• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN (Studi Penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN (Studi Penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI

PADA ANAK USIA 6 SAMPAI DENGAN 24 BULAN

(Studi di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan

Jombang, Kabupaten Jombang)

DEWI MASRUROH 143210115

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIA

JOMBANG

(2)

ii

(Studi di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,

Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)

SKRIPSI PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Study S1 Ilmu Keperawatan

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Dewi Masruroh

143210115

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIA

JOMBANG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 26 November 1995, penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan BapakSumartodan

IbuYusi Oktavia.

Pada tahun 2008 penulis lulus dari SD Negeri 1 Karanglo, tahun 2011

penulis lulus dari SMPN 1 Kunir, tahun 2014 penulis lulus dari SMK Negeri 1

Lumajang, dan pada tahun 2014 masuk seleksi di STIKES ICME Jombang.

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jombang, 13 September 2018

(8)

viii

Do’a adalah bara api yang memetangkannya.

Kegagalan di setiap langkah adalah pengawetnya. Maka dari itu bersabarlah Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh dengan kesabaran

(9)

ix

Seiring do’a dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :

1. Ayah dan ibuku tersayang yang dengan sabar mengasuh dan mendidikku serta senantiasa memberikan dukungan dan do’a, material dan kasih sayang

selalu mengiringi langkahku dan selalu mendengarkan keluh kesahku, serta

selalu ada di saat aku senang maupun dalam kesulitan, terima kasih sudah

membimbing dan merawatku dengan sabar aku sayang kalian.

2. Adik dan saudara-saudaraku terima kasih sudah menjadi penyemangat dan

memberi dukungan kepadaku setiap aku berkeluh kesah dan memberikan

dukungan kepadaku untuk semangat dalam menyelesaikan skripsiku.

3. Para pembimbing skripsi terima kasih telah memberikan banyak ilmu dan

pengetahuan lebih dalam serta kesabaran dalam membimbingku sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

4. Buat sahabat-sahabatku terima kasih atas do’a dan semangat yang telah diberikan, semoga Allah membalas kebaikan kalian dan kan ku kenang selalu

kebersamaan yang telah kita lalui, keceriaan, kesedihan, dan kepanikan kita

saat menghadapi ujian.

5. Buat semua pihak yang pernah membantuku terima kasih banyak.

Sekian persembahan terimakasih dari saya, mohon maaf mungkin tidak

bisa saya sebutkan semua. Betapapun pahitnya sebuah proses, tapi dengannya

saya belajar dan memahami banyak hal. Dengan segala syukur yang tak terhingga

(10)

x

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN

(Studi Penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)

Oleh :

Dewi Masruroh, Inayatur Rosyidah, Imam Fatoni

Masa penyapihan adalah masa yang sangat kritis karena masa ini terjadi perpindahan dari ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

Desain penelitian ini adalah metode analytic design dengan pendekatan Cross Sectional. Populasinya sebagian Ibu yang mempunyai Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo sebanyak 100 responden. Teknik sampling menggunakan Proportional Random Sampling dengan sampel berjumlah 80 sampel. Variabel Independent Usia Penyapihan dan Variabel Dependent Status Gizi. Instrumen Penelitian menggunakan kuesioner dengan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data menggunakan uji (chi Square) dengan alpha 0,05

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Status Gizi adalah Normal berjumlah 51 Responden (63.8%), Gemuk berjumlah 7 responden (8.8%), Kurus berjumlah 22 responden (27.5%). Dan sebagian besar usia penyapihan pada anak usia 6-24 bulan adalah tidak tepat ≤12 bulan berjumlah 69 responden (86.2%), tepat ≥12 bulan berjumlah 11 responden (13.8%). Hasil uji statistik Uji Chi-Square Test di peroleh angka signifikan atau angka p<0,05 yaitu p=0,027, sehingga H1 diterima.

Kesimpulan penelitian ini ada hubungan usia penyapihan dengan Status gizi pada anak usia 6-24 bulan di Posyandu dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

(11)

xi

RELATIONSHIP BETWEEN AGE OF WEANING AND NUTRITIONAL STATUS IN CHILDREN AGED 6-24 MONTHS

(Research Study at Posyandu, Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency)

By:

Dewi Masruroh, Inayatur Rosyidah,

Imam Fatoni

Weaning period is a very critical period because this time there is a shift from ASI to adult food. In this transition period babies are generally susceptible to nutritional disorders. The purpose of this study was to determine the relationship between weaning age and nutritional status in children aged 6-24 months at the Posyandu in Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency.

The design of this study was an analytic design method with a Cross Sectional approach. Most of the population of mothers who have children aged 6-24 months in Posyandu Dusun Candimulyo are 100 respondents. The sampling technique uses proportional random sampling with a sample of 80 samples. Independent Variable Weaning Age and Dependent Variable Nutritional Status. Research Instruments using questionnaires with data processing editing, coding, scoring, tabulating and analyzing data using the test (chi Square).

The results showed that most of the Nutritional Status was Normal totaling 51 respondents (63.8%), Fat people were 7 respondents (8.8%), Skinny was 22 respondents (27.5%). And most of the weaning age for children aged 6-24 months is not exactly 12 months totaling 69 respondents (86.2%), exactly tepat12 months is 11 respondents (13.8%). The results of the statistical test Chi-Square Test Test obtained a significant number or number p <0.05 which is p = 0.027, so H1 is accepted.

The conclusion of this study is the relationship between age of weaning and nutritional status in children aged 6-24 months at the Posyandu in Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency.

(12)

xii

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas melimpahkan

rahmat dan hidayah-NYA Sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Usia Penyapihan dengan Status Gizi pada Anak usia 6-24 bulan

Di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,

Kabupaten Jombang” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka penyelesaian

kuliah dalam program S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ICME

Jombang. Terselesaikannya laporan penelitian ini tak lepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat, H.Imam Fatoni,SKM,.MM selaku Ketua STIKES ICME Jombang, Inayatur

Rosyidah,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Ketua Program Studi STIKES ICME

Jombang, Endang Yuswatiningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji utama dalam

laporan penelitian ini yang telah banyak memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan penulisan laporan penelitian ini, Inayatur

Rosyidah,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing utama dalam penelitian ini yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingannya hingga laporan penelitian ini selesai, H. Imam Fatoni,SKM,.MM

selaku pembimbing dalam penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingannya, dan tak juga lupa kepada Sufredo Herlan

selaku Kepala Desa Candimulyo Jombang yang telah memberikan izin untu

melaksanakan penelitian sebagai lokasi penelitian, serta tak lupa kepada orang tua

dan keluarga beserta teman – teman yang telah memberikan bimbingan, dukungan

(13)

xiii

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan laporan penelitian ini.

Jombang, 20 September 2018

(14)

xiv

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iii

SURAT BEBAS PLAGIASI ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACK ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN………. . 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... ... 4

(15)

xv

2.1 Konsep Balita... ... 6

2.2 Status Gizi Balita... ... 8

2.3 Konsep Penyapihan... ... 19

2.4 Hubungan Usia Penyapihan dengan status gizi ... 27

BAB 3KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS ... 30

3.1 Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 33

4.1 Desain Penelitian... ... 33

4.2 Lokasi dan waktu penelitian... 33

4.3 Populasi Sampel dan Sampling ... 34

4.4 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja)... 37

4.5 Identifikasi Variabel... ... 38

(16)

xvi

Definisi Operasional ... 39

Distribusi karakteristik berdasarkan usia Ibu ... 48

Distribusi karakteristik berdasarkan pendidikan Ibu ... 48

Distribusi karakteristik berdasarkan pekerjaan Ibu ... 49

Distribusi karakteristik berdasarkan jenis kelamin anak ... 49

Distribusi karakteristik berdasarkan umur anak ... 49

Distribusi frekuensi berdasarkan umur sapihan anak ... 50

Ditribusi frekuensi berdasarkan status gizi anak ... 50

(17)

xvii

Gb. 3.1 Kerangka Konseptual ... 30

(18)

xviii

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Lembar Persetujuan

Lampiran 4 Lembar Kuesioner Data Umum dan Data Khusus

Lampiran 5 Tabel Z-skor

Lampiran 6 Jadwal Kegiatan

Lampiran 7 Tabulasi Data Umum

Lampiran 8 Tabulasi Data Khusus

Lampiran 9 Hasil uji statistik kuesioner

Lampiran 10 Lembar pernyataan dari perpustakaan

Lampiran 11 Lembar surat Pre Survey Data

Lampiran 12 Lembar surat studi pendahuluan dan ijin penelitian

Lampiran 13 Lembar surat telah melakukan penelitian

(19)

xix 1. H1 : Hipotesis Alternatif

2. ≤ : Kurang dari 3. ≥ : Lebih dari 4. N : Jumlah Populasi

5. n : Jumlah Sampel

6. P : Nilai yang di dapat

7. f : Frekuensi Variabel

8. N : Jumlah jawaban yang di butuhkan

9. Sp : Skor yang di dapat

10. Sm : Skor maksimal

2. Daftar Singkatan

1. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

2. ICME : Insan Cendekia Medika

(20)

1

transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh

penyakit infeksi dan kurangnya makanan pendamping ASI menyebabkan

turunnya status kesehatan dan status gizi bayi (Handayani, 2012). Akibat

kekurangan gizi, anak balita tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan

optimal. Pemenuhan masalah gizi juga berkaitan dengan terggangunya

pertumbuhan bayi (Nursalam, 2012).

Status gizi menurut indeks tinggi badan per usia (TB/U)

didapatkan hasil 71% normal, dan 29,9% balita pendek dan sangat pendek.

Status gizi menurut indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB)

didapatkan hasil 82,7% normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk dan 3,7% kurus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastoety (2009), besarnya peluang

usia penyapihan anak bawah dua tahun di Indonesia dari 7929 responden

didapatkan 4579 anak (57,8%) di sapih sebelum usia 24 bulan, dengan

kata lain anak dibawah usia dua tahun yang masih mendapatkan ASI

sesudah usia 24 bulan sebesar 3350 anak (42,2%). Hasil dari Studi

Pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Dusun candimulyo, desa

Candimulyo dengan metode wawancara di dapatkan bahwa dari 30

responden yang memiliki status gizi baik (hijau) sebanyak 16 dan status

(21)

gizi di bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 8 orang, bayi yang memiliki

status gizi yang rendah disebabkan oleh penyapihan yang terlalu dini.

Tidak hanya itu saja kurangnya pengetahuan ibu, wanita karier atau

pekerja belum mengerti tentang manfaat ASI. Berdasarkan uraian di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan usia

penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di posyandu

Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamtan Jombang, Kabupaten

Jombang. Hasil ukur berat badan dan umur bayi akan dimasukan kedalam

rumus Z-skore dan diklafikasikan menjadi 5 yaitu sangat gemuk > (+3SD),

gemuk > (+2SD), normal (+2SD- (-2SD), kurus < (-2 SD), dan sangat

kurus < (-3 SD).

Masalah kurang gizi pada anak balita dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain konsumsi makan yang kurang, penyakit infeksi,

kemiskinan, pola asuh yang salah, dan pelayanan kesehatan yang tidak

terjangkau (Depkes RI, 2007). Salah satu faktor yang dapat mengatasi

masalah kurang gizi pada anak adalah pemberian ASI. Menurut IDAI

(2010), ASI dapat mencegah terjadinya malnutrisi karena mengandung

nutrien yang dibutuhkan bayi dengan jumlah yang tepat, dapat digunakan

dengan efisien oleh tubuh, serta melindungi bayi dari infeksi. Bayi yang

mendapatkan ASI mendapatkan kekebalan dari berbagai penyakit seperti

radang paru-paru, radang telinga, diare, dan mengurangi risiko alergi. .

Kekurangan energi dan protein pada bayi sering disebabkan karena

penyapihan yang terlalu dini (Soetjiningsih, 2012). Masa penyapihan

(22)

ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya

mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya

makanan pendamping ASI menyebabkan turunnya status kesehatan dan

status gizi bayi (Handayani, 2012).

Strategi dalam memutuskan penyapihan diantaranya lakukan

secara berlahan, hindari penyapihan di saat anak menyusu di gantikan ke

benda lain seperti empeng, hindari menyapih secara mendadak, mengenali

tingkat kemampuan anak menghadapi proses penyapihan, pastikan sang

anak mendapat perhatian eksklusif setiap hari serta batasi kegiatan

menyusui dengan penunjuk waktu, maka dapat disimpulkan bahwa jika

proses penyapihan di lakukan dengan baik, maka anak-anak akan tumbuh

menjadi anak yang cerdas, sehat, dan berakhlak baik karena sang ibu

mendidiknya melalui masa menyusu dan masa menyapih dengan penuh

perhatian dari kedua orangtua dan keluarga (Uci, 2013). Maka dari itu

pemenuhan gizi pada bayi merupakan hal yang penting untuk dipenuhi

karena pada masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan. Pada masa

ini, bayi akan mengalami adaptasi pada lingkungan, dampak yang akan

muncul meliputi peningkatan kematia pada bayi. Pada saat ini di dunia

terdapat kematia pada 3,5 juta anak di bawah usia 5 tahun yang di

sebabkan karena masalah gizi. Selain itu, dampak yang akan muncul

adalah terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental dan

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada Hubungan usia penyapihan dengan status

gizi pada Anak usia 6-24 bulan?” 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada

Anak usia 6-24 bulan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi usia penyapihan Anak usia 6-24 bulan di

Posyandu Dusun Candimulyo, desa Candimulyo, Kecamatan

Candimulyo, Kabupaten Jombang.

2. Mengidentifikasi status gizi Anak usia 6-24 bulan yang di

lakukan penyapihan di posyandu Dusun Candimulyo, Desa

Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

3. Menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi

pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo,

(24)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat Keperawatan Anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

(25)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia 6-24 Tahun 2.1.1 Pengertian Anak

Anak merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk

anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Usia

balita, anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua,

misalnya untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan

minum. Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih

belum sempurna (Sutomo, 2010).

Anak adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur

5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan

naik 3 kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4

kali pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra

sekolah kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg per tahun,

kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih,

2014).

Anak merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang

sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya,

pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan

perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

(26)

2.1.2 Karakteristik Anak.

Menurut karakteristik, Anak terbagi dalam dua kategori

yaitu anak usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi,

2014). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya

anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju

pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun

perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang

mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang

usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan

adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia pra-sekolah

anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih

makanan yang disukainya.

Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau

bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa

perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”

terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung

mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan

pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula

bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan

(27)

Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua

yaitu:

1) Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju

pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah,

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut

yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan

dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola

makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi

sering.

2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah

mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat

badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan

karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih

maupun menolak makanan yang disediakan orang tuanya.

2.2 Satus Gizi Anak

Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat

ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam

kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan

(28)

yang diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,

penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan

dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Tahapan pertumbuhan pada

masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa

paska neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa neonatus merupakan

bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi

terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya

organ-organ tubuh, dan pada paska neonatus bayi akan mengalami

pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama

untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi

mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.

Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya

variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses

metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa

disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut

berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya

penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal

(Depkes RI, 2008). Menurut Notoatmodjo (2003), kelompok umur yang

(29)

dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur

status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita.

Menurut Depkes (2010), pemeliharan status gizi anak sebaiknya :

a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik,

diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik

pula.

b. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

c. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food )bergizi,

mulai usia 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima

menu lengkap keluarga.

d. Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan

bayi menghendaki.

Anak memerlukan zat gizi untuk dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. Kebutuhan gizi bayi lebih sedikit dari kebutuhan orang

dewasa, namun jika dibandingkan per unit berat badan maka kebutuhan gizi

bayi jauh lebih besar dari usia perkembangan lain. Makanan bergizi menjadi

kebutuhan utama bayi pada proses tumbuh kembangnya, sehingga

kelengkapan unsur pada gizi hendaknya perlu diperhatikan dalam makanan

sehari – hari yang dikonsumsi bayi (Sulistyoningsih, 2011)

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan pada bayi.Pada masa bayi, berat badan dapat

digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status

gizi.Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan dalam ukuran fisik tubuh

(30)

berkaitan dengan suatu peningkatan dalam jumlah atau ukuran sel

(Supariasa, 2002).

Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, bila anak

mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara :

a. 700 – 1000 gram/ bulan pada triwulan I b. 500 -600 gram/ bulan pada triwulan II

c. 350 – 450 gram/ bulan pada triwulan III d. 250 – 350 gram/ bulan pada triwulan IV

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor

diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada pasca natal tetapi juga

pada saat pra dan perinatal. Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat

badan 2 kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan 3 kali lipat

pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5 % sampai

10 % berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupannya karena

urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui paru – paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat badannya seperti

semula dalam waktu 10 hari (Bobak, 2005).

2.2.1 Penelitian status gizi

Menurut (Supariasa, 2001), pada dasarnya penilaian status gizi

dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

2.2.2 Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

(31)

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).

2.2.3 Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga

yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

a. Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat

gizi yang dikonsumsi.

b. Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data

beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan

umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu.

c. Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa

malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Hidayat,

2008).

2.2.4 Status Gizi Bedasarkan Antropometri

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan

adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi

masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan

metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.

Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

(32)

tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah

didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan

berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya

mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya

(Supariasa, 2001).

2.2.5 Parameter Antropometri

Supariasa (2002) menyatakan bahwa antropometri sebagai

indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia,

antara lain:

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status

gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat

badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat.

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang

terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir

(neonates). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan

untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.Berat

badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling

(33)

status gizi sekarang.Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan

kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam

penimbangan anak balita adalah dacin (Nursalam, 2005).

3. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat.Disamping itu tinggi badan merupakan

ukuran kedua terpenting, karena dengan menghubungkan berat

badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.

Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat

berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa

(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 (Supariasa, 2002).

2.2.6 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status

gizi.Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks

Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan

yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

dalam penelitian ini digunakan (BB/U) (Sudariyati, 2005).

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena

(34)

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan

merupakan parameter antopometri yang sangat labil.(Hidayat,

2008).

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik

dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur.Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat

berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat

badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan

yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini (Supariasa, 2001).

Kelebihan indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih

cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur

status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan

indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi

yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan

data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5

tahun, sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh

pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Hidayat,

(35)

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan

umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan

akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Bedasarkan

karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan

konsumsi protein masa lalu (Supariasa, 2002).

Kelebihan indeks TB/U:

a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah

dibawa.

Status gizi dapat diperoleh dengan pemeriksaan

antopometri. Indikator yang digunakan berdasarkan Depkes

(2010) adalah (BB/U), (TB/U), (BB/TB), (IMT/U) klasifikasi

status gizi berat badan per umur (BB/U) adalah sebagai berikut :

a) sangat gemuk > (+3SD),

b) gemuk> (+2SD),

c) normal (+ 2SD- (-2 SD),

d) kurus< (-2 SD)

(36)

2.2.7 Faktor-faktor yang berhubungan dengan status Gizi

Menurut perry dan potter (2005) factor yang mempegaruhi

status gizi antara lain :

1) Tempat tinggal atau Lingkungan fisik

Balita yang tinggal di tempat yang udaranya segar (cukup

oksigen) dapat melakukan proses pembakaran yang lebih baik di

bandingkan dengan balita yang tinggal ditempat yang udaranya

penuh dengan polusi. Demikian pula apabila, suhu panas /

dingin dan tidak terlalu lembab / kering akan mempengaruhi

proses metabolisme tubuh secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan berat badan pada balita.

2) Faktor genetik

Factor genetic di tentuka oleh pembawa faktor keturunan

(gen) yang terdapat dalam sel tubuh. Gen akan di wariskan

orang tua pada keturunannya. Orang tua yang bertubuh besar

akan akan mempunyai anak yang posturnya menyerupai dirinya

sebaliknya orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak

yag tubuhnya relative kecil. Hal ini di sebabkan oleh gen yang

di turunkan orang tua kepada anaknya.

3) Faktor Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah

(37)

4) Pendidikan Orangtua.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang balita. Karena dengan

pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala

informasi dari luar terutama tentang cara perawatan anak yang

baik.

5) Status Ekonomi Sosial

Tubuh balita atau anak yang di besarkan dalam kondisi

social ekonomi yang kurang cenderung akan lebih kecil di

bandingkan dengan balita-balita yang kondisi social ekoniminya

cukup terjamin.

6) Tingkat Kesehatan Orangtua

Balita yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sehat

dan senantiasa dijaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik atau normal. Namun bagi balita yang

memiliki penyakit bawaan dari orang tua nya atau sedang sakit

maka gizi yang di makannya akan digunakan terlebih dahulu

untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga

balita tertentu terhambat dalam peningkatan berat badannya/

(38)

2.3 Konsep Penyapihan 2.3.1 Definisi Penyapihan

Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyususi

secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat

disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu pada ibunya

atau bisa juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya atau bisa

juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya ( Nugroho, 2011).

Berhenti menyusui berarti mengakhiri sebuah relasi yang sangat

khusus antara seorang ibu dengan bayinya (Jane Moody,2006 : 215).

Anda mungkin mengakhirimya tidak lama sesudah Anda mencoba dan

menemukan banyak kesulitan atau memutuskan bahwa menyusui

bukanlah untuk Anda. Terlepas dari berapa lama Anda telah

menyusui, tidak diragukan bahwa telah tercipta suatu ikatan yang

unik. Pengalaman menyusui juga mendatangkan imbalan lain,

misalnya perasaan puas dan sukses, serta meningkatkan percaya diri.

Jadi , tidak mengherankan jika perasaan Anda campur baur saat

mengakhiri tahapan ini dan masuk ke dalam tahap baru kehidupan

bayi, seperti yang dialami oleh para ibu.

2.3.2 Penyebab Penyapihan

a) Faktor Ibu

1. Pekerjaan

Kegiatan menyusui bagi sebagian anak merupakan

kegiatan sebagai bentuk perhatian eksklusif paling penting

(39)

pekerjaan yang menyita waktu, sehingga hanya punya waktu

berduaan dengan anak saat menyusui. Tetapi bagi seorang ibu

yang sibuk bekerja yang berpengaruh pada kurangnya wkatu

dalam menyusui anak cenderung akan cepat melakukan

penyapihan lebih awal. Kesibukan pada ibu yang sedang

menyusui akan lebih cepat melakukan penyapihan lebih dini

dengan alasan untuk mempermudah sang ibu dalam bekerja

serta tidak adanya waktu menyusui.

2. Pengetahuan ibu

Penegtahuan seorang ibu tentang ASI dan waktu yang

tepat untuk menyapih anaknya akan berpengaruh pada

perilaku dalam penyapihan nantinya. Peningkatan jumlah

wanita menyusui biasanya berpengaruh oleh gencarnya para

tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan secara terus

menerus di setiap kegiatan ibu-ibu misalnya di acara

Posyandu, kegiatan PKK. Pada ibu yang mempunyai

pengetahuan baik tentang manfaat ASI selama 2 tahun bagi

anak, dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan

pada anaknya.

3. Status kesehatan ibu

Status kesehatan ibu berpengaruh pada penyapihan

seorang anak, dimana seorang ibu yang sakit cencerung

(40)

berkurang, terpaksa sang ibu akan memberikan makanan

selain ASI, atau jika perlu dilakukan penyapihan secepatanya.

b) Faktor Anak

1. Status gizi anak

Penilaian status gizi antropometri yaitu pengukuran

keadaan fisik dan komposisi tubuh pada umur dan tingkat

gizi yang baik. Baku antropometri yang digunakan NCHS

atau National Center of Health Statistic USA adalah grafik

perbandingan yang merupakan data baru yang dikatakan

sesuai dengan perkembangan zaman (Depkes, 2011). Hasil

pengukuran berat badan berdasarkan hasil dari NCHS (1)

diatas normal: (>120 %), (2) normal (80%-120%), (3) kurang

normal (70%-79,9%).

2. Anak dalam keadaan sakit

Keadaan kesehatan anak yang mengalami sakit

cenderung akan mempengaruhi keadaan fisik sang anak,

dimana sang anak yang menderita sakit terkadang

mempunyai nafsu makan yang kurang serta membutuhkan

nutrisi lebih, maka jalan satu-satunya dengan pemberian

makanan selain ASI. Keadan kesehatan anak yang sedang

sakit terkadang menjadi alasan ibu untuk melakukan

penyapihan dini, hal ini dimungkinkan karena keadaan anak

(41)

3. Sedang tumbuh gigi

Sebagian besar seorang anak telah tumbuh gigi pada

usia 6 bulan, biasanya anak mengalami panas karena gigi

yang tumbuh. Disisi lain dengan tumbuhnya gigi akan

mempengaruhi putting susu ibu akan menjadi sasaran untuk

digigit oleh anak. Dengan tumbuhnya gigi pada anak dapat

menjadi alasan ibu melakukan penyapihan, Karena pada saat

menyusu terkadang menggigit dan mebuat ibu menjadi tidak

sabar untuk secepatnya melakukan penyapihan.

c) Faktor Sikap

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan

pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi,

pengalaman yang sesuai dengan umur yang semakin

bertambah. Perlu diperhatuikan bahwa tidak semua

pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik

kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis

(Notoatmodjo,2013). Begitu pula dengan penyapihan maka

perlu pemikiran yang kritis dan logis.

2. Orang lain

Faktor orang lain menentukan waktu penyapihan ,

dimana seseorang yang memberikan informasi dengan benar

(42)

menentukan waktu penyapihan pada anaknya karena

pengalaman.

3. Kebudayaan

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan

disaring kira-kira sesuai atau tidak dengan budaya yang ada,

dan agama yang dianut di daerah tersebut. Begitu pula dengan

penyapihan di dalam suatu daerah juga berdasarkan

kebudayaan yang berkembang. Biasanya masyarakat luas

terutama di daerah pedesaan yang sanagt mempeercayai

kebudayaan akan mematuhinya

4. Media massa

Banyaknya fasilitas media massa berupa majalah, radio

maupun televise dapat memberikan informasi yang akurat dan

bermutu bagi ibu dan anak yang dapat dimanfaatkannya untuk

menentukan waktu penyapihan

2.3.3 Waktu Penyapihan

Tidak perlu menghentikan menyusui bila bayi masih ingin

menyusu, bahkan setelah anak berumur 3 tahun. Pada umunya bayi

akan berhenti dengan sendirinya pada suatu saat antara umur 1-3

tahun. Bila seorang ibu memutuskan untuk menhentikan menyususi

harus perlahan-lahan. Bila ibu menyapih bayinya terlalu mendadak,

(43)

makanan-makanan lain dan bisa mengakibatkan ia kekurangan makanan-makanan dan

menyebabkan menjadi sakit (Roesli, 2012).

Saat terbaik untuk mulai menyapih bayi dari payudara

tergantung pada perasaan ibu dan situasi menyusui. Kadang-kadang

bayilah yang memulai untuk ingin disapih dengan secara bertahap

kehilangan minat untuk menyusu ketika ia sudah besar dan

perhatiannya teralihkan oleh minat-minat baru lainnya. Ibu juga

dapat memutuskan kapan waktu menyapih bayi, baik karena ibu

telah menyusui selama yang ibu rencanakan, atau karena alasan lain,

misalnya kembali bekerja atau ingin hamil kembali ( Jane

Moody,2016)

Tidak ada waktu yang pasti kapan sebaiknya akan disapih dari

ibunya. Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara

ekslusif 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan

setelah 6 bulan berdampingan dengan makanan tambahan hingga

umur 2 tahun atau lebih. Ada juga yang menyapih anaknya ketika

usia 1-2 tahun, bahkan ada yang usia 4 tahun. Tidak benar jika anak

terlalu lama disusui, karena akan membuatnya manja dan tidak

mandiri. ASI akan membuat anak dekat dengan orang tuanya dan hal

itu memang sangat dibutuhkan sang anak dan membuatnya merasa

penuh dengan kasih sayang ( Nugroho, 2011).

Untuk mengukur lama usia penyapihan dilakukan

pengkelompokan usia penyapihan fatimah(2009) dengan cara

(44)

1. Usia penyapihan 0-6 bulan

2. Usia penyapihan 7-12 bulan

3. Usia penyapihan 13-18 bulan

4. Usia penyapihan 19-24 bulan

2.3.4 Reaksi Penyapihan Pada Anak

Proses menyapih anak umumnya merupakan salah satu fase

yang harus dilalui oleh seorang ibu dengan sangat berat hati, dimana

umumnya para ibu tidak tega ketika melihat anaknya harus menangis

sambil merengek-rengek meminta menyusu kepadanya.Umumnya,

pada awal proses penyapihan, reaksi anak yang disapih biasanya

rewel dan gelisah. Semua itu bisa dihindari mengingat saat

memasuki usia balita sebetulnya ketergantungan anak pada ASI

sudah semakin berkurang.

Bila sudah mantap untuk menyapih, lakukanlah penyapihan

dengan sabar dan tidak terburu-buru karena sikap ibu dalam

menyapih berpengaruh pada kesiapan si balita. Sebaiknya menyapih

anak seharusnya dalam keadaan sehat karena apabila anak sedang

sakit akan menimbulkan reaksi marah atau sedih. Sehingga hal

tersebut membuat anak tertekan dan menimbulkan kecemasan

tersendiri.

Hindari secara tiba-tiba menitipkan anak di rumah neneknya

selama berminggu-minggu, atau ke tampat pengasuhan anak setiap

hari, karena proses adaptasi anak tidak cepat. Ia butuh waktu untuk

(45)

penyapihan dengan cara menitipkan ke tempat lain membuat anak

merasa tertekan. Ia harus beradaptasi dengan 2 hal sekaligus yaitu

kehilangan ASI dan berada pada tempat baru. Jadi pada saat

penyapihan ibu harus tetap berada di samping anak.

Terkadang kita sebagai orang tua lepas kesabaran, mau

semuanya serba cepat apalagi hidup di jaman modern seperti ini.

Tapi anak bukanlah benda elektronik yang sudah dicipta sedemikian

rupa agar bisa mengikuti pola hidup kita. Dalam menjalani proses

penyapihan ini, ada rasa sedih yang mendalam. Tidak ada yang

memalukan, tidak ada yang menakutkan karena kesedihan tersebut

merupakan bentuk konkrit cinta kasih sebagai seorang ibu. Bagian

dari proses membiarkan anak untuk bisa lebih mandiri mengingat

usianya sudah mencapai 2 tahun. Jadi bagi para ibu yang berniat

menyapih anaknya sebelum mempraktekkan sebuah anjuran atau

saran, maka ingatlah kata proses ini yang memerlukan kesabaran dan

(46)

2.4 Hubungan usia penyapihan dengan status gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2016) yang berjudul

tentang hubungan umur penyapihan dan pola asuh makan terhadap status

gizi anak balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri.

Dengan menggunakan Metode Penelitian observasional menggunakan

pendekatan crosssectional dengan jumlah sampel 40 orang yang diperoleh

dengan teknik multistage random sampling. Data umur penyapihan dan pola

asuh makan diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Data status

gizi anak balita diperoleh dengan pengukuran antropometri. Analisis

menggunakan uji statistik korelasi rank spearman. Hasil : Sebagian besar

anak balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri ( 85 %) sudah disapih pada umur penyapihan yang tepat yaitu ≥ 24 bulan.

Sebagian besar anak balita memiliki pola asuh makan baik (92,5 %). Anak

balita yang memiliki pola asuh makan cukup baik jumlahnya 7,5 % dan

yang memiliki pola asuh makan kurang baik 0 %. Sebagian besar anak

balita (90%) memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/TB. Anak

balita yang status gizinya sangat kurus jumlahnya 0%, status gizi kurus 5 %,

dan status gizi gemuk 5 %. Kesimpulan : Ada hubungan antara umur

penyapihan terhadap status gizi anak balita usia 25-36 bulan di Desa

Purwosari Kabupaten Wonogiri (p=0,003). Ada Hubungan antara pola asuh

makan terhadap status gizi anak balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari

Kabupaten Wonogiri (p= 0,000).

Penelitian yang dilakukan oleh Amalina (2013) yang berjudul

(47)

pertumbuhandi Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten

Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan

desain penelitian deskriptif komparatif. Dengan Teknik pengambilan data

penelitian yang digunakan adalah cross sectional . Sampel anak yang tidak

dilakukan penyapihan usia (1-6 bulan)adalah:30 anak. Sampel anak yang

dilakukan penyapihan usia (1-6 bulan) berjumlah 32. Pengambilan sampel

pada anak yang tidak dilakukan penyapihan menggunakan metode simple

random sampling. Anak yang dilakukan penyapihan menggunakan total

sampling.Instrument penelitian menggunakan alat meteran dan timbangan

untuk mengetahui pertumbuhan anak.Analisis data menggunakan uji Fisher

exact. Hasil penelitian diketahui Tidak terdapat dampak buruk pada anak

usia(1-6 bulan) yang disapih. 84,4%anak yang disapihmempunyai

pertumbuhan yang normal dan 86,7%.anak yang tidak disapih juga

mempunyai pertumbuhan normal. Tidak ada pengaruh penyapihan anak

usia(1-6 bulan) terhadap pertumbuhan di Kelurahan Sragen Kulon

Kecamatan Sragen kabupaten Sragen.dengan p-value = 0,798.

Penelitian yang dilakukan oleh farida (2015) yang berjudul tentang

hubungan penyapihan dengan berat badan di wilayah Kedurus RW 03

kecamatan Karangpilang Surabaya. Dengan Desain penelitian analitik

observasional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “cross sectional”. Populasi penelitian seluruh ibu yang melakukan

penyapihan selama ± 1 bulan, sebesar 15 orang dengan tehnik Simple

Random Sampling. Variabel independen penyapihan dan variabel dependen

(48)

Chi Square dengan tingkat signifikan α = 0,05. Hasil penelitian sebagian

besar (66,6%) usia penyapihan<2 tahun dan hampir setengahnya (46,6%)

turun. Hasil analisis teknik Chi – Square menunjukan p = 0.42 < α = 0.05 atau p<α maka dapat disimpilkan bahwa H0 ditolak yang artinya ada

hubungan antara penyapihan dengan berat badan di Wilayah Kedurus RW

03 Kecamatan Karangpilang – Surabaya. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyapihan dengan berat badan.

Diharapkan para ibu tidak hanya memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan

(49)

30 BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

(Notoatmodjo, 2012). Kerangka Konseptual dalam Penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Keterangan

= di teliti =diteliti =tidak diteliti

Gambar 3.1 : kerangka konseptual hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan di posyandu dusun candimulyo, desa candimulyo, kecamatan jombang, kabupaten jombang

(50)

Penjelasan kerangka Konsep

Dari kerangka konsep di atas dapat di jelaskan bahwa :

Penyapihan ini di lakukan pada Anak usia 0-24 bulan, penyapihan

ini di kategorikan menjadi 2 macam yaitu tepat usia penyapihan dimana

anak berumur ≥ 24 bulan, sedangkan tidak tepat usia penyapihan Anak berumur ≤ 24 bulan. Penyapihan juga di pengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu : Faktor Ibu (pekerjaan, pengetahuan, ststus kesehatan Ibu), Faktor

Anak (status gizi, Anak sakit, sedang tumbuh gigi), Faktor sikap

(pengalaman pribadi, orang lain, budaya dan media masa).

Pada status gizi Anak dapat di peroleh dengan pemeriksaan

Antopometri yaitu berdasarkan BB/U. Klasifikasi status gizi berat badan

per umur (BB/U) adalah sangat gemuk, gemuk, normal, kurus, sangat

kurus. Status gizi balita juga di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

faktor genetik, lingkungan fisik, faktor budaya, pendidikan orangtua,

keadaan ekonomi, pekerjaan, tingkat kesehatan orangtua.

Hubungan kekuatan antara kedua variabel independent dan

variabel dependent akan di buktikan pada penelitian ini. Dalam hal ini

peneliti ingin menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi

pada Anak usia 6-24 bulan di posyandu dusun candimulyo, Desa

(51)

3.2 Hipotesis

Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara

penelitian, patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil

penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau di

tolak (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis adalah dugaan sementara sebuah penelitian. Nursalam

(2011) mengatakan, bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan

masalah atau suatu asumsi tentang hubungan dua atau leih variabel yang

diharapkan bisamenjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Hipotesis dalam

penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

H1: Ada Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak

usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,

(52)

33 BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang di gunakan pada penelitian

ini adalah Cross Sectional yang bersifat analitik yang artinya penelitian

dengan melihat variable atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada

obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara stimultan (dalam waktu

yang bersamaan). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui Hubungan

usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu

Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten

Jombang.

4.2 Lokasi dan waktu Penelitian 4.2.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun Candimulyo, Desa

Candimuliyo, Kecamatan Jombang, Pemerintahan Kabupaten

Jombang.

4.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan

(53)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian

(Arikunto, 2010). Desinisi lain menurut Sugiyono (2013) populasi

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai

subjek kasus sebagian ibu dan Anak yang memiliki usia 6-24 bulan

di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan

Jombang, Kabupaten Jombang sebanyak 100 orang. Berdasarkan

jumlah populasi tersebut itu terbagi atas 3 Posyandu yaitu :

Posyandu Mawar, Posyandu Melati, Posyandu Anggrek.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang di anggap

mewakili populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Soekidjo, 2012). Yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang

memiliki Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo,

(54)

Besar sampel di tentukan dengan menggunakan rumus

Slovin (Notoatmodjo, 2010:115), sebagai berikut :

n = N

n = Besar sampel yang di butuhkan

N = Jumlah Populasi

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing 3 posyandu

tersebut yaitu :

Setelah di lakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan

(55)

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan

cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam, 2008).

Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2007:

62). Teknik Sampling yang di gunakan dalam penelitian ini

Proportional Random Sampling. Pengambilan Sampel secara

proporsi di lakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata

atau wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek

(56)

4.4 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja)

Gambar 4.4 Kerangka operasional Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang

Sampel

Sebagian ibu yang memiliki Anak usia 6-24 bulan sebanyak 80 sampel

Variabel Penulisan (Independent dan Dependen)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan kuisioner + KMS

Pengelompokan Data (editing, coding, entry,tabulating)

Analisa Data (chi Square) Teknik Sampling

Menggunakan Proportional Random Sampling

Penarikan Kesimpulan Populasi

(57)

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel menurut Notoatmodjo (2012) adalah konsep yang

mempunyai bermacam- macam nilai. Sedangkan lain lagi dengan yang

disampaikan (Nursalam, 2013) Variabel adalah perilaku atau

karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,

manusia, dan lain–lain). Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai

derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari

berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk

pengukuran suatu penelitian.

4.5.1 Variabel Independent

Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi

atau nilainya mempengaruhi variabel lain. Suatu kegiatan stimulus

yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak

pada variabel dependent (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini

variabel independent yaitu usia penyapihan.

4.5.2 Variable Dependen

Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul

sebagai akibat dari manipulasi variabel–variabel lain (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini variabel dependent yaitu

(58)

4.6 Bahan dan Instrumen/Alat Penelitian

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam,2013).

Instrument penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner yang terdiri,pemberian ASI eksklusif usia 6 – 24 bulan dan non

eksklusif dan observasi KMS/mengukur Umur dan Berat Badan Anak.

4.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat,2011). Adapun definisi operasional

penelitian ini adalah sebagai berikut

No Variabel Definisi parameter Alat ukur Skala Skor / kategori

(59)

4.7.1 Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data pengumpulan data

dengan beberapa tahapan. Berikut ini merupakan tahapan–tahapan

yang dilalui oleh peneliti, diantaranya sebagai berikut:

Langkah-langkah yang ditempuh dan tekhnik yang

digunakan untuk mengumpulkan data (prosedur penelitian).

1) Perizinan

Tahap awal prosedur pengambilan data dilakukan dengan

meminta surat pengantar izin pengambilan data awaldaripihak

STIKes Insan Cendekia Medika dan ditujukan kepada Kepala

BAKESBANGPOL (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik)

Kabupaten Jombang, Kemudian setelah itu mendapat Surat

Rekomendasi ke kepala desa Candimulyo, kemudian dari pihak

desa mendapat surat balasan.

2) Skrinning sampel

a) Skrinning sampel dilakukan peneliti dengan upaya

menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria balita

sesuai dengan kriteria inklusi

b) Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan dan

manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada balita usia 6-24 bulan di

Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,

(60)

c) Informed Consent

Peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden

kepada responden.

d) Responden menandatangani surat persetujuan menjadi

responden.

e) Mengobservasi lama penyapihan balita dan observas

KMS/mengukur Umur dan Berat Badan balita pada

kejadian balita gizi lebih.

f) Peneliti melakukan observasi dan mencatat di lembar

observasi.

4.7.2 Pengolahan dan Analisa Data

Pada persiapan analisa data, dilakukan pengolahan data

melalui tahap checking, editing, coding dan tabulating.

1. Checking Data yaitu peneliti mengecek kelengkapan data-data

responden seperti : Perolehan data yang telah terkumpul dari

keseluruhan responden pada penelitian ini sudah terisi lengkap.

2. Editing Data yaitu peneliti melihat apa tulisan jelas dan bisa

dipahami.

3. Coding Data yaitu Memberikan identitas pada masing-masing

(61)

4. Tabulating yaitu peneliti menyajikan data dalam bentuk

tabel-tabel antara lain data dari karakteristik umum responden. Data

tentang karakteristik umum responden dirubah dalam bentuk

prosentase, dengan rumus:

P = x 100%

Keterangan:

P = Persentase

f = Frekuensi variabel

N = Jumlah jawaban yang dikumpulkan

4.7.3 Cara Analisa Data

Pada analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada

Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa

Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Dilakukan

analisis univariad dan bivariad.

1. Univariat

Analisis univariad adalah analisa yang digunakan untuk

mengetahui jumlah frekuensi setiap variable yang diteliti

(Nursalam, 2010).

Analisa univariad penelitian ini adalah:

1) Analisa lama penyapihan anak oleh ibu disebabkan karena

berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi. Selanjutnya ∑ f

(62)

analisis setiap variable di tampakkan dengan menandai

dengan data khusus.

a) Tepat Usia Penyapihan ≥ 1 tahun / lebih

b) Tidak Tepat Usia Penyapihan ≤ 1 tahun

2) Analisa perubahan perubahan berat badan setelah

penyapihan bulan pada responden di Posyandu Dusun

Candimulyo, desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,

Kabupaten jombang. Selanjutnya analisis setiap variable

di tampakkan dengan menandai dengan data khusus.

a) sangat gemuk > (+3SD),

jumlah skor yang didapatkan dengan skor yang diharapkan

(63)

2. Bivariat

Menganalisis “Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun

Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,

Kabupaten Jombang”

Tujuan analisa uji di atas untuk mengetahui signifikansi

ada atau tidaknya Hubungan usia penyapihan dengan status

gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun

Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan jombang,

Kabupaten Jombang. Teknik pengolahan data statistik

dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.5 menggunakan uji

(chi Square).

4.8 Etika Penelitian

4.8.1 Informed Consent (Persetujuan)

Peneliti memberikan surat ijin yang telah disetujui dari

STIKES tanggal 27 Februari 2018 kepada responden sebagai bukti

persetujuan untuk penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa

Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

4.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan identitas subyek, peneliti

tidak akan mencantumkan nama subyek dalam lembar

pengumpulan data yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya

(64)

4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh subyek dijamin

oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan disajikan atau

(65)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan diuraikan mengenai hasil pengambilan sampel mulai

bulan Mei - Juni 2018 tentang penelitian Hubungan usia penyapihan dengan

status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo,

Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

Hasil penelitian didapatkan data tentang karakteristik dari

responden. Data umum yang ditampilkan terdiri dari: table karakteristik usia

ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin anak, umur anak.

Sedangkan Data khusus pada penelitian ini adalah umur sapihan, status gizi

anak, tabel silang antara umur sapihan dengan status gizi anak, dan analisis

Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di

Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,

Kabupaten Jombang.

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi dari Posyandu Melati terletak di RT 004 Dusun

Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten

Jombang dan bertempat di salah satu rumah warga. Posyandu Melati

di bentuk pada tahun 2006 dan sampai sekarang masih aktif

melakukan kegiatannya. Dilihat dari struktur organisasinya,

posyandu Melati berada di bawah bimbimbingan Puskesmas

Jombang. Penduduk yang bearada di lingkup kerja Posyandu Melati

merupakan perpaduan antara penduduk asli dan penduduk

(66)

pendatang. Mayoritas penduduk beragama Islam, sedangkan agama

lain yaitu katolik dan protestan. Mata pencaharian sebagian

penduduk adalah sebagai pegawai, sedangkan sisanya bervariasi

meliputi wiraswasta, buruh dan pemberi layanan jasa. Jumlah balita

yang berada di sekitar ruang lingkup kerja posyandu Melati sekitar

255 Balita. Kegiatan yang di lakukan Posyandu Melati antara lain

melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada balita,

pemantauan status gizi melalui KMS, pemberian konsultasi

mengenai status gizi pada balita dan pemberian penyuluhan oleh

Gambar

Gambar 3.1 : kerangka konseptual hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan di posyandu dusun candimulyo, desa candimulyo, kecamatan jombang, kabupaten jombang
Gambar 4.4  Kerangka operasional Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang
TABEL Z-SKOR

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Kristiani dkk (2012) membuktikan adanya hubungan antara waktu penyapihan, pola pemberian makanan, dan frekuensi kunjungan Posyandu dengan status gizi

HUBUNGAN UMUR PENYAPIHAN DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA USIA 25-36 BULAN DI DESA PURWOSARI KABUPATEN WONOGIRI.. Pendahuluan : Indonesia masih

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Usia Penyapihan, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Susia Batu, Bantar

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat dan penelitian yang berjudul Hubungan Hubungan Sikap Mahasiswa dengan Tingkat Stress dalam Penyusunan Skripsi pada

Menurut peneliti dimana demensia akan terjadi seiring bertambahnya usia seseorang dan seluruh organ akan mengalami penurunan salah satunya lansia akan susah untuk

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat dan penelitian yang berjudul Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Lansia di Dusun Pajaran,

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan tugas perkembangan lanjut usia dengan tingkat stres berbasis teori adaptasi Calista Roy di Posyandu Lansia

Penelitian Kristiani dkk (2012) membuktikan adanya hubungan antara waktu penyapihan, pola pemberian makanan, dan frekuensi kunjungan Posyandu dengan status gizi