• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

N/A
N/A
Arif Al-Furqon

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL "

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

M. ARIF AL-FURQON NIM A1C219029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(2)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED

PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Seminar Proposal dalam Menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Matematika

OLEH

M. ARIF AL-FURQON NIM A1C219029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel” Proposal Penelitian Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika yang disusun oleh M. Arif Al-Furqon, Nomor Induk Mahasiswa A1C219029 telah diperiksa dan disetujui dan diseminarkan.

Jambi, 18 Oktober 2023 Pembimbing I

Sri Winarni, S.Pd .,M.Pd 198011272005122001

Jambi, 18 Oktober 2023 Pembimbing II

Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si.

198905182022031010

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala Puji dan Syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah Subhanahu wa ta’alla, yang telah memberikan berkat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)”

sebagaimana tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriringan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam, yang senantiasa diharapkan syafaatnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena adanya dukungan serta doa dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua Orang tua tercinta yaitu Drs. Bujang dan Urifah Anwar, S. Kom yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan sehingga penulis bisa sampai pada titik ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua Pembimbing skripsi saya yaitu Ibu Sri Winarni, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran dan keikhlasan telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perhatian dan hati yang ikhlas. Semoga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan dalam segala urusan. Selain itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak sekolah SMP Negeri 11 Kota Jambi yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada siswa kelas IX B SMP Negeri 11 Kota Jambi

(5)

yang sudah mau membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada dosen Pembimbing Akademik di Prodi Pendidikan Matematika Universitas Jambi yaitu bapak Prof. Dr. Drs. Syaiful, M.Pd. yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa pendidikan matematika Universitas Jambi. Penulis ingin berterima kasih kepada seluruh bapak ibu dosen pendidikan matematika yang sudah memberikan ilmu dan pengalaman dalam menempuh bangku kuliah di prodi pendidikan matematika Universitas Jambi.

Penulis berterima kasih kepada senior-senior pada program studi pendidikan matematika yang sudah penulis ganggu waktunya untuk bertanya dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berterima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang sudah mendukung dan membersamai dalam penyelesaian skripsi ini. Terakhir, penulis juga berterima kasih kepada diri penulis sendiri yang telah mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin berterima kasih kepada penulis karena telah mempercayai diri sendiri. Penulis ingin berterima kasi kepada penulis karena telah berusaha sekuat tenaga dan tidak menyerah. Penulis ingin berterima kasih kepada penulis karena telah menjadi diri sendiri setiap saat.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB IIKAJIAN TEORITIK ... 8

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 8

2.2 Kerangka Berpikir ... 29

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 32

3.3 Data dan Sumber Data ... 33

3.4 Instrumen Penelitian ... 33

3.5 Teknik Penentuan Subjek Penelitian ... 37

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.7 Uji Kredibilitas Data ... 43

3.8 Teknik Analisis Data ... 44

3.9 Prosedur Penelitian ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Siswa ... 15 Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kemampuan Berpikir Kritis ... 36 Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Faktor-Faktor Kemampuan Berpikir Kritis . 37 Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis ... 39

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ... 4

Gambar 1.2 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ... 5

Gambar 1.3 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ... 5

Gambar 1.4 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ... 6

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 31

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Observasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 55 Lampiran 2: Surat Izin Observasi ... 70 Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Observasi ... 71

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Indikator majunya suatu negara ialah apabila kualitas pendidikan di suatu negara dalam kondisi bagus yang bisa dilihat dari kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Dalam pendidikan terjadi proses pembelajaran yang dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa.

Pembelajaran pada abad ke-21 lebih mengarah pada siswa (Student Learning Center) yang dimana siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan siswa juga harus memiliki kemampuan 4C yaitu communication, creativity, critical thinking, and collaboration, salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dari keempat kemampuan tersebut ialah critical thinking (Setiana & Purwoko, 2020).

Untuk itu, pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia. Agar tujuan tersebut tercapai, diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan keingintahuan siswa dengan mengarahkan siswa untuk berpikir kritis. Salah satu pembelajaran yang paling relevan untuk meningkatkan daya kritis siswa ialah dengan pemberian soal open ended.

Menurut Natassya, Utami, & Kusumaningsih (2023) pemberian soal open ended dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan cara

(11)

berpikirnya. Soal open ended yaitu soal yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar atau metode penyelesaian yang dan memiliki satu jawaban

Sedangkan menurut Prihartini, Lestari, & Saputri, (2015) soal open ended yang dimaksud ialah soal yang memiliki banyak penyelesaian, dimana tujuannya tidak dinyatakan secara eksplisit pada kalimat soal, sehingga siswa harus membangun tujuan yang spesifik untuk pekerjaannya. Salah satu cara memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berpikir

Berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berpikir kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan (Sagita, Kamid, & Syaiful, 2017).

Dalam proses berpikir kritis, siswa cenderung memiliki pengalaman, motif, sikap dan tipe kepribadian yang relatif berbeda dalam kemampuan berpikirnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten, sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu satu dengan lainnya. Kepribadian dapat mempengaruhi perilaku, tindakan, perasaan dan pikiran. Sehingga peran seorang guru sangat penting untuk mengetahui kararkteristik kepribadian siswa, karena setiap siswa memiliki karakateristik kepribadian yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Jung, kepribadian menjadi dua tipe yaitu tipe introvert dan tipe ekstrovert (Rudianti, Aripin, &

Muhtadi, 2021)

(12)

Menurut Silalong et al (2022) tipe kepribadian ekstrovert merupakan tipe kepribadian yang memiliki kesenangan terhadap aktivitas sosial yang melibatkan dirinya sehingga mereka biasanya akan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sedangkan tipe kepribadian introvert dapat dikatakan sebagai tipe kepribadian yang memiliki kesenangan terhadap suasana yang sepi dan menghabiskan waktu luang dengan diri sendiri sehingga cenderung lebih tertutup.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kecenderungan berpikir kritis yang pengkategoriannya didasarkan pada indikator-indikator berpikir kritis. Pemikir kritis memiliki indikator khusus yang dapat dilihat dari bagaimana orang tersebut menyikapi suatu masalah, maupun informasi (Hasanah, 2018). Menurut Facione et al (2011) indikator berpikir kritis ada 4 yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi. Karena indikator berpikir kritis terdapat kesamaan dengan definisi dari open ended. Maka, indikator berpikir kritis dapat digunakan untuk penyelesaian soal-soal open ended. Salah satu pembelajaran yang bisa digunakan untuk soal open ended ialah materi sistem persamaan linear dua variabel. Dalam materi tersebut siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel. Karena manfaat mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel ialah siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

Berdasarkan observasi awal pada siswa kelas IX B SMPN 11 Kota Jambi, dapat diuraikan secara singkat mengenai komponen berpikir kritis dalam

(13)

menyelesaikan soal open ended. Berikut adalah cara penyelesaian siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.

