• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kesejahteraan, sebagaimana yang menjadi tujuan Negara Indonesia yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kesejahteraan, sebagaimana yang menjadi tujuan Negara Indonesia yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu upaya dari pemerintah demi terwujudnya kesejahteraan, sebagaimana yang menjadi tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan fungsi dari administrasi Negara. Dengan kata lain, pelayanan publik adalah salah satu konsep untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh masyarakat dan Negara. Menurut Inu Kencana, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menwarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan ciri-ciri, yakni berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang di “layani”.1

Dengan munculnya berbagai keluhan dan tuntutan didalam masyarakat mengenai perbaikan kualitas pelayanan publik ditanggapi oleh pemerintah dengan serius. Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan salah satu

1 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, (Bandung: Nuansa, 2009), hal 17

(2)

upaya perbaikan pelayanan publik. Selain itu, disebutkan juga mengenai standar pelayanan yang merupakan ukuran yang dibakukan dalam peyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan. Dalam pasal 5 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan acuan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik sesuai dengan kewenangannya. undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintah itu sendiri.

Dengan dikeluarkan nya UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, kebijakan ini bertujuan memaksimalkan pelayanan pemerintahan sehingga menciptakan iklim pelayanan prima pada setiap instansi pemerintah. Implementasi UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik sampai saat ini belum dilakukan dengan maksimal oleh pemerintah, seperti pada Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat belum efektif dan efisien, sehingga masyarakat yang ingin mendapat pelayanan pada instansi tersebut masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Masyarakat harus membayar lebih dari harga yang telah ditetapkan untuk mendapat pelayanan yang baik serta proses pelayanannya begitu lama dari yang ditetapkan, sehingga didalam hal ini dengan sangat diperlukan keberadaan Undang-undang tersebut

Undang-undang berasaskan pada kepentingan umum, adanya kepastian hukum, adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan dalam perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan dan bertujuan agar batas dan hubungan yang jelas tantang

(3)

hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan pemyelenggaraan pelayanan publik, menjalankan system penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam mendapatkan penyelenggaraan pelayanan publik.2

Selama ini, hukum administrasi Negara yang terdiri dari berbagai macam peraturan yang bertujuan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pelayananan administrasi kepada publik cenderung digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan sendiri. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum, kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap Negara, meskipun Negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya. Artinya birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Didalam mengkonstruksikan hukum administrasi Negara yang mengatur pelayanan publik, maka konstruksi hukum administrasi Negara bidang penyelenggaraan pelayanan publik (regulatory laws) harus lebih memenuhi harapan masyarakat. Suatu ius

constituendum, yang memungkinkan terealisasinya Standar Pelayanan Publik, dalam

kerangka penyelengaraan hukum administrasi Negara yang mengatur pelayanan publik, yang lebih responsive dan partisipatif dan yang secara khusus sesuai dengan kondisi yang berkembang dalam masyarakat daerah.

3

Sejauh ini bahwa hukum administrasi Negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik yang tertuang dalam Standar Pelayanan Publik diselenggarakan beragam di

2 Id. Wikipedia.org/wiki/Undang_Undang_Pelayanan_Publik. 16/12/13.html, diakses tanggal 21 November 2016

3

(4)

setiap daerah maupun wilayahnya sehubungan dengan kondisi sosial, budaya dan kebutuhan masyarakatnya. Maka dari itu penulis tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan pelayanaan publiknya dan membandingkan bagaimana pelaksanaan pelayanan publik yang dilaksanakan sejauh ini khususnya daerah Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelayanan publik menjadi sangat penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keanekaragaman kepentingan dan tujuan.

Salah satu dari filosofi otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan pelayanan yang baik dan lebih efektif kepada masyarakat.4

1. Bagaimanakah pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009?

Begitu pula pada Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, bahwa pelaksanaan pelayanan publik sangat penting untuk diperhatikan.

Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “ Tinjauan Hukum Administrasi Negara Tentang Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua).”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan ini adalah :

2. Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua?

