• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola As (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola As (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Terhadap Anak Dalam Keluarga Pola asuh di atas harus disesuaikan dengan determinasi yang jelas antara hak dan

kewajiban anak; tetapi terutama hak anak. Hak anak yang dimaksud ialah bermain, belajar, kasih sayang, nama baik, perlindungan, dan perhatian.

Berdasarkan pendekatan sosio-kultural, dalam konteks bermasyarakat, keluarga memiliki fungsi berikut :

1. Fungsi Biologis. Tempat keluarga memenuhi kebutuhan seksual ( suami - istri ) dan mendapatkan keturunan (anak); dan selanjutnya menjadi wahana di mana keluarga menjamin kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Secara biologis, keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu. Berkaitan dengan fungsi ini, pola asuh anak di bidang kesehatan juga harus mendapat perhatian para orangtua. Pola hidup sehat perlu diterapkan di dalam keluarga yang bisa dilakukan dengan cara :

· Memberitahukan pada anak untuk mengurangi konsumsi makanan instan atau cepat saji. mengapa hal ini penting ? Kita tahu, bahwa di dalam makanan instan terdapat zat pengawet yang jika dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi kesehatan,

· Memberitahukan pada anak untuk berolah raga secara rutin. · Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk dikonsumsi. · Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak minum air putih.

(2)

sekolah, para peserta juga memeriksa tas sekolah anak, kalau-kalau si anak membawa sesuatu yang tidak wajar. Adapun suka-duka para peserta dalam mendidik anak sangat bervariasi. Sebagian peserta menyatakan sangat senang bila anak-anak mereka menurut terhadap apa yang mereka sarankan. Namun di sisi lain, peserta merasa sedih bila si anak terkadang membantah perkataan mereka, ngambek tidak mau belajar, salah pergaulan dan sebagainya.

3. Fungsi Religius. Para orangtua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenal kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Di sini para orangtua diharuskan menjadi tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya. Berkatian dengan pola asuh anak di bidang agama, banyak orangtua sepakat bahwa agama adalah solusi terakhir dan tertinggi bagi setiap persoalan hidup anak-anak mereka. Masalahnya justru terletak pada tantangan yang mereka hadapi dalam mensosialisasikan ajaran agama dimaksud. Hari-hari ini ada fenomena bahwa agama seakan-akan tidak lagi menarik perhatian anak-anak. Pesan moral dari kisah-kisah yang mempesona dari kitab-kitab suci tidak lagi sampai kepada anak-anak di jaman ini. Memang sih hal ini erat terkait dengan mandegnya progressivitas pihak agama dalam mencari pola-pola pengajaran terkini. Maka tidak mengherankan bila sebagian besar orangtua sangat sulit mengajak anak-anaknya untuk beribadah. Banyak anak justru tidak merasa nyaman di gereja atau tempat ibadah agamanya. Di titik ini para orangtua harus menyadari fungsi mereka sebagai teladan atau pemberi contoh terlebih dahulu. Bagaimana anak akan menurut pada ajakan orangtua bila si orangtua sendiri tidak menjalankannya.

4. Fungsi Perlindungan. Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga. Selama ini dalam mendidik anak, banyak orangtua mendidik anak-anak mereka dengan sabar dan telaten, agar anak menurut sesuai dengan yang diinginkan. Namun tidak jarang pula mereka menggunakan cara-cara yang sedikit otoriter, agar anak tidak bandel dan menurut apa yang kita perintah. Fungsi perlindungan juga

menyangkut pola asuh orangtua di bidang kesehatan. Pola ini bisa dicermati dari kegiatan keseharian anak, antara lain :

(3)

makan siang atau belum. Artinya kontrol terhadap pola makan anak dijalankan dengan baik. Apabila anak pulang sampai sore atau malam hari maka orangtua perlu menanyakan kemana saja seharian anak tersebut.

 Selama ini ketika anak pulang dari sekolah, apakah langsung membantu orangtua atau bermain. Hal ini ditinjau dari pandangan orangtua jelas tentunya lebih senang ketika anak langsung membantu orangtua dalam hal pekerjaan di dalam rumah. Lalu bagaimana bila ternyata anak membantu orangtua dalam arti ikut bekerja mencari uang ? Tentunya hal ini sebaiknya belum boleh dilakukan oleh anak, mengingat anak masih tumbuh dan

berkembang dan mempunyai hak untuk menikmati dunia bermainnya. Bisa dibayangkan betapa anak nantinya akan terbebani ketika harus memikirkan pelajaran di sekolah, namun di sisi yang lain masih harus bekerja mencari uang. Sudah menjadi kewajiban orangtualah untuk membiayai segala macam keperluan anak sehari-hari termasuk pula dalam hal biaya sekolah.