1. Interpretasi

Pada tahap interpretasi siswa diharapkan bisa memahami masalah yang ada pada soal yang diujikan. Pada gambar 1.1, siswa mampu memahami masalah yag ada pada soal tersebut. Namun, siswa masih kurang lengkap dalam menuliskan permasalahan yang diketahui oleh soal tersebut. Siswa belum menulis apa yang ditanyakan dalam soal tersebut sehingga masih terjadi kerancuan dalam menuliskan permasalahan pada soal.

Gambar 1.1 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV 2. Analisis

Pada tahap analisis siswa masih diharapkan mampu menganalisis permasalahan yang ada pada soal yang diujikan ke siswa. Namun, untuk tahap ini siswa masih belum mampu menganalisis permasalahan pada soal. Siswa belum mampu mengidentifikasi konsep yang digunakan untuk menjawab soal yang diujikan dan juga siswa belum mampu membuat model matematika dengan tepat.

Hal ini dilihat dari Gambar 1.2 bahwa siswa masih salah dalam membuat model matematika dan konsep yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut masih salah.

(14)

Gambar 1.2 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV 3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, siswa masih belum mampu mengevaluasi langkah- langkah pengerjaan dan masih belum menerapkan strategi yang tepat dalam pengerjaan soal yang diujikan. Pada gambar 1.3 terlihat bahwa siswa masih belum menjelaskan secara detail langkah penyelesaian soal no 3 dan siswa masih salah stratgi dalam mengerjakan soal SPLDV.

Gambar 1.3 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV 4. Inferensi

Pada tahap inferensi, siswa diharuskan untuk membuat kesimpulan sesuai apa yang ditanyakan pada soal dengan landasan yang kuat. Pada gambar 1.3 siswa mampu membuat kesimpulan sesuai dengan apa yang ditanyakan. Namun tidak memiliki landasan yang kuat karena salah dalam menetukan langkah penyelesaian soal SPLDV.

(15)

Gambar 1.4 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV

Berdasarkan uraian di atas mengenai keterkaitan antara proses berpikir kritis dan penyelesaian soal-soal open ended dapat disimpulkan bahwa tingkat berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal SPLDV masih rendah sehingga diperlukan latihan soal berbasis open ended secara intensif untuk melatih berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:

(16)

1. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini dilakukan dan dengan tujuan penelitian seperti diatas, diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Guru

Manfaat dari penelitian ini untuk guru ialah guru dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa khususnya siswa berkepribadian tipe ekstrovert Selain itu, sebagai bahan pertimbangan guru untuk mengembangkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert

2. Bagi siswa

Manfaat dari penelitian ini untuk siswa ialah agar siswa mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa dan sebagai motivasi untuk meningkatkan jkkemampuan berpikir kritis siswa agar memperoleh hasil pembelajaran yang optimal.

3. Bagi peneliti

Manfaat dari penelitian ini untuk peneliti ialah hasil penelitian ini bisa menjadi acuan dan referensi bagi peneliti sebagai calon guru matematika

(17)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 2.1.1 Tinjauan Analisis

Analisis merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya (Sudjana, 2014:

27). Menurut Siyoto & Sodik (2015), analisis berasal dari kata “ana” dan “lysis”.

Kata “ana” berarti atas dan “lysis” berarti memecahkan atau menghancurkan.

Dari kedua kata tersebut dapat dijelaskan bahwa analisis adalah proses pemisahan atau penguraian ke bagian yang terkecil kemudian menggabungkan untuk memperoleh pemahaman yang baru.

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis adalah proses penguraian suatu permasalahan sesuai dengan struktur menjadi bagian-bagian terkecil dengan berbagai cara seperti mengolah, mengorganisir, memecahkan ke unit lebih kecil dan kemudian digabungkan untuk memperoleh pemahaman baru sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

2.1.2 Berpikir Kritis

Menurut Murti (2019), berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup keterampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi), menghubungkan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis, dan penyampaian kritik. Berpikir kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memiliki peran penting dalam menilai

(18)

manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, dan memodifikasinya jika diperlukan, sehingga bermanfaat di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas. Ada 3 syarat diperlukan untuk memiliki berpikir kritis yaitu:

1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat suatu permasalahan dengan menggunakant pengalaman dan bukti yang ada

2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan dengan logis

3. Keterampilan untuk menerapkan metode tersebut

Menurut Triwulandari & Supardi, (2022) Facion menyusun berpikir kritis menjadi dua aspek utama yaitu :

1. Kemampuan atau keterampilan berpikir kritis

2. Sikap atau kecenderungan kritis terhadap berpikir kritis yang dikonseptualisasikan sebagai variabel.

Pada aspek pertama berkaitan dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menalar, sedangkan pada aspek kedua berkaitan dengan kecenderungan mereka yang berpikir dan berpikir kritis. Berpikir kritis dianggap sulit jika seseorang hanya memiliki atau menekankan salah satu dari dua aspek diatas.

