i
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN
PADA SISWA KELAS IIIMI MA’ARIF DUKUH
KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
IKO RIZKI AMALIYAH
11514015
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
MATERI PECAHAN SEDERHANA DENGAN MODEL
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN
PADA SISWA KELAS IIIMI MA’ARIF DUKUH
KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
IKO RIZKI AMALIYAH
11514015
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vii
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Sosok terhebatku yaitu Ibuku tersayang Maidah yang telah membesarkan,
mendidik, memberikan biaya, semangat, membimbing dengan tulus, serta
do’a yang tiada henti demi tercapainya cita-cita yang indah untuk anaknya.
2. Keluarga besar bani Sucipto dan bani Jabidin yang selalu mendoakan,
menyemangati, memotivasi, dan mendo’akan demi kelancaran segala
urusan.
3. Para dosen, dosen pembimbing akademik bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si.
serta dosen pembimbing bapak Jaka Siswanta, M.Pd. yang telah tulus
membimbing dan memberi ilmu yang bermanfaat bagi saya dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
4. Sahabat-sahabat tercinta terutama Siti Ashfiyah yang selalu memberi
viii
S.Pd yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Keluarga Almas Salatiga (Alumni Ponpes Almadani Semarang di Salatiga)
yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.
7. Keluarga KKN (Kuliah Kerja Nyata) posko 39 yang senantiasa
memberikan motivasi dan dukungan.
8. Keluarga besar Forum Mahasiswa Ngapak (FORMAPAK) IAIN Salatiga
yang telah memberi warna dan memberi dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat mahasiswa pejuang skripsi serta keluarga besar PGMI
terutama angkatan 2014 yang tak henti-hentinya saling menyemangati.
10.Tak lupa juga saya persembahkan kepada pembaca yang budiman semoga
ix
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi
Pecahan Sederhana dengan Model Student Team Achievement Division (STAD)
Menggunakan Alat Peraga Blok Pecahan Pada Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 ini sebagai tugas
dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam dengan penuh ketulusan
yang kaya akan khazanah keilmuan di dalamnya. Rasa syukur penulis haturkan
dengan terselesaikannya skripsi ini. Bagi penulis, penyususnan skripsi ini
merupakan tugas akhir dalam jenjang strata 1 dan suatu tugas yang tidak ringan.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa banyak hambatan yang menghadang
selama proses penyusunan skripsi ini, hal tersebut dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis. Hingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini tentunya dengan banyuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah rela
x
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan saran yang membangun kepada
penulis.
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa memberi semangat dan bimbingannya pada penulis.
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memotivasi, memberikan arahan, bimbingan serta keikhlasan untuk
membantu sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik, staf perpustakaan maupun keluarga besar civitas akademik IAIN
Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
7. Bapak Muhammad Muzaki, S.Pd.Iselaku Kepala MI Ma’arifDukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
8. Ibu Basiroh, S.Pd.I selaku wali kelas III MI Ma’arif Dukuh yang berkenan
menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah berkenan
untuk menjadi subjek penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa
xi
pembaca serta memberikan kontribusi bagi negara.
Salatiga, 21 Maret 2018
Penulis,
Iko Rizki Amaliyah
xii
Amaliyah, Iko Rizki. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas
Pecahan Sederhana dengan Model Student Team Achievement Division
(STAD) Menggunakan Alat Peraga Blok Pecahan Pada Siswa Kelas III MI
Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Student Team Achievement Division (STAD), Alat Peraga Blok Pecahan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model student
team achievement division (STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana pada siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga Tahun Pelajaran
2017/2018. Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas III MI Ma’arif Dukuh
dan siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh yang terdiri dari 27 siswa yaitu 9 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis (isian singkat), lembar observasi guru dan siswa, serta dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai hasil belajar tiap
siklus yang berpatokan pada KKM MI Ma’arif Dukuh yakni 65 dengan
Ketuntasan Klasikal yakni 85%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model student team
xiii
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL... ii
LEMBAR BERLOGO IAIN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
PENGESAHAN KELULUSAN... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
xix
xx
1
4
D. Manfaat Penelitian...
1. Manfaat Secara Teoritis...
2. Manfaat Secara Praktis...
E. Definisi Operasional...
1. Hasil Belajar...
2. Matematika...
3. PecahanSederhana...
4. Model Student Team Achievement Division (STAD) ....
5. Alat Peraga Blok Pecahan...
F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...
1. Hipotesis Tindakan...
2. Indikator Keberhasilan...
G. Metode Penelitian...
1. Rancangan Penelitian...
2. Subjek Penelitian...
3. Langkah-langkah Penelitian...
4. Metode Pengumpulan Data ...
5. Instrumen Penelitian...
6. Analisis Data ...
H. Sistematika Penulisan...
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori...
B. Kajian Pustaka...
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pra Siklus... B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II...
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Per Siklus... B. Pembahasan...
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN-LAMPIRAN...
49
50
52
62
74
79
103
103
106
xvi
Tabel 1.1 Fase-fase Pembelajaran STAD ... 8
Tabel 1.2 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh………… ... 12
Tabel 1.3 Lembar Observasi Guru ... 17
Tabel 1.4 Lembar Observasi Siswa ... 19
Tabel 2.1 Jenis-jenis Alat Peraga Matematika ... 38
Tabel 2.2 Memperagakan Konsep Pecahan Sederhana... 42
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh ... 50
Tabel 3.2 Nilai Pra Siklus ... 51
Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 55
Tabel 3.4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 58
Tabel 3.5 Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 61
Tabel 3.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 66
Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 69
Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 68
Tabel 4.1 Nilai Pra Siklus ... 74
Tabel 4.2 Nilai Siklus I ... 76
Tabel 4.3 Nilai Siklus II ... 78
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ... 79
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 84
xviii
Gambar 1.1 Siklus PTK ... 11
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Nilai Pra Siklus………... 90
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus I ... 91
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus I ... 100
xix
Lampiran 3 Dokumentasi ... 123
Lampiran 4 Lembar Kerja Tim Siklus I ... 125
Lampiran 5 Lembar Kerja Tim Siklus II ... 126
Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus I ... 127
Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus II ... 128
Lampiran 8 Daftar Nilai Evaluasi Siklus I ... 130
Lampiran 9 Daftar Nilai Evaluasi Siklus II ... 131
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 132
Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 135
Lampiran 12 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 138
Lampiran13 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 141
Lampiran 14 Jawaban Soal Tim Siklus I dan II ... 145
Lampiran 15 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 146
Lampiran 16 Profil MI Ma’arif Dukuh ... 147
Lampiran 17 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 149
Lampiran 18 Surat Izin Penelitian... 150
Lampiran 19 Surat Keterangan Penelitian ... 151
xx
1
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahui segala hal serta
menyiapkan manusia di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan haruslah
mempunyai suatu tujuan yakni mengembangkan potensi yang ada dalam
diri setiap individu. Dalam mengembangkan potensi setiap individu
tersebut, diperlukan adanya sebuah pembelajaran yang dapat dilaksanakan
melalui pendidikan formal, informal maupun non formal.
Dalam dunia pendidikan, kita mengenal istilah pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membelajarkan siswa atau
membuat siswa belajar (Helmiati, 2012:5). Pembelajaran yang baik akan
menghasilkan hasil pembelajaran yang baik pula. Pembelajaran dikatakan
berhasil apabila hasil belajar dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal
atau yang biasa dikenal dengan sebutan KKM. Untuk mencapai suatu
kriteria ketuntasan minimal tidaklah mudah. Namun, guru dapat membuat
siswanya mencapai kriteria ketuntasan minimal tersebut dengan
usaha-usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajarannya seperti melakukan
inovasi model pembelajaran dan alat peraga yang digunakan sebagai
perantara penyampaian materi dalam proses pembelajaran. Dengan
melakukan inovasi model pembelajaran dan pengembangan alat peraga,
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti di MI Ma’arif Dukuh
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga melalui wawancara dengan guru
kelas III yaitu ibu Basiroh, S.Pd.I, ditemukan beberapa masalah dalam
pembelajaran matematika, antara lain adalah kurangnya minat siswa
terhadap mata pelajaran matematika karena pembelajaran yang
disampaikan oleh guru bersifat monoton, kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi matematika yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan
pembelajaran belum tercapai, adanya anggapan bahwa matematika adalah
mata pelajaran yang menakutkan, siswa merasa kesulitan dalam menyerap
informasi yang disampaikan oleh guru karena kurangnya penggunaan alat
peraga sebagai penunjang proses pembelajaran.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dilihat dari data nilai ulangan harian
matematika yang kurang memuaskan. Berdasarkan data siswa kelas III MI
Ma’arif Dukuh berjumlah 27 siswa dan hanya 37,04% (10 siswa) yang
sudah mencapai KKM, sedangkan 62,96% (17 siswa) belum mencapai
KKM.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, peneliti berdiskusi dengan guru
kelas III MI Ma’arif Dukuh mengenai model dan alat peraga yang dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Dengan adanya
penggunaan model pembelajaran dan alat peraga yang sesuai dan menarik
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini,
peneliti mencoba menawarkan model pembelajaran Student Team
sebagai solusi tepat mengatasi masalah pembelajaran matematika materi
pecahan sederhana di kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.
STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada,
mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan sosial dan ilmu
pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua
sampai perguruan tinggi (Slavin, 2005:12).
Alat peraga blok pecahan adalah alat bantu untuk menyampaikan
pembelajaran pecahan sederhana kelas III yang terbuat dari kertas karton
tebal yang terbagi dalam bagian-bagian kecil (pecahan) dilapisi solasi dan
ditempelkan pada mika transparan.
Menurut Estiningsih (1994), (dalam Sukayati dan Suharjana,
2009:6) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung
atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Dengan menggunakan
alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat
mempermudah siswa dalam menerima materi pelaran yang disampaikan
oleh guru. Dengan tersampaikannya materi pelajaran dengan baik maka
tujuan pembelajaran akan tercapai juga.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu adanya
penyelesaian masalah yang akan disampaikan dalam skripsi yang berjudul
Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah penerapan model student team achievement
division (STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana pada
siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan
sederhana dengan penerapan model student team achievement division
(STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan pada siswa kelas III MI
Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2017/2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai cara mengatasi permasalahan dalam proses
pembelajaran terutama bagaimana cara meningkatkan hasil belajar
matematika materi pecahan sederhana kelas III madrasah ibtidaiyah.
mengenai penerapan model student team achievement division (STAD)
menggunakan alat peraga blok pecahan.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2) Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
3) Meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
1) Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru
mampu menilai kekurangan diri sendiri dalam pembelajaran
yang dikelolanya.
2) Guru termotivasi untuk melakukan inovasi model dan alat
peraga pembelajaran.
3) Meningkatkan rasa percaya diri dan kinerja guru.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan memberikan nilai tambah positif MI Ma’arif
Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
d. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
achievement division (STAD) menggunakan alat peraga blok
pecahan pada materi pecahan sederhana.
E. Definisi Operasional
Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahpahaman pembaca dengan
peneliti mengenai istilah-isltilah yang digunakan dalam judul penelitian
maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (1979:51), (dalam
Suprihatiningrum, 2017:37) adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati
melalui penampilan siswa (learner’s performance).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
belajar yang dapat diamati dari penampilan siswa.
2. Matematika
Johnson dan Rising (1972) dalam Runtukahu dan Kandou
(2014:28) mengatakan sebagai berikut:
a. Matematika merupakan pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan
teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsure-unsur yang
didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma,
b. Matematika ialah simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas,
dan akurat.
c. Matematika ialah seni, diaman keindahannya terdapat dalam
keruntutan dan keharmonisan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat simbol-simbol dengan pola
keteraturan dan bersifat abstrak.
3. Pecahan sederhana
Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran
sama berasal dari bahasa Latin Fractio yang berarti memecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil (Sukajati, 2008:6).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa pecahan adalah suatu bagian dari keseluruhan yang ada menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil.
4. Model Student Team Achievement Division
Model student team achievement division (STAD) merupakan
suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawannya di Hopkins University.
Menurut Slavin (2007), (dalam Rusman, 2011:213) model
STAD (Student Team Achievement Division) merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model STAD
matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan sebagainya pada
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Menurut Tritanto (2009:70-71), fase-fase pembelajaran STAD
terdiri dari enam fase seperti tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Fase-fase pembelajaran STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
5. Alat Peraga Blok Pecahan
Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak agar peserta
didik mampu mengerti arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari
(Saminanto, 2013:5).
Menurut Permana dalam Kastolani (2014:8) alat peraga
latin merupakan bentuk jamak mediuim berarti perantara yang dipakai
untuk menunjukkan alat peraga diartikan sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Blok pecahan ini sangat bermanfaat bagi siswa sebagai
pengganti dari benda-benda aslinya, dan dapat digunakan untuk
memperagakan konsep pecahan, pecahan senilai, penjumlahan dan
pengurangan pecahan (Sukajati, 2008:11).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa alat
peraga adalah suatu alat perantara untuk mengembangkan konsep
abstrak materi pelajaran agar siswa lebih mudah dalam mempelajari
materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Alat peraga blok pecahan
adalah alat peraga sebagai ganti dari benda-benda aslinya yang
digunakan untuk memperagakan materi pecahan sederhana yang
terbuat dari kertas karton tebal yang terbagi menjadi bagian-bagian
kecil (pecahan) dilapisi solasi dan ditempelkan pada mika transparan.
F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan pernyataan sementara peneliti
berdasar kajian pustaka bahwa jika dilakukan tindakan ini maka
diyakini akan mengatasi masalah itu (Daryanto, 2014:71-72).
Hipotesis tindakan dalam penelitian kelas ini adalah penerapan
model student team achievement division (STAD) menggunakan alat
materi pecahan sederhana pada siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model student team achievement division (STAD)
menggunakan alat peraga blok pecahan ini dikatakan berhasil apabila
mencapai indikator yang telah dirumuskan oleh peneliti. Indikator
yang telah dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui
penerapan model student team achievement division (STAD)
menggunakan alat peraga blok pecahan dari siklus pertama dan
siklus kedua.
b. Nilai siswa secara individu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) ≥ 65 serta tercapai ketuntasan siswa secara klasikal
dalam pembelajaran matematika, khususnya materi pecahan
sederhana adalah 85% siswa di kelas dapat mencapai KKM
(Trianto, 2011:191), (dalam Milati, 2017:8).
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK). Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dalam
penelitiannya dikarenakan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika materi pecahan sederhana menggunakan model student
pecahan pada siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh tahun pelajaran
2017/2018. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengamat,
sedangkan proses pembelajaran sepenuhnya dilaksanakan oleh guru
dan siswa.
PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata, yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati
suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk
menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian
tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
dengan tujuan tertentu. Kelas adalah tempat dimana sekelompok
peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama (Arifah,
2017:23).
Secara umum PTK terdiri dari empat langkah yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut adalah
gambaran keempat langkah dalam PTK yang dikemukakan oleh
Suharsini Arikunto dalam Suyadi (2011:53-54):
Gambar 1.1 Model tahapan dalam PTK Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Pengamatan Refleksi
Refleksi
?
Siklus I
2. Subjek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru
kelas III dan siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan
jumlah siswa 27 siswa dengan 18 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan.
Tabel 1.2 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh
No Nama Siswa Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
1. Matiyus Subandi √
2. Ziyanka Arroskha Shifarani √
3. Zyfa Fadila √
4. Muhammad Hanafi Afandy √
5. Hariz Evan Ardianto √
6. Sukma Aji Nur Ilyas √
7. Friska Kaela Nugraheni √
8. Akmal Farish A’la √
9. Sokhifa Radix Kunaifi √
10. Laela Ulya Nurul Alifah √
11. Ivan Umar Ma’rifat √
12. Dwi Nur Aini √
13. Ishmah Syahheema Zuha √
14. Djanuart Bayu Wibowo √
15. Hidayat Arifianto √
16. Muhammad Rafli Nasrullah √
17. Muhammad Raffa Sanjaya √
18. Nabila Sausan Prasetyo √
19. Khofifah Anindita Indar P. √
20. Muhammad Akbar Rizky √
21. Muslikhatunni’mah √
22. Afif Faturrohman √
23. Raihan Khoirul Anam √
24. Najmu Tsaqib Muhammad √
25. Galang Dirga Pratama √
26. Ridlo Sanjaya Putra √
No Nama Siswa Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
Jumlah 9 18
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Dukuh yang
beralamat di Jalan Wisnu RT.04 RW.01 Dukuh, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
c. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal
27-28 Februari 2018.
3. Langkah-langkah Penelitian
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Adapun penjelasan
tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), alat peraga blok pecahan, lembar observasi
guru, lembar observasi siswa, lembar evaluasi siswa berupa tes.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran
dengan menerapkan model student team achievement division
(STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan, dan peneliti
c. Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
guru dan siswa. Pengamatan yang dilakukan mencakup respon
siswa terhadap pembelajaran dan keaktifan siswa. Pengamatan ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan
kelas yang sedang berlangsung.
d. Refleksi
Tahap refleksi bertujuan untuk mengkaji tindakan yang
telah dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi untuk
penyempurnaan tindakan berikutnya.
4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik
pengumpulan data berupa:
a. Observasi
Observasi dapat disebut juga dengan pengamatan.
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data yang
diperoleh melalui pengamatan langsung pada objek penelitian.
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat berupa pengamatn
langsung dan pengamatan tidak langsung. Pengamatan langsung
yaitu peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran
matematika kelas III MI Ma’arif Dukuh. Sedangkan pengamatan
kelas III MI Ma’arif Dukuh untuk mengetahui permasalahan
-permasalahan pada pembelajaran matematika.
b. Tes
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam
bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan
logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah
piring yang terbuat dari tanah (Arikunto, 1999:52).
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan
jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Kusumah dan
Dwitagama, 2010:78-79).
Menurut Amir Da’in Indrakusuma (1972:27), (dalam
Sulistyorini, 2009:86) tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan
cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Menurut Muhtar Bukhori (dalam Sulistyorini, 2009:86) tes
adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau
kelompok murid.
Tes digunakan untuk memperoleh data atau yang bersifat
obyektif. Bersifat obyektif karena data yang diperoleh dari tes
digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada
materi pembelajaran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data atau
informasi yang berupa gambar atau foto dan dokumen. Teknik
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data profil umum
madrasah, proses belajar mengajar, serta hasil pembelajaran di
kelas III MI Ma’arif Dukuh tahun pelajaran 2017/2018.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu alat pengumpul data
yang berperan sangat penting dalam penelitian tindakan kelas ini.
Bentuk instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Lembar pengamatan
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati kegiatan
guru dan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Lembar
pengamatan digunakan untuk mengetahui penerapan model student
team achievement division (STAD) menggunakan alat peraga blok
pecahan pada materi pecahan. Lembar pengamatan terdiri dari
lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.
1) Lembar observasi guru
Format penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan
pembelajaran model STAD dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 1.3 Format lembar observasi guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan model STAD
Fase STAD Indikator Kompetensi Skor
0 1 2 3 4
Fase STAD Indikator Kompetensi Skor perwakilan tim mempresentasi kan hasil kerja Guru bersama
berisi soal-soal dikerjakan apresiasi pada
Fase STAD Indikator Kompetensi Skor 0 1 2 3 4
ruh kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum
belajar materi selanjutnya Guru menutup pelajaran Jumlah
Rata-rata
Skala kategori penskoran: Kategori rata-rata:
Skor maksimal= 4 0,0-0,8 =kurang sekali
Skor minimal = 0 0,9-1,6 = kurang
1,7-2,4 = cukup
2,5-3,2 = baik
3,3-4,0 = baik sekali
2) Lembar observasi siswa
Tabel 1.4 Lembar Observasi Siswa
Fase STAD Indikator Kompetensi Skor
0 1 2 3 4
ketika di absen
Fase STAD Indikator Kompetensi Skor 0 1 2 3 4 bersemangat
saat mendapat motivasi kan penjelasan dari guru
Siswa bertanya jawab tentang materi
Siswa antusias mencari teman satu timnya Siswa melakukan simulasi model STAD
Siswa aktif dan kreatif dalam kerja tim Siswa bertanya
pada teman
Fase STAD Indikator Kompetensi Skor 0 1 2 3 4 membahas
hasil kerja tim
Kuis Siswa soal-soal kuis secara individu Siswa bersama guru
Antusias siswa dalam
menunggu penentuan skor tim
Siswa bertanya tentang materi
yang belum
Skala kategori penskoran: Kategori rata-rata:
Skor maksimal= 4 0,0-0,8 =kurang sekali
Skor minimal = 0 0,9-1,6 = kurang
1,7-2,4 = cukup
2,5-3,2 = baik
3,3-4,0 = baik sekali
b. Tes, digunakan untuk memperoleh nilai atau skor dari seseorang
sebagai hasil belajar materi pecahan sederhana. Bentuk tes yang
digunakan oleh peneliti adalah isian singkat.
c. Dokumentasi, digunakan untuk merekam kegiatan pembelajaran
penerapan model student team achievement division (STAD)
menggunakan alat peraga blok pecahan pada materi pecahan
sederhana.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan, mengorganisasikan secara
urut/sistematis, dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang
dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian
tindakan kelas (Arifah, 2017:84).
Menganalisis data dilakukan setelah data terkumpul lengkap.
Analisis data bertujuan untuk membandingkan nilai pada setiap siklus
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
adalah 65. Siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran matematika
apabila berhasil mencapai KKM yaitu dengan nilai ≥ 65. Sedangkan siswa dikatakan belum tuntas dalam pembelajaran matematika apabila
memperoleh nilai di bawah KKM yaitu < 65.
Menurut Trianto (2009:241) untuk menentukan ketuntasan
belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
KB =
x 100% Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu)
jika proporsi jawaban benar siswa ≥65%, dan suatu kelas dikatakan
tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut
terdapat ≥85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud,
1996:48), (dalam Trianto, 2009:241).
Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan perhitungan pada
masing-masing siklus untuk mengetahui perubahan dari sikulus I ke
siklus II. Perhitungan dilakukan dengan mencari nilai rata-rata setiapp
siklus. Perhitungan rata-rata dapat dirumusan sebagai berikut:
Keterangan:
M = Mean (nilai rata-rata)
ƩX = Jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai
setiap siswa
N = Jumlah/banyaknya siswa (Djamarah, 2000:264), (dalam Milati,
2017:26-27).
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami penyajian data
penelitian tindakan kelas ini, maka penulis memaparkan sistematika
penulisan sebagai berikut:
1. Bagian Awal meliputi: halaman sampul, halaman judul, lembar logo
IAIN, persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian tulisan,
pengesahan kelulusan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, daftar table, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian inti meliputi:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat/kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan. Metode penelitian meliputi rancangan penelitian, lokasi,
waktu dan subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, metode
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini berisi uraian tentang kajian teori dan kajian
pustaka.
Bab III Pelaksanaan Penelitian
Dalam bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan penelitian
pra siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan
siklus I dan pelaksanaan siklus II.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang uraian hasil deskripsi per siklus
yang membahas data hasil penelitian dan refleksi serta berisi
pembahasan.
Bab V Penutup
Pada bab penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir meliputi:
26
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam
Sulistyorini (2009:5) artinya berusaha (berlatih dan sebagainya)
supaya mendapat sesuatu kepandaian.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).
Menurut Winkel (2007:59), (dalam Suprihatiningrum,
2017:15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Dalam pandangan Arnie Fajar (2004:40), (dalam
Sulistyorini, 2009:5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau
pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk
S. Nasution (1995:35), (dalam Kastolani, 2014:53)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan-perubahan dalam sistem
saraf, penambahan pengetahuan, dan perubahan kelakuan berkat
pengalaman dan latihan.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap serta
memerlukan waktu yang memadai berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.
1) Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Arnie Fajar (2005:10-12), (dalam Sulistyorini,
2009:2-4) terdapat beberapa prinsip belajar yaitu:
a) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
b) Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada
situasi problematis.
c) Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna daripada
belajar dengan hafalan.
d) Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada
belajar secara terbagi-bagi.
e) Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari
pelajaran itu sendiri.
f) Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar adalah sebuah proses. Proses belajar bukanlah
suatu proses yang singkat. Dalam menjalani sebuah proses,
tentulah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dari proses tersebut. Oleh karena itu, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar perlu diperhatikan untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara maksimal.
Menurut Wasliman (2007:158), (dalam Susanto,
2013:12) hasil belajar dicapai oleh peserta didik merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik
faktor internal maupun eksternal. Berikut secara rinci
penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
menurut Wasliman:
a) Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam
peserta didik. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat
dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b) Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar peserta didik.
Faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, dan
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (1979:51), (dalam
Suprihatiningrum, 2017:37) adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati
melalui penampilan siswa (learner’s performance).
b. Macam-macam hasil belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
pemahaman konsep (asek kognitif), keterampilan proses (aspek
psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman konsep
Menurut Bloom dalam Susanto (2013:6) menyatakan
bahwa pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa
dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat,
yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau
2) Keterampilan Proses
Menurut Usman dan Setiawati (1993:77), (dalam
Susanto, 2013:9) mengemukakan bahwa keterampilan proses
merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan
kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.
3) Sikap
Menurut Sardiman (1996:275), (dalam Susanto,
2013:11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan
sesuatu dengan cara metode, pola, dan teknik tertentu terhadap
dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun
objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau
tindakan seseorang.
3. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika
Menurut Johnson dan Rising dalam Runtukahu (2014:28)
matematika adalah:
1) Pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara
berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya.
2) Bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan
istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan
akurat.
3) Seni, dimana keindahannya terdapat keterututan dan
keharmonisan.
b. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan
kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasa yang baik terhadap materi matematika (Susanto,
2013:186-187).
Dalam pembelajaran matematika, guru dan siswa berperan
aktif dan menjadi pelaku pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai
apabila pembelajaran berjalan secara efektif.
c. Fungsi dan Tujuan Matematika
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah
dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan
Sedangkan secara khusus, tujuan pembelajaran matematika
di sekolah dasar, sebagaimana disajikan oleh Depdiknas dalam
Susanto (2013:190) sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam Generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika
Menurut Chamsiatin dalam Akbar (2013:8-9) Standar
Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan sesuai tingkat dan atau semester.
Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat
kompetensi matematika yang dilakukan dan harus ditunjukkan oleh
matematika (Milati, 2017:46-47). Dalam Standar Kompetensi
terdapat Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Materi pelajaran.
Ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika
ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, dan pengolahan
data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan
melakukan dan mengguknakan sifat-sifat operasi hitung bilangan.
Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan
mengidentifikasi sifat dan unsur bangun datar serta menentukan
keliling, luas, dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan
data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan,
dan mengolah data (Milati, 2017:47).
e. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD
dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka
guru hendaknya dapat menyajikan pemelajaran yang efektif dan
efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam
mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa
kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa
menyenangi mata pelajaran matematika.
Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang
ditekankan pada konsep-konsep matematika (Milati, 2017:48-49):
1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu
belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat
mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan
dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep
dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan
kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep
dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan
untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami
suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran
penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan
yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman
konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap
sudah tersampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester
atau kelas sebelumnya.
3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari
penananman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran
pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti
terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep
dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pembinaan
keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi
masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman
konsep.
4. Materi Pecahan Sederhana
Materi pecahan sederhana diperkenalkan pada awal semester 2
kelas III. Bilangan pecahan sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno
sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Mesir Kuno menggunakan pecahan
satuan dalam sistem bilangan mereka, misalnya ,
dan (Abdussakir, 2009:157).
Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran
sama yang berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (Sukajati, 2008:6). Dalam
materi pecahan sederhana kita mengenal istilah pembilang dan
penyebut yang dipisahkan dengan garis lurus.
5. Model Student Team Achievement Division
Model student team achievement division (STAD) merupakan
suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawannya di Universitas John Hopkin (Rusman, 2011:213).
Ide dasar yang melatarbelakangi pembelajaran kooperatif tipe
meningkatkan pemahaman materi yang telah disampaikan guru melalui
kerja sama kelompok (Supinah dan Agus, 2009:60).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara
heterogen (Trianto, 2009: 68).
Menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014:276), kelebihan
model student team achievement division (STAD) adalah sebagai
berikut:
a. Semua memiliki kesempatan untuk menerima hadiah setelah
menyelesaikan satu materi.
b. Siswa memiliki kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang
tinggi.
c. Hadiah kepada kelompok untuk memberikan motivasi berprestasi.
Kelemahan STAD menurut Mualisa (2015:41) adalah sebagai berikut:
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
c. Membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua
guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
Dalam merancang suatu model pembelajaran diperlukan
dilaksanakan. Menurut Trianto (2009:69-70), berikut adalah beberapa
persiapan dalam penerapan model student team achievement division
(STAD):
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, hal yang
perlu dipersiapkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), buku siswa dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Membentuk kelompok kooperatif
Dalam model pembelajaran STAD ini, kelompok dibentuk
secara heterogen. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang.
Pengelompokkan dapat dilakukan berdasarkan prestasi akademik.
c. Menentukan skor awal
Skor awal dapat ditentukan dengan melihat perolehan nilai
ulangan sebelumnya.
d. Pengaturan tempat duduk
Dalam model STAD ini, pengaturan tempat duduk sangatlah
penting. Tempat duduk diatur secara baik agar tidak menimbulkan
kekacauan.
e. Kerja kelompok
Dalam model STAD ini, kerja sama kelompok sangatlah
penting. Dalam kerja kelompok, siswa yang memiliki pengetahuan
baik dapat membimbing teman sekelompoknya yang memiliki
masing-masing anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran
dengan baik.
6. Alat Peraga Matematika a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang
abstrak agar peserta didik mampu mengerti arti sebenarnya dari
konsep yang dipelajari (Saminanto, 2013:5).
b. Fungsi alat peraga
Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan
keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti
sebenarnya dari konsep yang dipelajari (Sukayati dan Suharjana,
2009:7).
Dengan menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar
mengajar diharapkan siswa dengan mudah menerima materi
pelajaran.
c. Jenis-Jenis Alat Peraga Matematika
Ada beberapa contoh alat peraga yang telah teridentifikasi
sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika sesuai SI/KD
mulai jenjang kelas I sampai dengan kelas VI sebagai berikut
(Sukayati dan Suharjana, 2009:15-16):
Tabel 2.1 Jenis-jenis alat peraga matematika
Kelas Alat Peraga
I 1. Blok Dienes/lidi/sedotan/biji-bijian.
3. Bangun ruang balok, kubus, prisma, tabung, bola, dan kerucut.
4. Bangun datar segitiga, segi empat, lingkaran.
5. Kartu permainan bilangan untuk penjumlahan dan
pengurangan.
6. Timbangan bilangan untuk penjumlahan dan
pengurangan.
7. Papan berpetak/berpaku.
II 1. Blok Dienes/lidi/sedotan (alat peraga kelas I).
2. Penggaris.
3. Timbangan benda.
4. Gambar benda-banda untuk menunjukan perkalian
2, 3, 4 dan lain-lain.Contoh: gambar roda sepeda motor, bemo, dan mobil.
5. Bangun datar segitiga, segi empat, lingkaran (alat peraga kelas I).
6. Kartu permainan bilangan untuk perkalian dan
pembagian.
7. Papan berpetak/berpaku (alat peraga kelas I).
III 1. Garis Bilangan.
2. Model uang-uangan.
3. Meteran/timbangan/model jam (alat peraga kelas I dan II).
4. Blok pecahan.
5. Bangun datar (alat peraga kelas I).
6. Kertas buffalo atau sejenisnya yang dibuat petak untuk menemukan rumus keliling dan luas bangun datar persegi dan persegi panjang.
7. Papan berpetak/berpaku (alat peraga kelas I).
8. Kartu permainan bilangan untuk pecahan.
IV 1. Model uang (alat peraga kelas I).
2. Peraga KPK dan FPB.
3. Busur derajat.
4. Kertas buffalo yang dibuat petak untuk
menentukan keliling dan menemukan rumus luas jajargenjang dan segitiga.
5. Peraga bilangan bulat (manik positif dan negatif).
6. Peraga garis bilangan bulat.
7. Blok pecahan (alat peraga kelas III).
8. Kartu permainan bilangan Romawi.
9. Kartu permainan untuk operasi campuran.
10. Bangun ruang (alat peraga kelas I).
11. Jaring-jaring balok dan kubus.
12. Kartu permainan pencerminan.
13. Peraga pencerminan.
menemukan rumus luas trapesium dan layang-layang.
2. Peraga volume kubus dan balok.
3. Kartu permainan untuk persen dan desimal.
4. Bangun datar dan ruang (alat peraga kelas
sebelumnya).
VI 1. Kertas buffalo untuk membuat bangun-bangun
lingkaran berfungsi menemukan rumus luas lingkaran.
2. Peraga untuk menemukan volum prisma, tabung,
dan kerucut.
3. Contoh-contoh tabel dan diagram gambar, batang,
dan lingkaran.
d. Syarat dan Kriteria Alat Peraga Matematika
Menurut E.T Ruseffendi (dalam Sukayati dan Suharjana,
2009:10) ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga
agar fungsi atau manfaat dari alat peraga tersebut sesuai dengan
yang diharapkan dalam pembelajaran:
1) Sesuai dengan konsep matematika.
2) Dapat memperjelas konsep matematika, baik dalam bentuk
real, gambar atau diagram dan bukan sebaliknya (mempersulit
pemahaman konsep matematika).
3) Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat).
4) Bentuk dan warnanya menarik.
5) Dari bahan yang aman bagi kesehatan peserta didik.
6) Sederhana dan mudah dikelola.
7) Ukuran sesuai atau seimbang dengan ukuran fisik peserta didik.
8) Peragan diharapkan menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep
berpikir abstrak peserta didik, karena alat peraga tersebut dapat
dipasangkan, dan sebagainya) agar peserta didik dapat belajar
secara aktif baik secara individual maupun kelompok.
9) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak.
7. Alat Peraga Blok Pecahan
a. Pengertian Alat Peraga Blok Pecahan
Alat peraga blok pecahan merupakan alat peraga yang
berbentuk lingkaran yang terbuat dari kertas karton. Blok pecahan
ini berfungsi sebagai pengganti dari benda-benda aslinya yang
digunakan sebagai peraga pecahan sederhana. Dengan
menghadirkan alat peraga blok pecahan ini, diharapkan siswa yang
masih dalam taraf berpikir konkret dapat menyerap materi
pembelajaran dengan mudah.
Menurut Sukayati dan Suharjana (2009:30-31), alat peraga
blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas III, IV,
V, VI SD dalam konsep materi:
1) Pecahan , , , , ,
, ,
2) Membandingkan pecahan
3) Pecahan senilai
4) Penjumlahan dan pengurangan pecahan
b. Cara Pembuatan Alat Peraga Blok Pecahan
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan yaitu kertas karton
tebal, busur derajat, solasi, spidol, penggaris, cutter, mika
transparan, doubletip, label.
2) Bagi kertas karton tebal menjadi beberapa bagian (pecahan).
3) Potong karton tebal yang sudah berpola pecahan.
4) Beri label kertas karton yang sudah dipotong sesuai dengan
nilai pecahannya.
5) Lapisi kertas karton dengan solasi.
6) Tempel kertas karton tebal pada mika transparan dengan
doubletip.
7) Alat peraga blok pecahan siap digunakan.
c. Cara Penggunaan Alat Peraga Blok Pecahan
Cara menggunakan alat peraga blok pecahan adalah sebagai
berikut:
1) Pada konsep pecahan sederhana, ambilah blok pecahan sesuai
dengan pecahan yang akan dipelajari. Contoh: guru
memperkenalkan kepada siswa tentang pecahan maka guru
mengambil blok pecahan yang melambangkan pecahan
dihadapan siswa. Berikut adalah tabel memperagakan konsep
pecahan sederhana menurut Sukayati dan Suharjana (2009:31):
Tabel 2.2 memperagakan konsep pecahan sederhana
Lingkaran utuh digunakan untuk
Lingkaran yang dipotong menjadi 2 bagian
sama digunakan untuk memperagakan
konsep an, masing-masing
melambangkan dan dibaca setengah/satu
per dua/seperdua.
“1” disebut pembilang (merupakan 1
bagian potongan yang diambil ).
“2” disebut penyebut (merupakan
banyaknya potongan yang sama dari
potongan yang utuh).
Lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian
sama digunakan untuk memperagakan
konsep pecahan an. Bila mengambil 2
potong maka disebut (dua per empat) dan
bila mengambil 3 potong maka disebut
(tiga per empat).
Peragaan dapat dilanjutkan untuk an,
an, an,
an, an, dan an.
2) Pada konsep operasi pecahan, ambilah blok pecahan sesuai
dengan pecahan yang akan dipelajari. Contoh: guru akan
blok pecahan kemudian ambil blok pecahan lagi dan ajak
siswa untuk menghitung hasilnya. Hal tersebut juga berlaku
pada operasi pengurangan pecahan.
3) Pada konsep perbandingan pecahan, ambilah blok pecahan
yang akan dibandingkan di hadapan siswa. Ajak siswa untuk
membandingkan pecahan yang dipelajari.
8. Teori Pembelajaran Matematika
Dalam mengajar matematika, guru memerlukan teori yang
berfungsi untuk mengobservasi atau mengamati tingkah laku siswa
dalam belajar. Dengan mengobservasi atau mengamati siswa, guru
dapat menentukan model pembelajaran matematika yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, guru harus mengerti dan
memahami tahap berpikir siswa agar materi yang disampaikan sesuai.
Berikut adalah beberapa teori pembelajaran matematika yang dapat
dijadikan landasan guru dalam mengajar matematika di SD/MI:
a. Teori belajar Jean Pieget
Sam’s (2010:20) mengatakan bahwa dalam teori ini,
tahapan berpikir dibagi menjadi empat yaitu tahap sensori motorik
(usia kurang dari 2 tahun), tahap praoperasi (2-6 tahun), tahap
operasi konkret (7-11 tahun) dan tahap formal (11 tahun ke atas).
Rentang usia siswa SD/MI pada umumnya adalah 7-12
tahun. Pada rentang usia 7-12 tahun, anak masih dalam tahap
sebaiknya menghadirkan benda-benda konkret atau manipulasi
benda-benda konkret untuk memudahkan pemahaman materi
pembelajaran yang disampaikan.
b. Teori belajar Burner
Menurut Burner dalam Shadiq dan Mustajab (2011:36), ada
tiga tahap belajar yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap
enaktif, siswa mempelajari matematika dengan nyata atau konkret.
Dengan kata lain, siswa pada tahap ini belajar mamtematika
melalui pengamatan menggunakan panca inderanya. Dengan cara
tersebut, diharapkan siswa dapat lebih mudah mempelajari materi
pelajaran yang diberikan oleh guru. Kemudian pada tahap ikonik,
siswa sudah dapat mempelajarai suatu materi pelajaran dalam
bentuk gambar atau diagram. Tahap ketiga yaitu tahap simbolik
dimana siswa mengalami proses abstraksi dari materi pelajaran
yang diterimanya.
Dengan demikian, peragaan dalam bentuk enaktif dan
ikonik selama pembelajaran matematika adalah sangat penting
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
mempelajari matematika sebelum mereka menggunakan bentuk
simbolik.
c. Teori Sosial Kultural Vygotsky
Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif tergantung pada
perkembangan terjadi melalui interaksi dengan yang lain
(Suprihatiningrum, 2017:27).
Menurut Nur dalam Suprihatingrum (2017:27), kontribusi
yang paling penting dalam teori Vygotsky adalah penekanan pada
hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa
pembelajaran terjadi apabila anak belajar atau bekerja pada daerah
perkembangan terdekat mereka.
Berikut adalah implikasi dari teori Vygotsky dalam
pembelajaran:
1) Pembelajaran dapat direncanakan untuk menyediakan latihan
pada bagian atas tingkat atau lapisan zona perkembangan
terdekat bagi anak-anak secara individu atau bagi kelompok
anak-anak.
2) Kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif dapat direncanakan
dengan kelompok-kelompok anak pada tingkat-tingkat
kemampuan berbeda yang dapat saling membantu.
3) Dalam pembelajaran ditekankan scaffolding sehingga siswa
semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap
9. Kaitan Antara Hasil Belajar Matematika dengan Model Student Team Achievement Division (STAD) Menggunakan Alat Peraga Blok Pecahan
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman
kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu
syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutya.
Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara
kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang
berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus
dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu
(Susanto, 2013: 183).
Pada usia sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),
menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional
konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia
sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami
matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika
relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada
umumnya (Susanto, 2013: 183-184).
Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen
pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi