• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum menjadi BPJS Ketenagakerjaan, PT Jamsostek (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum menjadi BPJS Ketenagakerjaan, PT Jamsostek (Persero)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

55 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Tentang BPJS Ketenagakerjaan

Sebelum menjadi BPJS Ketenagakerjaan, PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 dan UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga

(2)

Kerja. Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Kualitas Produk dan Layanan

Saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.

(3)

Setelah ditetapkannya UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014. PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, Jamsostek pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.

Kini dengan system penyelenggaraan yang semakin maju, program Jamsostek tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki 11 kantor wilayah dan 120 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia

Visi dan Misi Visi

Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

(4)

Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

 Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga

 Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

 Negara: Berperan serta dalam pembangunan

Filosofi Badan Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

 BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.

 Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

Motto Perusahaan

(5)

4.1.2. Program-Program BPJS Ketenagakerjaan a. Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

b. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Pengertian

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang

(6)

diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

c. Program Jaminan Kematian

Definisi

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2.000.000,- biaya pemakaman* dan santunan berkala.

d. Sektor Informal

Pengertian

Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha ekonomi informal.

(7)

Tujuan

Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia. Memperluas cakupan kepesertaan program BPJS Ketenagakerjaan

e. Sektor Konstruksi

Adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29 September 1999

Tahap Kepesertaan

Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)

Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :

(8)

Proyek-proyek atas Dana Internasional Proyek-proyek APBN

Proyek-proyek swasta, dll60 f. Program Jaminan Pensiun

Program Jaminan Pensiun disingkat Program JP adalah pembayaran berkala jangka panjang sebagai substitusi dari penurunan/hilangnya penghasilan karena peserta mencapai usia tua (pensiun), mengalami cacat total permanen, atau meninggal dunia. Program ini mulai berlaku pada tahun 2015. 61

4.2.Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan cara melakukan wawancara dengan Kepala Divisi Komunikasi dan Penata Utama Komunikasi Eksternal yang berperan sebagai media planner BPJS Ketenagakerjaan.

Sebelum membahas mengenai strategi media yang digunakan terlebih dahulu membahas STP (Segmenting, Targeting, Positioning) untuk mengidentifikasi target audiens BPJS Ketenagakerja adalah sebagai berikut :

4.2.1. Segmenting, Targeting, Positioning

60

www.bpjsketenagakerjaan.go.id, diakses pada tanggal 17 Desember 2014 61

http://www.jamsosindonesia.com/sjsn/Program/program_jaminan_pensiun, diakses pada tanggal 17 Desember 2014

(9)

BPJS Ketenagakerjaan dalam menentukan STP (segmenting, targeting, positioning) yang pertama untuk diketahui dan dipelajari, yaitu :

1. Segmenting

Segmen BPJS Ketenagakerjaan adalah para pekerja baik formal maupun informal. Berdasarkan segmentasi secara geografis, demografis, psikografis adalah sebagai berikut :

a. Segmentasi Geografis

1. Wilayah : Seluruh Indonesia

2. Kota : Seluruh Kota di Indonesia b. Segmentasi Demografis

1. Usia : 18 – 54 tahun

2. Kategori : Para pekerja formal dan informal 3. Golongan : Semua Golongan

4. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita c. Segmentasi Psikografis

1. Pekerja yang menginginkan perlindungan dalam bekerja 2. Pekerja yang menginginkan asuransi diri

3. Pekerja yang menginginkan memiliki ‘simpanan tabungan’ di hari tuanya atau di masa pensiunnya

4. Pekerja yang tidak ingin ribet dalam mendaftarkan dirinya dalam asuransi

(10)

5. Pengusaha yang peduli akan pentingnya perlindungan kerja pada karyawannya

2. Targeting

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Harri Kuswanda, Target BPJS Ketenagakerjaan adalah para pekerja Indonesia, baik yang formal maupun informal. BPJS Ketenagakerjaan tidak memiliki target primary ataupun secondary. Semua pekerja berhak dan wajib terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan namun untuk pekerja informal dibatasi hingga usia 55 tahun.

3. Positioning

Positioning dari BPJS Ketenagakerjaan adalah Jalan Menuju Kesejahteraan Pekerja Indonesia.

4.2.2. Pemilihan Audiens Sasaran

Dalam merumuskan target audience BPJS Ketenagakerjaan, Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mempelajari dan memperhatikan kondisi pasar serta persaingan industry asuransi secara global serta keinginan pasar terhadap asuransi yang mereka butuhkan. Namun pada dasarnya BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu program pemerintah dalam memberikan jaminan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan

(11)

pernyataan dari Bapak Muhammad Kurniawan sebagai penata utama badan komunikasi eksternal

“Seluruh pekerja Indonesia harus terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan, hal itu sesuai dengan amanah UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa jaminan sosial tersebut merupakan program Negara yang bertujuan memberikan perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Hal ini pun ditambahkan dengan pernyataan dari Bapak Kuswahyudi sebagai Kepala Divisi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan

“Saat ini pemerintah memiliki dua jaminan sosial yaitu BPJS Kesehatan yang awalnya adalah PT. ASKES dan JAMSOSTEK yang kini bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan, dimana BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri manfaatnya adalah memberikan perlindungan dasar kepada pekerja terutama di Indonesia dalam hal perlindungan jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian, dan nanti di 2015 ada jaminan pensiun. Manfaat ini perlu diberikan kepada peserta karena semua kegiatan ketenagakerjaan beresiko terjadi kecelakaan kerja yang mungkin akan terjadi dan dialami oleh para pekerja, dan manfaat yang bisa didapatkan oleh tenaga kerja yaitu ketika pekerja berangkat dari rumah dalam perjalanan dan kembali ke rumah disitulah program BPJS Ketenagakerjaan berfungsi, ketika terjadi kecelakaan semua biaya pengobatan dijamin oleh BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan dikhususkan untuk seluruh pekerja di Indonesia termasuk para WNA yang sudah bekerja minimal 6 bulan di Indonesia yang nantinya akan bekerja sama dengan kedubes dari negara lain yang akan mulai aktif pada tahun 2015.”

Sesuai dengan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap pekerja boleh memiliki dan menggunakan program asuransi yang ada di Indonesia yang bersifat swasta, namun, pekerja di Indonesia wajib memiliki dan terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan. Sedangkan untuk target audiensnya sendiri dimana BPJS Ketenagakerjaan memiliki target audiens, sebagai berikut :

(12)

a. Geografis

Dalam segmentasi ini berdasarkan jangkauan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan yang berada di Indonesia, yaitu berdasarkan :

1. Wilayah : Seluruh Indonesia 2. Kota : Seluruh kota di Indonesia

Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki 11 kantor wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia dan 121 kantor cabang dan 53 kantor cabang pembantu yang tersebar di seluruh kota-kota di Indonesia bahkan hingga ke Papua Barat dan Irian Jaya.

b. Demografis

Dalam segmentasi ini berdasarkan umur, sebenarnya BPJS Ketenagakerjaan tidak memiliki batasan umur karena BPJS Ketenagakerjaan akan mengcover seluruh pekerja, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak Harri Kuswanda. Namun dalam hal ini penulis akan menyimpulkan segmentasi usia berdasarkan rata-rata masa pensiun pekerja di Indonesia.

1. Usia : 18-54 tahun

2. Kategori : Pengusaha dan Pekerja di Indonesia 3. Golongan : Semua golongan

4. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

(13)

Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki kepesertaan tenaga kerja per mei 2014 sebanyak 12.314.093 orang pekerja,62 menurut data Badan Pusat Statistik jumlah pekerja di Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas sebanyak 118.190.000 orang.63 Berdasarkan data tersebut masih diperkirakan ada 100.000.000 pekerja di Indonesia baik formal maupun informal yang belum terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan.

c. Psikografis

Segmentasi ini dilihat berdasarkan gaya hidup, yaitu : 1. Pekerja yang mengingkan perlindungan dalam bekerja 2. Pekerja yang menginginkan asuransi diri

3. Pekerja yang menginginkan memiliki ‘simpanan tabungan’ di hari tuanya atau di masa pensiunnya

4. Pekerja yang tidak ingin ribet dalam mendaftarkan dirinya dalam asuransi 5. Pengusaha yang peduli akan pentingnya perlindungan kerja pada

karyawannya

d. Consumen Behavioritis

Calon konsumen atau konsumen mendaftarkan dirinya atau pekerjanya dalam BPJS Ketenagakerjaan dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan merupakan

62

www.bpjsketenagakerjaan.go.id, diakses pada tanggal 17 Desember 2014 63

www.bps.go.id, Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986–2013, diakses pada tanggal 17 Desember 2014

(14)

salah satu program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja Indonesia khususnya, selain itu program ini merupakan program wajib yang harus diikuti oleh seluruh pengusaha-pengusaha di Indonesia, dimana para pengusaha wajib mendaftarkan karyawannya dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Para pekerja berhak terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan dikarenakan keinginan setiap pekerja akan adanya jaminan kerja yang ingin mereka miliki bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja, dan dapat memiliki simpanan uang untuk mereka dan keluarga mereka di hari tua mereka atau di masa pensiun.

4.2.3. Menentukan Tujuan Media

Setelah menentukan audiens sasaran, langkah selanjutnya dari strategi perencanaan media adalah dengan menentukan tujuan media. Sebelum mencapai tujuan media, ada beberapa tujuan lain yang juga ingin dicapai oleh BPJS Ketenagakerjaan, tujuan-tujuan tersebut diantaranya :

1. Tujuan Pemasaran

Tujuan dari kegiatan pemasaran yang telah dilakukan BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :

a. Memaksimalkan pelayanan melalui kantor cabang dan kantor cabang pembantu dengan tujuan untuk memudahkan new customer atau customer dalam mendaftar dan dalam menerima pelayanan

Hal ini berdasarkan pada berita yang terdapat dalam website BPJS Ketenagakerjaan :

(15)

“Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, BPJS Ketenagakerjaantelah mengimplementasikan konsep Pelayanan prima, yaitu memberikan kemudahan pelayanan dan ketepatan waktu kepada peserta atau masyarakat.Artinya teknis pelayanan optimal, menyangkut pelayanan kecepatan waktu, dari yang sebelumnya pengurusan klaim membutuhkan waktu sehari,bisa diselesaikan 30 menit.”64

b. Meningkatkan pendaftaran peserta BPJS Ketenagakerjaan

Hal ini berdasarkan pada berita yang terdapat dalam Bisnis Indonesia yang dikutip dari website BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 25 November 2014 :

“Saat ini BPJS Ketenagakerjaan terus berusaha melakukan publikasi, sosialisasi dan edukasi kepada seluru pekerja, baik formal maupun inform; untuk bergabung menjadi peserta, karena begitu banyak manfaat yang akan didapatkan setelah terdaftar menjadi peserta.”65

c. Meningkatkan brand awareness

Hal ini berdasarkan pernyataan dari Ibu Dwi Andhita :

“...Tujuan yang paling utama adalah Awareness dari masyarakat bahwa jamsostek kini bpjs ketenagakerjaan”

d. Meningkatkan kerjasama dengan pengusaha-pengusaha di Indonesia khususnya dalam memberikan perlindungan kepada pekerja Indonesia Hal ini berdasarkan pada berita pada http://disnakertrans.kaltimprov.go.id : “Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Kaltim melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) tentang kerja sama kelembagaan dan pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan.Dalam MoU ini Apindomenjadi partner BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Kaltim dalam hal pengawasan, pendataan, dan

64http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/news.php?id=6124, BPJS Ketenagakerjaan Berikan Kepastian dan Kemudahan dalam Pelayanan, diakses pada tanggal 30 Januari 2015 65

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/ , BPJS Ketenagakerjaan Jembatan Menuju Kesejahteraan Peserta, diakses pada tanggal 30 Januari 2015

(16)

sosialisasi terhadap pengusaha yang belum mendata jumlah karyawan secara benar sehingga menjadi acuan bagi BPJS Ketenagakerjaan.“Ini dilakukan BPJS Ketenagakerjaan agar semua tenaga kerja terlindungi,” kata Cotta Sembiring.”66

e. Membangun image atau pencitraan yang baik dalam benak masyarakat dan para pengusaha serta pekerja di Indonesia khususnya

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Kuswahyudi :

“TJSL (CSR) : Tanggung Jawab sosial lingkungan, memberikan manfaat kepada pertama peserta, kedua masyarakat umum, yang nantinya kegiatan itu akan berdampak pada pencitraan BPJS Ketenagakerjaan”

2. Tujuan Promosi

Tujuan dari kegiatan promosi yang telah dilakukan BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai program BPJS Ketenagakerjaan

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Harri Kuswanda : “Tujuannya adalah mensosialisasikan program-program BPJS Ketenagakerjaan”

b. Meningkatkan awareness pada masyarakat mengenai BPJS Ketenagakerjaan, melalui kampanye bertemakan ‘JAMSOSTEK KINI BPJS KETENAGAKERJAAN’ dimana BPJS Ketenagakerjaan ingin masyarakat dan para pekerja khususnya mengetahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan bukanlah sebuah perusahaan baru melainkan BPJS Ketenagakerjaan adalah transformasi dari PT. JAMSOSTEK yang memang sejak awal berdiri PT.

66

http://disnakertrans.kaltimprov.go.id/berita-238-bpjs-kerja-sama-dengan-apindo.html, diakses pada tanggal 30 Januari 2015

(17)

JAMSOSTEK memiliki program-program dalam memberikan perlindungan kepada para pekerja Indonesia.

Hal terebut berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dwi Andita :

“Yang paling utama adalah Awareness dari masyarakat bahwa jamsostek kini bpjs ketenagakerjaan, seperti slogan yang sekarang sedang digunakan yaitu 'JAMSOSTEK KINI BPJS KETENAGAKERJAAN', yang sedang ditekankan sekarang ada 'JAMSOSTEK KINI BPJS KETENAGAKERJAAN', 'ADA 2 BPJS DI INDONESIA YAITU BPJS KESEHATAN DAN BPJS KETENAGAKERJAAN', dan 'MANFAAT SETELAH TERDAFTAR DALAM BPJS KETENAGAKERJAAN'.”

c. Meningkatkan jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan

Hal ini berdasarkan pada pernyataan dari Bapak Kuswahyudi :

“...lebih mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, dan lebih mengetahui apakah dia masuk di formal atau informal.”

d. Meningkatkan kepedulian kepada masyarakat dan pekerja khususnya untuk peduli terhadap perlindungan dasar jaminan sosial ketenagakerjaan

Hal ini berdasarkan pada berita mengenai BPJS Ketenagakerjaan yang dikutip dari Suara Karya pada websitenya:

“Dalam upaya lebih memperkenalkan program-program-nya, sekaligus meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya jaminan sosial, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan DKI Jakarta melakukan sosialisasi ke kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ).”67

e. Membangun citra yang baik dalam masyarakat melalui kegiatan TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) atau yang lebih dikenal dengan CSR (Coorporate Social Responsibility)

67

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/news.php?id=5867, diakses pada tanggal 30 Januari 2015

(18)

Hal ini berdasarkan pada pernyataan dari Bapak Kuswahyudi :

“Tanggung Jawab sosial lingkungan, memberikan manfaat kepada pertama peserta, kedua masyarakat umum, yang nantinya kegiatan itu akan berdampak pada pencitraan BPJS Ketenagakerjaan”

3. Tujuan Periklanan

Dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai BPJS Ketenagakerjaan dalam melindungi dan memberikan kesadaran kepada para tenaga kerja dan pengusaha di Indonesia akan manfaat dan wajibnya tenaga kerja dan perusahaannya tergabung dan terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan perlu melakukan kegiatan promosi seperti pernyataan dari Bapak Kuswahyudi sebagai Kepala Divisi Komunikasi :

“….Sebenarnya tanpa berpromosipun BPJS Ketenagakerjaan itu wajib tetapi yang menjadi masalah di Indonesia itu belum bisa disamakan dengan di luar negeri, maka harus juga dilakukan promosi salah satunya dengan beriklan. Agar masyarakat lebih aware, peduli, dan lebih tau, serta lebih mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menjadi peserta BPJS KETENAGAKERJAAN, dan lebih mengetahui apakah dia masuk di formal atau informal…”

Pernyataan tersebut ditambahkan oleh Bapak Harri Kuswanda selaku Kepala Urusan Komunikasi Eksternal :

“….Tujuannya adalah mensosialisasikan program-program, mensosialisasikan BPJS Ketenagakerjaan. Ada tiga pesan kunci yang perlu disampaikan kepada masyarakat, pertama jamsostek itu sudah berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan dapat dirasakan pada saat peserta mendaftar, ada 2 BPJS di Indonesia BPJS Ketengakerjaan dan BPJS Kesehatan. Secara umum, tiga pesan tersebutlah yang disampaikan pada pesan advertising kami.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan BPJS Ketenagakerjaan dalam beriklan, diantaranya :

(19)

a. Menginformasikan mengenai pendafataran dan pelayanan bagi tenaga kerja b. Meningkatkan awareness BPJS Ketenagakerjaan

c. Meningkatkan jumlah kepesertaan

A. Seberapa besar jangkauan pesan dan target jangkauan

Salah satu tujuan media yang ingin dicapai dari BPJS Ketenagakerjaan adalah menyampaikan pesan kepada target market secara efektif dan efisien.

Dalam menentukan tujuan media, langkah pertama adalah dengan memperhatikan jangkauan media. Jangkauan suatu media merupakan jumlah yang dicapai atau kemampuan suatu media mencapai suatu populasi. Maka dari itu, demi mencapai tujuan media yang efektif dan efisien maka perusahaan perlu memperhatikan jangkauan media yang akan digunakannya.

Maka setelah diteliti melalui wanwancara dengan Bapak Harri Kuswanda selaku Kepala Divisi Komunikasi Eksternal yang menangani segala kegiatan komunikasi eksternal :

“Secara segmentasi yang pertama terdiri dari pekerja penerima upah dan pekerja bukan penerima upah. Pekerja penerima upah terdiri dari PNS, TNI, POLRI, ditambah dengan pekerja pada perusahaan-perusahaan yang kategorinya besar, sedang, kecil, mikro, koperasi, UKM. Pekerja bukan penerima upah semua pekerja informal yang termasuk dalam bukan penerima upah.”

Tujuan media periklanan BPJS Ketenagakerjaan adalah ingin menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran secara efektif dan efisien agar tujuan periklanan yang ingin dicapai dapat diraih sesuai dengan budget yang

(20)

ditentukan oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk kegiatan periklanan itu sendiri yang juga masuk kedalam kegiatan promosi.

B. Berapa banyak frekuensi pesan

Frekuensi adalah berapa banyak pesan yang disampaikan kepada khalayak yang ditampilkan di setiap media yang telah ditentukan. BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan berbagai macam media dalam menempatkan iklannya, hal tersebut berdasarkan pernyataan Bapak Harri Kuswanda : “BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi terhadap program dan kegiatannya melalui berbagai kanal komunikasi. Kanal komunikasi ini ada yang sifatnya konvensional seperti di surat kabar, majalah, radio, televisi, juga ada kanal yang online melalui website atau portal berita (.com) kemudian juga media sosial lainnya seperti twitter.”

BPJS Ketenagakerjaan menggunakan media massa cetak sebagai media primer. Hal tersebut berdasarkan pada pernyataan dari Bapak Kuswahyudi : “Media cetak, Dilihat dari tarif, iklan itu mahal, memilih media cetak yang paling dominan karena media cetak itu lebih simple “

Sedangkan untuk media sekunder yang digunakan adalah billboard, media televisi, radio, media online, brosur, dan poster. Untuk beberapa perusahaan media televisi merupakan media primer namun BPJS Ketenagakerjaan menggunakan media cetak dan billboard sebagai media primer dikarenakan biaya yang lebih murah dan penyampaian pesan lebih jelas selain itu, penggunaan billboard dikarenakan dengan para pekerja yang akan lebih sering untuk melihat billboard dan mendengarkan radio pada saat berangkat kerja dan pulang kerja. Semua media tersebut merupakan serangkain dari kegiatan iklan above the line sedangkan untuk below the line adalah berupa

(21)

event seperti costumer gathering, press gathering, BPJS goes to yang mendatangi universitas-universitas di Indonesia dan kampanye “Tanya Saya” yang sempat diadakan pada saat Car Free Day di Bundaran H.I yang dilakukan pada tanggal 21 Desember guna mensosialisasikan manfaat-manfaat dari program utama BPJS Ketenagakerjaan dan memberitahukan tentang transformasi Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan.68

C. GRPs

GRPs atau bobot dari media itu sendiri akan dihitung untuk media cetak sebagai media primer. Dimana nanti media planner akan menghitungnya adalah dari jumlah pembaca dari media cetak yang digunakan maka akan dikalikan oleh frekuensi yang didapat dari media cetak tersebut.

D. Anggaran Iklan

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Harri Kuswanda :

“…Anggaran iklan untuk semua media hampir 25 M selama satu tahun, dengan anggaran iklan terbanyak ada pada media televise sebesar 60%, media cetak 30%, dan online 10%”

4.2.4. Menetapkan Strategi Media A. Media apa yang digunakan

BPJS Ketenagakerjaan memilih media yang sesuai dengan target market potential dengan membagi 2 bagian yaitu media primer dan sekunder sebagai sarana untuk melakukan kegiatan advertising.

(22)

Media-media yang akan digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai saran untuk menempatkan iklan-iklannya adalah medi yang dirasa efisien dengan budget yang telah disesuaikan untuk kegiatan advertising. BPJS Ketenagakerjaan mengharapkan dengan budget yang rendah namun dapat menyampaikan pesan dan mengjangkau target sasaran dengan efektif dan efisien.

Sesuai dengan tujuan dari kegiatan promosi BPJS Ketenagakerjaan untuk menciptakan awareness terhadap program-program BPJS Ketenagakerjaan dan terhadap BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri setelah dilakukan transformasi. Dalam beriklan, BPJS Ketenagakerjaan memilih media yang dianggap memiliki jangkauan yang luas dan memiliki target market yang sesuai dengan target market yang dibidik oleh BPJS Ketenagakerjaan. Setelah diteliti, BPJS Ketanagakerjaan menggunakan penggabungan dari beberapa media untuk berilan. Penggunaan media mix tersebut ditujukan untuk memberikan pengaruh secara keseluruhan dengan baik sehingga sesuai dengan tujuan beriklan. Media tersebut diantaranya :

(23)

Tabel 4.2.4.3

Jenis Media Nama Media Alasan Memilih Media Televisi Metro TV Alasan memilih keempat stasiun

televisi tersebut dikarenakan jangkauannya yang secara nasional dan memiliki rating yang bagus dan media tersebut sesuai dengan target audiens BPJS Ketenagakerjaan. TV ONE

Trans TV RCTI

Hasil wawancara dengan Bapak Kuswahyudi, BPJS Ketenagakerjaan

Tabel 4.2.4.4

Jenis Media Nama Media Alasan Memilih Media Media

Cetak

Suara Pembaruan Sama halnya seperti televisi salah satu alasan memilih memilih media cetak tersebut dikarenakan pada jangkauannya yang luas secara nasional dan sesuai dengan target audiences dari BPJS Ketenagakerjaan. Kompas Media Indonesia Bisnis Indonesia Poskota Men’s Obsession Warta Ekonomi

Hasil Wawancara dengan Ibu Dwi Andita dan Bapak Harri Kuswanda, BPJS Ketenagakerjaan

(24)

Tabel 4.2.4.5

Jenis Media Nama Media Alasan Memilih Media Radio KBR68H Dalam pemilihan media radio,

BPJS Ketenagakerjaan lebih memilih menggunakan radio jaringan karena penyampaian pesan yang lebih luas di seluruh Indonesia bukan hanya di Jakarta saja. Selain itu biaya yang lebih murah dengan jangkauan yang luas menjadi pertimbangan dalam pemilihan stasiun radion tersebut.

SMART FM

Hasil Wawancara dengan Bapak Harri Kuswanda, BPJS Ketenagakerjaan

B. Bagaimana proses pembelian media

Proses pembelian media BPJS Ketenagakerjaan ditangani langsung oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan.

“…kami membuat semacam tender untuk para agensi iklan, nantinya yang akan dipilih oleh pihak biro pengadaan untuk mengetahui siapa yang masuk dalam kualifikasi, lalu kami akan menggunakan agensi yang lolos tersebut menjadi konsultan iklan kami selama satu tahun, …. Setiap medianya ditangani oleh agensi yang berbeda”69

(25)

Hal ini ditambahkan dengan pernyataan Bapak Harri Kuswanda : “Melalui agensi, agensi membeli slot iklan karena lebih murah klo melalui media lebih mahal. Penjadwalan kita langsung minta saja ke agensi mau beriklan di media ini.”

BPJS Ketenagakerjaan menggunakan agensi iklan sebagai media buyer dimana nantinya penjadwalan media akan dibuat oleh Divisi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan lalu memberikan penjadwalan tersebut pada agensi iklan, lalu agensi iklan akan melakukan pembelian media berdasarkan media yang ingin digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

4.2.5. Menetapkan Waktu Penjadwalan

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Harri Kuswanda penjadwalan media BPJS Ketenagakerjaan adalah

” 2 bulan diawal pembuatan, seterusnya placement. April-Juli beriklan” Untuk pola penjadwalan iklan BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan pernyataan dari keempat narasumber, yaitu :

Menurut Bapak Kuswahyudi :

“Terus menerus lebih dominan ketika ada event-event yang dianggap besar oleh BPJS, hari besar tersebut untuk mengucapkan hari-hari besar nasional maupun keagamaan. Contohnya pada saat lebaran ketika lebaran BPJS Ketenagakerjaan memberikan ucapan selamat hari raya idul fitri 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah.”

Menurut Bapak Harri Kuswanda :

“Seasonal, misalnya lagi ramadhan banyak bisa setiap hari. Kami pergunakan waktu-waktu pada misalkan akhir tahun lebih banyak lagi kan karena semua kegiatan ada diakhir juga dan itu bisa diinformasikan. Karena memang anggaran juga tidak memungkinkan untuk dipasang selama satu tahun jadi dalam waktu-waktu tertentu saja. Tidak setiap

(26)

bulan juga ada, jadi hanya dikelompokkan pada waktu tertentu, jadi hanya 1 bulan atau 2 bulan saja.”

Menurut Ibu Dwi Andita :

“Sehari-hari pasti ada, setiap ada kegiatan besar atau event khusus lebih digencarkan”

Menurut Bapak Muhammad Kurniawan : “Dilakukan secara kontinue dan masif”

Dilihat berdasarkan pernyataan dari keempat narasumber sebenarnya terdapat pernyataan yang berbeda satu sama lain, namun dapat disimpulkan bila BPJS Ketenagakerjaan lebih memilih menggunakan pola penjadwalan Pulsing dimana secara terus menerus akan beriklan namun tidak di semua media melainkan hanya di beberapa media saja kemungkinan banyak ditempatkan pada media primer yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan yaitu media cetak dan billboard sedangkan di media televisi, radio, dan online hanya dikelompokkan di bulan tertentu sesuai pernyataan bapak Harri Kuswanda dimana hanya dikelompokkan pada 1-2 bulan dan sesuai dengan pernyataan Bapak Kuswahyudi dimana pada bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri dimana iklan BPJS Ketenagakerjaan lebih banyak frekuensinya.

4.3. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas, maka penulis akan membahas satu persatu dari penjelasan hasil interview dengan Bapak Kuwahyudi, Bapak Harri Kuswanda, Ibu Dwi Andita, dan Bapak Muhammad Kurniawan mengenai strategi media BPJS Ketenagakerjaan. Penulis berpendapat bahwa perencanaan media yang dilakukan

(27)

oleh BPJS Ketenagakerjaan cukup baik dan sesuai dengan tahap-tahap yang ditulis dalam kerangka teori.

Pemilihan target media BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan target pasar BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri, yaitu pria dan wanita usia 18-54 tahun dengan semua golongan status sosial ekonomi yang bekerja sebagai pekerja formal dan informal. Target wilayah BPJS Ketenagakerjaan menjangkau seluruh Indonesia terbukti dengan 11 kantor wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia dan 121 kantor cabang dan 53 kantor cabang pembantu, hal tersebut dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan merupakan program pemerintah yang bertugas untuk mengcover seluruh pekerja di Indonesia namun dari segi pemasaran BPJS Ketenagakerjaan lebih memfokuskan pada kota-kota besar saja seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, Bandung, Denpasar, Yogya, dan kota besar lainnya atau kota-kota yang menjadi pusat dari perkantoran. Hal tersebut bertujuan agar pesan langsut tepat pada sasaran, dikarenakan pada pusat perkotaan biasanya menjadi pusat perkantoran dimana terdapat banyak pekerja baik formal maupun informal. BPJS Ketenagakerjaan meningkatkan jangkauan pesan dan memperbanyak frekuensi pesan pada hari-hari besar atau pada event-event besar. Hal itu sejalan dengan metode penjadwalan media yang digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan yaitu metode pulsing dimana BPJS Ketenagakerjaan tetap beriklan secara teratur di media massa namun pada periode tertentu frekuensi iklan meningkat secara signifikan. Dalam penetapan media BPJS Ketenagakerjaan, Divisi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan bertugas untuk menetapkan strategi media BPJS Ketenagakerjaan dari mulai penetapan audies hingga penetapan penjadwalan

(28)

media, namun untuk pembelian media BPJS Ketenagakerjaan menggunakan agensi iklan sebagai media buyer dimana setiap media memiliki agensi iklan yang berbeda.