Menurut Safrida et al (2018) berpikir kritis yaitu proses menerapkan logika sistematis dan keraguan terhadap klaim dengan berpikir secara reflektif dan beralasan. Berpikir kritis memuat keterampilan menganalisis, mensintesis argumen, mengevaluasi informasi, menarik kesimpulan menggunakan penalaran deduktif dan induktif, dan menyelesaikan permasalahan. Menurut Purwati et al

(19)

(2016) berpikir kritis adalah kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, penalaran maupun komunikasi untuk memutuskan apakah informasi tersebut dapat dipercaya sehingga dapat memberikan kesimpulan yang rasional dan benar

Berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual yang secara aktif dan

terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya, ini didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui pembagian materi:

kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti kuat, alasan yang baik, kedalaman, luas, dan keadilan (Santi, Soendjoto, & Winarti, 2018)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan berpikir kritis yaitu suatu proses berpikir yang reflektif dalam menganalisis, memilih, memecahkan masalah, dan membuat keputusan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada prinsipnya orang yang berpikir kritis adalah orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak informasi. Dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kendala gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya.

Orang yang berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta

(20)

kemudian melakukan pengambilan keputusan. Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan : merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan (Saputra, 2020).

2.1.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata

“mampu” yang berarti bisa (sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta yang berlebih). Kemampuan yaitu suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang lebih tepat dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi berbagai komponen pengembangan kemampuan seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin baik pula dalam mengatasi masalah-masalah (Saputra, 2020).

(21)

Dari pendapat diatas maka pengertian kemampuan berpikir kritis yaitu sebagai salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal. Dengan mempunyai kemampuan berpikir kritis siswa akan mudah dalam belajar. Kemampuan berpikir kritis tidak bisa lepas dari pengertian berpikir kritis tersebut dan indikator yang menunjukkan bahwa seseorang mampu berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari cara seseorang mengarahkan hidupnya bergantung pada pernyataan yang dipercayainya, pernyataan yang diterimanya. Selanjutnya secara lebih berhati-hati mengevaluasi suatu pernyataan, kemudian membagi isu-isu yang ada apakah relevan atau tidak dengan pernyataan yang dievaluasi.

2.1.2.2 Tujuan Berpikir Kritis

Menurut Linda & Lestari (2019) tujuan dari berpikir kritis untuk mencoba mem-pertahankan posisi ’objektif’. Ketika berpikir kritis, maka akan menimbang semua sisi dari sebuah argumen dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan. Jadi, keterampilan berpikir kritis memerlukan: keaktifan mencari semua sisi dari sebuah argumen, pengujian pernyataan dari klaim yang dibuat dari bukti yang digunakan untuk mendukung klaim. Yang paling utama dari berpikir kritis ini adalah bagaimana argumen yang kita kemukakan benar-benar objektif. Berpikir kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memiliki peran penting dalam menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide- ide yang terbaik, dan memodifikasinya jika perlu, sehingga bermanfaat di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas.

(22)

Saat berpikir kritis, kita menggunakan pengetahuan dan kecerdasan kita secara efektif untuk sampai pada pendapat atau posisi yang paling mendekati kebenaran dan ketepatan. Saat kita tidak berpikir kita akan dengan mudah membuat keputusan yang tidak masuk akal atau meyakini sesuatu yang tidak masuk akal atau mengambil tindakan yang tidak beralasan kuat meskipun kadang kita beruntung atau kebetulan. Tujuan berpikir kritis itu sederhana untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar (Fahruddin, 2012).

Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana pendapat relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa membuat kesimpulan dengan pertimbangan data dan fakta yang terjadi di lapangan.

2.1.2.3 Indikator Berpikir Kritis

Indikator berpikir kritis dapat dilihat melalui ciri-cirinya, sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis. Menurut Facione et al (2011) indikator berpikir kritis dapat dilihat dari karakteristiknya sehingga dengan memiliki karakteristik tersebut seseorang dapat dikatakan telah memiliki kemampuan berpikir kritis. Facion mengungkapkan ada empat indikator berpikir kritis dalam proses berpikir kritis yaitu:

(23)

a. Interpretasi

Menginterpretasi adalah memahami dan mengekspresikan makna atau signifikansi dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian, penilaian, kebiasaan, atau adat, kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria.

b. Analisis

Analisis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang dimaksud dan aktual di antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian, pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi atau opini-opini.

c. Evaluasi

Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi- deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan atau opini seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan- pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya.

d. Inferensi

Inferensi berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan-dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi dari data, situasi-situasi, pertanyan- pertanyaan atau bentuk-bentuk representasi lainya.

(24)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator berpikir kritis ialah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Siswa

Indikator Umum Indikator

Menginterpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun yang ditanyakan soal yang tepat

Menganalisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan, pertanyaan pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.

Mengevaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan

Menginferensi Membuat kesimpulan dengan tepat

Sumber: Pertiwi, W. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik Smk Pada Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(4), 793–801.

2.1.3 Tipe Kepribadian

Kepribadian berasal dari Bahasa Yunani Kuno yaitu prospon atau persona, yang artinya topeng yang bisa dipakai artis dalam teather. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial. Secara umum, kepribadian lebih merujuk kepada sifat umum seseorang-pikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh terhadap keseluruhan tingkah lakunya(Hidayah, 2017:42-43).

Kepribadian seseorang bermacam-macam, penting bagi setiap individu untuk mengetahui karakteristik. Dengan mengetahui kepribadian siswa, guru dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat. Hal ini berpengaruh dalam pembelajaran dikarenakan siswa dalam menyelesaikan masalah pun memiliki cara

(25)

yang berbeda-beda, maka dari itu penting bagi guru untuk mengetahui kepribadian siswa dalam proses pembelajaran berlangsung (Ningsih & Awalludin, 2021). Menurut Rudianti et al (2021) kepribadian adalah berbagai perilaku berbeda yang dimiliki setiap orang dalam satu, dua atau lebih kategori menurut pola sifat yang dekat termasuk adaptasi terhadap situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya.

Menurut Silalong et al (2022) Kepribadian pada dasarnya merupakan ciri, sikap, tingkah laku yang dimiliki seseorang sebagai wujud dari perilakunya berdasarkan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Dalam ilmu psikologi, perbedaan tingkah laku seseorang mengarah kepada kepribadian yang menjadi pembeda setiap individu. Kepribadian diklasifikasi menjadi beberapa tipe kepribadian.

Menurut Jung klasifkasikankarakter kepribadian berdasarkan orientasi minat dan sikap menjadi dua yakni ekstrovert dan introvert.

