RESUSITASI CAIRAN & ELEKTROLIT
Tindakan yang dilakukan dengan
pemberian cairan untuk mengatasi syok dan menggantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi
Tujuan
Untuk menggantikan volume cairan tubuh
yang hilang sebelumnya, menggantikan
cairan hilang yang sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan sehari
Penilaian klinis kebutuhan
cairan
:
Nadi ada dan penuh berarti volume sirkulasi
adekuat
Ekstremitas (telapak tangan/kaki) kemerahan/pink
dan Capillary Refill Time kembali cepat < 2 detik berati sirkulasi adekuat
Edema perifer dan ronki paru mungkin terjadi
Cont…..
Takikardi saat istirahat, tekanan darah
menurun bisa jadi sirkulasi abnormal
Turgor kulit menurun, mukosa mulut
kering dan kulit tampak keriput : defisit cairan berat
Produksi urin yang rendah bisa jadi karena
Jalur masuk Cairan
:
Enteral : oral atau lewat pipa nasogastric Parenteral : lewat jalur pembuluh darah
vena
Jenis-jenis cairan
:
Enteral : oralit (oral rehidration solution),
larutan gula garam, larutan air tajin dll.
PENDEKATAN RESUSITASI
Langkah :
q Definisikan masalah
penyebab
berat ringannya masalah
jenis kehilangan cairan
kejadian & kehilangan cairan
termsk yg sedang terjadi
q Mulailah pemberian scr tepat
Hitung cairan ygdiberikan
q Resusitasi cairan dgn urutan , isi:
Intravaskuler Interstisiil Intrasel Pertama beri volume
kemudian produk darah terakhir beri Nutrisi
q Terapi penyakit yang mendasari
KRISTALIOD >< KOLOID
Kristaloid :
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
- berisi elektrolit (RL NaCl, dll.) - 30-60 mnt di IV.
Kelompok cairan non ionik yang
kebanyakan bersifat iso-osmolar
Tidak mengandung partikel onkotik
sehingga tidak menetap di intravascular
Cairan ini baik untuk tujuan mengganti
kehilangan volume terutama kehilangan cairan interstisial.
Harganya murah, tidak menyebabkan
reaksi anafilaksis
Pemberian berlebih akan menyebabkan
edema paru dan edema perifer.
Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat
Koloid :
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah.
molekul besar , tidak mudah keluar
dari intravaskular
Dilengkapi dgn elektrolit
Albumin,Haes,
Koloid :
Sebagian besar menetap di intravaskuler Koloid yang bersifat plasma ekspander
akan menarik cairan ekstravaskuler ke intravaskuler
Pemberian berlebih dapat menyebabkan
edema paru tetapi tidak akan menyebabkan edema perifer.
Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES,
Keuntungan koloid
:
q Cairan tetap berada di intravaskuler
q Albumin bersifat fisiologis
q Sedikit mybk Edema -sedikit ke interstisiil
Kerugian koloid
q harganya mahal
MANA YG TEPAT U/ RESUSITASI
?
Prinsip
Koloid
intravaskuler
Kristaloid
interstisiil
PENGGANTIAN CAIRAN
Cairan yg harus diganti :
q cairan yg baru saja hilang
q cairan hilang yg sedang tjd,
ukur output, drain, demam/keringat
banyak, kehilangn cairan pd ruang ketiga
( cairan pleura, cairan peritoneal ). q Kebutuhan Normal pasien
Resusitasi
pada shock Hipovolemik
Pasang infus pada vena besar◦ Vena cubiti, basalika
◦ Vena jugularis externa posisi kepala leher tetap in-line)
Cairan pengganti mana yang terbaik ?
Pada Perdarahan:
RL --- SAMA BAIKNYA - (no.1) NaCl 0,9% - (no.2)
Dextrose/ringer dex/potacol - TIDAK BOLEH Koloid/ Plasma Expander - setelah Rl
Perdarahan
Posisi shosk
IV besar 2 bh (no.16 / 18) Sampel darah (PMI)
Infus RL 1000 (+1000 )
Perfusi membaik perfusi, nadi, sistolik
Nadi < 100sistolik > 100 masih buruk,
msh shock
(+) RL lagi s/d 2-4X vol hilang
End point fluid resusc
Perfusi kembali hangat, pink
BP sikitar 90 – 100mmHg
u/o ½ - 1 ml/jam/kgbb
Bukan BP normal ---- resiko
TERAPI CAIRAN PADA SYOCK
Syock =
tidak adekuatnya pengiriman oksigen ke jaringan. Syock dapat terjadi secara global ataupun regional. diklasifikasikan :
q Hipovolemik
q Cardiogenik
q Distributif ( sepsis, anafilaktik, spinal )
q Obstruktif ( atau mekanik )
Diagnosa syock dapat dilihat dari gambaran klinis
Pengkajian status cairan di masing-masing ruang tubuh :
q Volume intravaskuler:
Heart rate, TD, Tekanan JVP, U/O, Postural.
q Volume interstisiil:
Turgor kulit dan membran mukosa
q Volume intra sel: Osmolalitas
Untuk pengkajian tingkat berat-ringannya dehidrassi
PENGHITUNGAN PENGGANTIAN CAIRAN PADA SHOCK
Penghitungan cairan yang hilang
q Jumlah kekurangan cairan yang ada
q Jumlah kehilangan yg sedang berlangsung q Jumlah kehilangan cairan yang terlihat/ tidak .
Patokan kecepatan : q 4 jam 1:
50% ke(-) dan 100% kehilangan saat ini q Pada 12 jam pertama
75% ke(-) dan 100% kehilangan saat ini q Pada 24 jam pertama
100% ke(-)dan 100% kehilangan saat ini 24 jam kemudian
100% dari kehilangan yang terjadi digantikan
PRINSIP
resusitasi syock secepat mungkin
Koloid digunakan jika memungkinkan & rasional. Tujuan Resusitassi
◦ Mean Atrial Pressure( MAP ) dari 65 mmHg,
◦ urin output 0.5 ml/kgBB/jam.
Selama resusitasi cek :
◦ heart rate ( HR ) , tekanan darah , u/o harus terus menerus dipantau
Transfusi darah
:
Dipertimbangkan pemberiannya bila hemodinamika
tidak stabil meskipun cairan sudah cukup banyak dan hemoglobin < 7 g/dl serta pasien masih
berdarah kecuali pada penderita jantung, hemoglobin < 10 g/dl harus ditranfusi
Penyediaannya membutuhkan golongan darah
donor dan resipien serta cross check darah
Cont…
Agar aman diperlukan pemeriksaan darah yang
lengkap seperti malaria, hepatitis, HIV dan lain-lain
Dapat menyebabkan reaksi tranfusi
Untuk resusitasi biasanya dalam bentuk Whole
Blood Concentrate (WBC).
Merupakan pilihan terakhir oleh karena bersifat
RED ( Rare Expensive Dangers). Rare =
penyediaannya terbatas, Expensive = harganya mahal, Dangers = berbahaya karena bisa
menyebabkan reaksi transfusi dan penyebaran penyakit
Kalium
Sangat penting untuk
mempertahankan Potensial membran
listrik. Gangguan kalium berefek
pada kardiovaskuler, neuromuskuler
dan gastrointestinal
Hipokalemi ( < 3.5 mEq/L )
Terapi medis hipokalemia antara lain :
Menghentikan pemberian obat yang berpengaruh
Koreksi hipomagnesia dan gangguan elektrolit lainnya
Koreksi alkalosis
Pemberian suplemen kalium :
jika kadar kalium > 3 mEq dan asimtomatik maka
pemberian k+ dpt diberikan secara oral ( garam kalium) Jika terjadi asidemia maka koreksi kalium dilakukan
Penatalaksanaan Keperawatan :
Pada koreksi kalium secara intravena makapemberiannya
- harus dilakukan secara drip / titrasi - kecepatan konstan
- maksimal pemberianya 20 mEq/ jam (dianjurkan 10 mEq/j)
- dainjurkan dlm 1 plabot max 40 mEq/ jam - gunakan vena besar. Hentikan jk terjadi gjl plebitis
Hiperkalemia (kadar kalium > 5.5 mEq/L ) Terapi medis pada hiperkalemia adalah :
- Kenali dan terapi penyakit yang mendasari - Menghentikan obat yang berpengaruh
- Batasi pemasukan kalium
- Koreksi abnormalitas elektrolit lain dan koreksi asidemia
- Jk tjd perubahan EKG menandakan perlunya dilakukan terapi segera yaitu :
- Pemberian KCL 10% 5 – 10 ml IV secara lambat jika terjadi gambaran abnormal EKG yang kemuadian diikuti dengan pemberian terapi lain
Lanjutan…..
Untuk distribusi kalium dapat diberikan
Natrium bikarbonat 1 mEq/ kg BB intravena dengan pemberian sangat lambat atau dengan pemberian 50 gr D5% ditambah Reguler Insulin 10 UI intravena secara drip.
Untuk mengeluarkan kalium dari tubuh dapat
dengan pemberian antidiuretik ( Furosemide ) dialisa atau terapi lain.
Magnesium
Penting dalam transfer energi dan stabilitas kelistrikan tubuh.
Hipomagnesemia (Mg < 1.6 mg/dL) Manifestasi klinis:
aritmia, vasospasme, iskemik otot jantung, kelemahan, tremor, kejang, tetani, koma dan abnormalitas elektrolit lain (hipokalemia &
Terapi medis meliputi :
- terapi penyakit yang mendasari
- koreksi abnormalitas elektrolit lain - Penggantian magnesium.
Untuk terapi emergensi
(adanya aritmia ) beri 1-2 gram MgSO4 I.V dalam 5 – 10 menit.