Dalam penetapan media primer, BPJS Ketenagakerjaan menetapkan media cetak sebagai media primer. BPJS Ketenagakerjaan memilih media surat kabar Suara Pembaruan, Kompas, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Poskota, dan majalah Men’s Obsession, Warta Ekonomi. Penggunaan media cetak dikarenakan penempatan di media cetak lebih murah dibandingkan media lainnya selain itu pada media cetak BPJS Ketenagakerjaan dapat menginformasikan lebih jelas mengenai BPJS Ketenagakerjaan daripada di media lainnya. Dalam menetapkan media cetak sebagai media primer saat ini kurang tepat dalam meningkatkan suatu awareness dikarenakan media cetak saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

Dalam penetapan penggunaan media sekunder BPJS Ketenagakerjaan menggunakan media televisi, radio, billboard, dan online. BPJS Ketenagakerjaan memilih menempatkan iklan di televisi di Trans TV, TV One, Metro TV, dan RCTI. Dalam pemilihan media televisi sudah tepat dikarenakan keempat media tersebut merupakan empat stasiun televisi nasional yang memiliki jumlah audiens yang banyak, dimana melalui Trans TV dan RCTI BPJS Ketenagakerjaan dapat menjangkau para pekerja dan masyarakat dalam menyebarkan informasi mengenai BPJS Ketenagakerjaan melalui iklannya dan para pengusaha yang cenderung lebih tertarik untuk menonton Metro TV dan TV One dikarenakan kedua stasiun tersebut banyak memberitakan mengenai politik, ekonomi, dan

(29)

sosial-ekonomi. Dalam hal ini, BPJS Ketenagakerjaan sudah sangat tepat dalam pemilihan media televisinya. Untuk radio BPJS Ketenagakerjaan memilih menggunakan media jaringan KBH68 dan SMART FM alasan menggunakan media jaringan dikarenakan media jaringan mampu menyebarluaskan iklan radio BPJS Ketenagakerjaan lebih luas di seluruh Indonesia namun tetap dengan biaya yang murah. Dalam pemilihan media radio dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan lebih memilih untuk menggunakan radio jaringan yang penulis sendiri tidak mengetahui dan tidak familiar dengan kedua radio tersebut. Saat ini penggunaan media radio merupakan salah satu media yang banyak digunakan oleh masyarakat dan pekerja dimana pada saat mereka pulang kerja di dalam mobil mereka akan mendengarkan radio sebagai sarana untuk hiburan dan informasi. Dalam pemilihan radio bila BPJS Ketenagakerjaan ingin menempatkan iklannya pada media radio, BPJS Ketenagakerjaan dapat melakukan survey terlebih dahulu pada stasiun-stasiun radio yang berada di kota-kota besar di Indonesia yang memiliki jangkauan yang luas. Saat ini, banyak radio yang memiliki jangkauan yang luas bukan hanya di Jakarta melainkan juga di kota-kota lain. Hal tersebut dapat memudahkan pengiklan untuk menarik audiens sasarannya yang tinggal di Jakarta saja melainkan di kota-kota lainnya. Dalam penempatan media luar ruang, yang digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah billboard, dalam penempatan billboardnya BPJS Ketenagakerjaan memusatkan pada kota-kota besar di Indonesia dimana penempatannya disekitar kantor wilayah BPJS Ketenagakerjaan dalam hal ini pemilihan penempatan billboard sudah tepat dengan memilih tempat-tempat yang strategis yaitu pusat kota dan pusat perkantoran salah satu

(30)

penempatan media billboard BPJS Ketenagakerjaan adalah di daerah Gatot Subroto dimana seperti yang telah diketahui daerah Gatot Subroto adalah salah satu pusat perkotaan dan pusat perkantoran di Jakarta selain itu terdapat juga akses tol dalam kota yang membuat daerah tersebut menjadi incaran para pengiklan untuk menempatkan iklannya di billboard-billboard yang berada di sepanjang jalan daerah tersebut.

Media online merupakan salah satu media yang saat ini paling banyak diakses oleh masyarakat termasuk para pekerja. Dalam mengisi waktu luangnya banyak masyarakat yang menggunakan media online sebagai sarana hiburan dan informasi. Banyak cara yang dapat digunakan oleh pengiklan untuk menempatkan iklannya pada media online salah satunya adalah dengan memiliki wesite resmi perusahaan dan memiliki official account di jejaring sosial salah satunya adalah Facebook dan Twitter namun bukan hanya di official account perusahaan saja melainkan juga di berbagai portal berita yang saat ini banyak sekali portal berita di Indonesia yang dapat diakses oleh masyarakat dan masih banyak lagi penggunaan media online yang dapat digunakan pengiklan untuk menempatkan iklan mereka, salah satunya adalah pada instant messaging, online game, dsb. Dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki website resmi yaitu www.bpjsketenagakerjajaan.go.id dimana BPJS Ketenagakerjaan aktif dalam mengupdate berita mengenai BPJS Ketenagakerjaan dalam websitenya sehingga para pekerja dapat melihat berita-berita dan informasi mengenai BPJS Ketenagakerjaan dalam websitenya selain itu pekerja juga dapat mendapatkan layanan secara langsung mengenai BPJS Ketenagakerjaan pada official account

(31)

Facebook, Twitter, dan YouTube BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal ini, BPJS Ketenagakerjaan memang sangat memperhatikan saluran-saluran resmi yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan, namun dalam strategi media iklan hal demikian tidak cukup untuk menciptakan suatu awareness dalam benak masyarakat dan pekerja. BPJS Ketenagakerjaan dapat lebih aktif untuk menempatkan iklan-iklannya pada portal-portal berita, terlebih lagi media-media cetak yang dipilih oleh BPJS Ketenagakerjaan, saat ini sudah memiliki portal berita sendiri salah satunya adalah kompas.com, bisnisindonesia.com, dan suarapembaharuan.com. BPJS Ketenagakerjaan dapat juga menempatkan iklannya pada portal berita tersebut. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki official account YouTube dimana saat ini banyak pengiklan yang menggunakan YouTube sebagai sarana untuk menempatkan iklannya, iklan pada YouTube akan muncul sebelum video yang ingin diakses oleh pengguna tayang, selain itu banyak pengguna yang memilih untuk menempatkan iklannya pada halaman utama YouTube dengan memasang sebuah AdBanner dimana AdBanner merupakan salah satu Adverting Online. Online games dan Instant messaging merupakan cara baru yang dapat dimanfaatkan pengiklan dalam menempatkan iklannya. Banyak pengiklan yang memilih online games sebagai sarana untuk menempatkan medianya pada saat games tersebut loading dan instant messaging saat ini sangat populer di kalangan masayarakat penggunaan instant messaging seperti LINE, WeChat, WhatsApp, KakaoTalk. Pada LINE, WeChat, dan KakaoTalk banyak dimanfaatkan oleh perusahaan dalam mempromosikan perusahaannnya dan produk-produknya melalui sebuah official account pada instant messaging

(32)

tersebut selain itu dampak yang akan didapat pada perusahaan adalah meningkatkan pelayanan. Saat ini pengiklan tidak hanya dapat menampilkan iklan berupa banner saja melainkan juga berupa video seperti beriklan di televisi. Penggunaan media online bila dibandingkan dengan media cetak memang jauh lebih mahal namun saat ini media online sedang tren dan BPJS Ketenagakerjaan kurang memperhatikan hal tersebut dalam strategi medianya.

BPJS Ketenagakerjaan menetapkan anggaran sebesar kurang lebih 25 Miliar untuk beriklan, jumlah tersebut dalam beriklan merupakan jumlah yang cukup minim dalam strategi media iklan terlebih tujuan dari BPJS Ketenagakerjaan adalah menciptakan suatu awareness terlebih jangkaun audiens dari BPJS Ketenagakerjaan adalah seluruh kota di Indonesia, BPJS Ketenagakerjaan harus lebih memahami media mana saja yang dapat menjangkau selurug audiensnya dengan efektif namun dengan budget yang kecil. Dalam dunia periklanan peran agensi iklan sangat dibutuhkan dikarenakan agensi iklan dapat memberikan masukan tentang strategi media iklan dan tentang suatu media. BPJS Ketenagakerjaan menggunakan agensi iklan yang berbeda untuk setiap medianya. Dalam hal ini, BPJS Ketenagakerjaan tidak memaksimalkan manfaat dari agensi iklan, BPJS Ketenagakerjaan dapat memanfaatkan agensi iklannya sebagai konsultan bukan hanya sebagai media buyer saja.

Pola penjadwalan BPJS Ketenagakerjaan adalah Pulsing dimana BPJS Ketenagakerjaan akan beriklan secara terus menerus dan menambah frekuensi iklannya pada hari-hari besar salah satu hari besar yang dipilih BPJS Ketenagakerjaan adalah pada saat bulan ramadhan. Dalam hal ini, penggunaan

(33)

pola penjadwalan pulsing sudah tepat dikarenakan pola penjadwalan pulsing dapat membuat sebuah iklan tetap ada namun dengan biaya yang minim. Namun yang perlu diperhatikan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah pemilihan media yang tepat pada saat iklan ditayangkan secara terus menerus agar iklan yang disampaikan tepat pada sasaran dengan efktif sesuai dengan tujuan iklan BPJS Ketenagakerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukkan bagi Human Resources Development (HRD) dan Manager divisi Internal Audit PT.”X” di kota Bandung diharapkan untuk

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan pengaruh penggunaan modul perkakas tangan pada mata pelajaran Pekerjaan Logam

Agar apa yang diungkapakan klien bisa dimengerti Untuk mengurangi aktifitas klien dalam berbicara Agar bisa dimengerti apa yang diungkapkan oleh klien Agar apa yang

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berasumsi bahwa kualitas hidup dari pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid hipertensi lebih baik dibandingkan dengan

[r]

[r]

Acuan biaya yang ditampilkan pada LCD dan yang dikirimkan pada Server menggunakan acuan biaya PDAM daerah Salatiga yang ada di segmentasi rumah tangga. bagian