 Anak dipastikan mandi sehari dua kali. Dalam hal ini orangtua senantiasa mengontrol apakah anak sudah mandi atau belum.

 Asupan gizi yang dikonsumsi anak juga harus diperhatikan. Apabila anak setiap hari diberi lauk daging, tentunya tidak bagus. Akan lebih baik bila diimbangi dengan sayur, buah dan susu. Dalam arti makanan yang dikonsumsi sehari-hari memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Sesekali anak diberi lauk ikan, telur, tempe, tahu dan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar terdapat variasi menu makanan anak agar anak tidak bosan. 5. Fungsi Sosialisasi. Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, kalau tidak mau disebut warga negara kelas satu. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya.

(4)

ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.

7. Fungsi Ekonomis. Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.

8. Fungsi Rekreatif. Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari.

9. Fungsi Status Keluarga. Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah

(5)

Cara Mengasuh Anak Dalam Keluarga

Mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik dan ketika dewasa menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Mengasuh anak bukanlah dimulai saat anak dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi dilakukan sendiri mungkin (sejak lahir).

Cara mengasuh anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak yaitu : a. Sejak lahir sampai 1 tahun

Dalam kandungan, anak hidup serba teratur, hangat, dan penuh penlindungan. Setelah dilahinkan, anak sepenuhnya bengantung terutama pada ibu atau pengasuhnya. Pada masa ini anak perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Pencapaian pada tahap ini untuk

mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila nasa percaya tak didapat, maka timbul rasa tak aman, rasa ketakutan dan kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap untuk

menyampaikan keingmnannya, ia menangis untuk menarik perhatian orang. Tangisannya menunjukkan bahwa bayi membutuhkan bantuan. Ibu harus belajar mengerti maksud tangisan bayi. Keadaan dimana saat bayi membutuhkan bantuan, dan mendapat respon yang sesuai akan menimbulkan rasa percaya dan aman pada bayi. ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Dengan pemberian ASI seorang bayi akan didekap ke dada sehingga merasakan kehangatan tubuh ibu dan terjalinlah hubungan kasih sayang antara bayi dan ibunya. Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu anak pada tahap ini akan menyebabkan terganggunya pembentukan rasa percaya dan rasa aman.

b. Usia 1 – 3 tahun

(6)

Pada tahap ini, akan tertanam dalam diri anak perasaan otonomi diri, makan sendiri, pakai baju sendiri dll. Orang tua hendaknya mendorong agar anak dapat bergerak bebas,

menghargai dan meyakini kemampuannya. Usahakan anak mau bermain dengan anak yang lain untuk mengetahui aturan permainan. Hal ini jadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari.

c. Usia 3 – 6 tahun (prasekolah)

Tahap ini anak dapat meningkatnya kemampuan berbahasa dan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, anak mulai memperhatikan dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya.

Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya, dan meniru kegiatan sekitarnya, libatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu tapi tidak mementingkan hasilnya, mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin kadang-kadang terpaku pada alat kelaminnya sendiri.

Pada tahap ini ayah punya peran penting bagi anak. Anak laki-laki merasa lebih sayang pada ibunya dan anak perempuan lebih sayang pada ayahnya. Melalui peristiwa ini anak dapat mengalami perasaan sayang, benci, iri hati, bersaing, memiliki, dll. Ia dapat pula mengalami perasaan takut dan cemas. Pada masa ini, kerjasama ayah-ibu amat penting artinya.

d. Usia 6 – 12 tahun

Pada usia ini teman sangat penting dan ketrampilan sosial mereka semakin berkembang. Hubungan mereka menjadi lebih baik dalam berteman, mereka juga mudah untuk mendekati teman baru dan menjaga hubungan pertemanan yang sudah ada.

Pada usia ini mereka juga menyukai kegiatan kelompok dan petualangan, keadaan ini terjadi karena terbentuknya identifikasi peran dan keberanian untuk mengambil risiko. Orang tua perlu membimbing mereka agar mereka memahami kemampuan mereka yang sebenarnya dan tidak melakukan tindakan yang berbahaya.