3. Bagaimanakah hambatan dan solusi pemecahan masalah dalam pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua?

4

M. Ramadani, Studi Pelayanan Publik Pada Kantor Camat di Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur, Ejournal Ilmu Pemerintahan, Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, (Yogyakarta: Universitas Mulawarman, 2013), hal 145

(5)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

c. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum administrasi Negara.

b. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat mengetahui bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua).

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua), judul skripsi ini berpanduan dengan penulisan skripsi yang sebelumnya sudah pernah ditulis namun dengan studi wilayah yang berbeda yang disusun oleh saudari Zahrah H. Dalimunthe Nim 110200374 dengan judul Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan

(6)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi Di Kecamatan Sibolga Kota). Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan pelayanan publik sebagai tanda ketidak puasan sehari-hari banyak kita lihat. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan didalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.5

Konsep pelayanan, dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyediaann layanan dan penerimaan layanan atau service provider adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services). Penerima layanan atau service receiver

adalah pelanggan (costumer) atau konsumen (consumer) yang menerima layanan dari penyedia layanan.6

Hukum administrasi Negara dapat dijadikan instrument untuk terselenggaranya pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintah lebih nyata dalam hukum administrasi Negara, karena disini akan terlihat konkrit hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, kualitas dari hubungan pemerintah dengan masyarakat inilah setidaknya dapat dijadikan ukuran apakah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik atau belum.

5 Lijan Poltak Sinambela, dkk., Reformasi Pelayanan Publik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal.3 6 Atep Adya Barata. Dasar-dasar Pelayanan Prima. (Jakarta; PT. Gramedia Utama, 2003), hal 11

(7)

Secara faktual (empiris) pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat pemerintah selama ini masih menampilkan ciri-ciri yang berbelit-belit, lambat, mahal, serta melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih di posisikan sebagai pihak yang melayani, bukan yang dilayani. Untuk itu, diperlukan suatu perubahan paradigma dalam bidang pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayanan dan yang dilayani pada posisi yang sesungguhnya. Secara filosofis, pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah kepada masyarakat ditafsirkan sebagai kewajiban bukan hak, karena mereka (birokrat) diangkat dan ditugasi untuk melayani masyarakat, oleh karena itu harus dibangun komitmen yang kuat untuk melayani sehingga pelayanan akan menjadi responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan dapat merancang model pelayanan yang lebih kreatif serta lebih efisien.7

Pengertian mengenai pelayanan publik dikemukakan pula oleh Lewis dan Gilman mereka mendefenisikan pelayanan publik sebagai berikut: Pelayanan publik adalah kepercayaan publik. Warga Negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggung jawabkan kepada publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung jawabkan menghasilkan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.8

Sedangkan Sinambela yang mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Pada hakikatnya Negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan

7

November 2016

8 Lewis, Carol W., and Stuart C. Gilman. The Ethics Challenge in Publik Service: A Problem-Solving Guide. Market Street, (San Fransisco: Jossey-Bass, 2005). Hal 22

(8)

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.9

Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian “pelayanan publik adalah kegiatan atau ragkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.

Selanjutnya pelayanan publik juga merupakan istilah untuk layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada warga negaranya, baik secara lagsung (melalui sektor publik) atau dengan membiayai pemberian layanan swasta. Istilah ini dikaitkan dengan consensus social (biasanya diwujudkan melalui pemilihan demokratis) yaitu bahwa layanan tertentu harus tersedia untuk semua kalangan tanpa memandang pendapatan mereka. Bahkan apabila layanan-layanan umum tersebut tersedia secara umum atau dibiayai oleh umum, layanan-layanan tersebut, karena alasan politis atau sosial, berada di bawah pengaturan/regulasi yang lebih tinggi dari pada peraturan yang berlaku untuk sektor ekonomi.

10

Penyelenggaraan pelayanan publik yang selanjutnya disebut penyelenggaraan adalah setiap institusi penyelenggaraan Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan publik.11

Dengan dijalankannya mekanisme merekonstruksi hukum administrasi Negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik. Melalui mekanisme ini akan tercipta pelayanan yang berkeadilan serta meningkatkan posisi warga, tidak saja sebagai pengguna pelayanan saja tetapi juga sebagai pihak yang akan lebih berposisi tawar (bargain) yang lebih baik untuk mendapatkan jasa pelayanan yang lebih baik. Tanggung jawab bersama yang dikembangkan melalui ruang partisipasi masyarakat dengan model pelibatan para fihak tersebut diatas juga

9

Lijan Poltak Sinambela, Op.Cit, hlm 5 10

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(9)

dapat diharapkan akan merangsang penyelenggaraa pelayanan publik untuk mengembangkan dan memperluas kompetensi aparaturnya agar senantiasa dapat melaksanakan tugas pelayanan dengan baik. Model penyediaan ruang partisipasi masyarakat dalam merekonstruksi hukum administrasi Negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik, diharapkan akan mampu memberi pembelajaran kepada masyarakat untuk lebih bertanggung jawab dalam proses demokrasi yang sedang berjalan. Model partisipasi dalam rekonstruksi hukum administrasi Negara mengatur penyelenggaraan pelayanan publik yang mengedepankan tanggung jawab bersama, para pihak diharapkan senantiasa mengembangkan pencarian alternatif secara positif berkait sistem pengaturan, sistem penyelenggaraan, dan kewajiban berswasembada untuk tidak bergantung kepada pihak luar. Pemberian insentif kepada penyelenggara dan pengguna pelayanan dapat dikembangkan melalui forum pelibatan para pihak dalam ruang partisipasi masyarakat. Standar Pelayanan Publik yang dikonstruksikan lewat proses yang secara responsif melibatkan partisipasi masyarakat lokal, yang pada hakikatnya merupakan kontak pelayanan antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat, akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah resistensi didaerah dari pada aturan-aturan serupa yang ditetapkan secara sentral, yang oleh sebab itu juga perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh oleh para pejabat yang berwenang.

Pengaturan hukum administrasi Negara yang penyelenggaraan pelayanan publik yang dibangun dengan komitmen bersama akan menghasilkan kebijakan dan aturan yang mencerminkan moralitas kerja sama. Perilaku penyelenggaraan pelayanan publik dan masyarakat pengguna pelayanan publik akan tunduk pada prinsip-prinsip dan kebijakan yang telah disepakati. Sebagai Negara kesejahteraan, tugas pemerintah dalam menyelenggarakan kepentingan umum menjadi sangat luas. Untuk itu diperlukan adaya keleluasaan untuk bergerak dalam administrasi Negara sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Begitu luas fungsi administrasi Negara dalam Negara kesejahteraan, sehingga semakin luas pula bidang

(10)

tugas yang diemban. Sunaryati Hartono menyatakan sukar untuk dibayangkan suatu Negara modern saat ini tanpa adanya hukum administrasi Negara.12

Suatu kenyataan bahwa tidak semua kebijakan yang telah diambil oleh aparat pemerintah untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu seringkali dalam pelaksanaannya mengakami hambatan sehingga tujuan dikeluarkannya kebijakan tersebut tidak membuahkan hasil sesuai yang diharapkan. Bahkan tidak sedikit kebijakan yang diambil oleh aparat pemerintah sama sekali tidak berfungsi/gagal fungsi secara administrasi.13

Pada beberapa dekade saat ini, peran masyarakat dalam penyelenggaraan layanan publik sudah semakin meluas sejalan dengan semakin besarnya peran dunia usaha dalam kegiatan pemerintahan dan pembanguan, Keberadaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik memberikan basis legal yang kuat bagi lembaga non pemerintahan untuk terlibat dalam penyelenggaraan layanan publik, korporasi, organisasi sosial kemasyarakatan, dan organisasi non pemerintahan lainnya dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan layanan publik. Sebagaimana dijelaskan dalam konsep pelayanan publik sebelumnya bahwa, pelayanan publik dapat diselenggarakan bukan hanya birokrasi pemerintah tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga lain diluar pemerintah termasuk dunia usaha dan organisasi nirlaba. Keberadaan mereka sebagai penyelenggara layanan publik penting untuk dipelihara sebagai pilihan penyelenggara bagi warga pengguna agar mereka dapat memilih Pelayanan Publik sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Secara umum Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang cenderung seragam dan massif, sering kurang mampu menjawab kebutuhan warga yang beragam dalam

12 Sunaryati Hartono, Beberapa Pikiran Mengenai Suatu Peradilan Administrasi Negara di Indonesia, (Bandung: Bina Cipta, 1976), hal. 8.

13

Jawade Hafidz, Malfungsi HAN Dan Upaya Melakukan Rekonstruksi Sistem Hukum Yang Ada Menuju Hukum Yang Melayani, Jurnal Hukum, Vol XXVIII, No. 2, Desember 2012, (Bandung: Fakultas Hukum Unissula, 2010), hal 17.

(11)

jenis dan kualitas. Korporasi dan organisasi nirlaba sering lebih mampu menjawab dinamika kebutuhan masyarakat yang semkain tinggi dan kompleks.14

1. Sifat / Jenis Penelitian

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Sifat / Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau bahan hukum lain.

2. Sumber data

Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer, terdiri dari :15

1) Norma

2) Peraturan dasar

3) Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum bahan hukum primer,16

14

Agus Dwiyanto, Manajemen Pelayanan Publik; Peduli, inklusif dan kolaboratif.(Yogyakarta: Gadjah Mada Uninersity Press, 2010), hal 58-59

15 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal 185

seperti : hasil-hasil penelitian, artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.

(12)

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap terhadap bahan hukum primer dan sekunder.17 Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang) diluar bidang hukum, misalnya yang berasal dari: Sosiologi, Ekologi, Teknik, Filsafat, dan lainnya yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data peelitian.18

3. Alat Pengumpulan Data

Alat yang dipergunkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka (library research),19

4. Analisis Data

dan selain itu untuk mendukung penelitian, juga dilakukan penelitian lapangan yaitu mengadakan wawancara dengan informan yaitu Kepala Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempersatukan bahan hukum yang ada.20

16 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013) hal 118 dan 119

17

Ibid

18 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakrta : Penerbit Rajawali Pres, 2013), hal 41

19

Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 35

20 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hal.24-25

Data yang diperoleh berdasarkan kenyataan yang ada di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan

(13)

Batunadua, kemudian dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibahas, dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub-sub, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI DESA PUDUN JULU

KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA

Bab ini berisikan tentang pengertian pelayanan publik, standar pelayanan publik dan instansi penyelenggaraan pelayanan publik.

BAB III : PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KEPALA DESA

PUDUN JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA

Bab ini berisikan tentang Gambaran umum Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Jenis-jenis Pelayanan Publik di Kantor Kepala Desa Pudun Julu kecamatan Padangsidimpuan Batuadua, kinerja penyelenggaraan pelayanan publik di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

(14)

BAB IV : HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KEPALA DESA PUDUN JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA

Bab ini berisi tentang hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di Kantor Kepala Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, solusi dalam mengatasi hambatan penyelenggaraan pelayanan publik di Kantor Kepala Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dan Upaya Pemerintah Desa dalam meningkatkan Pelayanan publik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil akhir dari penelitian ini berupa prototype sistem pakar untuk melakukan skrining tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah yang berbasis multimedia dengan acuan Kuesioner

Perspesi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Persepsi merupakan proses pemberian

Kecenderungan menghindari risiko tidak mempunyai pengaruh dan tidak signifikan terhadap niat beli melalui sikap pada barang gray

pembelajaran yang dititikberatkan pada keaktifan siswa, kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang berbasis pada analisis yang kritis,

Rendahnya populasi dan intensitas serangan kutu kebul pada tanaman kedelai, mengakibatkan kombinasi sistem pengairan dan teknik budidaya tidak memberikan pengaruh yang

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada hasil penelitian dan pembahasan Formulasi Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman

Hasil penelitian ditemukan bahwa reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan masing-masing secara signifikan berpengaruh positif terhadap initial return,