2.1.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert

Kepribadian ekstrovert dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang dalam menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari pihak luar, aktif, dan suka berteman (Upu, Nasrullah, & Amir, 2020). Menurut Ningsih & Awalludin (2021) tipe kepribadian ekstrovert yaitu individu yang dapat mengarahkan dirinya pada lingkungan sekelilingnya, bersikap hangat, ramah, menyukai pesta, santai, pada umumnya individu dengan tipe ini suka berteman dan memiliki banyak teman, dan menyukai perubahan sedangkan tipe kepribadian introvert yaitu individu yang selalu mengarahkan pandangannya pada dirinya sendiri, tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi dalam pribadinya, baginya dunia luar tidak berarti untuk penentuan tingkah lakunya,

(26)

maka dari itu tidak jarang individu dengan tipe ini tidak mempunyai hubungan dengan lingkungan di sekelilingnya.Tipe kepribadian ekstrovert biasanya tidak suka berdiam diri, cenderung mementingkan tindakan dibanding memikirkan resiko yang terjadi dan individu ini juga senang berbicara karena umumnya mereka menikmati berbagai variansi kegiatan dan suka mempelajari hal baru.

Individu ekstrovert adalah individu yang senang bersosialisasi, memiliki banyak teman, aktif, suka bepergian, memiliki sifat yang ramah tetapi memiliki kesulitan mengontrol gerak hatinya berkenaan dengan agresif dan mudah marah, berperilaku tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Serta kurang menuruti kata hati. Dalam mengerjakan sesuatu orang ekstrovert biasanya lebih cepat meskipun tidak sempurna dan kadang-kadang ceroboh (Jazuli & Lathifah, 2018). Menurut Rudianti et al (2021) ekstrovert adalah tipe kepribadian yang lebih mementingkan luar dirinya dan cenderung lebih membuka diri terhadap dunia luar, mereka menyukai keramaian, dengan banyak interaksi dan aktivitas sosial.

2.1.3.2 Tipe Kepribadian Introvert

Menurut Arini & Rosyidi (2016) kepribadian introvert adalah individu yang mempunyai ciri-ciri suka belajar sendiri, berhati-hati dalam mengambil keputusan, tenang dan rajin. Kepribadian dimungkinkan juga mempengaruhi kemampuan bernalar siswa. Hal ini dikarenakan penalaran merupakan aktivitas berpikir dalam pengambilan sebuah keputusan.

Menurut Hidayah et al (2017) Orang introvert hanya bersenang-senang dengan dunianya sendiri dan tertutup dengan orang lain. Lebih suka berpikir kritis, namun tidak pernah menyuarakan pikirannya tersebut. Sifat yang dimiliki

(27)

kepribadian introvert adalah penyendiri, pemalu, suka berpikir, lebih suka bekerja/melakukan sesuatu sendirian, suka berimajinasi, susah bergaul, dan jarang bercerita. Orang introvert lebih suka berinteraksi hanya dengan satu orang. Ketika ada satu orang lagi datang, dia diam dan mereka berdua tetap berbicara. Meski begitu, mereka biasanya sangat aktif di internet. Internet seolah menjadi anugerah bagi introvert.

Menurut Rachilda, Sa’ida, & Budiman (2023) individu dengan kepribadian introvert memiliki sumber semangat yang berasal dari diri sendiri.

Individu introvert tidak selalu pasif atau tidak pandai dalam bergaul. Introvert bisa saja aktif, ceria dan mudah bergaul tetapi biasanya dengan teman setelah sekian lama mengenal atau bergaul. Introvert juga lebih memilih untuk menyendiri ketika stress atau hanya ingin berbicara pada orang yang dipercaya.

Introvert adalah individu yang pandai menyelam ke diri mereka sendiri dan akan terus berusaha memahami dirinya sendiri dengan melakukan banyak hal. Pada akhirnya mereka menjadi orang yang bisa memahami dirinya sendiri tidak terpengaruh oleh orang lain untuk mengetahui apa tujuan hidupnya

2.1.4 Soal Open Ended

2.1.4.1 Pengertian Soal Open Ended

Soal open-ended merupakan soal yang tidak memiliki prosedur rutin dalam menyelesaikan, sehingga peserta didik dapat mengembangkan ide-ide yang dimiliki. soal open-ended merupakan soal yang memiliki banyak cara penyelesaian dengan berbagai kemungkinan jawaban atau soal yang memiliki banyak cara penyelesaian dengan satu jawaban. Pemberian soal open-ended oleh pengajar dapat menciptakan peserta didik yang mampu mengkonstruk jawaban

(28)

dan cara penyelesaian sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Rosy, 2023).

Menurut Widya Astuti et al (2022) soal open ended adalah permasalahan yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar. Dalam memecahkan suatu permasalahan matematika, setiap peserta didik memiliki respon yang berbeda-beda. Beberapa peserta didik menganggap bahwa permasalahan matematika tersebut sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan, sedangkan peserta didik lain menganggap bahwa permasalahan matematika yang dihadapinya merupakan sebuah masalah yang sulit sehingga mereka tidak mampu menghadapinya.

Soal open ended dapat mengarahkan siswa dalam menjawab dengan banyak cara sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman berpikir kritis dan kreatif peserta didik. Keadaan ini akan membiasakan siswa berpikir dan bertindak secara kreatif pada diri peserta didik yang sangat diperlukan untuk menghadapi kehidupan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan diberikannya soal open ended ke peserta didik, kemampuan berpikir kreatif dan kritis siswa dapat diukur sesuai dengan indikatornya, (Hidayat & Widjajanti, 2018).

Dari penjelasan diatas bahwa, dapat disimpulkan bahwa soal open ended yaitu suatu soal yang memiliki banyak cara dan satu jawaban atau banyak cara banyak jawaban, dari cara metode penyelesaiannya yang dilakukan oleh siswa.

Sehingga siswa dapat menumbuhkan ide dan gagasannya.