(7)

Dalam perkembangan keterampilan mentalnya, mereka dapat mempertahankan

ketertarikannya dalam waktu yang lama dan kemampuan menulis mereka baik. Anak pada usia ini seringkali senang membaca buku ilmu pengetahuan atau CD ROM. Mereka menikmati mencari dan menemukan informasi yang menarik minat mereka.

Anak mulai melawan orang tuanya, mereka menjadi suka berargumentasi dan tidak suka melakukan pekerjaan rumah. Orang tua perlu secara bijaksana menjelaskann pada mereka tugas dan tanggung jawabnya. Keberhasiln pada masa kanak akhir terlihat, jika mereka dapat berkarya dan produktif dikemudian hari.

e. Usia 12 – 18 tahun

Masa remaja bervariasi pada setiap anak, tapi pada umumnya berlangsung antara usia 11 sampai 18 tahun. Di dalam masa remaja pembentukan identitas diri merupakan salah satu tugas utama, sehingga saat masa remaja selesai sudah terbentuk identitas diri yang mantap.

Pertanyaan yang sering pada masa remaja saat pembentukan identitas diri adalah : siapakah saya?, serta : kemanakah arah hidup saya? Jika masa remaja telah berakhir dan pertanyaan itu tidak dapat dijawab dan diselesaikan dengan baik, dapat terjadi apa yang dinamakan : krisis identitas, pada krisis identitas terjadi dapat menimbulkan

kebingungan/kekacauan identitas dirinya. Unsur-unsur yang memegang peran penting dalam pembentukan identitas diri adalah : pembentukan suatu rasa kemandirian, peran seksual, identifikasi gender, dan peran sosial serta perilaku.

Berkembangnya masa remaja terlihat saat Ia mulai mengambil berbagai macam nilai-nilai etik, baik dan orang tua, remaja lain dan ia menggabungkannya menjadi suatu sistem nilai dan dirinya sendiri.

(8)

lain. Pada masa ini penting sekali sikap keluarga yang dapat berempati, mengerti, mendukung, dan dapat bersikap komunikatif dua anak dengan sang remaja dalam pembentukan identitas diri remaja itu.

Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah dalam suatu identias diri. Keberhasilan yang diperoleh atau kegagalan yang dialami dalam proses pencapaian kemandirian merupakan pengaruh dari fase-fase perkembangan sebelumnya. Kegagalan keluarga dalam memberikan bantuan/dukungan itu secara memadai, akan berakibat dalam ketidak

mampuan anak untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan emosinya. Sedangkan

(9)

SEJARAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN KONSEP KEPRIBADIAN

A. Sejarah Psikologi Kepribadian

Sejarah dan Pengertian Psikologi Kepribadian

Sejumlah kekuatan ilmiah dan filosofis yang menyatu pada awal abad ke-20 memungkinkan lahirnya psikologi kepribadian. Sigmund Freud, yang sangat sadar akan awal yang baru ini, dengan sengaja menerbitkan salah satu dari karya utamanya, The Interpretation of Dreams, pada tahun 1900(alih-alih pada tahun 1899). Pada tahun 1930-an, teori kepribadian modern sedang terbentuk. Psikologi kepribadian berusia kurang dari satu abad, namun mempunyai akar sepanjang sejarah manusia. Kronologis waktu yang ditampilkan dalam bab ini menunjukkan perkiraan urutan tonggak-tonggak sejarah penting dalam sejarah psikologi kepribadian dan kaitannya dengan kejadian dunia yang penting.1[1]

Psikologi kepribadian ini selain meneliti jiwa seseorang juga meneliti atau mengakaji mengenai islam , yakni psikologi kepribadian islam. Psikologi kepribadian islam yang dimaksudkan di sini tidak saja bernilai the indigenous psychology, tetapi juga di anggap sebagai psikologi lintas budaya, etnik dan bahasa. Atau lebih tepatnya di anggap sebagai psikologi rahmati lil

al-‘alamin, yang mencakup alam syahadah (empirik) dan alam ghaib (meta empirik), bahkan alam dunia dan alam akhirat.2[2]

Makna kepribadian atau Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti; (1) an individual human being (sosok manusia sebagai individu), (2) a common individual

(10)

(individu secara umum), (3) a living human body (orang yang hidup), (4) self (pribadi), (5) personal exsintence or identity (exsistensi atau identitas pribadi), dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu).3[3]

Dalam psikologi kepribadian tercetus beberapa hal di antaranya, Teater dan Presentasi Diri, aspek-aspek Agama, Evolusi Biologis, Pengetesan dan Teori Modern. 4[4]

· Teater dan Presentasi Diri

Sebagian akar psikologi kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Theophrastus, murid dari Aristoteles, adalah salah satu pencipta-pencipta pertama sketsa karakter deskripsi singkat

mengenai tipe orang yang bisa di temui kapan pun dan dimana pun seprti seorang yang murahan, rapi pemalas, atau kasar (Allport, 1961). Pada abadn ke-20, teater kembali mengambil langkah imajinatif pemain teater seperti luigi Pirandello (1867-1936), bermain dengan ide bahwa seorang karakter bisa melangkah keluar dari operistiwa di dalam pentas mereka. Sebagai contoh, seorang pemain bisa sepenuhnya, keluar dari panggung (atau keluar dari set film) dan mengomentari drama tersebut. Disini seolah-olah, karakter tersebut mempunyai realitasnya sendiri dan kenyataan menjadi suatu rangkaian ilusi. Pada saat yang bersamaan, filsuf sosial mulai mempertimbangkan ide mengenai diri relatif lebih jelasnya, tidak ada diri yang sejati di balik topeng, melainkan diri yang sejati hanyalah merupaann serangkaian topeng (Hare &Blumberg, 1988; G.Mead,1968). Dengan kata lain abad ke-20 ini menentang ide tentang adanya inti diri atau kepribadian yang bisa di temukan.

Agama

Aspek lain dari psikologi kepribadian bisa ditelusuri kepercayaan-kepercayaan agama. Tradisi keagamaan barat (Yahudi, Kristen, Islam) memepercayai bahwa umat manusia diciptakan menurut citra Tuhan dan sejak awal telah menghadapi godaan dan perjuangan moral. Manusia bertujuan untuk memenuhi sebuah tujuan adikotri, berjuang demi kebaikan, dan melawan yang jahat. Dalam tradisi ini, sifat dasar manusia pada hakikatnya adalah spiritual sebuah roh yang mendiami raga ketika ia berada di dunia. Hal inilah yang mengha;langi analisis kepribadianyang

(11)

ilmiah karena agama dapat memandang manusia bukan sebagai bagian dari alam, namun lebih dari sebagian atauran adikodrati.

Filsafat dan agama-agama Timur berfokus pada kesadaran diri dan pemenuhan diri spiritual . perhatian juga banyak dia raahakan pada meditasi dan tingkat kesadaran yang berubah (seperti keserupan). Fokus pemikiran Timur ini pada kesadaran, pemenuhan diri dan roh manusia, memainkan peranan penting dalam aspek-aspek tertentu dari teori kepribadian modern.

Pemikiran Timur juga mempengaruhi psikologi kepribadian ternama seperti C.G.Jung. namun, sebagian besar peneliti mengenain kepribadian di universitas saat ini lebih banyak bergelut di arena ilmu pengetahuan modern dan positivistik, serta jarang terkait dengan masalah-masalah spiritual.

· Evolusi Biologis

Pengaruh terhadap psikologi kepribadian yang paling terlihat jelas bisa di telusuri ke

perkembangan ilmu biologi selama abad ke-19. Mengapa beberapa binatang, seperti harimau, bersifat agresif dan peneyendiri, sementara binatang lain seperti, simpanse, bersifat sosial dan kooperatif? Karakteristik apa saja dari manusiayang sama-sama dimiliki oleh binatang lain? Perkembangan terbesar dalam pemikiran biologisdi abad ke-19 adalah teori evolusi. Pada tahun 1859 Charles Darwin menerbitkan Origin of Species, Charles Darwin mengajukan ide-ide yang diajukan ahli teori lain, berpendapat bahwa karakteristik individualyang berevolusi adalah karakteristik yang memungkinkan organisme tersebut untuk meneruskan gen keturunannya. Individu yang tidak beradaptasi dengan baikdengan tuntutan dari lingkungannya tidak akan hidup cukup lama untuk dapat meneruskan keturunan. Jadi, sebagai contoh, dorongan seks yang kuat mempunyai nilai yang adaptif- individu yang tidak memiliki dorongan seks yang kuat akan memilki kemungkinan yang lebih kecil untuk dapat melanjutkan keturunan. Begitu juga dengan sejumlah dorongan agresi dan sejumlah bentuk tertentudari kerja sama sosial yang memilki nilai adaptif. Binatang yang dapat mengusai makanan dan pasangan, dan binatang yang bisa bekerja sama dengan yang lain untuki memastikan keselamatan mereka, akan hidup cukup lama

(12)

Namun, sumbanagan utama dari evolusi darwin terhadap psikologi kepribadian adalah caranya memebebaskan pemikirandari asumsi adanya kendali adikodrati. Jika kita berfikir bahwa

kekuatan adikodrati memilki kendali penuh atas kegiatan manusia, kita tidak akan perlu mencari hal-hal lain mempengaruhi individu. Ketika menjadi jelas bahwa manusia ditentukanoleh

hukum-hukum alam, ilmuwan mulai mempelajari perilakumanusia secara sistematis. · Pengetesan

Perhatian! Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengingat seberapa baiak Anda dapat mengingat, memikirkan, dan menjalankan apa yang diperintahkan kepda Anda. Kami tidak mencari orang-orang yang gila. Tujuan kami adalah membantu Anda menemukan tempat sesuai bagi Anda di Angkatan bersenjata.

Begitulah instruksi untuk sebuah tes yang di beriak kepada lebih dari satu juta orang muda Amerika, ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia Ipada tahun 1917 (Yerkes, 1921). Orang-orang Amerika mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan, dan mereka berfikir akan dapat melakukannya dengan lebih baik jika mereka mengukur orang yang sama seprti mereka mengukur mesin. Pendekatan praktis yang dimilki oleh psikologi orang-orang Amerika ini membawa perspektifyang berbeda terhadap studi mengenai perbedaan individu.

Banyak peneliti psikologis mengenai kepribadian telah didukung oleh strategi masa perang guna kepentingan pertempuran atau oleh usaha masa damai untuk pertahanan nasioanal. Bahkan sekarang Angkatan yang bersenjata AS masih memepekerjakan ratusan psikologi untuk melakukan penelitian dan pengetesan terhadap prajurit-prajuritnya. Dulu pada tahun 1917, angkatan bersenjata lebih bertujuan untuk menyeleksi orang-orang dungu, namun mereka juga menyeleksi para para pelamar yang tidak tahan berada dibawah tekanan. Sebagai contoh salah satu pertanyaan berbunyi “Apaka Anda merasa ingin melompatsaat berda ditempat ynag tinggi?” (Woodworth,1919). Pertanyaan semacam inilah yang memebrikan sumbangan terhadap

perkembangan tes kepribadian modern. Tes-tes angakatan bersenjata dikembangakan dibawah pengaruh psikologis Lewis Terman dari Stanfort dan Robert Yerkes dari Harvard, yang

(13)

Teori kepribadian modern mulai terbentuk secara formal pada tahun 1930-an. Bentuk teori tersebut sangat dipengaruhi oleh karya tiga orang yakni Gorden Allport, Kurt Lewin dan Henry Murray. Allport yang mailki keahlian luas dalam bidang filsafat dan karya-karya klasik, memyusatkan kperhatiannya pada keunikan dan kehormatan uindividu. Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan peneyesuaian unik dirinya terhadap lingkungan”(1937,hal.48). dengan mengembangkan karya psikolog filsuf William James, Allport menolak ide untuk memecah-mecah kepribadian ke dalam komponen –komponen dasar (seperti sensasi atau dorongan dalam diri) dan lebih melihat sistem yang mendasari setiap keunikan individu.

Kurt Lewin berasal dari tradisi Gestal di Eropa. Psikolog-psikolog Gestal menekankan hakikat persepsi dan pikiran yang integaratif dan aktif, serta berpendapat bahwa keseluruhan adalah lebih baik dari pada kumpulan dari bagian-bagian. Penekanan pada gambaran keseluruhan yang seseorang bayangkan ketika menghadapi suatu situasi, mempunyai pengaruh yang besar terhadap lewin, dan selanjutnya terhadap psikologi kepribadian dan sosial. Lewin memberi perhatian pada “kondisi sesaat individu dan struktur situasi psikologinya”. Dengan kata lain, lewin menekankan bahwa kekuatan yang mepengaruhi seseorang berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi kesituasi. Teori kepribadian modern telah menerapakan penekanan ini dalam memahami keadaan seseorang dlam situasi tertentu.

Henry Murray, menghabiskan sebagian besar kariernya diklinik psikologi Harvard, dimana ia berusaha mengintegrasikan isu-isu klinis (masalah psienh yang nyata) dengan isu-isu teori dan pemeriksaan. Lebih penting lagi, Murray percaya pada sebuah orientasi komprehensif, termasuk penelitian longitudional mempelajari orang yang sama untuk jangka waktu yang lama. Dia menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai “cabang dari psikologi yang pada prinsipnya memepelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa saja yang mempengsruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu” (1938, hal.4) penenkannya untuk memepelajri kekayaan hidup pada seiasp orang menuntun Murray untuk lebih memilih istilah “Personology” alih-alih “Personality”, psikolog-psikolog modern yang menggunakan

pendekatan Murray sering menyebut diri mereka sendiri “Personologist”. Murray juga

(14)

berespon terhadap lingkungan yang spesifik. Murray juga menenkankan kebutuhan dan motivasi, penekanan yang terbukti cukup terpengaruh.

Selain itu, usaha-usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian ini dimana hasil-hasil dari usaha-usaha tersebut ada yang nilai ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut usaha-usaha yang masih bersifat prailmiah dan ada yang nilai ilmiahnya sudah memadai.5[5][5]

Pengertian Psikologi kepribadian

Secara Etimologi Psikologi berasal dari dua kata psyche yang dalam bahasa yunani berarti “jiwa” dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata “ilmu”.6[3] Jadi Psikologi artinya

ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.

Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan badaniah organik behavior, yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Sedangkan jiwa adalah daya hidup rihaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia.

Sehingga pengertian psikologi dapat disimpulkan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

Kepribadian merupakan sesuatu hal yang takbisa hilang dalam diri seseorang, kepribadian inilah yang menjadi ciri khas. Manusia melaksanakan perbuatannya untuk memenuhi naluri-naluri dan kebutuan-kebutuhan jasmaninya. Kumpulan perbuatan-perbuatan tersebut adalah tingkah laku manusia. Tingkah laku ini tergantung pada pemahaman-pemahaman (mafahim) manusia tentang

(15)

segala sesuatu (asyya’), akitivitas dan kehidupan. Tingkah lakulah yang menunjukan kepribadian manusia.

Kepribadian adalah metode berfikir manusia terhadap realita. Kepribadian juga merupakan kecendrungan-kecendrungan manusia terhadap realita7[4].

Dan dengan arti yang lain, kepribadian manusia adalah pola pikir (‘aqliyah) dan pola jiwa (an-nafsiyah) nya.

Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi –fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self, atau memahmi diri manusia seutuhnya.8[5]

Istilah Kepribadian sering digunakan untuk menerjemahkan kata syakshsiyah ataupun personality

http://m-belajar.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo_19.html

http://www.academia.edu/6556778/PENDIDIKAN_ANAK_DALAM_KELUARGA https://ronnyafrianto1.wordpress.com/tag/fungsi-keluarga-dalam-pengasuhan-anak/

Referensi

Dokumen terkait

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Menurut Car dan Kemmis (dalam I.G.A.K Wardani, dkk) penellitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi

Seperti pada siklus pertama akumulasi yang diperoleh yaitu 32,5% persentase tersebut menujukan kategori nilai yang sangat kurang, namun kenaikan yang sangat

corethrurus yang diberi perlakuan insektisida karbofuran ternyata senyawa methylcarbomat sangat mempengaruhi hormon pada kokon sehingga jumlah dan daya tetas kokon menu- run.

Salah satu upaya yang dapat dicapai adalah pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang operasional khususnya dalam teori antrian, dengan pengambilan keputusan

Pada metode substitusi, untuk mendapatkan nilai sebuah variable x maupun y dilakukan dengan memindahkan variable yang ingin dicari dan variable yang akan digantikan harus

Dependent-independent clause adalah kalimat majemuk yang terdiri dari induk kalimat sebagai independent clause (dapat berdiri sendiri) dan anak kalimat sebagai

Dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) di kelas X MIA 7 SMA Negeri 1 Karanganyar penelitian ini diharapkan