PEREMPUAN BALI
PEREMPUAN BALI DALAM
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
338.195986
Nig Ni Gst. Ag. Gde Eka Martiningsih
P Perempuan Bali dalam Ritual Subak / Ni Gst. Ag. Gde Eka Martiningsih. – - Salatiga : Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana Press, 2011.
Xiv, 216 hal; 24 cm
ISBN 978 – 979 – 1098 – 10 - 2
1. Food supply—Bali 2. Economic development—Bali 3. Natural resources—Bali. 4. Spiritual life—Bali.
I. Title.
Cetakan pertama : 2011
ISBN : 978 – 979 – 1098 – 10 - 2
_________________________________________________________________
Program Pascasarjana Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711
Kata Pengantar
Percakapan-percakapan kecil dan seolah tidak serius pada kesem-patan itu ternyata akhirnya mengantarkan saya untuk menekuni bidang interdisiplin, yang selama ini sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak saya. Adalah mereka Prof. Ian Falk, Prof. Sang Putu Kaler Surata, Dr. Marthen, Dr. Ruth Wallace, Pak Mudita, Pak Theo, Paul, Gung Sri, Remi dan Agung yang terlibat dalam kegiatan penelitian yang diwadahi oleh AusindoBiocom yang menjadi inspirator dalam keterlibatan saya pada penelitian yang menghasilkan disertasi ini.
Pada awalnya saya mendapat kesempatan untuk melakukan
penelitian di bidang biosecurity yang disponsori oleh Cooperative
Research Center of National Plant Biosecurity (CRC NPBs) Australia di Indonesia Timur termasuk Bali. Dari perjalanan penelitian yang cukup melelahkan, dan perjuangan untuk bisa diterima sebagai salah satu mahasiswa di Charles Darwin University (CDU), akhirnya penulis me-mutuskan untuk melanjutkan studi S3 di program Pascasarjana Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana. Saya masih ingat bagaimana Pak Marthen (pada saat itu beliau adalah rekan kerja saya) mendorong saya tetap berjuang untuk studi lanjut dengan memberikan alternatif studi di UKSW. Saya menyadari bahwa hidup harus realistis, sehingga dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya resmi menjadi mahasiswa Doktor Studi Pembangunan UKSW sejak bulan September tahun 2009.
Hari itu saya berkonsultasi dengan Pak Theo untuk bertemu dengan Prof. Dr. Kutut Suwondo, MSi (KUT) selaku ketua Progdi Studi Pembangunan. Atas saran Pak Theo saya akhirnya berhasil
menghu-Perempuan Bali dalam Ritual Subak
iv
bungi Prof. Kutut dan bertemu di ruangan beliau di Gedung G lantai 4. Mungkin pertemuan saya dengan Prof. Kutut pada hari itu bisa disebut sebagai ajang curhat, karena pada saat itu saya sebenarnya sudah memiliki beberapa rencana penelitian. Setelah mendapat penjelasan detail dan memberikan beberapa alternatif, akhirnya beliau menerima saya sebagai calon mahasiswa S3 dan bersedia menjadi promotor untuk pelaksanaan penelitian disertasi saya. Kemudian dengan tanpa ragu-ragu saya memilih Pak TEN (saya tahu sebutan tersebut dari jadwal kuliah) dan Prof. Ian sebagai ko-promotor untuk pembimbingan dalam penyelesaian disertasi saya nantinya.
Setelah mengalami penajaman dan penambahan gagasan-gagasan cemerlang dari promotor dan ko-promotor, akhirnya saya berhasil menyelesaikan ujian kualifikasi pada bulan Nopember 2010 dan ujian proposal pada Desember 2010. Pada kedua ujian tersebut saya diberikan penguji dua dosen yang sangat kritis dan konseptual yaitu Dr. Pamerdi Giri Wiloso, MSi (PAM) dan Dr. Gatot Sasongko, SE.M.S. (GAT). Dalam perjalanan pembimbingan akhirnya kedua dosen (PAM dan GAT) yang awalnya saya kira akan menguji saya dengan garang
dan saklek, ternyata menjadi teman diskusi yang sangat supportif
dalam memberikan komentar, koreksi, dan saran. Bahkan tidak jarang mereka memberikan solusi untuk mempercepat perbaikan yang disa-rankan. Untuk semua kebaikan dan kesabaran beliau pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sangat dalam.
KUT, memang memiliki karakter yang santun, legowo, dan baik hati. Dalam setiap email beliau pasti tidak lupa menyelipkan kata-kata ‘yang baik’ kepada semua penerima email beliau. Tetapi jangan salah, dibalik karakter tersebut ternyata ada kecermatan yang tinggi dalam memberikan koreksi dan masukan sehingga beliau tidak segan untuk mencari secara detail data lapangan dan ketajaman analisa. Beberapa kali dalam seminar hasil penelitian beliau memberikan pertanyaan yang sering tidak bisa saya jawab seketika, karena memerlukan pemikiran yang mendalam untuk menjawabnya. Selain pertanyaan, masukan-masukan pun diberikan sangat detail dengan memberikan
Kata Pengantar
coretan pada setiap halaman draft tulisan yang saya serahkan.
Kebera-daan TEN sebagai ko-promotor di mata saya adalah penyemangat, pemberi ide-ide cemerlang, motivator untuk tetap optimis. Dengan kata-kata khas ‘aha’ dan ‘pasti bisa’, seolah memberikan tenaga tam-bahan bagi saya untuk tetap fokus pada penyelesaian tulisan saya. Ide-ide beliau juga sering memberikan inspirasi untuk pengembangan tulisan-tulisan berikutnya.
Pak Ian, selain sebagai ko-promotor, beliau juga sponsor saya dalam penelitian yang saya lakukan berkaitan dengan disertasi ini. Dengan gaya peneliti Barat yang santai, tapi banyak pertanyaan-per-tanyaan kritis yang sering beliau lontarkan pada saat diskusi. Sebagai ahli di bidang modal sosial dan pemberdayaan masyarakat, Pak Ian juga seorang motivator dan penyejuk pada saat-saat saya mengalami stagnasi dalam penulisan. Saya akan selalu mengingat nasehat beliau bahwa “Doctor is only a little thing in your life, Eka. But you have to keep on and keeping on”.
Pengalaman bekerja dan dibimbing oleh tiga orang expert di
bidangnya masing-masing tentunya akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Terutama pengalaman menganalisa konsep-konsep empiris menjadi sebuah tulisan yang memiliki makna ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini saya buktikan dengan berhasilnya beberapa tulisan saya untuk dipublikasi dalam beberapa majalah dan jurnal terakreditasi. Ketekunan KUT, TEN dan IAN dalam memberikan bimbingan mungkin akan selalu menjadi inspirasi bagi saya dalam mengembangkan ilmu selanjutnya di Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati Denpasar. Untuk semua yang sudah diberikan, saya pada kesempatan ini menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi. Dan terbentuknya konsep berpikir kritis dalam diri saya juga tidak terlepas dari kontribusi KUT, TEN dan IAN.
Dalam perjalanan sebagai mahasiswa S3 yang harus menempuh 18 sks pada semester satu dan semester dua juga mempertemukan saya dengan dosen-dosen yang bersahaja tetapi kritis dalam memberikan komentar seperti Prof. Liek, Prof. DAN, Prof Sony, Dr. SGH, Dr. Agus, Prof. Christantius, Prof. Kris Timotius, Dr. Marwata serta dosen lain
Perempuan Bali dalam Ritual Subak
vi
yang tidak mungkin saya sebut satu persatu. Atas kontribusinya saya dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang pantas disampaikan juga kepada Pemerintah Provinsi Bali yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Tabanan. Penghar-gaan juga saya sampaikan kepada Dr. Alit Artha Wiguna, Pak Sudiana, Pak Budiana, AA Tenaya Sandi, Ida Bagus Adnyana dan Dinas Kebu-dayaan Bali dan ibu Titi Ndoen yang telah memfasilitasi saya dengan
pustaka dan literature yang sangat bermanfaat bagi tulisan saya ini.
