refil, konter pulsa, tambal ban, toko ikan dan lain-lain.

7.Keadaan sosial ekonomi

Penduduk merupakan faktor utama dalam kehidupan. Oleh karena itu tidak boleh mengesampingkan kelompok manusia yang mendiami suatu daerah tersebut. Untuk itu penulis mengemukakan ilustrasi yang berhubungan dengan kepadatan penduduk dan Mata pencaharian penduduk.

a. Komposisi dan kepadatan penduduk

(77)

Tabel IV.5

Komposisi dan Kepadatan Penduduk Dusun Ambarukmo Tahun 2010

Sumber : Data Monografi Dusun Ambarukmo

Dari data tabel di atas jumlah penduduk menurut usia di Dusun Ambarukmo dapat dilihat dari usia perkembangan yang di mulai dari usia 1th sampai dengan 50th, kelompok usia pendidikkan dimulai dari usia 1th sampai dengan 40th keatas, kemudian kelompok usia berada di usia produktif atau usia kerja yaitu 16th sampai dengan 50 tahun sebesar 3.724 orang. Jadi sebagian besar penduduk di Dusun Ambarukmo dalam usia produktif.

b. Mata pencaharian penduduk

Gambar

Table 3.1 Hasil Perbandingan Pelanggan Th 2005 dan 2006
Hasil Perbandingan Omset Th 2005 dan 2006Table 3.2
Table 3.3 Hasil Perbandingan Laba Th 2005 dan 2006
Gambar IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program KERIS-Net merupakan Program Kelompok Remaja Sehat ( Peer Counseling ) Berbasis Internet yang dapat diterapkan sebagai alternatif menekan angka kejadian

Skala konformitas negatif dan perilaku seks bebas remaja disusun dalam. bentuk skala likert dengan empat pilihan, yaitu SS (sangat sesuai), S

Dia menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai “cabang dari psikologi yang pada prinsipnya memepelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).. Correlation is significant at the 0.01

Original paper or research paper promoting results of a research, or review paper as a result of review of literature others’ researches or opinions have been published..

Pola asuh orang tua dalam memberikan stimulasi perkembangan pada anak di TK Dharmawanita Kabupaten Bangkalan yang diberikan modul pelatihan anticipatory guidance oleh

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor perikanan yang dikelola oleh kelompok sadar wisata yang bekerja sama dengan BUMDES berkontribusi dalam mengembangkan sektor

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini