• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Paser Tahun 2016 – 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Paser Tahun 2016 – 2020"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

UNTUK KABUPATEN PASER

3.1

ARAHAN RTRW NASIONAL

3.1.1 Rencana Struktur Ruang Nasional

Sesuai dengan lingkup perencanaan RTRWN yang meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai acuan

adalah kebijakan dan rencana yang ditetapkan lokasinya di Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Paser, sebagai berikut :

1. Sistem Perkotaan Nasional

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : 1). Kota Samarinda 2). Kota Balikpapan 3). Kota Bontang b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : 1). Tanah Grogot

2). Tanjung Redeb 3). Sanga-sanga

4). Sendawar 5). Tenggarong 6). Sangatta 2. Jalan Bebas Hambatan

a. Sp Penajam-Balikpapan b. Balikpapan-Samarinda c. Samarinda-Tenggarong

3. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional a. Pelabuhan I nternasional : Pelabuhan Balikpapan

b. Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Pasir/ Tanah Grogot, Samarinda, Tanjung Sangatta, dan Tanjung Redep

4. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional a. Pusat Penyebar Primer : Sepinggan (Balikpapan)

(2)

Wilayah Sungai Mahakam 6. Kawasan Lindung Nasional

a. Tamana Nasional Kutai

b. Cagar Alam Muara Kaman Sedulang c. Cagar Alam Padang Luwai

d. Cagar Alam Teluk Apar e. Cagar Alam Teluk Adang 7. Kawasan Andalan Nasional

a. Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya

b. Kawasan Bontang - Samarinda - Tenggarong, Balikpapan Penajam dan sekitarnya (Bonsamtebajam2)

c. Kawasan Andalan Laut Bontang 8. Kawasan Strategis Nasional

a. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Malaysia (Sabah-Sarawak)

b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-sanga, Muara Jawa, Balikpapan

Dari arahan RTRW Nasional tersebut diatas, maka kebijakan nasional yang terkait

dan bersinggungan langsung dengan wilayah Kabupaten Paser adalah sebagai:

1. Sistem Perkotaan Nasional sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Tanah Grogot. 2. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional Pasir/ Tanah Grogot

3. Kawasan Lindung Nasional di Cagar Alam Teluk Apar dan Cagar Alam Teluk Adang. 4. Kawasan Andalan Nasional Bontang - Samarinda - Tenggarong, Balikpapan Penajam dan

sekitarnya (Bonsamtebajam2).

3.2

ARAHAN RTRW PULAU KALIMANTAN

Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan disyahkan pada tanggal 5 Januari 2012 dalam bentuk Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang

RTRW Pulau Kalimantan. Tujuan dari penyusunan RTRW Pulau Kalimantan adalah untuk mewujudkan:

1. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasanberfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% (empat puluh lima persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia;

2. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;

(3)

4. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan;

5. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikankeharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;

6. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air; 7. Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budayaKalimantan;

8. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;

9. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.

Arahan RTRW Pulau Kalimantan berupa rencana struktur ruang, rencana

infrastruktur dan rencana pemanfaatan ruang di Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut:

A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan

1. Pusat industri hilir pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

2. Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, dan PKW Tanah Grogot.

3. Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

4. Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Sangata, PKW Tanah Grogot, dan PKSN Long Pahangai.

5. pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

6. Pusat pengolahan hasil hutan di PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, dan PKW Sendawar. 7. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan dilakukan di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Tanjung Redeb, dan PKW Sangata.

8. Pusat pengembangan ekowisata di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Tanjung Redeb, PKW Tanah Grogot, PKW Tanah Grogot, dan PKSN Long Pahangai.

9. Pusat pengembangan wisata budaya di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Sangata, PKW Sendawar.

(4)
(5)
(6)
(7)

B. Rencana Pengembangan I nfrastruktur

1. Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai meliputi pengembangan jaringan drainase di :

a. PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang yang

terintegrasi dengan Sungai Mahakam.

b. PKW Tanjung Redeb yang terintegrasi dengan Sungai Berau

c. PKW Sangata yang terintegrasi dengan Sungai Sangata

d. PKW Tanah Grogot yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam

2. Pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan, yang menghubungkan Kuaro – Kademan – Penajam – Balikpapan - Loa Janan - Samarinda. 3. Pengembangan jaringan jalan kolektor primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau

Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan, yang menghubungkan Samarinda Bontang Sangata Simpang Perdau Muara Wahau -Labanan - Tanjung Redeb - Tanjung Selor - Malinau – Mensalong – Simanggaris.

4. Jaringan jalan kolektor primer pada Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan yang menghubungkan Tumbang Samba - Rabambang - Tumbang Jutuh - Kuala Kurun - Puruk Cahu Muara Laung Muara Teweh Damai – Simpang Blusuh Resak Kotabangun -Tenggarong - Loa Janan – Samarinda.

5. Jaringan jalan strategis nasional pada Jaringan Jalan Lintas Utara Pulau Kalimantan yang menghubungkan Putussibau-Long Pahangai-Long Nawang-Malinau-Long Midang.

6. Jaringan jalan kolektor primer pada jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan yang menghubungkan Simpang Damai-Sendawar-Long Bangun-Long Pahangai.

7. Pengembangan jaringan jalan strategis nasional untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keberadaan kawasan berfungsi lindung dilakukan pada Jaringan Jalan Lintas Utara Pulau Kalimantan yang menghubungkan Temajuk Aruk – Jagoi babang Entikong Jasa Nanga Badau Putussibau Long Pahangai Long Nawang Malinau

-Long Midang.

8. Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan :

(8)

Pelabuhan Tanjung Santan (Kota Bontang), dan Bandar Udara Sepinggan (Kota Balikpapan), Bandar Udara Samarinda Baru (Kota Samarinda), serta Bandar Udara Bontang (Kota Bontang).

b. PKW Tanjung Redeb dengan Pelabuhan Tanjung Redeb (Kabupaten Berau) dan Bandar Udara Kalimarau-Berau (Kabupaten Berau);

c. PKW Sangata dengan Pelabuhan Tanjung Sangata (Kabupaten Kutai Timur). d. PKW Tanah Grogot dengan Pelabuhan Tanah Grogot (Kabupaten Paser) .

9. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat pertumbuhan utama dmeliputi jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan:

a. Balikapan – Samarinda b. Samarinda – Tenggarong c. Tanah Grogot – Penajam d. Samarinda – Bontang, dan e. Bontang Sangata

10. Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api, pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai dan penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah meliputi :

a. Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Pelabuhan Pelabuhan Tanah Grogot (Kabupaten Paser), Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan), Pelabuhan Samarinda (Kota Samarinda), Pelabuhan Tanjung Santan (Kota Bontang), Pelabuhan Tanjung Sangata (Kabupaten Kutai Timur), Pelabuhan Tanjung Redeb (Kabupaten Berau).

b. Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Bandar Udara Susilo (Kabupaten Sintang) dan Bandar Udara Samarinda Baru (Kota Samarinda). c. Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Bandar Udara

Sepinggan (Kota Balikpapan), Bandar Udara Samarinda Baru (Kota Samarinda), Bandar Udara Kalimarau- Berau (Kabupaten Berau), dan Bandar Udara Bontang (Kota Bontang).

(9)

11. Pengembangan jaringan jalur kereta api lintas selatan untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional, sentra produksi komoditas unggulan, jaringan jalan, pelabuhan, dan bandar udara meliputi :

a. Batas negara Simanggaris Malinau Tanjung Selor – Tanjung Redeb

-Sangkulirang - Sangata – Bontang b. Bontang-Samarinda-Balikpapan

c. Balikpapan-Tanah Grogot-Tanjung-Ampah d. Samarinda-Tenggarong-Kotabangun

12. Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di :

a. jaringan transportasi Sungai Mahakam yang menghubungkan PKW Sendawar dengan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong- Samarinda-Bontang.

b. jaringan transportasi Sungai Kandilo yang menghubungkan PKW Tanah Grogot

dengan pusat-pusat pemukiman di bagian hulu Sungai Kandilo.

13. Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah pulau-pulau kecil terluar, meningkatkan keterkaita, antarprovinsi di Pulau Kalimantan dengan provinsi di luar Pulau Kalimantan, meliputi:

a. lintas penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah pulau-pulau kecil terluar yang menghubungkan Tanjung Redeb – Maratua; dan Tanjung Redeb – Pulau

Sambit

b. lintas penyebrangan antar provinsi yang menghubungkan:

1)

Balikpapan – Mamuju (Sulawesi Selatan)

2)

Balikpapan – Taipan (Sulawesi)

3)

Balikpapan – Lamongan (Pulau Jawa)

14. Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional yang dilakukan di:

a. Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan) sebagai pelabuhan utamauntuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang sebagai pusat pengembangan Kawasan AndalanSamarinda-Tenggarong-Balikpapan-Penajam dan Sekitarnya (Bonsamtebajam) dan Kawasan Andalan Laut Bontang-Tarakan dan Sekitarnya, dan PKW Buntok sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Buntok;

(10)

sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Sangkulirang-Sangata-Muara Wahau (Sasamawa), Kawasan AndalanBonsamtebajam dan Sekitarnya, serta Kawasan Andalan Laut Bontang- Tarakan dan Sekitarnya;

c. Pelabuhan Tanjung Sangata (Kabupaten Kutai Timur) sebagai pelabuhan pengumpul untuk melayani PKW Sangata sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Sasamawa dan Kawasan Andalan Laut Bontang-Tarakan dan Sekitarnya;

d. Pelabuhan Tanjung Redeb (Kabupaten Berau) sebagai pelabuhan pengumpul untuk

melayani PKW Tanjung Redeb sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Tanjung Redeb dan Sekitarnya serta Kawasan Andalan Laut Bontang-Tarakan dan Sekitarnya;

e. Pelabuhan Tanah Grogot (Kabupaten Paser) sebagai pelabuhan pengumpul untuk melayani PKW Tanah Grogot sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Bonsamtebajam dan Sekitarnya, PKW Buntok sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Buntok, dan PKW Amuntai sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kandangan;

f. Pelabuhan Maloi (Kabupaten Kutai Timur) sebagai pelabuhan pengumpul untuk

melayani PKW Sangata sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Sasamawa dan Kawasan Andalan Laut Bontang-Tarakan dan Sekitarnya.

15. Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan I ndonesia I dan Alur Laut Kepulauan I ndonesia I I Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan), Pelabuhan Samarinda (Kota Samarinda), Pelabuhan Maloi (Kab. KutaiTimur), Pelabuhan Tanjung Redeb (Kab. Berau), Pelabuhan Tanah Grogot (Kab. Paser), Pelabuhan Tanjung Santan (Kota Bontang).

C. Kaw asan Lindung Nasional

Rencana Kawasan Lindung Nasional berdasarkan RTRW Pulau Kalimantan yang ada di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Rencana Kawasan Lindung di Provinsi Kalimantan Timur

Rencana Kawasan Lindung Kota Balikpapan tumbuhan dan satwa endemik kawasan di kawasan hutan lindung

(11)

Rencana Kawasan Lindung Kota sistem tata air alami dan ekosistem kawasan

v

Pemertahanan & peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnyapada hulu sungai

Sempadan Sungai Mahakam, sempadan Sungai Semboja, sempadan Sungai Senipah, dan sempadan Sungai Semoi di WS Mahakam

Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk

v v

Cagar Alam Muara Kaman

Sedulang v

Cagar Alam Padang Luwai v

Cagar Alam Teluk

Apar dan Cagar Alam Teluk Adang

v

Taman

Nasional Kutai v v v

Taman Hutan Raya Bukit

Suharto v v

(12)

Rencana Kawasan Lindung Kota terhadap kawasan suaka alam

laut, cagar alam

laut, dan taman wisata alam laut

Pelestarian kawasan cagar

budaya dan ilmu pengetahuan v v v v

Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untuk dengan sungai pada kawasan perkotaan yang rawan banjir

v v v v v v v

Rehabilitasi dan pelestarian kawasan cagar alam geologi yang memiliki

keunikan batuan dan fosil

v

Pemertahanan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki keunikan bentang alam berupa karst

v v

kawasan rawan gempa bumi v

kawasan rawan gerakan tanah v v v v

kawasan rawan tsunami v v v v

Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Tanjung Selor

v v

Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Muarapayang

v

Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Muara Lahai

(13)

Sumber: Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan

D. Kaw asan Budidaya

Rencana Kawasan Budidaya berdasarkan RTRW Pulau Kalimantan yang ada di

Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut. Tabel 3.2

Rencana Kawasan Budidaya RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Timur

Rencana Kawasan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan pasang surut dan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan

v v

(14)

Rencana Kawasan

produksi perikanan v v v

Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat

v v v v

Pengembangan kegiatan

perikanan budi daya v v v

Pengendalian kegiatan

perikanan tangkap v

kawasan peruntukan

pertambangan mineral v v v v v kawasan peruntukan batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

v v v v v v

pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan karet pada kawasan peruntukan industri jasa hasil perikanan pada kawasan peruntukan anggrek, serta satwa dan tumbuhan endemik kawasan lainnya

(15)

Rencana Kawasan dan sarana perkotaan yang adaptif terhadap ancaman pulau kecil terluar dengan dukungan prasarana dan

(16)

Rencana Kawasan daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana

v v v v v v v

Pengembangan kawasan untuk kegiatan industri dan permukiman, serta jaringan

Berdasarkan paparan diatas, maka kedudukan Kabupaten Paser dalam RTRW Pulau Kalimantan direncanakan atau diarahkan memegang peranan dan fungsi sebagai berikut:

(17)

1)

Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas

bumi di PKW Tanah Grogot.

2)

Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Tanah Grogot.

3)

Pusat pengembangan ekowisata di PKW Tanah Grogot .

B. Rencana Pengembangan I nfrastruktur

1)

Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai

meliputi pengembangan jaringan drainase di PKW Tanah Grogot yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam.

2)

Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKW Tanah Grogot dengan Pelabuhan Tanah Grogot (Kabupaten Paser).

3)

Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat

pertumbuhan utama dmeliputi jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan Tanah Grogot – Penajam.

4)

Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api,

pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai dan penyeberangan untuk membuka keterisolasian.

5)

Pengembangan jaringan jalur kereta api lintas selatan untuk menghubungkan kawasan

perkotaan nasional, sentra produksi komoditas unggulan, jaringan jalan, pelabuhan, dan bandar udara.

6)

Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan

permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di PKW Tanah Grogot.

7)

Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional

sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional yang dilakukan di Pelabuhan Tanah Grogot.

8)

Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan I ndonesia I dan Alur Laut Kepulauan I ndonesia I I Pelabuhan Tanah Grogot.

C. Kaw asan Lindung Nasional

(18)

2)

Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untuk perlindungan

pantai dan kelestarian biota laut.

3)

Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai pada kawasan perkotaan yang rawan banjir.

4)

Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Muarapayang.

5)

koridor ekosistem burung endemik yang menghubungkan antar ekosistem pesisir.

D. Kaw asan Budidaya

1)

Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industry pengolahan

dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan.

2)

Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawapasang surut dan

sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahanpertanian pangan berkelanjutan.

3)

Pengendalian perubahan peruntukan dan/ atau fungsi kawasan peruntukan hutan.

4)

Pengembangan kawasan budi daya perkebunan kelapa sawit.

5)

Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet.

6)

Kawasan peruntukan pertambangan mineral.

7)

Kawasan peruntukan pertambangan batubara.

8)

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.

9)

Pengembangan kawasan peruntukan industri pengolahan hasil pertambangan mineral,

batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu.

10)

Pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan karet pada kawasan peruntukan

industri.

11)

Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan perkebunan dengan kawasan perkotaan nasional.

3.3

ARAHAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Kebijaksanaan RTRW Provinsi Kalimantan Timur mengacu pada dokumen Revisi

RTRW Provinsi Kalimantan Timur 2011 - 2031, yang hingga saat ini masih dalam proses pembahasan/pengesahan di DPRD Provinsi Kalimantan Timur.