2.1.4.2 Karakteristik Soal Open Ended

(29)

Menurut Sroyer (2016) Soal open ended umumnya dianggap sebagai “soal yang tidak terstruktur dengan baik” karena kurangnya kejelasan dalam rumusannya diakibatkan kurang lengkapnya data atau asumsi serta prosedur baku yang dapat menjamin adanya jawaban yang benar. Soal Open-ended umumnya menuntut siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam bentuk laporan terperinci berisi cara mereka melakukan tugas independen yang telah dikembangkan dalam matematika sehingga akan menunjukkan aplikasi kreatif dari pengetahuan dan skill matematika yang mereka miliki. Ciri-ciri soal open- ended:

a. Tidak mengharuskan metode baku

b. Tidak mengharuskan jawaban yang pasti/memungkinkan banyak jawaban c. Diselesaikan dengan berbagai cara dan tingkatan (dapat diberikan pada

kemampuan yang beragam)

d. Memungkinkan siswa untuk membuat keputusan sendiri serta memiliki cara berpikir matematis yang alami

e. Menumbuhkan skill berpikir logis dan komunikasi

f. Terbuka untuk kreatifitas dan imajinasi siswa saat berhubungan dengan konteks pengalaman siswa di kehidupan nyata

2.1.4.3 Tujuan dan Manfaat Soal Open Ended

Menurut adapun tujuan dari soal open ended ialah mengembangkan kritis dan pola pikir siswa, sehingga siswa bisa diberi kebebasan untuk berpikir bebas dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, tujuan diberi soal open ended ialah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada pada soal matematika.

(30)

Manfaat dari penggunaan open ended dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut:

a. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Dengan arti siswa dapat memberikan berupa rancangan-rancangan yang tersusun di dalam pikiran mereka untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

b. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komperhensif menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka. Dengan pengetahuan yang bersifat luas dan keterampilan mereka, sehingga memudahkan mereka dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

c. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka. Sehingga mereka dapat bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

2.1.5 Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah yang terdiri dari unsur-unsur penting seperti menganalisis, menafsirkan, mengevaluasi, serta membuat keputusan. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan intelektual yang meliputi aktivitas mengkonstruksi konsep, implementasi, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi informasi dari kegiatan pengamatan, pengalaman, pemikiran, refleksi, atau komunikasi sebagai pijakan untuk meyakini dan melaksanakan suatu tindakan.

Penggunaan kemampuan berpikir kritis yang baik akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Untuk kemampuan berpikir kritis setiap siswa tentunya berbeda-beda salah satu faktornya adalah tipe

(31)

kepribadian siswa tersebut. Pengenalan kepribadian terbukti mampu membantu mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam diri siswa sehingga dapat diupayakan cara terbaik untuk mengatasi kekurangan yang dapat mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam pembelajaran (Hidayatullah, Agustiani, & Efriani, 2022).

Dalam proses berpikir kritis, siswa cenderung memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki pengalaman, motif, sikap dan tipe kepribadian yang relatif berbeda dalam kemampuan berpikirnya. Seorang pendidik perlu menyadari pentingnya perbedaan cara berpikir setiap siswa, salah satunya yaitu dalam proses berpikir kritis. Kepribadian bersifat unik dan konsisten, sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu satu dengan lainnya (Rudianti et al., 2021).

Menurut Kurniawan (2023) latar belakang kepribadian dan kebudayaan seseorang dapat mempengaruhi usaha orang tersebut untuk berpikir secara kritis terhadap suatu masalah dalam kehidupan. Di dalam kelas akan terlihat dua kepribadian yang menonjol dan mudah diamati dari diri siswa, yaitu siswa yang berkepribadian ekstrovert dan introvert,. Seorang ekstrovert biasanya memiliki kecenderungan untuk berpikir secara objektif yaitu cara berpikir yang mempertimbangkan sesuatu yang nyata, fisik, dan ada terlepas dari persepsi pribadi. Seorang introvert biasanya memiliki kecenderungan untuk berpikir secara subjektif yaitu cara berpikir yang berdasarkan pada pandangan atau perasaan pribadi mengenai suatu hal.

(32)

2.1.6 Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Soal Open Ended Pembelajaran matematika hendaknya dapat memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif, yang salah satunya adalah dengan pemberian soal-soal open-ended. Soal Open Ended merupakan soal yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa (Aini, Laili, & Utami, 2020). Menurut Jannah (2020) kemampuan berpikir kritis siswa dapat dirangsang melalui pembelajaran pemecahan masalah, salah satunya adalah pembelajaran pemecahan masalah matematika open-ended. Dengan masalah matematika open-ended kemampuan berpikir kritis siswa dapat terangsang sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman dalam proses menemukan jawaban dari suatu masalah. Soal open-ended adalah masalah atau soal-soal yang memiliki beberapa atau bahkan banyak penyelesaian yang benar dan juga banyak cara untuk menemukan penyelesaiannya.

Menurut Purbonugroho, Wibowo, & Kurniawan, (2020) soal open ended mengarah pada pertanyaan dimana siswa memiliki peluang berpikir. dengan pemberian soal terbuka, dapat memberi rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan cara berpikirnya. Jadi sangat memungkinkan dengan memberikan soal open ended akan memunculkan berpikir kritis pada siswa. Menurut Siswanti (2018) soal open-ended diyakini dapat mendorong kreativitas dan inovasi berpikir matematika secara lebih bermakna dan bervariasi dapat mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis, terbuka dan mampu bekerja sama, berkompeten dalam memecahkan masalah, dan berkomunikasi secara logis dan argumentatif.

(33)

2.1.7 Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Menurut Muawwana (2015) Sistem persamaan lienar dua variabel merupakan sistem kesatuan dari beberapa persamaan linear dua variabel yang sejenis. Hubungan antara dua variabel yang membentuk persamaan yang memiliki nilai dinamakan persamaan linear dua variabel yang ditulis:

𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐

Dimana a, b merupakan koefisien sedangkan x, y merupakan variabel.

Serta bentuk grafik selesaian suatu persamaan linear dua variabel berupa titik dan garis lurus.

Dalam materi sistem persamaan linear dua variabel terdapat beberapa metode/langkah penyelesaian dalam mengerjakan soal sistem persamaan linear dua variabel diantaranya:

1. Metode grafik

Langkah-langkah dalam mengerjakan soal SPLDV dengan metode grafik ialah sebagai berikut:

a. Gambarlah kedua grafik dalam satu bidang koordinat b. Perkirakan titik pemotongan kedua grafik tersebut

c. Periksa titik potong kedua grafik dengan mensubstitusikan nilai x dan y ke dalam setiap persamaan

2. Metode substitusi

Metode ini digunakan dengan menyatakan salah satu variabel dalam variabel lain kemudian mengganti dengan persamaan lain. Langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah menggunakan metode substitusi adalah sebagai berikut:

(34)

Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut { 𝑦 = 2𝑥 + 5

𝑦 = −4𝑥 − 1 Jawab

𝑦 = 2𝑥 + 5………(1) 𝑦 = −4𝑥 − 1………(2)

• Substitusikan persamaan 1 ke persamaan 2 𝑦 = −4𝑥 − 1

2𝑥 + 5 = −4𝑥 − 1 2𝑥 + 5 = −4𝑥 − 1 2𝑥 + 4𝑥 = −5 − 1 6𝑥 = −6

𝑥 = −1

• Substitusikan nilai x ke persamaan 1 𝑦 = 2𝑥 + 5

= 2(−1) + 5 = −2 + 5 = 3

Jadi penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah (-1,3) 3. Metode eliminasi

Metode ini digunakan dengan mengeliminasikan salah satu variabel secara bergantian. Langkah-langkah nya ialah sebagai berikut:

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

(35)

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut!

{𝑦 = 2𝑥 − 4 7𝑥 − 2𝑦 = 5 Jawab

𝑦 = 2𝑥 − 4 → 2𝑥 − 𝑦 = 4………(1) 7𝑥 − 2𝑦 = 5………(2)

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

2𝑥 − 𝑦 = 4 (× 2) → 4𝑥 − 2𝑦 = 8 7𝑥 − 2𝑦 = 5 (× 1) → 7𝑥 − 2𝑦 = 5

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x 4𝑥 − 2𝑦 = 8

7𝑥 − 2𝑦 = 5

−3𝑦 = 3 𝑦 = −1

c. Ubah persamaan pertama dan persamaan kedua sehingga koefisien yang dieliminasikan sama

2𝑥 − 𝑦 = 4 (× 7) → 14𝑥 − 7𝑦 = 28 7𝑥 − 2𝑦 = 5 (× 2) → 14𝑥 − 4𝑦 = 10

d. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai y 14𝑥 − 7𝑦 = 28

14𝑥 − 4𝑦 = 10

−3𝑦 = 18 𝑦 = −6

sistem persamaan linear dua variabel adalah (-1, -6)

(36)

4. Metode campuran

Metode ini merupakan gabungan dari metode eliminasi dan metode substitusi. Langkah-langkah pengerjaanya ialah sebagai berikut :

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut

c. Substitusikan nilai suatu variabel ke persamaan tersebut Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel berikut!

{2𝑥 + 𝑦 = 5 3𝑥 − 2𝑦 = 4 Jawab

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

2𝑥 + 𝑦 = 5 (× 2) → 4𝑥 + 2𝑦 = 10 3𝑥 − 2𝑦 = 4 (× 1) → 3𝑥 − 2𝑦 = 4

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x 4𝑥 + 2𝑦 = 10

3𝑥 − 2𝑦 = 4 7𝑥 = 14

𝑥 = 2

+

c. Substitusikan nilai x ke persamaan 2 untuk mendapatkan nilai y 3𝑥 − 2𝑦 = 4

3(2) − 2𝑦 = 4 6 − 2𝑦 = 4 6 − 2𝑦 − 6 = 4 − 6 −2𝑦 = −2

(37)

𝑦 = 1

Jadi, penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut ialah (2, 1) 2.1.8 Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Prihartini, Lestari, & Saputri, (2015) yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Menggunakan Pendekatan Open Ended. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari kajian literatur yang dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan open ended

2. Penelititan yang dilakukan oleh Sagita et al, (2017) yang berjudul Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek introvert dan subjek ekstrovert memiliki kemampuan berpikir kritis yaitu dari cara berpikir menganalisis informasi, mendeteksi kekeliruan, dan kecepatan dalam menyelesaikan soal, dimana kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert lebih unggul dibandingkan dengan siswa tipe ekstrovert.

3. Penelitian oleh Uswatun Hasanah (2018) yang berjudul Analisis Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA PGRI 5 Sidoarjo dalam Pemecahan Masalah Matematika ditinjau dari Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tipe introvert cenderung memenuhi indikator klasifikasi, assesmen, penyimpulan, dan strategi yang tepat namun masih lemah dalam menyebutkan taktik lain pada indikator strategi taktik. Sedangkan siswa tipe ekstrovert cenderung kuat pada

(38)

indikator penyimpulan dan assessment namun lemah dalam menuliskan apa yang diketahui dan langkah dalam menyelesaikan soal.

4. Penelitian oleh Natassya et al, (2023) yang berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe Open Ended Ditinjau dari Motivasi Belajar pada Materi SPLTV. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat memenuhi semua indikator berpikir kritis dalam mengerjakan soal open ended sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak memenuhi beberapa indikator berpikir kritis dalam mengerjakan soal open ended.

5. Penelitian oleh Rudianti et al, (2021) yang berjudul Proses Berpikir Kritis Matematis ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek ekstrovert lebih cepat dalam menyelesaikan masalah dibandingkan dengan subjek introvert.

Subjek ekstrovert melakukan kesalahan yaitu mengabaikan informasi dari soal. Sedangkan subjek introvert dapat menemukan dan menggunakan keterkaitan antara informasi dan permasalahan.

6. Penelitian oleh Silalong et al, (2022) yang berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Terhadap Kemampuan Berpikir Krtis Siswa SMAN 18 Makassar dari penelitian tersebut dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara tipe kepribadian siswa dengan kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilakukan uji hipotesis melalui uji t dan uji ANOVA.

2.2 Kerangka Berpikir

(39)

Kerangka pikir penelitian menjadi panduan bagi semua pihak yang terlibat untuk menyatukan beragam aktivitas penelitian dan berbagai peneliti yang kepada tujuan penelitian. Tanpa adanya kerangka pikir penelitian, maka aktivitas penelitian akan menjadi acak-sporadis, menghabiskan banyak sumber daya, namun gagal menjawab tujuan utama penelitian (Misno et al, 2021).

Pada penelitan ini, peneliti menggambarkan kerangka berpikir Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam enyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang disajikan sebagai berikut:

(40)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Selesai analisis

Faktor apa saja mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi SPLDV.

Kesimpulan

Deskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel

Melakukan Tes Kepribadian MBTI

Siswa Kepribadian Introvert dan Ekstrovert

Siswa kepribadian introvert dan ekstrovert menyelesaikan soal open ended materi SPLDV

Indikator Berpikir Kritis

Interpretasi

Analisis

Evaluasi

Inferensi

Tidak

Iya

Ket : = Kegiatan, = proses, = hasil, = evaluasi

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Semester Ganjil 2023/2024.

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu SMPN 11 Kota Jambi yang beralamat di Jalan H.O.S Cokroaminoto No.4 Simpang Kawat, Kota Jambi, Jambi.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian kualitatif. Menurut Slamet (2019) penelitian kualitatif merupakan cara pendekatan yang dimaksudkan untuk memahami secara mendalam untuk memperoleh pandangan mengenai cara berpikir, berperasaan, alasan yang mendasari perilaku, sikap, sistem nilai, minat, motivasi, cita-cita, budaya, serta gaya hidup orang-orang yang diteliti, berdasarkan atas kerangka pemikiran orang yang diteliti. Menurut Abdussamad (2021) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan deskriptif. Hal ini dideskripsikan dalam penelitian ini ialah bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan siswa diminta untuk menyelesaikan soal tersebut. Pendeksripsian ini ditelusuri melalui kemampuan

(42)

berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal matematika dan hasil wawancara yang dilakukan. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran tingkatan berpikir kritis pada setiap siswa.

3.3 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa hasil jawaban tes kemampuan berpikir kritis siswa tipe ekstrovert dengan menggunakan soal open ended pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan hasil wawancara siswa yang dilakukan dan telah diolah sehingga akan dapat diketahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori. Data yang dikumpul berupa:

1. Hasil tes MBTI untuk menentukan tipe kepribadian siswa.

2. Jawaban tertulis dari siswa menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

3. Pernyataan siswa dalam bentuk lisan melalui hasil wawancara

Sumber data penelitian yang diperoleh adalah siswa kelas IX SMPN 11 Kota Jambi yang telah mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024.

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan 3 instrumen berupa kuesioner MBTI, soal open ended tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), dan pedoman wawancara.

1. Soal tes kemampuan berpikir kritis berbasis open ended

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik dari suatu objek. Objek ini menurut dapat berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun

(43)

motivasi. Agar dapat menghasilkan instrumen tes yang baik, terdapat beberapa tahap yang harus dilalui. Terdapat ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi belajar, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes. Instrumen tes yang baik dapat meningkatkan kualitas hasil penilaian yaitu profil kemampuan peserta didik (Pardimin, Widodo, &

Purwaningsih, 2017).

Menurut Arikunto (2016) tes memiliki fungsi salah satunya fungsi tes di dalam kelas untuk menentukan tingkat pencapaian siswa. Sehingga tes dapat mengukur tingkat kemampuan yang dimiliki siswa, agar guru dapat mengevaluasi dan menentukan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Soal open ended tes kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari soal uraian permasalahan kontekstual pada materi Sistem Persamaan Lienar Dua Variabel (SPLDV). Dipilihnya bentuk soal tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk uraian agar peneliti dapat melihat langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan soal, sehingga peneliti dapat menganalisis dan menyelidiki setiap Langkah-langkah jawaban siswa sesuai indikator kemampuan berpikir kritis yang sudah dirancang sebelumnya.

Peneliti berusaha merancang soal instrumen berupa soal dengan permasalahn kontekstual. Soal yang dirancang memungkinkan siswa menunjukkan indikator dari kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa. Soal instrumen tes kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan

(44)

ke siswa akan dilakukan tahapan validitas ahli, sehingga soal yang diberikan kepada siswa sudah valid.

2. Tes Kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) merupakan psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan. MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers pada sejak 1940. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan tipe kepribadian seseorang. MBTI merupakan instrumen yang paling banyak digunakan. Telah diperbarui dan divalidasi secara ketat selama lebih dari tujuh puluh tahun (Rabbani, Nasrun, Si, & Setianingsih, 2020).

Tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) dilakukan untuk menentukan tipe kepribadian siswa baik introvert maupun ekstrovert. Tes ini terdiri dari 25 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdapat 2 dua pilihan yaitu a dan b.

Untuk metode penskoran apabila banyak siswa memilih a maka siswa tersebut berkepribadian ekstrovert. Sebaliknya, jika siswa banyak yang memilih b maka siswa tersebut berkepribadian introvert (Zaman dan Abdillah, 2009:69-73).

Setelah selesai melakukan tes MBTI selanjutnya, siswa dijadikan subjek penelitian yang akan diberikan soal open ended untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah pedoman peneliti dalam wawancara subjek penelitian untuk mencari dan menggali informasi mengenai jawaban dari soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan. Selain untuk mencari informasi mengenai jawaban dari soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan, peneliti

(45)

juga mencari informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

Data hasil wawancara berupa transkip wawancara. Transkip tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan peneliti yang ditujukan kepada subjek dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah wawancara semi terstruktur sehingga peneliti dapat menggali informasi kemampuan berpikir kritis siswa dan faktor-faktor kemampuan berpikir kritis siswa tanpa terlalu bergantung dengan pedoman wawancara yang dirancang.

Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman wawancara kemampuan berpikir kritis

Ruang Lingkup Penelitian

Indikator Berpikir

Kritis Deskriptor Pertanyaan

Proses Berpikir Kritis Siswa

Tipe Introvert dan

Ekstrovert Dalam Menyelesaik an Soal-Soal Open Ended

1. Menginterpretasi Memahami masalah yang ditujukan dengan menulis diketahui maupun ditanyakan soal yang tepat

• Apa permasalahan yang ada pada soal tersebut?

• Apa konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

• Apa ada konsep lain?

2. Menganalisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan- pernyataan,

pertanyaan-pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditujukan dengan membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat

• Apa maksud dari informasi yang telah tersebut?

• Bagaimana cara kamu bisa menyelesaikan

permasalahan pada soal tersebut?

• Apakah semua informasi yang ada pada soal tersebut bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah?

3. Mengevaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan

• Setelah kamu memperoleh jawabannya, apakah kamu memeriksa kembali hasilnya?

• Apa kamu yakin dengan jawaban yang kamu peroleh?

4. Menginferensi Membuat kesimpulan yang benar

Dapatkah kamu mengambil kesimpulan dari soal tersebut?

(46)

Selain mencari informasi kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti juga mencari informasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMPN 11 Kota Jambi. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah wawancara semi terstruktur sehingga peneliti dapat menggali informasi kemampuan berpikir kritis siswa tanpa terlalu bergantung dengan pedoman wawancara yang dirancang. Adapun kisi-kisi pedoman wawancara faktor-faktor kemampuan berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi pedoman wawancara faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

No.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa

Panduan Wawancara 1 Kondisi fisik • Apa kabar kamu hari ini?

• Apakah kamu merasa siap mengerjakan soal SPLDV?

• Apakah kamu mengantuk pada saat pelajaran SPLDV berlangsung?

2 Motivasi • Apa yang membuat kamu termotivasi untuk mengerjakan soal materi SPLDV?

3 Kecemasan • Apakah kamu merasa cemas dalam mengerjakan soal SPLDV?

• Mengapa kamu merasa cemas pada saat mengerjakan soal SPLDV?

4 Perkembangan intelektual • Bagaimana cara kamu memecahkan masalah pada soal tersebut?

5 Kebiasaan rutinitas • Apa kegiatan kamu sepulang sekolah?

• Apa saja yang menjadi kebiasaan kamu?

3.5 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Untuk penentuan subjek penelitian dilakukan dengan cara penarikan subjek penelitian yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Menurut Lenaini, (2021) Purposive sampling merupakan sebuah metode sampling non random sampling dimana periset memastikan pengutipan ilustrasi melalui

(47)

metode menentukan identitas spesial yang cocok dengan tujuan riset sehingga diharapkan bisa menanggapi kasus riset.

Pada penelitian ini, penentuan subjek ditentukan dengan menggunakan metode standar deviasi dengan membagikan siswa tipe ekstrovert menjadi 3 kelompok kemampuan berpikir kritis, yaitu siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis tinggi, siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis sedang, dan siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis tinggi rendah berdasarkan nilai yang diperoleh. Langkah-langkah penentuan subjek pada penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

1. Menjumlahkan skor hasil tes kemampuan yang sudah dikerjakan oleh siswa dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis siswa tipe ekstrovert. Menurut Pertiwi (2018) kisi-kisi rubrik penilaian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

(48)

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis

Sumber: Pertiwi, W. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik Smk Pada Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(4), 793–801.

No

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Keterangan Skor

1 Interpretasi

Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan 0 Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan

tidak tepat 1

Menuliskan yang diketahui saja denga tepat atau yang

ditanyakan saja dengan tepat 2

Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi

kurang lengkap 3

Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal yang

tepat dan lengkap 4

2 Analisis

Tidak membuat model matematika dari soal yang

diberikan 0

Membuat model matematika dari soal yang diberikan

tetapi tidak tepat 1

Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat tanpa memberi penjelasan 2 Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat tetapi ada kesalahan dalam penjelasan 3 Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat dan memberi penjelasan yang benar dan lengkap

4

3 Evaluasi

Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan

soal 0

Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak

lengkap dalam menyelesaikan soal 1

Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, tetapi tidak lengkap atau menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi lengkap dalam menyelesaikan soal

2

Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap tetapi melakukan kesalahan dalam perhitungan dan penjelasan

3 Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan/penjelasan

4

4 Inferensi

Tidak membuat kesimpulan 0

Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak

sesuai dengan konteks soal 1

Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun

sesuai dengan konteks soal 2

Membuat kesimpulan yang tepat sesuai dengan konteks soal tetapi tidak lengkap 3 Membuat kesimpulan yang tepat sesuai dengan

konteks soal dan lengkap 4

(49)

2. Mencari rata-rata dari skor hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa tipe ekstrovert dengan rumus

𝑥̅ =∑ 𝑥𝑛 𝑛

3. Mencari standar deviasi dengan rumus

𝑆𝐷 = √∑ 𝑓𝑥2

𝑛 − (∑ 𝑓𝑥 𝑛 )

2

4. Menentukan batas-batas kelompok dengan pedoman

• Kelompok atas : 𝑥̅ ≥ 𝑥̅ + 𝑆𝐷

• Kelompok sedang : 𝑥̅ − 𝑆𝐷 < 𝑥̅ < 𝑥̅ +

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV  2.  Analisis
Gambar 1.2 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV  3.  Evaluasi
Gambar 1.3 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV  4.  Inferensi
Gambar 1.4 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Media Sosial Path Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Dikalangan Mahasiswa Unpad”.. Pembimbing utama dalam penelitian ini adalah

Hasil penelitian tentang perbedaan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas hukum Universitas Muhammadiyah

Kesimpulan: kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan tingkat stres pada

Dari analisis data diperoleh hasil : (1) tingkat berpikir kreatif matematis (TBK) siswa dengan tipe kepribadian guardian dalam menyelesaikan soal open- ended

Semua karyawan baik yang memiliki tipe kepribadian introvert ataupun ekstrovert diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan berbagai permasalahan

Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Vii Smp Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Tipe Soal Open-Ended Pada Materi Pecahan.. Kemampuan Pemecahan Masalah

Berdasarkan tipe kepribadiannya partisipan penelitian dengan kepribadian ekstrovert berjumlah 11 orang atau 50 % dan partisipan dengan kepribadian introvert

Dari analisis data diperoleh hasil : (1) tingkat berpikir kreatif matematis (TBK) siswa dengan tipe kepribadian guardian dalam menyelesaikan soal open- ended