Kepada staf sekretariat pasca sarjana, sdr Ayu Tekan Sari yang tidak pernah berhenti membantu saya dengan tulus terutama dalam melengkapi kebutuhan administrasi saya. Ibu Trifosa yang di akhir
penulisan buku ini telah ikut menyumbang tenaga untuk mensetting
sesuai dengan format terbaru disertasi yang ditetapkan. Kepada Mbak Pariyem dan Pak Darmaji yang dengan sigap selalu membantu dalam menyiapkan logistik pangan bagi saya dan teman-teman angkatan 2009. Kepada mereka semua kami mengucapkan terimakasih dan rasa hormat atas kontribusinya.
Tanpa ada mereka maka penelitian ini tidak akan berarti apa-apa, ucapan ini saya sampaikan kepada seluruh anggota Subak Wongaya Betan diantaranya adalah Pak Nengah Suarsana, Pak Nyoman (Pak Rama), Bu Rama, Pak Nyoman Pekaseh, Pak Mangku, Pak Suarya dan semua masyarakat Wongaya Betan yang telah berkontribusi dalam penelitian lapangan yang penulis lakukan. Atas semangat dan keter-bukaan saudara dan teman-teman saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Di antara mereka yang disebutkan di atas masih ada beberapa teman dan kolega yang selalu memberi semangat untuk tetap berkarya yaitu Ibu Rektor Universitas Mahasaraswati dan staf, Pak Dekan dan rekan sekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati Denpasar. Teman di Stimi Handayani Arya, yang pada saat-saat
di-Kata Pengantar
sertasi saya. Untuk semua yang telah dilakukan saya mengucapkan terimakasih dan rasa hormat.
Pada akhirnya saya mempersembahkan karya ini kepada keluarga tercinta, Ida Bagus Swaputra (Ajik), dan anak-anak- Ida Ayu Agung Paramitaswari (Gege), Ida Bagus Gde Uthara (Dode). Kesediaan mereka untuk berkorban dan tidak pernah berhenti mendoakan keselamatan dan kesuksesan saya senantiasa memberikan inspirasi untuk tetap maju dan optimis untuk menyelesaikan karya ini secepatnya. Kepada Ratu (almarhum) yang saya yakini pasti turut memberikan spirit saya untuk tetap maju, Ibu, Ibu mertua, adik-adik dan adik-adik ipar yang juga saya yakin tidak henti-hentinya berdoa demi keberhasilan saya dalam studi ini.
Terakhir dengan kerendahan hati saya mendedikasikan karya
saya ini kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) karena tanpa campur tangan Beliau karya disertasi dalam bentuk buku ini tidak akan mampu saya selesaikan dengan baik.
Salatiga, Oktober 2011
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ………... i
Kata Pengantar ………..……….….. iii
Daftar Isi ………... ix
Daftar Gambar ………..……… xiii
Daftar Tabel ………… ………. xv
Bab Satu : Pendahuluan 1 Bab Dua : Pemberdayaan Kearifan Lokal menuju Ketahanan Pangan dan Ketahanan Hayati: Kajian Pustaka 13 Pengantar ……….. 13
Agama, Adat dan Budaya Bali ………. 14
Revitalisasi Pertanian melalui Revitalisasi Kearif-an Lokal ………. 18
Kearifan Lingkungan dan Kebudayaan Lokal ……. 21
Petani dan Pengembangan Teknologi ………. 22
Modal dalam Masyarakat Petani …………... 27
Modal Sosial ………. 27
Modal Budaya ……….. 30
Ketahanan Pangan dan Ketahanan Hayati ………. 31
Isu Kesetaraan Gender ………. 34
Peran Perempuan Bali dalam Kegiatan Ritual Religius ……….. 36
Spiritualitas dan Religiositas ……… 38
Bab Tiga : Metode Penelitian 41 Seperti Menatap Cermin ……….. 41
Tantangan Melakukan Penelitian Kualitati ……… 43
Membuka Akses ………... 44
Pengumpulan Data di Lapangan ………. 46
Perembuan Bali dalam Ritual Subak
Meneliti di Daerah Sendiri ……….. 51
Bab Empat : Subak Wongaya Betan di Kawasan Catur Angga 53 Pengantar ……….. 53
Perkembangan Subak ……….. 55
Subak pada masa Kerajaan-kerajaan …………. 56
Subak pada masa Kolonial ………. 57
Subak pada masa Orde Lama ……… 58
Subak pada masa Orde Baru ………. 58
Subak pada masa Reformasi ……….. 60
Kawasan Catur Angga ………. 60
Subak Wongaya Betan (SWB) ……… 68
Awig-awig yang Berlandaskan Parhyangan 77 Awig-awig berlandaskan Pawongan ………... 77
Awig-awig berlandaskan Palemahan ……….. 78
Sistem Pertanian di Subak Wongaya Betan………. 79
Sistem Budaya dan Agama di Subak Wongaya Betan ………. 82
Kesimpulan ………... 83
Bab Lima : Petani dan Ketahanan Pangan di Subak Wongaya Betan (SWB) Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan 85 Pengantar ……….. 85
Sisi Negatif Revolusi Hijau ………... 86
Degradasi Sumber Daya Alam ………. 89
Melemahnya Sistem Internal Subak ………... 90
Berkurangnya Peran Perempuan ……… 95
Kembali ke WarisanLeluhur (Kearifan Lokal) …... 97
Menuju Pertanian Organik ……….. 101
Keberhasilan Pertanian Organik ………. 106
Peningkatan Pendapatan Petani ……… 106
Perbaikan Lingkungan dan Ekosistem Sawah 108 Peningkatan Peran Perempuan ………… 109
Perempuan dalam Subak ……… 112
Kesimpulan ……….. 116
Bab Enam : Aktivitas Perempuan dalam Ritual Subak 119 Pengantar ……….. 119
Konsep Ritual (Upacara) ……….. 120
Perempuan dan Ritual ………. 126
Daftar Isi xi Nangluk Merana ……….. 141 Ngusaba Nini ……… 144 Pelambangan Dewa-Dewi ………... 147 Kesimpulan ………... 152
Bab Tujuh : Kearifan Lokal Modal Pelestarian Ketahanan Pangan dan Hayati di Subak wongaya Betan 155 Pengantar ……….. 155
Ritual sebagai Fungsi Subak Wongaya Betan ……. 158
Kearifan di Subak Wongaya Betan ……….. 159
Kearifan Religius ……… 163
Kearifan Lingkungan ………….………. 165
Ingtegrasi Aktivitas Pertanian dan Ritual di SWB . 169 Kesimpulan ………... 175
Bab Delapan : Ritual sebagai Spirit Ketahanan Pangan dan Ketahanan Hayati 177 Pengantar ……….. 177
Peran Ritual dalam Kehidupan Masyarakat Hindu Bali ……… 178
Sumber Daya Perempuan Sebuah Kekuatan dala Mendukung Ketahanan pangan dan Hayati di Bali 181 Hubungan Sebab Akibat (Karmapala) sebagai Buffer ……… 183
Praktik Kearifan Lokal Modal Kearifan Ling-kungan ……….. 185
Ritual sebagai Media Penghayatan Religiositas dan Modal Sosial ………. 186
Kawasan Suci sebagai Identitas Hindu di Bali …… 191
Ritual Berperan Penting dalam Subak (Elemen Pelestarian Budaya Pertanian) ………. 195
Keterkaitan Ritual dengan Ketahanan Pangan dan Ketahanan Hayati ………. 200
Konsep Suci dan Leteh (Cemar) sebagai Dasar Ketahanan Pangan dan Hayati ……… 201
Ritual sebagai Spirit Ketahanan Pangan dan Ketahanan Hayati di Bali ………. 206
Bab Sembilan : Kesimpulan 213 Posisi Sentral Perempuan dalam Ritual Subak ….. 214 Subak sebagai Penjamin Ketahanan Pangan dan
Perembuan Bali dalam Ritual Subak
Ketahanan Hayati ……… 216 Tri Hita Karana Spirit Harmonisasi Pencapaian Ketahanan Pangan dan Hayati ……… 218 Identitas Hindu Melekat dalam Kearifan Subak…. 218 Tantangan dan Peran Kearifan Lokal dalam Pem-bangunan Berkelanjutan ……….. 220 Tema-tema Kajian di Masa Mendatang …………... 221 Daftar Pustaka ………. 223
Daftar Isi xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman :Gambar 1 Hubungan antara Konsep Tri Hita Karana (THK), Ritual yang dilaksanakan subak dalam menjamin ketahanan pangan dan ketahanan hayati di Subak Wongaya Betan ………... 18 Gambar 2 Diagram Tiga Pilar Penting dari Pembangunan ... 25 Gambar 3 Gambar Pulau Bali ……….. 62 Gambar 4 : Peta Lokasi Nominasi Kawasan Budaya Dunia…... 63 Gambar 5 : Posisi ke Lima Pura yang Dikenal dengan
Kawas-an Catur Angga ………..….. 64 Gambar 6 : Lokasi Subak Wongaya Betan (SWB) ………. 65 Gambar 7 : Hamparan Sawah Garapan Subak Wongaya Betan 70 Gambar 8 : Pura Bedugul Subak Tempat Pelaksanaan Ritual
Ngusaba Nini ……… 72 Gambar 9 : Posisi Anggota Subak Wongaya Betan dalam
Struktur Kelembagaan Desa Mangesta ………….. 75 Gambar 10 : Struktur Organisasi Subak Wongaya Betan ……... 78 Gambar 11 : (a) Padi Lokal Metah (b) Memanen dengan
Ani-ani ………. 81 Gambar 12 : Petani Membajak Sawah menggunakan Tenaga
Sapi ………... 91 Gambar 13 : Produk Kompos Green Valley dari P4S …………. 105 Gambar 14 : Produk Beras Organik Bersertifikat SNI ………… 108 Gambar 15 : Skema Organisasi P4S (Somya Pertiwi) …………. 111 Gambar 16 : (a) Pemeliharaan Tanaman oleh Perempuan ……. 116
(b) Pura Ulunsuwi tempat melakukan ritual
secara individu ………... 117 Gambar 17 : (a) Berjuang memburu tikus; hasil buruan ……… 142 (b) Tikus-tikus Hasil Buruan ……….. 143 Gambar 18 : Semua Berperan dalam Ritual Ngusaba Nini ……. 146 Gambar 19 : Merangkai Perlambangan Dewa-Dewi ………….. 150 Gambar 20 : Alur Pemaknaan Ritual dan mplementasi
Keta-hanan Pangan ……….. 153 Gambar 21 : Lumbung (Jineng) sebagai Simpanan Cadangan
Perembuan Bali dalam Ritual Subak
Pangan ……….. 168 Gambar 22 : Pura Bedugul Subak Wongaya Betan ………. 170 Gambar 23 : Sumber Air Subak Wongaya Betan ……… 188 Gambar 24 : Proses Habitualisasi (Pembentukan Habitus)
Ritual pada Tingkat Individu anggota Subak ……. 191 Gambar 25 : Model Tata Kelola Petahanan Pangan dan
Daftar Isi
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Perbedaan Swa Sembada Pangan dan Ketahanan
Pangan ………. 33 Tabel 2 : Subak yang Termasuk ke Dalam Wilayah Catrur
Angga Batukaru ………... 63 Tabel 3 : Pembagian Waktu yang Dibutuhkan Perempuan dan
Laki-laki dalam Ritual Subak .. ………... 131 Tabel 4 : JumlahSubak di Masing-masing Kabupaten di Bali …. 156