3.3.1 Arahan Struktur Ruang

(19)

yang diklasifikasikan sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. PKW di Kabupaten Paser adalah PKW Tanah Grogot, untuk lebih lengkapnya menengenai hirarki pelayanan dan fungsi utama kota dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Hirarki Pelayanan dan Fungsi Utama Kota Hirarki

Pelayanan Kota

Orde

Kota Fungsi Fungsi Kegiatan

Sekunder II Tanah Gogot (Paser)

II PKW • Pusat pengembangan perhubungan udara pengumpan

• Pusat pengembangan perkebunan sawit dan pengolahan hasil sawit

• Pusat pemerintahan kabupaten

Tersier II Long Ikis (Kab. Paser)

IV PKL Pusat kegiatan lokal dan pusat pertumbuhan desa-desa sekitarnya Kuaro

(Kab. Paser)

IV PKL Pusat kegiatan lokal dan pusat pertumbuhan desa-desa sekitarnya

Sumber : RTRW Prov Kalimantan Timur

2. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Sarana Wilayah yang terkait dengan Kabupaten Paser :

a. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

1) Rencana Jalan Tol/ Jalan Bebas Hambatan yang menghubungkan Kota Balikpapan – Kota Samarinda – Kota Bontang – Sangatta dan Batu Licin (Provinsi Kalimantan Selatan) – Tanah Grogot – Penajam.

2) Rencana pengoptimalan dan peningkatan kualitas jaringan jalan arteri sebagai jaringan lintas nasional dan regional antar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan Provinsi Kalimantan Timur dan jalan kolektor I sebagai jaringan lintas regional yang menghubungkan jalan arteri dengan pusat -pusat pada hirarki yang lebih rendah. Adapaun pengoptimalan dan peningkatan kualitas jalan tersebut adalah dari Kuaro- Kademan- Penajam. Jalan arteri ini disebut juga dengan jalan nasional apabila dilihat dari st atusnya yang pengembangannya merupakan kewenangan pemerintah pusat. Sedangkan jalan kolektor I yang juga disebut sebagai jalan nasional dan wewenang pengembangannya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat terdiri dari Kerang ( batas Prov. Kalsel) – Batas Kota Tanah Grogot – Jl. Noto Sunardi – Batas Kota Tanah Grogot –

Lolo – Jl. Sudirman – Jl. Kusuma Bangsa – Lolo – Kuaro.

(20)

1) Peningkatan terminal menjadi tipe A, yaitu di Kuaro yang difungsikan sebagai terminal yang melayani penumpang antar Provinsi Kalimantan Timur – Kalimantan Selatan.

2) Peningkatan terminal tipe B di Long I kis c. Strategis Pengembangan Jalur Kereta Api

1) Jaringan perkeretaapian nasional: Provinsi Kalimantan Selatan – Kuaro – Long Kali – Penajam – Balikpapan – Sanga sanga – Samarinda – Bontang – Sangatta – Muara Wahau – Muara Lesan – Tanjung Redeb – Tanjung Batu – Tanah Kuning – Tanjung Selor – Kerang Agung – Sesayap – Tidung Pale – Malinau – Mensalong – Pembeliangan – Salang – Simanggaris – Batas Negara, dan jaringan kereta api yang menghubungkan Samarinda – Tenggarong – Kota Bangun.

2) Jaringan perkeretaapian kabupaten menghubungkan Balikpapan – Tanah Grogot – Tanjung.

d. Jaringan Sungai, Danau dan Penyeberangan

1)

Alur pelayaran Lintas Tanah Grogot ke arah hulu Sungai Kandilo, dilayani dari

Pelabuhan Tanah Grogot.

2)

Pelabuhan Sungai Kandilo meliputi Pelabuhan : Tanah Grogot e. Sistem Jaringan Transportasi Laut

1) Pelabuhan utama pengumpul: Pelabuhan Pondong di Kabupaten Paser.

2) Pelabuhan swasta Terminal PT Kerian Equatorial Mining, Terminal PT Kedico Jaya Agung, Terminal PT BHP Kandilo Coal I ndonesia, Terminal PT Perkebunan Nusantara XI I I di Tanah Grogot, dan Terminal PT Utan.

f. Penyebaran Bandar Udara, bandara pengumpan Bandar Rantau Panjang di Tanah Grogot.

3. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah yang terkait dengan Kabupaten Paser :

a. Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Energi Dan Tenaga Listrik 1) Strategi Pengembangan PLTA di Sungai Kandilo Kabupaten Paser.

2) Melanjutkan pembangunan jaringan transmisi yang menghubungkan sistem Samarinda ke sistem Balikpapan untuk mendorong adanya inducing power bagi pertumbuhan kegiatan industri di bagian selatan provinsi Kalimantan Timur, yaitu Balikpapan, Penajam, dan Tanah Grogot.

(21)

KOTA KLASIFIKASI PRASARANA ARAHAN PENGEMBANGAN Tanah Grogot Memiliki SBK (Stasiun Bumi Kecil),

SLJJ, dan STO.

Peningkatan fungsi mediator utama di kota kecil (IKK).

c. Strategi Pengembangan Sumber Daya Air

1) Pengembangan kawasan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian SDA di

lokasi WS Kandilo.

2) Pengembangan waduk, bendungan dan danau/situ (penyediaan air baku) di lokasi

WS Kandilo dan DAS Kandilo.

3) Pengembangan Pelayanan Air Baku di lokasi WS Kandilo : Kota Tanah grogot.

4) Pengembangan Jaringan irigasi di Kabupaten Paser.

3.3.2 Arahan Pola Ruang

1. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung Tabel 3.3

Arahan Pengembangan Kawasan Lindung

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

a. Hutan Lindung  kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

 kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau

 kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

Mencegah alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya.

Membatasi tumbuhnya kegiatan perkotaan di kawasan sekitar hutan lindung untuk mencegah alih fungsi lahan.

Mengatur mengenai masyarakat hukum adat dalam pengelolaan kawasan hutan untuk menghindari konflik pemanfaatan kawasan hutan.

Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung.

Secara bertahap melakukan pemulihan kawasan lindung.

Membangun kerjasama pengawasan pengelolaan hutan lindung antara pemerintah dan masyarakat.

(22)

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

Mengendalikan pemungutan hasil hutan non kayu.

Pengawasan keberlanjutan kawasan hutan lindung terhadap kegiatan permukiman di kawasan permukiman.

b. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya

Kawasan Bergambut Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut yaitu kawasan tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan rawa.

 Mengembalikan fungsi kawasan untuk fungsi-fungsi sebagai berikut:

 Sebagai tempat penyimpan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan sebagai pengatur hidrologi.

 Sebagai tempat pemuliaan untuk ikan-ikan yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor.

Kawasan Resapan Air

Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun.

Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm.

Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m/hari.

Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan setempat.

Kelerengan kurang dari 15%.

Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.

 Mengendalikan kegiatan perkotaan (industri, permukiman, dan budidaya lain) yang akan mengganggu ekosistem kawasan resapan air.

 Rehabilitasi dan konservasi kawasan-kawasan resapan air.

 Mengembalikan fungsi kawasan resapan air dengan memindahkan kegiatan perkotaan yang berada pada kawasan resapan air.

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

Kawasan suaka alam laut Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atau yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau

 Memelihara ekosistem pesisir dan laut dengan mengendalikan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan pesisir dan laut.

(23)

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

keunikan ekosistem menarik wisatawan domestik dan asing.  Mengarahkan pembangunan sarana dan

prasarana penunjang wisata di kawasan perkotaan terdekat.

 Mengembangkan secara terbatas kegiatan perikanan yang dapat mengganggu ekosistem pesisir.

Kawasan suaka margasatwa

 Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi.

 Memiliki keanekaragaman dan keunikan satwa.

 Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

 Perlindungan spesies penyu.

 Melakukan konservasi dan rehabilitasi suaka margasatwa secara rutin.

 Menjaga keanekaragaman dan keunikan satwa dengan membatasi kegiatan budidaya yang dapat mengganggu ekosistem satwa.

 Mengembangkan wisata suaka margasatwa yang terpadu dengan kawasan sekitarnya.

 Mengarahkan tumbuhnya sarana dan prasarana wisata di kawasan perkotaan terdekat.

 Mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan pariwisata.

Kawasan Konservasi Pesisir dan Laut

Kawasan cagar alam Kawasan sarat dan atau perairan yang ditunjuk

Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia.

 Melakukan konservasi dan rehabilitas rutin untuk menjaga ekosistem dan

keanekaragaman hayati.

 Mendorong dan mempromosikan wisata alam bagi turis domestik dan asing.  Mengarahkan tumbuhnya sarana dan

prasarana wisata di kawasan perkotaan yang dekat dengan kawasan cagar alam.  Mendorong keterlibatan masyarakat lokal

dalam mengelola kegiatan pariwisata.  Mengembangkan industri kerajinan khas

lokal sebagai penunjang pariwisata.  Dukungan terhadap terciptanya

keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis

Kawasan pantai berhutan bakau/payau

Kawasan pantai berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tetinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

 Mengembangkan secara terbatas kegiatan perikanan budidaya, industri dan

permukiman yang menimbulkan pencemaran hutan bakau.

(24)

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

 Mencegah alih fungsi lahan.

Taman nasional  Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau satwanya memiliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya

 Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona

pemanfaatan dan zona lain sesuai dengan keperluan.

 Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.

 Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan

perkotaan terdekat.

 Mengembangkan industri kerajinan khas lokal sebagai penunjang pariwisata.

Taman hutan raya Kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan bentang alam dan akses yang baik untuk

kepentingan pariwisata

 Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.

 Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan

perkotaan terdekat.

Taman wisata alam Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan.

 Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau.

 Kawasan yang terdapat

 Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.

 Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan

perkotaan terdekat.

 Mengembangkan industri kerajinan khas lokal sebagai penunjang pariwisata.  Perlindunganekosistem hutan hujan tropis

(25)

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

 Benda buatan manusia, bergerak atau tidak kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

 Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya.

 Hutan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

 Memelihara dan merevitalisasi kawasan cagar budaya secara rutin dan

berkelanjutan.

 Mempromosikan wisata budaya dan ilmu pengetahuan baik di dalam negeri maupun mancanegara.

 Membangun sarana dan prasarana penunjang wisata bertaraf internasional.  Membangun jaringan jalan yang

memudahkan akses pada kawasan-kawasan wisata.

 Mengendalikan perubahan arsitektur bangunan kawasan-kawasan budaya yang perlu dilestarikan sebagai daya tarik wisata.

d. Kawasan rawan bencana alam

Kawasan rawan sedimentasi

Kawasan Rawan Gerakan Tanah

 Kawasan yang labil disekitar sesar dengan gangguan pada lereng di kawasan ini.

 Menyediakan jalan-jalan alternatif untuk evakuasi.

 Menyediakan ruang-ruang yang mudah dicapai dalam keadaan bahaya untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi korban bencana.

 Melindungi kawasan-kawasan yang digunakan sebagai lokasi alat pendeteksi bencana.

 Mengendalikan secara ketat pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya perkotaan di kawasan-kawasan rawan bencana gempa bumi.

 Menyediakan sarana dan prasarana sistem peringatan dini.

(26)

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir.

evakuasi.

 Merehabilitasi kawasan-kawasan rawan bencana yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman dan kegiatan perkotaan.

 Menyediakan ruang-ruang yang mudah dicapai dalam keadaan bahaya untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi korban bencana.

 Melindungi kawasan-kawasan yang digunakan sebagai lokasi alat pendeteksi bencana.

 Menyediakan sarana dan prasarana sistem peringatan dini.

 Mengendalikan secara ketat pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya perkotaan di kawasan-kawasan rawan gerakan tanah.  Mengembangkan desain dan teknologi

yang dapat mengurangi risiko gerakan tanah dan banjir.

e. Kawasan perlindungan setempat

Sempadan pantai Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai

sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

 Merehabilitasi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, waduk, situ dan mata air yang telah rusak.

 Mengarahkan pemanfaataan lahan untuk kegiatan perkotaan di luar kawasan tersebut.

 Mengembangkan kegiatan pertanian dan perkebunan yang dapat membantu pemeliharaan dan pemulihan kondisi kawasan.

 Merehabilitasi lahan kritis di sekitar kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, waduk/situ dan mata air.

Sempadan sungai  Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar

sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan

perkotaan.

 Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan.

(27)

Kawasan Lindung Kriteria Arahan

kedalaman tidak lebih besar dari 3 m.

 Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m.

 Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m.

 Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

Kawasan sekitar waduk dan situ

Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan sekitar mata air Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di sekitar mata air

Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ

Merupakan areal tempat pengembangan plasma nutfah tertentu dan tidak membahayakan.

Konservasi anggrek hutan dan jasad renik

a. Kawasan Hutan Lindung

Hutan Lindung di Kabupaten Paser seluas kurang lebih 125.596 Ha, dengan sebaran di Long Kali, Long Ikis, dan Batusopang.

b. Kawasan Perlindungan Setempat 1) Sempadan Pantai

(28)

Sempadan sungai menempati bagian tepian di sepanjang sungai, baik yang merupakan daerah permukiman, kegiatan transportasi, maupun bagian tepi sungai yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya.

3) Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air di Kabupaten Paser dijumpai setempat-setempat. Umumnya mata air muncul dikaki perbukitan dan hulu aliran sungai yang

berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pengairan pertanian masyarakat setempat.

c. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 1) Kawasan Bergambut

Penyebaran kawasan bergambut dengan luasan kurang lebih 722.047 ha terdapat di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur, tersebar di Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Paser. 2) Kawasan Resapan Air

Daerah resapan secara umum terdapat di koridor pantai, membentang menurut

arah Timur Laut – Barat Daya sejajar pantai dari Kecamatan Sangkulirang

sampai Kecamatan Kerang. Daerah resapan juga secara setempat terdapat di berbagai kecamatan, seperti Long Kali, Long Ikis, Kuaro, Tanah Grogot dan Kerang. Sedangkan tanah liat atau lempung terdapat di Tanah Grogot.

3) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam laut dan perairannya yang ada di Kabupaten Paser dalah

Teluk Adang dan Teluk Apar. Sumber daya hayati yang ada pada kawasan ini adalah: ikan, kepiting, buaya, ganggang dan rumput laut.

4) Cagar Alam dan Cagar Alam Laut

Kawasan cagar alam Teluk Apar terdapat di Kabupaten Paser dengan luas

kurang lebih 46.452,95 ha dan Kawasan cagar alam Teluk Adang terdapat di Kabupaten dengan luas kurang lebih 40.416 ha.

5) Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan ini pada umumnya terdapat disekitar kawasan pantai dan muara sungai. Penyebaran kawasan ini di Kabupaten paser yaitu di Teluk Adang dan

Teluk Apar. Luas pantai berhutan bakau di Kabupaten Paser yaitu sebesar ± 119,34 ha.

6) Taman Hutan Raya

Taman Hutan Raya Lati Petangis Kabupaten Paser seluas 3.985,04 ha.

(29)

Kawasan rawan bencana alam yang terjadi di Kabupaten Paser yaitu Kawasan Rawan Sedimentasi yaitu di muara Sungai Kuaro di Teluk Adang. Namun

perkembangan menunjukkan bahwa seluruh muara sungai di Pantai Timur Kalimantan Timur cenderung mengalami sedimentasi dari hulu.

2. Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Tabel 3.4

Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya Arahan

Kawasan Hutan Produksi • arahan pemanfaatan ruang untuk Ijin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK), Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) dan Ijin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK);

• arahan pembatasan/pengendalian pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan untuk menjaga kelestarian dan kestabilan neraca sumber daya hutan; dan

• arahan pembangunan sarana dan prasarana dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan kawasan dan pemungutan hasil hutan.

Kawasan Pertanian • arahan pemanfaatan ruang untuk lahan pertanian tanaman pangan dan permukiman perdesaan dengan kepadataan rendah;

• arahan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana yang mendukung pertanian dan pembangunan sistem jaringan prasarana utama;

• arahan pemanfaatan ruang untuk budidaya tanaman perkebunan, industri pengolahan hasil perkebunan serta sarana dan prasarana pendukungnya, dan permukiman perdesaan berkepadatan rendah;

• arahan pelarangan alih fungsi lahan penghasil produk perkebunan spesifik lokasi (ciri khas dan kulaitas tertentu pada komoditas perkebunan yang dihasilkan dan tidak dapat diperoleh pada wilayah lainnya); dan

• arahan pelarangan pengembangan lahan budidaya perkebunan dengan cara yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan.

Kawasan Perikanan • arahan peraturan zonasi penangkapan ikan;

• arahan peraturan zonasi pelabuhan perikanan;

• arahan peraturan zonasi konservasi laut daerah; dan

• arahan peraturan zonasi pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan Pariwisata

• arahan pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;

(30)

Kawasan Budidaya Arahan

lampau; dan

• arahan pendirian bangunan dan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata.

Kawasan Industri • arahan pemanfaatan untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;

• arahan pembatasan pembangunan perumahan baru disekitar kawasan peruntukan industri; dan

• Arahan Pengelolaan Kawasan Industri melalui pencegahan dan larangan untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Kawasan Pertambangan • arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usaha pertambangan umum dan migas;

• arahan pengaturan pendirian bangunan tambang lepas pantai agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran;

• arahan pengaturan kawasan tambang dengan memperhatikan keterdapatan dan potensi sumber daya mineral dan energi;

• arahan pengaturan bangunan lain di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah;

• arahan Pengelolaan kawasan pertambangan dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup melalui penerapan praktek pertambangan yang ramah lingkungan; dan

• arahan pemulihan kualitas lingkungan paska tambang.

• seluruh kegiatan budidaya dapat dilakukan pada kawasan peruntukan pertambangan yang di dalamnya baru terdapa izin usaha pertambangan eksplorasi;

• wilayah dalam kawasan peruntukan pertambangan yang sudah diberikan izin usaha pertambangan operasi produksi/eksploitasi, masih dimungkinkan adanya kegiatan budidaya lain dengan ketentuan menyesuaikan dengan rencana penambangan dan reklamasi, tidak mendirikan bangunan permanen, tidak menjadi kendala bagi aktivitas penambangan, serta memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam lingkungan kegiatan eksploitasi;

• boleh pengembangan industri terkait dengan pengolahan bahan tambang di luar zona inti penambangan;

• diijinkan pengembangan pelabuhan yang terkait dengan kegiatan penambangan;

• kegiatan penambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL untuk berskala besar, atau UKL dan UPL untuk yang berskala kecil (tambang rakyat); dan

• percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain diperbolehkan sejauh tidak merubah dominasi fungsi utama kawasan.

Kawasan Permukiman • arahan penetapan amplop bangunan;

• arahan penetapan tema arsitektur bangunan;

(31)

Kawasan Budidaya Arahan

• arahan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

3.3.3 Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

Kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan yang diperuntukkan di Kabupaten

Paser tidak ada, karena sumbernya masih dari ranperda. Tetapi hal ini masih menunggu Perda RTRW Provinsi Kalimantan Timur yang masih menunggu akan disahkan, apakah

nantinya akan ada Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Paser.

3.4

ARAHAN RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan

pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), bahwa kawasan strategis nasional di

Provinsi Kalimantan Timur hanya ditetapkan 1 lokasi yaitu Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy (Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011) yang berlokasi di

Kabupaten Kutai Timur.

Dengan demikian mengingat kawasan strategis nasional tersebut berada diluar wilayah Kabupaten Paser, maka terkait dengan penyusunan RPI2JM Kabupaten Paser ini

tidak ada arahan kawasan strategis nasional yang dapat dikutip dalam kebijakan tersebut di Kabupaten Paser. Untuk itu ulasan tentang KSN pada sub bab ini tidak ada.

3.5

Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI)

Berikut kebijakan MP3EI pada Koridor Ekonomi Kalimantan yang didalamnya meliputi

wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut:

(32)

A. Minyak dan Gas

Kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan direncanakan terdapat di lokus Balikpapan, Blok Delta Mahakam, Rapak, dan Ganal. Rencana investasi industri migas yang akan dilakukan di Kalimantan pada periode 2011—2015 berupa proyek-proyek utama seperti penambahan kapasitas produksi BBM di Balikpapan dan sekitarnya, serta eksplorasi laut dalam di Rapak dan Ganal. Kegiatan ekonomi utama minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan akan melibatkan pihak swasta, BUMN, maupun pemerintah.

B. Batubara

Kegiatan industri batubara Koridor Ekonomi Kalimantan terpusat di Provinsi Kalimantan Timur. Lebih dari 72 persen cadangan batubara Kalimantan terkonsentrasi di provinsi tersebut, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 23,7 persen, Kalimantan Tengah 3,1 persen, dan Kalimantan Barat 1 persen.

(33)

C. Kelapa Saw it

Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Koridor Ekonomi Kalimantan terdapat di lokus Kutai Timur, Kalimantan Selatan, Barito, Kotawaringin, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Rencana investasi industri kelapa sawit yang akan dilakukan di Kalimantan pada periode 2011—2015 berupa proyek-proyek pengembangan dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Terdapat juga pengembangan kapasitas pelabuhan di Kumai Kalimantan Tengah. Hampir semua kegiatan investasi kelapa sawit Koridor Ekonomi Kalimantan dilakukan oleh pihak swasta walaupun masih ada beberapa kegiatan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan BUMN.

(34)

D. Besi Baja

Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah (Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu, dan Tanah Laut). Pengembangan proyek di lokasi tersebut antara lain pengolahan dan pemurnian bijih besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besi dari tambang menjadi bahan baku (pellet dan sponge iron) untuk industri baja di I ndonesia. Pelaku usaha industri besi dan baja di Kalimantan didominasi oleh investor swasta dengan nilai investasi yang teridentifikasi hingga tahun 2015 sebesar I DR 40 Triliun.

Gambar 3.6 Rantai Nilai Industri Baja

E. Bauksit

(35)

menjalankan mandat UU No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengenai upaya optimalisasi nilai tambah bahan baku mineral, harga jual alumina yang bisa mencapai 10 kali harga jual bauksit, dan tingginya angka impor alumina merupakan salah satu alasan mengapa industri pengolahan bauksit menjadi alumina perlu dikembangkan di Kalimantan.

Gambar 3.7 Rantai Nilai Industri Bauksit

F. Perkayuan

Rencana investasi di industri perkayuan untuk jangka pendek dan menengah (rencana investasi fast track MP3EI ) di Pulau Kalimantan telah tercatat berupa investasi HTI dan I PHHK. Rencana investasi HTI terluas tersebar di beberapa lokus di Kalimantan Barat (1.004.493 Ha, nilai investasi sekitar I DR 9,6 Triliun), diikuti oleh Kalimantan Timur (416.748 Ha, nilai investasi sekitar I DR 7,2 Triliun), Kalimantan Tengah (269.446 Ha, nilai investasi sekitar I DR 5,4 Triliun), dan Kalimantan Selatan (89.400 Ha, nilai investasi sekitar I DR 1,3 Triliun). Untuk rencana investasi di I PHHK tercatat masih terpusat di Kalimantan Timur (sekitar I DR 7, 8 Triliun), dan di Kalimantan Tengah yang mencatat rencana investasi sebesar I DR 893 Miliar.

(36)

Gambar 3.9 Inisiatif Strategis Koridor Ekonomi Kalimantan

(37)

Tabel 3.5

(38)
(39)

Tabel 3.6

(40)

Tabel 3.7

Daftar Investasi Infrastruktur Campuran yang Terindentifikasi di Koridor Kalimantan

Tabel 3.8 Arahan Strategis Nasional dan Pulau Kalimantan untuk Kabupaten Paser

No Kebijakan Arahan fungsi peran Kabupaten/Kota

1 RTRW Nasional Sistem Perkotaan Nasional

Tanah Grogot sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

2 RTRW Pulau Kalimantan Rencana Struktur Ruang

1) Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKW Tanah Grogot.

2) Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Tanah Grogot.

3) Pusat pengembangan ekowisata di PKW Tanah Grogot.

Rencana Pengembangan Infrastruktur

1) Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai meliputi pengembangan jaringan drainase di PKW Tanah Grogot yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam.

2) Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKW Tanah Grogot dengan Pelabuhan Tanah Grogot (Kabupaten Paser).

(41)

No Kebijakan Arahan fungsi peran Kabupaten/Kota

4) Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api, pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai dan penyeberangan untuk membuka keterisolasian.

5) Pengembangan jaringan jalur kereta api lintas selatan untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional, sentra produksi komoditas unggulan, jaringan jalan, pelabuhan, dan bandar udara. 6) Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di PKW Tanah Grogot.

7) Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional yang dilakukan di Pelabuhan Tanah Grogot.

8) Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan Alur Laut Kepulauan Indonesia II Pelabuhan Tanah Grogot.

Kawasan Lindung Nasional

1) Cagar Alam Teluk Apar dan Cagar Alam Teluk Adang

2) Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untuk perlindungan pantai dan kelestarian biota laut.

3) Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai pada kawasan perkotaan yang rawan banjir.

4) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Muarapayang.

5) Koridor ekosistem burung endemik yang menghubungkan antar ekosistem pesisir.

Kawasam Budidaya

1) Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industry pengolahan dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan.

2) Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawapasang surut dan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahanpertanian pangan berkelanjutan.

(42)

No Kebijakan Arahan fungsi peran Kabupaten/Kota

4) Pengembangan kawasan budi daya perkebunan kelapa sawit. 5) Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet. 6) Kawasan peruntukan pertambangan mineral.

7) Kawasan peruntukan pertambangan batubara.

8) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi. 9) Pengembangan kawasan peruntukan industri pengolahan hasil

pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu.

10) Pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan karet pada kawasan peruntukan industri.

Gambar

Gambar 3.1 Rencana Struktur Ruang Nasional
Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Tabel 3.1
Tabel 3.2Rencana Kawasan Budidaya RTRW Pulau Kalimantan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007

karimah melalui metode service learning. 2) Meningkatkan motivasi belajar anak didik agar lebih percaya diri. 3) Mengenalkan lebih dekat pada anak didik tentang service learning.

mengalir pada konduktor jangkar yang ditempatkan dalam suatu medan adalah :. F

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Brog and Gall yang telah di modifikasi oleh Sugiyono. Ada 7

Jadi dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para manajer untuk mengarahkan anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan

Adapun bentuk dari desain input yang dirancang pada sistem pengolahan data Administrasi keuangan Panti Asuhan „Aisyiyah Pariaman diantaranya adalah Entry data donatur

Bagi penulis dan pengajar Seni Budaya (Seni Rupa) dapat mengetahui gambaran penghayatan dan daya ungkap siswa SMP (remaja) terhadap gagasan kekayaan budaya bangsa

Hasil analisis pada uji homogenitas ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dalam karakteristik responden pada kedua kelompok sehingga membantu