HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI
PADA ANAK USIA 6 SAMPAI DENGAN 24 BULAN
(Studi di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan
Jombang, Kabupaten Jombang)DEWI MASRUROH 143210115
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIA
JOMBANG
ii
(Studi di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,
Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)
SKRIPSI PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Study S1 Ilmu Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
Dewi Masruroh
143210115PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIA
JOMBANG
vii
Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 26 November 1995, penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan BapakSumartodan
IbuYusi Oktavia.
Pada tahun 2008 penulis lulus dari SD Negeri 1 Karanglo, tahun 2011
penulis lulus dari SMPN 1 Kunir, tahun 2014 penulis lulus dari SMK Negeri 1
Lumajang, dan pada tahun 2014 masuk seleksi di STIKES ICME Jombang.
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, 13 September 2018
viii
Do’a adalah bara api yang memetangkannya.
Kegagalan di setiap langkah adalah pengawetnya. Maka dari itu bersabarlah Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh dengan kesabaran
ix
Seiring do’a dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :
1. Ayah dan ibuku tersayang yang dengan sabar mengasuh dan mendidikku serta senantiasa memberikan dukungan dan do’a, material dan kasih sayang
selalu mengiringi langkahku dan selalu mendengarkan keluh kesahku, serta
selalu ada di saat aku senang maupun dalam kesulitan, terima kasih sudah
membimbing dan merawatku dengan sabar aku sayang kalian.
2. Adik dan saudara-saudaraku terima kasih sudah menjadi penyemangat dan
memberi dukungan kepadaku setiap aku berkeluh kesah dan memberikan
dukungan kepadaku untuk semangat dalam menyelesaikan skripsiku.
3. Para pembimbing skripsi terima kasih telah memberikan banyak ilmu dan
pengetahuan lebih dalam serta kesabaran dalam membimbingku sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
4. Buat sahabat-sahabatku terima kasih atas do’a dan semangat yang telah diberikan, semoga Allah membalas kebaikan kalian dan kan ku kenang selalu
kebersamaan yang telah kita lalui, keceriaan, kesedihan, dan kepanikan kita
saat menghadapi ujian.
5. Buat semua pihak yang pernah membantuku terima kasih banyak.
Sekian persembahan terimakasih dari saya, mohon maaf mungkin tidak
bisa saya sebutkan semua. Betapapun pahitnya sebuah proses, tapi dengannya
saya belajar dan memahami banyak hal. Dengan segala syukur yang tak terhingga
x
HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
(Studi Penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)
Oleh :
Dewi Masruroh, Inayatur Rosyidah, Imam Fatoni
Masa penyapihan adalah masa yang sangat kritis karena masa ini terjadi perpindahan dari ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini adalah metode analytic design dengan pendekatan Cross Sectional. Populasinya sebagian Ibu yang mempunyai Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo sebanyak 100 responden. Teknik sampling menggunakan Proportional Random Sampling dengan sampel berjumlah 80 sampel. Variabel Independent Usia Penyapihan dan Variabel Dependent Status Gizi. Instrumen Penelitian menggunakan kuesioner dengan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data menggunakan uji (chi Square) dengan alpha 0,05
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Status Gizi adalah Normal berjumlah 51 Responden (63.8%), Gemuk berjumlah 7 responden (8.8%), Kurus berjumlah 22 responden (27.5%). Dan sebagian besar usia penyapihan pada anak usia 6-24 bulan adalah tidak tepat ≤12 bulan berjumlah 69 responden (86.2%), tepat ≥12 bulan berjumlah 11 responden (13.8%). Hasil uji statistik Uji Chi-Square Test di peroleh angka signifikan atau angka p<0,05 yaitu p=0,027, sehingga H1 diterima.
Kesimpulan penelitian ini ada hubungan usia penyapihan dengan Status gizi pada anak usia 6-24 bulan di Posyandu dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
xi
RELATIONSHIP BETWEEN AGE OF WEANING AND NUTRITIONAL STATUS IN CHILDREN AGED 6-24 MONTHS
(Research Study at Posyandu, Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency)
By:
Dewi Masruroh, Inayatur Rosyidah,
Imam Fatoni
Weaning period is a very critical period because this time there is a shift from ASI to adult food. In this transition period babies are generally susceptible to nutritional disorders. The purpose of this study was to determine the relationship between weaning age and nutritional status in children aged 6-24 months at the Posyandu in Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency.
The design of this study was an analytic design method with a Cross Sectional approach. Most of the population of mothers who have children aged 6-24 months in Posyandu Dusun Candimulyo are 100 respondents. The sampling technique uses proportional random sampling with a sample of 80 samples. Independent Variable Weaning Age and Dependent Variable Nutritional Status. Research Instruments using questionnaires with data processing editing, coding, scoring, tabulating and analyzing data using the test (chi Square).
The results showed that most of the Nutritional Status was Normal totaling 51 respondents (63.8%), Fat people were 7 respondents (8.8%), Skinny was 22 respondents (27.5%). And most of the weaning age for children aged 6-24 months is not exactly 12 months totaling 69 respondents (86.2%), exactly tepat12 months is 11 respondents (13.8%). The results of the statistical test Chi-Square Test Test obtained a significant number or number p <0.05 which is p = 0.027, so H1 is accepted.
The conclusion of this study is the relationship between age of weaning and nutritional status in children aged 6-24 months at the Posyandu in Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency.
xii
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA Sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Usia Penyapihan dengan Status Gizi pada Anak usia 6-24 bulan
Di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka penyelesaian
kuliah dalam program S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ICME
Jombang. Terselesaikannya laporan penelitian ini tak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat, H.Imam Fatoni,SKM,.MM selaku Ketua STIKES ICME Jombang, Inayatur
Rosyidah,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Ketua Program Studi STIKES ICME
Jombang, Endang Yuswatiningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji utama dalam
laporan penelitian ini yang telah banyak memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan penulisan laporan penelitian ini, Inayatur
Rosyidah,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing utama dalam penelitian ini yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingannya hingga laporan penelitian ini selesai, H. Imam Fatoni,SKM,.MM
selaku pembimbing dalam penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingannya, dan tak juga lupa kepada Sufredo Herlan
selaku Kepala Desa Candimulyo Jombang yang telah memberikan izin untu
melaksanakan penelitian sebagai lokasi penelitian, serta tak lupa kepada orang tua
dan keluarga beserta teman – teman yang telah memberikan bimbingan, dukungan
xiii
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Jombang, 20 September 2018
xiv
SAMPUL LUAR ... i
SAMPUL DALAM ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iii
SURAT BEBAS PLAGIASI ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACK ... xi
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xix
BAB 1 PENDAHULUAN………. . 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah... ... 4
1.3 Tujuan Penelitian... ... 4
xv
2.1 Konsep Balita... ... 6
2.2 Status Gizi Balita... ... 8
2.3 Konsep Penyapihan... ... 19
2.4 Hubungan Usia Penyapihan dengan status gizi ... 27
BAB 3KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS ... 30
3.1 Kerangka Konseptual ... 30
3.2 Hipotesis Penelitian ... 32
BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 33
4.1 Desain Penelitian... ... 33
4.2 Lokasi dan waktu penelitian... 33
4.3 Populasi Sampel dan Sampling ... 34
4.4 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja)... 37
4.5 Identifikasi Variabel... ... 38
xvi
Definisi Operasional ... 39
Distribusi karakteristik berdasarkan usia Ibu ... 48
Distribusi karakteristik berdasarkan pendidikan Ibu ... 48
Distribusi karakteristik berdasarkan pekerjaan Ibu ... 49
Distribusi karakteristik berdasarkan jenis kelamin anak ... 49
Distribusi karakteristik berdasarkan umur anak ... 49
Distribusi frekuensi berdasarkan umur sapihan anak ... 50
Ditribusi frekuensi berdasarkan status gizi anak ... 50
xvii
Gb. 3.1 Kerangka Konseptual ... 30
xviii
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Lembar Persetujuan
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Data Umum dan Data Khusus
Lampiran 5 Tabel Z-skor
Lampiran 6 Jadwal Kegiatan
Lampiran 7 Tabulasi Data Umum
Lampiran 8 Tabulasi Data Khusus
Lampiran 9 Hasil uji statistik kuesioner
Lampiran 10 Lembar pernyataan dari perpustakaan
Lampiran 11 Lembar surat Pre Survey Data
Lampiran 12 Lembar surat studi pendahuluan dan ijin penelitian
Lampiran 13 Lembar surat telah melakukan penelitian
xix 1. H1 : Hipotesis Alternatif
2. ≤ : Kurang dari 3. ≥ : Lebih dari 4. N : Jumlah Populasi
5. n : Jumlah Sampel
6. P : Nilai yang di dapat
7. f : Frekuensi Variabel
8. N : Jumlah jawaban yang di butuhkan
9. Sp : Skor yang di dapat
10. Sm : Skor maksimal
2. Daftar Singkatan
1. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. ICME : Insan Cendekia Medika
1
transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh
penyakit infeksi dan kurangnya makanan pendamping ASI menyebabkan
turunnya status kesehatan dan status gizi bayi (Handayani, 2012). Akibat
kekurangan gizi, anak balita tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Pemenuhan masalah gizi juga berkaitan dengan terggangunya
pertumbuhan bayi (Nursalam, 2012).
Status gizi menurut indeks tinggi badan per usia (TB/U)
didapatkan hasil 71% normal, dan 29,9% balita pendek dan sangat pendek.
Status gizi menurut indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB)
didapatkan hasil 82,7% normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk dan 3,7% kurus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastoety (2009), besarnya peluang
usia penyapihan anak bawah dua tahun di Indonesia dari 7929 responden
didapatkan 4579 anak (57,8%) di sapih sebelum usia 24 bulan, dengan
kata lain anak dibawah usia dua tahun yang masih mendapatkan ASI
sesudah usia 24 bulan sebesar 3350 anak (42,2%). Hasil dari Studi
Pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Dusun candimulyo, desa
Candimulyo dengan metode wawancara di dapatkan bahwa dari 30
responden yang memiliki status gizi baik (hijau) sebanyak 16 dan status
gizi di bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 8 orang, bayi yang memiliki
status gizi yang rendah disebabkan oleh penyapihan yang terlalu dini.
Tidak hanya itu saja kurangnya pengetahuan ibu, wanita karier atau
pekerja belum mengerti tentang manfaat ASI. Berdasarkan uraian di atas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan usia
penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di posyandu
Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamtan Jombang, Kabupaten
Jombang. Hasil ukur berat badan dan umur bayi akan dimasukan kedalam
rumus Z-skore dan diklafikasikan menjadi 5 yaitu sangat gemuk > (+3SD),
gemuk > (+2SD), normal (+2SD- (-2SD), kurus < (-2 SD), dan sangat
kurus < (-3 SD).
Masalah kurang gizi pada anak balita dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain konsumsi makan yang kurang, penyakit infeksi,
kemiskinan, pola asuh yang salah, dan pelayanan kesehatan yang tidak
terjangkau (Depkes RI, 2007). Salah satu faktor yang dapat mengatasi
masalah kurang gizi pada anak adalah pemberian ASI. Menurut IDAI
(2010), ASI dapat mencegah terjadinya malnutrisi karena mengandung
nutrien yang dibutuhkan bayi dengan jumlah yang tepat, dapat digunakan
dengan efisien oleh tubuh, serta melindungi bayi dari infeksi. Bayi yang
mendapatkan ASI mendapatkan kekebalan dari berbagai penyakit seperti
radang paru-paru, radang telinga, diare, dan mengurangi risiko alergi. .
Kekurangan energi dan protein pada bayi sering disebabkan karena
penyapihan yang terlalu dini (Soetjiningsih, 2012). Masa penyapihan
ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya
mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya
makanan pendamping ASI menyebabkan turunnya status kesehatan dan
status gizi bayi (Handayani, 2012).
Strategi dalam memutuskan penyapihan diantaranya lakukan
secara berlahan, hindari penyapihan di saat anak menyusu di gantikan ke
benda lain seperti empeng, hindari menyapih secara mendadak, mengenali
tingkat kemampuan anak menghadapi proses penyapihan, pastikan sang
anak mendapat perhatian eksklusif setiap hari serta batasi kegiatan
menyusui dengan penunjuk waktu, maka dapat disimpulkan bahwa jika
proses penyapihan di lakukan dengan baik, maka anak-anak akan tumbuh
menjadi anak yang cerdas, sehat, dan berakhlak baik karena sang ibu
mendidiknya melalui masa menyusu dan masa menyapih dengan penuh
perhatian dari kedua orangtua dan keluarga (Uci, 2013). Maka dari itu
pemenuhan gizi pada bayi merupakan hal yang penting untuk dipenuhi
karena pada masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan. Pada masa
ini, bayi akan mengalami adaptasi pada lingkungan, dampak yang akan
muncul meliputi peningkatan kematia pada bayi. Pada saat ini di dunia
terdapat kematia pada 3,5 juta anak di bawah usia 5 tahun yang di
sebabkan karena masalah gizi. Selain itu, dampak yang akan muncul
adalah terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental dan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada Hubungan usia penyapihan dengan status
gizi pada Anak usia 6-24 bulan?” 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada
Anak usia 6-24 bulan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi usia penyapihan Anak usia 6-24 bulan di
Posyandu Dusun Candimulyo, desa Candimulyo, Kecamatan
Candimulyo, Kabupaten Jombang.
2. Mengidentifikasi status gizi Anak usia 6-24 bulan yang di
lakukan penyapihan di posyandu Dusun Candimulyo, Desa
Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
3. Menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi
pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo,
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat Keperawatan Anak.
1.4.2 Manfaat Praktis
6 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia 6-24 Tahun 2.1.1 Pengertian Anak
Anak merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Usia
balita, anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua,
misalnya untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan
minum. Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih
belum sempurna (Sutomo, 2010).
Anak adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan
karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur
5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan
naik 3 kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4
kali pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra
sekolah kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg per tahun,
kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih,
2014).
Anak merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang
sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya,
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan
perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
2.1.2 Karakteristik Anak.
Menurut karakteristik, Anak terbagi dalam dua kategori
yaitu anak usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi,
2014). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya
anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju
pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun
perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan
adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia pra-sekolah
anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya.
Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”
terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung
mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula
bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju
pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah,
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut
yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan
dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering.
2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat
badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan
karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih
maupun menolak makanan yang disediakan orang tuanya.
2.2 Satus Gizi Anak
Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan
yang diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Tahapan pertumbuhan pada
masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa
paska neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa neonatus merupakan
bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi
terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya
organ-organ tubuh, dan pada paska neonatus bayi akan mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama
untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi
mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.
Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya
variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses
metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa
disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut
berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya
penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal
(Depkes RI, 2008). Menurut Notoatmodjo (2003), kelompok umur yang
dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur
status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita.
Menurut Depkes (2010), pemeliharan status gizi anak sebaiknya :
a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik
pula.
b. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
c. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food )bergizi,
mulai usia 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima
menu lengkap keluarga.
d. Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan
bayi menghendaki.
Anak memerlukan zat gizi untuk dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Kebutuhan gizi bayi lebih sedikit dari kebutuhan orang
dewasa, namun jika dibandingkan per unit berat badan maka kebutuhan gizi
bayi jauh lebih besar dari usia perkembangan lain. Makanan bergizi menjadi
kebutuhan utama bayi pada proses tumbuh kembangnya, sehingga
kelengkapan unsur pada gizi hendaknya perlu diperhatikan dalam makanan
sehari – hari yang dikonsumsi bayi (Sulistyoningsih, 2011)
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi.Pada masa bayi, berat badan dapat
digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi.Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan dalam ukuran fisik tubuh
berkaitan dengan suatu peningkatan dalam jumlah atau ukuran sel
(Supariasa, 2002).
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, bila anak
mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara :
a. 700 – 1000 gram/ bulan pada triwulan I b. 500 -600 gram/ bulan pada triwulan II
c. 350 – 450 gram/ bulan pada triwulan III d. 250 – 350 gram/ bulan pada triwulan IV
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor
diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada pasca natal tetapi juga
pada saat pra dan perinatal. Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat
badan 2 kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan 3 kali lipat
pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5 % sampai
10 % berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupannya karena
urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui paru – paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat badannya seperti
semula dalam waktu 10 hari (Bobak, 2005).
2.2.1 Penelitian status gizi
Menurut (Supariasa, 2001), pada dasarnya penilaian status gizi
dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
2.2.2 Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).
2.2.3 Penilaian status gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga
yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu.
c. Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa
malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Hidayat,
2008).
2.2.4 Status Gizi Bedasarkan Antropometri
Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan
adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan
metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.
Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah
didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan
berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya
mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya
(Supariasa, 2001).
2.2.5 Parameter Antropometri
Supariasa (2002) menyatakan bahwa antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia,
antara lain:
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat.
2. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonates). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.Berat
badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling
status gizi sekarang.Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan
kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam
penimbangan anak balita adalah dacin (Nursalam, 2005).
3. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
diketahui dengan tepat.Disamping itu tinggi badan merupakan
ukuran kedua terpenting, karena dengan menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat
berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa
(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 (Supariasa, 2002).
2.2.6 Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status
gizi.Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks
Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
dalam penelitian ini digunakan (BB/U) (Sudariyati, 2005).
1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan
merupakan parameter antopometri yang sangat labil.(Hidayat,
2008).
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik
dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan
umur.Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat
badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan
yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Supariasa, 2001).
Kelebihan indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih
cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur
status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan
indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi
yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan
data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5
tahun, sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Hidayat,
2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.Pada keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Bedasarkan
karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan
konsumsi protein masa lalu (Supariasa, 2002).
Kelebihan indeks TB/U:
a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah
dibawa.
Status gizi dapat diperoleh dengan pemeriksaan
antopometri. Indikator yang digunakan berdasarkan Depkes
(2010) adalah (BB/U), (TB/U), (BB/TB), (IMT/U) klasifikasi
status gizi berat badan per umur (BB/U) adalah sebagai berikut :
a) sangat gemuk > (+3SD),
b) gemuk> (+2SD),
c) normal (+ 2SD- (-2 SD),
d) kurus< (-2 SD)
2.2.7 Faktor-faktor yang berhubungan dengan status Gizi
Menurut perry dan potter (2005) factor yang mempegaruhi
status gizi antara lain :
1) Tempat tinggal atau Lingkungan fisik
Balita yang tinggal di tempat yang udaranya segar (cukup
oksigen) dapat melakukan proses pembakaran yang lebih baik di
bandingkan dengan balita yang tinggal ditempat yang udaranya
penuh dengan polusi. Demikian pula apabila, suhu panas /
dingin dan tidak terlalu lembab / kering akan mempengaruhi
proses metabolisme tubuh secara tidak langsung akan
mempengaruhi peningkatan berat badan pada balita.
2) Faktor genetik
Factor genetic di tentuka oleh pembawa faktor keturunan
(gen) yang terdapat dalam sel tubuh. Gen akan di wariskan
orang tua pada keturunannya. Orang tua yang bertubuh besar
akan akan mempunyai anak yang posturnya menyerupai dirinya
sebaliknya orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak
yag tubuhnya relative kecil. Hal ini di sebabkan oleh gen yang
di turunkan orang tua kepada anaknya.
3) Faktor Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah
4) Pendidikan Orangtua.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
penting dalam tumbuh kembang balita. Karena dengan
pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara perawatan anak yang
baik.
5) Status Ekonomi Sosial
Tubuh balita atau anak yang di besarkan dalam kondisi
social ekonomi yang kurang cenderung akan lebih kecil di
bandingkan dengan balita-balita yang kondisi social ekoniminya
cukup terjamin.
6) Tingkat Kesehatan Orangtua
Balita yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sehat
dan senantiasa dijaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik atau normal. Namun bagi balita yang
memiliki penyakit bawaan dari orang tua nya atau sedang sakit
maka gizi yang di makannya akan digunakan terlebih dahulu
untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga
balita tertentu terhambat dalam peningkatan berat badannya/
2.3 Konsep Penyapihan 2.3.1 Definisi Penyapihan
Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyususi
secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat
disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu pada ibunya
atau bisa juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya atau bisa
juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya ( Nugroho, 2011).
Berhenti menyusui berarti mengakhiri sebuah relasi yang sangat
khusus antara seorang ibu dengan bayinya (Jane Moody,2006 : 215).
Anda mungkin mengakhirimya tidak lama sesudah Anda mencoba dan
menemukan banyak kesulitan atau memutuskan bahwa menyusui
bukanlah untuk Anda. Terlepas dari berapa lama Anda telah
menyusui, tidak diragukan bahwa telah tercipta suatu ikatan yang
unik. Pengalaman menyusui juga mendatangkan imbalan lain,
misalnya perasaan puas dan sukses, serta meningkatkan percaya diri.
Jadi , tidak mengherankan jika perasaan Anda campur baur saat
mengakhiri tahapan ini dan masuk ke dalam tahap baru kehidupan
bayi, seperti yang dialami oleh para ibu.
2.3.2 Penyebab Penyapihan
a) Faktor Ibu
1. Pekerjaan
Kegiatan menyusui bagi sebagian anak merupakan
kegiatan sebagai bentuk perhatian eksklusif paling penting
pekerjaan yang menyita waktu, sehingga hanya punya waktu
berduaan dengan anak saat menyusui. Tetapi bagi seorang ibu
yang sibuk bekerja yang berpengaruh pada kurangnya wkatu
dalam menyusui anak cenderung akan cepat melakukan
penyapihan lebih awal. Kesibukan pada ibu yang sedang
menyusui akan lebih cepat melakukan penyapihan lebih dini
dengan alasan untuk mempermudah sang ibu dalam bekerja
serta tidak adanya waktu menyusui.
2. Pengetahuan ibu
Penegtahuan seorang ibu tentang ASI dan waktu yang
tepat untuk menyapih anaknya akan berpengaruh pada
perilaku dalam penyapihan nantinya. Peningkatan jumlah
wanita menyusui biasanya berpengaruh oleh gencarnya para
tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan secara terus
menerus di setiap kegiatan ibu-ibu misalnya di acara
Posyandu, kegiatan PKK. Pada ibu yang mempunyai
pengetahuan baik tentang manfaat ASI selama 2 tahun bagi
anak, dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan
pada anaknya.
3. Status kesehatan ibu
Status kesehatan ibu berpengaruh pada penyapihan
seorang anak, dimana seorang ibu yang sakit cencerung
berkurang, terpaksa sang ibu akan memberikan makanan
selain ASI, atau jika perlu dilakukan penyapihan secepatanya.
b) Faktor Anak
1. Status gizi anak
Penilaian status gizi antropometri yaitu pengukuran
keadaan fisik dan komposisi tubuh pada umur dan tingkat
gizi yang baik. Baku antropometri yang digunakan NCHS
atau National Center of Health Statistic USA adalah grafik
perbandingan yang merupakan data baru yang dikatakan
sesuai dengan perkembangan zaman (Depkes, 2011). Hasil
pengukuran berat badan berdasarkan hasil dari NCHS (1)
diatas normal: (>120 %), (2) normal (80%-120%), (3) kurang
normal (70%-79,9%).
2. Anak dalam keadaan sakit
Keadaan kesehatan anak yang mengalami sakit
cenderung akan mempengaruhi keadaan fisik sang anak,
dimana sang anak yang menderita sakit terkadang
mempunyai nafsu makan yang kurang serta membutuhkan
nutrisi lebih, maka jalan satu-satunya dengan pemberian
makanan selain ASI. Keadan kesehatan anak yang sedang
sakit terkadang menjadi alasan ibu untuk melakukan
penyapihan dini, hal ini dimungkinkan karena keadaan anak
3. Sedang tumbuh gigi
Sebagian besar seorang anak telah tumbuh gigi pada
usia 6 bulan, biasanya anak mengalami panas karena gigi
yang tumbuh. Disisi lain dengan tumbuhnya gigi akan
mempengaruhi putting susu ibu akan menjadi sasaran untuk
digigit oleh anak. Dengan tumbuhnya gigi pada anak dapat
menjadi alasan ibu melakukan penyapihan, Karena pada saat
menyusu terkadang menggigit dan mebuat ibu menjadi tidak
sabar untuk secepatnya melakukan penyapihan.
c) Faktor Sikap
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan
pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi,
pengalaman yang sesuai dengan umur yang semakin
bertambah. Perlu diperhatuikan bahwa tidak semua
pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis
(Notoatmodjo,2013). Begitu pula dengan penyapihan maka
perlu pemikiran yang kritis dan logis.
2. Orang lain
Faktor orang lain menentukan waktu penyapihan ,
dimana seseorang yang memberikan informasi dengan benar
menentukan waktu penyapihan pada anaknya karena
pengalaman.
3. Kebudayaan
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan
disaring kira-kira sesuai atau tidak dengan budaya yang ada,
dan agama yang dianut di daerah tersebut. Begitu pula dengan
penyapihan di dalam suatu daerah juga berdasarkan
kebudayaan yang berkembang. Biasanya masyarakat luas
terutama di daerah pedesaan yang sanagt mempeercayai
kebudayaan akan mematuhinya
4. Media massa
Banyaknya fasilitas media massa berupa majalah, radio
maupun televise dapat memberikan informasi yang akurat dan
bermutu bagi ibu dan anak yang dapat dimanfaatkannya untuk
menentukan waktu penyapihan
2.3.3 Waktu Penyapihan
Tidak perlu menghentikan menyusui bila bayi masih ingin
menyusu, bahkan setelah anak berumur 3 tahun. Pada umunya bayi
akan berhenti dengan sendirinya pada suatu saat antara umur 1-3
tahun. Bila seorang ibu memutuskan untuk menhentikan menyususi
harus perlahan-lahan. Bila ibu menyapih bayinya terlalu mendadak,
makanan-makanan lain dan bisa mengakibatkan ia kekurangan makanan-makanan dan
menyebabkan menjadi sakit (Roesli, 2012).
Saat terbaik untuk mulai menyapih bayi dari payudara
tergantung pada perasaan ibu dan situasi menyusui. Kadang-kadang
bayilah yang memulai untuk ingin disapih dengan secara bertahap
kehilangan minat untuk menyusu ketika ia sudah besar dan
perhatiannya teralihkan oleh minat-minat baru lainnya. Ibu juga
dapat memutuskan kapan waktu menyapih bayi, baik karena ibu
telah menyusui selama yang ibu rencanakan, atau karena alasan lain,
misalnya kembali bekerja atau ingin hamil kembali ( Jane
Moody,2016)
Tidak ada waktu yang pasti kapan sebaiknya akan disapih dari
ibunya. Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara
ekslusif 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan
setelah 6 bulan berdampingan dengan makanan tambahan hingga
umur 2 tahun atau lebih. Ada juga yang menyapih anaknya ketika
usia 1-2 tahun, bahkan ada yang usia 4 tahun. Tidak benar jika anak
terlalu lama disusui, karena akan membuatnya manja dan tidak
mandiri. ASI akan membuat anak dekat dengan orang tuanya dan hal
itu memang sangat dibutuhkan sang anak dan membuatnya merasa
penuh dengan kasih sayang ( Nugroho, 2011).
Untuk mengukur lama usia penyapihan dilakukan
pengkelompokan usia penyapihan fatimah(2009) dengan cara
1. Usia penyapihan 0-6 bulan
2. Usia penyapihan 7-12 bulan
3. Usia penyapihan 13-18 bulan
4. Usia penyapihan 19-24 bulan
2.3.4 Reaksi Penyapihan Pada Anak
Proses menyapih anak umumnya merupakan salah satu fase
yang harus dilalui oleh seorang ibu dengan sangat berat hati, dimana
umumnya para ibu tidak tega ketika melihat anaknya harus menangis
sambil merengek-rengek meminta menyusu kepadanya.Umumnya,
pada awal proses penyapihan, reaksi anak yang disapih biasanya
rewel dan gelisah. Semua itu bisa dihindari mengingat saat
memasuki usia balita sebetulnya ketergantungan anak pada ASI
sudah semakin berkurang.
Bila sudah mantap untuk menyapih, lakukanlah penyapihan
dengan sabar dan tidak terburu-buru karena sikap ibu dalam
menyapih berpengaruh pada kesiapan si balita. Sebaiknya menyapih
anak seharusnya dalam keadaan sehat karena apabila anak sedang
sakit akan menimbulkan reaksi marah atau sedih. Sehingga hal
tersebut membuat anak tertekan dan menimbulkan kecemasan
tersendiri.
Hindari secara tiba-tiba menitipkan anak di rumah neneknya
selama berminggu-minggu, atau ke tampat pengasuhan anak setiap
hari, karena proses adaptasi anak tidak cepat. Ia butuh waktu untuk
penyapihan dengan cara menitipkan ke tempat lain membuat anak
merasa tertekan. Ia harus beradaptasi dengan 2 hal sekaligus yaitu
kehilangan ASI dan berada pada tempat baru. Jadi pada saat
penyapihan ibu harus tetap berada di samping anak.
Terkadang kita sebagai orang tua lepas kesabaran, mau
semuanya serba cepat apalagi hidup di jaman modern seperti ini.
Tapi anak bukanlah benda elektronik yang sudah dicipta sedemikian
rupa agar bisa mengikuti pola hidup kita. Dalam menjalani proses
penyapihan ini, ada rasa sedih yang mendalam. Tidak ada yang
memalukan, tidak ada yang menakutkan karena kesedihan tersebut
merupakan bentuk konkrit cinta kasih sebagai seorang ibu. Bagian
dari proses membiarkan anak untuk bisa lebih mandiri mengingat
usianya sudah mencapai 2 tahun. Jadi bagi para ibu yang berniat
menyapih anaknya sebelum mempraktekkan sebuah anjuran atau
saran, maka ingatlah kata proses ini yang memerlukan kesabaran dan
2.4 Hubungan usia penyapihan dengan status gizi.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2016) yang berjudul
tentang hubungan umur penyapihan dan pola asuh makan terhadap status
gizi anak balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri.
Dengan menggunakan Metode Penelitian observasional menggunakan
pendekatan crosssectional dengan jumlah sampel 40 orang yang diperoleh
dengan teknik multistage random sampling. Data umur penyapihan dan pola
asuh makan diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Data status
gizi anak balita diperoleh dengan pengukuran antropometri. Analisis
menggunakan uji statistik korelasi rank spearman. Hasil : Sebagian besar
anak balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri ( 85 %) sudah disapih pada umur penyapihan yang tepat yaitu ≥ 24 bulan.
Sebagian besar anak balita memiliki pola asuh makan baik (92,5 %). Anak
balita yang memiliki pola asuh makan cukup baik jumlahnya 7,5 % dan
yang memiliki pola asuh makan kurang baik 0 %. Sebagian besar anak
balita (90%) memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/TB. Anak
balita yang status gizinya sangat kurus jumlahnya 0%, status gizi kurus 5 %,
dan status gizi gemuk 5 %. Kesimpulan : Ada hubungan antara umur
penyapihan terhadap status gizi anak balita usia 25-36 bulan di Desa
Purwosari Kabupaten Wonogiri (p=0,003). Ada Hubungan antara pola asuh
makan terhadap status gizi anak balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari
Kabupaten Wonogiri (p= 0,000).
Penelitian yang dilakukan oleh Amalina (2013) yang berjudul
pertumbuhandi Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten
Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan
desain penelitian deskriptif komparatif. Dengan Teknik pengambilan data
penelitian yang digunakan adalah cross sectional . Sampel anak yang tidak
dilakukan penyapihan usia (1-6 bulan)adalah:30 anak. Sampel anak yang
dilakukan penyapihan usia (1-6 bulan) berjumlah 32. Pengambilan sampel
pada anak yang tidak dilakukan penyapihan menggunakan metode simple
random sampling. Anak yang dilakukan penyapihan menggunakan total
sampling.Instrument penelitian menggunakan alat meteran dan timbangan
untuk mengetahui pertumbuhan anak.Analisis data menggunakan uji Fisher
exact. Hasil penelitian diketahui Tidak terdapat dampak buruk pada anak
usia(1-6 bulan) yang disapih. 84,4%anak yang disapihmempunyai
pertumbuhan yang normal dan 86,7%.anak yang tidak disapih juga
mempunyai pertumbuhan normal. Tidak ada pengaruh penyapihan anak
usia(1-6 bulan) terhadap pertumbuhan di Kelurahan Sragen Kulon
Kecamatan Sragen kabupaten Sragen.dengan p-value = 0,798.
Penelitian yang dilakukan oleh farida (2015) yang berjudul tentang
hubungan penyapihan dengan berat badan di wilayah Kedurus RW 03
kecamatan Karangpilang Surabaya. Dengan Desain penelitian analitik
observasional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “cross sectional”. Populasi penelitian seluruh ibu yang melakukan
penyapihan selama ± 1 bulan, sebesar 15 orang dengan tehnik Simple
Random Sampling. Variabel independen penyapihan dan variabel dependen
Chi Square dengan tingkat signifikan α = 0,05. Hasil penelitian sebagian
besar (66,6%) usia penyapihan<2 tahun dan hampir setengahnya (46,6%)
turun. Hasil analisis teknik Chi – Square menunjukan p = 0.42 < α = 0.05 atau p<α maka dapat disimpilkan bahwa H0 ditolak yang artinya ada
hubungan antara penyapihan dengan berat badan di Wilayah Kedurus RW
03 Kecamatan Karangpilang – Surabaya. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyapihan dengan berat badan.
Diharapkan para ibu tidak hanya memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
30 BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,
(Notoatmodjo, 2012). Kerangka Konseptual dalam Penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Keterangan
= di teliti =diteliti =tidak diteliti
Gambar 3.1 : kerangka konseptual hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada anak usia 6 – 24 bulan di posyandu dusun candimulyo, desa candimulyo, kecamatan jombang, kabupaten jombang
Penjelasan kerangka Konsep
Dari kerangka konsep di atas dapat di jelaskan bahwa :
Penyapihan ini di lakukan pada Anak usia 0-24 bulan, penyapihan
ini di kategorikan menjadi 2 macam yaitu tepat usia penyapihan dimana
anak berumur ≥ 24 bulan, sedangkan tidak tepat usia penyapihan Anak berumur ≤ 24 bulan. Penyapihan juga di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu : Faktor Ibu (pekerjaan, pengetahuan, ststus kesehatan Ibu), Faktor
Anak (status gizi, Anak sakit, sedang tumbuh gigi), Faktor sikap
(pengalaman pribadi, orang lain, budaya dan media masa).
Pada status gizi Anak dapat di peroleh dengan pemeriksaan
Antopometri yaitu berdasarkan BB/U. Klasifikasi status gizi berat badan
per umur (BB/U) adalah sangat gemuk, gemuk, normal, kurus, sangat
kurus. Status gizi balita juga di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
faktor genetik, lingkungan fisik, faktor budaya, pendidikan orangtua,
keadaan ekonomi, pekerjaan, tingkat kesehatan orangtua.
Hubungan kekuatan antara kedua variabel independent dan
variabel dependent akan di buktikan pada penelitian ini. Dalam hal ini
peneliti ingin menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi
pada Anak usia 6-24 bulan di posyandu dusun candimulyo, Desa
3.2 Hipotesis
Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara
penelitian, patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau di
tolak (Notoatmodjo, 2012).
Hipotesis adalah dugaan sementara sebuah penelitian. Nursalam
(2011) mengatakan, bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan
masalah atau suatu asumsi tentang hubungan dua atau leih variabel yang
diharapkan bisamenjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Hipotesis dalam
penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :
H1: Ada Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak
usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,
33 BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang di gunakan pada penelitian
ini adalah Cross Sectional yang bersifat analitik yang artinya penelitian
dengan melihat variable atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada
obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara stimultan (dalam waktu
yang bersamaan). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui Hubungan
usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu
Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten
Jombang.
4.2 Lokasi dan waktu Penelitian 4.2.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun Candimulyo, Desa
Candimuliyo, Kecamatan Jombang, Pemerintahan Kabupaten
Jombang.
4.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2010). Desinisi lain menurut Sugiyono (2013) populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai
subjek kasus sebagian ibu dan Anak yang memiliki usia 6-24 bulan
di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan
Jombang, Kabupaten Jombang sebanyak 100 orang. Berdasarkan
jumlah populasi tersebut itu terbagi atas 3 Posyandu yaitu :
Posyandu Mawar, Posyandu Melati, Posyandu Anggrek.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang di anggap
mewakili populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Soekidjo, 2012). Yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang
memiliki Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo,
Besar sampel di tentukan dengan menggunakan rumus
Slovin (Notoatmodjo, 2010:115), sebagai berikut :
n = N
n = Besar sampel yang di butuhkan
N = Jumlah Populasi
Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing 3 posyandu
tersebut yaitu :
Setelah di lakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan
cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian (Nursalam, 2008).
Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2007:
62). Teknik Sampling yang di gunakan dalam penelitian ini
Proportional Random Sampling. Pengambilan Sampel secara
proporsi di lakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata
atau wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek
4.4 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja)
Gambar 4.4 Kerangka operasional Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang
Sampel
Sebagian ibu yang memiliki Anak usia 6-24 bulan sebanyak 80 sampel
Variabel Penulisan (Independent dan Dependen)
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan kuisioner + KMS
Pengelompokan Data (editing, coding, entry,tabulating)
Analisa Data (chi Square) Teknik Sampling
Menggunakan Proportional Random Sampling
Penarikan Kesimpulan Populasi
4.5 Identifikasi Variabel
Variabel menurut Notoatmodjo (2012) adalah konsep yang
mempunyai bermacam- macam nilai. Sedangkan lain lagi dengan yang
disampaikan (Nursalam, 2013) Variabel adalah perilaku atau
karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,
manusia, dan lain–lain). Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai
derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari
berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk
pengukuran suatu penelitian.
4.5.1 Variabel Independent
Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi
atau nilainya mempengaruhi variabel lain. Suatu kegiatan stimulus
yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak
pada variabel dependent (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini
variabel independent yaitu usia penyapihan.
4.5.2 Variable Dependen
Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul
sebagai akibat dari manipulasi variabel–variabel lain (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini variabel dependent yaitu
4.6 Bahan dan Instrumen/Alat Penelitian
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam,2013).
Instrument penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner yang terdiri,pemberian ASI eksklusif usia 6 – 24 bulan dan non
eksklusif dan observasi KMS/mengukur Umur dan Berat Badan Anak.
4.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena (Hidayat,2011). Adapun definisi operasional
penelitian ini adalah sebagai berikut
No Variabel Definisi parameter Alat ukur Skala Skor / kategori
4.7.1 Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data pengumpulan data
dengan beberapa tahapan. Berikut ini merupakan tahapan–tahapan
yang dilalui oleh peneliti, diantaranya sebagai berikut:
Langkah-langkah yang ditempuh dan tekhnik yang
digunakan untuk mengumpulkan data (prosedur penelitian).
1) Perizinan
Tahap awal prosedur pengambilan data dilakukan dengan
meminta surat pengantar izin pengambilan data awaldaripihak
STIKes Insan Cendekia Medika dan ditujukan kepada Kepala
BAKESBANGPOL (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik)
Kabupaten Jombang, Kemudian setelah itu mendapat Surat
Rekomendasi ke kepala desa Candimulyo, kemudian dari pihak
desa mendapat surat balasan.
2) Skrinning sampel
a) Skrinning sampel dilakukan peneliti dengan upaya
menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria balita
sesuai dengan kriteria inklusi
b) Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan dan
manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada balita usia 6-24 bulan di
Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,
c) Informed Consent
Peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden
kepada responden.
d) Responden menandatangani surat persetujuan menjadi
responden.
e) Mengobservasi lama penyapihan balita dan observas
KMS/mengukur Umur dan Berat Badan balita pada
kejadian balita gizi lebih.
f) Peneliti melakukan observasi dan mencatat di lembar
observasi.
4.7.2 Pengolahan dan Analisa Data
Pada persiapan analisa data, dilakukan pengolahan data
melalui tahap checking, editing, coding dan tabulating.
1. Checking Data yaitu peneliti mengecek kelengkapan data-data
responden seperti : Perolehan data yang telah terkumpul dari
keseluruhan responden pada penelitian ini sudah terisi lengkap.
2. Editing Data yaitu peneliti melihat apa tulisan jelas dan bisa
dipahami.
3. Coding Data yaitu Memberikan identitas pada masing-masing
4. Tabulating yaitu peneliti menyajikan data dalam bentuk
tabel-tabel antara lain data dari karakteristik umum responden. Data
tentang karakteristik umum responden dirubah dalam bentuk
prosentase, dengan rumus:
P = x 100%
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi variabel
N = Jumlah jawaban yang dikumpulkan
4.7.3 Cara Analisa Data
Pada analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada
Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa
Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Dilakukan
analisis univariad dan bivariad.
1. Univariat
Analisis univariad adalah analisa yang digunakan untuk
mengetahui jumlah frekuensi setiap variable yang diteliti
(Nursalam, 2010).
Analisa univariad penelitian ini adalah:
1) Analisa lama penyapihan anak oleh ibu disebabkan karena
berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi. Selanjutnya ∑ f
analisis setiap variable di tampakkan dengan menandai
dengan data khusus.
a) Tepat Usia Penyapihan ≥ 1 tahun / lebih
b) Tidak Tepat Usia Penyapihan ≤ 1 tahun
2) Analisa perubahan perubahan berat badan setelah
penyapihan bulan pada responden di Posyandu Dusun
Candimulyo, desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,
Kabupaten jombang. Selanjutnya analisis setiap variable
di tampakkan dengan menandai dengan data khusus.
a) sangat gemuk > (+3SD),
jumlah skor yang didapatkan dengan skor yang diharapkan
2. Bivariat
Menganalisis “Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun
Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang”
Tujuan analisa uji di atas untuk mengetahui signifikansi
ada atau tidaknya Hubungan usia penyapihan dengan status
gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun
Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan jombang,
Kabupaten Jombang. Teknik pengolahan data statistik
dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.5 menggunakan uji
(chi Square).
4.8 Etika Penelitian
4.8.1 Informed Consent (Persetujuan)
Peneliti memberikan surat ijin yang telah disetujui dari
STIKES tanggal 27 Februari 2018 kepada responden sebagai bukti
persetujuan untuk penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa
Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
4.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan dan identitas subyek, peneliti
tidak akan mencantumkan nama subyek dalam lembar
pengumpulan data yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya
4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh subyek dijamin
oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan disajikan atau
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Bab ini akan diuraikan mengenai hasil pengambilan sampel mulai
bulan Mei - Juni 2018 tentang penelitian Hubungan usia penyapihan dengan
status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo,
Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
Hasil penelitian didapatkan data tentang karakteristik dari
responden. Data umum yang ditampilkan terdiri dari: table karakteristik usia
ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin anak, umur anak.
Sedangkan Data khusus pada penelitian ini adalah umur sapihan, status gizi
anak, tabel silang antara umur sapihan dengan status gizi anak, dan analisis
Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di
Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang.
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi dari Posyandu Melati terletak di RT 004 Dusun
Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten
Jombang dan bertempat di salah satu rumah warga. Posyandu Melati
di bentuk pada tahun 2006 dan sampai sekarang masih aktif
melakukan kegiatannya. Dilihat dari struktur organisasinya,
posyandu Melati berada di bawah bimbimbingan Puskesmas
Jombang. Penduduk yang bearada di lingkup kerja Posyandu Melati
merupakan perpaduan antara penduduk asli dan penduduk
pendatang. Mayoritas penduduk beragama Islam, sedangkan agama
lain yaitu katolik dan protestan. Mata pencaharian sebagian
penduduk adalah sebagai pegawai, sedangkan sisanya bervariasi
meliputi wiraswasta, buruh dan pemberi layanan jasa. Jumlah balita
yang berada di sekitar ruang lingkup kerja posyandu Melati sekitar
255 Balita. Kegiatan yang di lakukan Posyandu Melati antara lain
melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada balita,
pemantauan status gizi melalui KMS, pemberian konsultasi
mengenai status gizi pada balita dan pemberian penyuluhan oleh