• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII ASPEK KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1504143830BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII ASPEK KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1504143830BAB VII"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

ASPEK KELEMBAGAAN

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

7.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan Kota Magelang.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah

(2)

otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi

“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(3)

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang

Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Sumber: PP 41/2007

Gambar 7.1 Keorganisasian Pemerintah Kota Magelang

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN

2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan

Walikota

Sekretaris Daerah

DPRD

(4)

kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun

2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025\

(5)

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:

a.Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b.Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugasdan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

d.Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

(6)

kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

h.Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 7.2 berikut ini.

Gambar 7.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU

(7)

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarus-utamaan gender terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

(8)

pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat

Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman

Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10.Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman

Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja

Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

(9)

berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

7.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kota Magelang yang menangani bidang Cipta Karya.

7.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

(10)

2.Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kota Magelang saat ini.

3.Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.

4.Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kota Magelang.

7.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

(11)

penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 7.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

pembangunan yang terdiri dari bidang perencanaan ekonomi,

bidang perencanaan

social,budaya dan bidang perencanaan fisik,sarana dan prasarana.

Fispra

2. Dinas PU Dinas yang pengampu bidang keciptakaryaan, bidang bina marga dan bidang pengairan,

SKPD teknis pengelola persampahan, pertamanan dan limbah

4. Dinas Pertanian, peternakan dan perkebunan

SKPD teknis yag mengampu pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian.

5. PDAM SKPD teknis berbentuk

Perusahan Daerah yang mengelola kebutuhan Air Minum di wilayah Kota Magelang dan sekitarnya

6. KLH SKPD teknis pengawasan dan antisipasi perubahan kondisi lingkungan

(12)

7.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta

Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya;

Untuk peningkatan kapasitas daerah, pemerintah kota Magelang telah berupaya mengatur kelembagaan daerah dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas pembangunan. Kelembagaan tersebut disusun dengan mengacu berbagai peraturan perundang-undangan nasional yang memisahkan antara institusi perencanaan, pelaksana, pengawasan dan admninstratif lainnya. Pembentukan kelambagaan telah mempertimbangakan kebutuhan daerah, kemampuan daerah dan ketersediaan sumberdaya lainnya.

(13)
(14)

Unit Kerja Golongan Jenis

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kota Magelang yang menangani bidang Cipta Karya.

7.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

1.Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

2.Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

(15)

4.Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.

7.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

1.Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kota Magelang telah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

2.Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

3.Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

(16)

5.Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

7.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta

Karya

Analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

1.Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

2.Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

3.Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

7.3.4 Upaya Peningkatan Kapasitas

Pelaksanaan desentralisasi membutuhkan upaya-upaya koordinasi yang mampu menjamin agar tujuan pelaksanaan desentralisasi sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 Jo. Undang-undnag nomor 32 tahun 2004 dapat terwujud.

(17)

reformasi kelembagaan, memperbaiki tata-kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan SDM, ketrampilan dan kualifikasinya, perubahan pada system nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk melaksanakan good governance, system administrasi dan amekanisme partisipasi dalam pembangunan, sehingga dapat memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi. Secara rinci tujuan KNP2K adalah ; (1) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2) penataan secara ptoporsional, tugas, fungsi, system keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah; (3) monilisasi sumber-sumber dana Pemerintah, Daerah dan lainnya serta (4) penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan efisien.

Peningkatan kapasitas di kota Magelang, diharapkan akan mampu mencapai tujuan keempat tujuan KNP2K tersebut di daerah. Dengan kelembagaan yang baik akan dapat dengan mudah dilaksanakan koordinasi, sinkronisasi, sehingga terhindar adanya program dan kegiatan tumpang tindih dengan harapan akhir terjadi effisiensi dan effektivitas pelaksanaan program-program pembangunan. Dari hal tersebut, alokasi dana untuk kesejahteraan masyarakat benar-benar dapat dimanfaatkan secara opotimal, sehingga akan terjadi percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat dan ketimpangan batas wilayah akan dapat dihindari.

Dalam peningkatan kapasitas mengacu pada prinsip (1) bersifat multidimensional ; (2) menyangkut multiple stakeholders dan (3) bersifat demand driven; serta (4) mengacu pada kebijakan nasional.

(18)

Sistem mencakup perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, pada tingkat kelembagaan menyangkut struktur organisasi, prosaes pengambilan keputusan, mekanisme tata kerja, instrument manajemen, tata hubungan dan jejaring organisasi, sedangkan pada level individu terkait dengan peningkatan ketrampilan, kualifikasi, pengetahuan, sikap, etika dan motivasi kerja.

Agenda pengembangan kapasitas dalam mendukung desentraslisasi mencakup 8 agenda sebagaimana disyaratkan dalam KNP2KDMS yaitu (1)pengembangan peraturan perundang-undnagan yang dibutuhkan untuk mendukung desentralisasi; (2) pengembangan kelembagaan daerah; (3) pengembangan personil daerah; (4) peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP dan Organisasi Kemasyarakatan; (5) Pengembangan Keuangan Daerah; (6) Pengembangan system perencanaan; (7) pengembangan ekonomi daerah dan (8) pengembangan kemampuan mengelola masa transisi.

7.3.5 Analisis Masalah dan Program

Sebagaimana halnya pelaksanaan pengembangan kelembagaan daerah yang dihadapi daerah lain, permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Magelang :

(1) Bagaimana mengoptimalkan tugas, wewenang dan tanggung jawab instansi yang dalam hal ini kurang tercermin dengan jelas dan tajam dalam tugas, pokok dan fungsi organisasi, sehingga menimbulkan persepsi yang tidak sama. Hal ini menyulitkan dalam koordinasi antar instansi.

(19)

(3) Keterbatasan sumber daya manusia yang berada pada institusi terkait kurang memiliki kualitas/kapasitas yang dibutuhkan. (4) Kurangnya fasilitas IT dan kurang optimalnya penggunaan IT

yang ada, merupakan kendala, sehingga koordinasi dan sinkronisasi membutuhkan ruang dan waktu yang kurang memadai, sehingga menghambat penyelesaian tugas.

(5) Adanya kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen pemerintahan.

Manajemen pemerintahan Daerah, meliputi perencanaan pembangunan daerah, implementasi, pelaporan, monitoring, dan evaluasi serta pengawasan dari seluruh kegiatan Pemerintah Kota Magelang belum sepenuhnya berjalan efektif. (6) Rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur negara pada saat ini persepsi masyarakat terhadap kinerja aparatur masih rendah. Hal itu tercermin dari masih seringnya terdengar keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur. Selain itu masih sering dijumpainya permasalahaan in-efisiensi penggunaan sumber daya daerah.

(7) Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya kuantitas dan sebagainya.

7.3.6 Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

(20)

S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 7.3 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kelembagaan daerah di kota Magelang adalah sebagai berikut : 3. PDRB per kapita relative

tinggi

4. Infrastruktur memadai

1. Kepadatan penduduk tinggi 4. Biaya pemeliharaan

infrastrukur tinggi Kesempatan

Opportunities (O) Strategi (SO) Staregi (WO) 1. Pengembangan

berbagai sector ekonomi sekunder dan tersier lebih

memungkinkan 2. masyarakat memiliki

peluang usaha lebih luas, terutama jasa dan perdagangan

3. Potensi investasi tinggi

1. Perlu skala prioritas pengembangan 2. pemanfaatan potensi

untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat 3. Pengarahan investasi

pada sektor-sektor potensial dengan mengutamakan produk unggulan daerah

1. Pengembangan sektor ekonomi diprioritaskan dengan memperhatikan potensi masyarakat 2. Setiap pengembangan

(21)

4. Potensi pengembangan

Threats (T) Strategi (ST) Strategi (WT)

1. Munculnya kawasan dan permukiman kumuh 2. Berkembangnya sector

informal sebagai daya tawar akan demand yang cenderung tinggi 3. Kemungkinan

meningkatnya kredit macet dari UKM/IKM 4. Potensi kemacetan dan

kerawanan kecelakaan tinggi

1. Penataan kawasan yang lebih manusiawi dan berwawasan lingkungan

1. Perhatian lebih serius terhadap kawasan dan permukiman kumuh 2. Perlu perhatian dalam

pembinaan dan penataan sektor informal

3. Perlu pembinaan IKM dan UKM auntuk memelihara

keberlanjutan usaha 4. Perlu kelembagaan dan

Manajemen infrastruktur yang terpadu

Sumber : Hasil analisa 2013

Berdasarkan tabel SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal), kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman

(eksternal) kelembagaan organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.

b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis SWOT, yaitu sebagai berikut.

 Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada

 Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.

(22)

dengan memanfaatkan peluang yang ada.

 Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman- ancaman yang berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.

7.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kota Magelang yang menangani bidang Cipta Karya.

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

7.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

(23)

7.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kota Magelang, khususnya di bidang Cipta Karya.

7.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada Tabel 7.4

Tabel 7.4 Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

(24)

No Jenis Pelatihan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

Gambar

Gambar 7.1 Keorganisasian Pemerintah Kota Magelang
Gambar 7.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
Tabel 7.2 Komposisi Pegawai Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Tabel 7.3 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan