• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA DENGAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN PADA SISWA KELAS IIIMI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA DENGAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN PADA SISWA KELAS IIIMI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPS"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN

PADA SISWA KELAS IIIMI MA’ARIF DUKUH

KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

IKO RIZKI AMALIYAH

11514015

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

ii

MATERI PECAHAN SEDERHANA DENGAN MODEL

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN

PADA SISWA KELAS IIIMI MA’ARIF DUKUH

KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

IKO RIZKI AMALIYAH

11514015

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Sosok terhebatku yaitu Ibuku tersayang Maidah yang telah membesarkan,

mendidik, memberikan biaya, semangat, membimbing dengan tulus, serta

do’a yang tiada henti demi tercapainya cita-cita yang indah untuk anaknya.

2. Keluarga besar bani Sucipto dan bani Jabidin yang selalu mendoakan,

menyemangati, memotivasi, dan mendo’akan demi kelancaran segala

urusan.

3. Para dosen, dosen pembimbing akademik bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si.

serta dosen pembimbing bapak Jaka Siswanta, M.Pd. yang telah tulus

membimbing dan memberi ilmu yang bermanfaat bagi saya dalam

menyelesaikan pendidikan ini.

4. Sahabat-sahabat tercinta terutama Siti Ashfiyah yang selalu memberi

(8)

viii

S.Pd yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Keluarga Almas Salatiga (Alumni Ponpes Almadani Semarang di Salatiga)

yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

7. Keluarga KKN (Kuliah Kerja Nyata) posko 39 yang senantiasa

memberikan motivasi dan dukungan.

8. Keluarga besar Forum Mahasiswa Ngapak (FORMAPAK) IAIN Salatiga

yang telah memberi warna dan memberi dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat mahasiswa pejuang skripsi serta keluarga besar PGMI

terutama angkatan 2014 yang tak henti-hentinya saling menyemangati.

10.Tak lupa juga saya persembahkan kepada pembaca yang budiman semoga

(9)

ix

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi

Pecahan Sederhana dengan Model Student Team Achievement Division (STAD)

Menggunakan Alat Peraga Blok Pecahan Pada Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 ini sebagai tugas

dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam dengan penuh ketulusan

yang kaya akan khazanah keilmuan di dalamnya. Rasa syukur penulis haturkan

dengan terselesaikannya skripsi ini. Bagi penulis, penyususnan skripsi ini

merupakan tugas akhir dalam jenjang strata 1 dan suatu tugas yang tidak ringan.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa banyak hambatan yang menghadang

selama proses penyusunan skripsi ini, hal tersebut dikarenakan keterbatasan

kemampuan penulis. Hingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini tentunya dengan banyuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah rela

(10)

x

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan saran yang membangun kepada

penulis.

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang

senantiasa memberi semangat dan bimbingannya pada penulis.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memotivasi, memberikan arahan, bimbingan serta keikhlasan untuk

membantu sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik, staf perpustakaan maupun keluarga besar civitas akademik IAIN

Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

7. Bapak Muhammad Muzaki, S.Pd.Iselaku Kepala MI Ma’arifDukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.

8. Ibu Basiroh, S.Pd.I selaku wali kelas III MI Ma’arif Dukuh yang berkenan

menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah berkenan

untuk menjadi subjek penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa

(11)

xi

pembaca serta memberikan kontribusi bagi negara.

Salatiga, 21 Maret 2018

Penulis,

Iko Rizki Amaliyah

(12)

xii

Amaliyah, Iko Rizki. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas

Pecahan Sederhana dengan Model Student Team Achievement Division

(STAD) Menggunakan Alat Peraga Blok Pecahan Pada Siswa Kelas III MI

Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Student Team Achievement Division (STAD), Alat Peraga Blok Pecahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model student

team achievement division (STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana pada siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga Tahun Pelajaran

2017/2018. Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas III MI Ma’arif Dukuh

dan siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh yang terdiri dari 27 siswa yaitu 9 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis (isian singkat), lembar observasi guru dan siswa, serta dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai hasil belajar tiap

siklus yang berpatokan pada KKM MI Ma’arif Dukuh yakni 65 dengan

Ketuntasan Klasikal yakni 85%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model student team

(13)

xiii

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

LEMBAR BERLOGO IAIN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

PENGESAHAN KELULUSAN... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

xix

xx

1

4

(14)

D. Manfaat Penelitian...

1. Manfaat Secara Teoritis...

2. Manfaat Secara Praktis...

E. Definisi Operasional...

1. Hasil Belajar...

2. Matematika...

3. PecahanSederhana...

4. Model Student Team Achievement Division (STAD) ....

5. Alat Peraga Blok Pecahan...

F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...

1. Hipotesis Tindakan...

2. Indikator Keberhasilan...

G. Metode Penelitian...

1. Rancangan Penelitian...

2. Subjek Penelitian...

3. Langkah-langkah Penelitian...

4. Metode Pengumpulan Data ...

5. Instrumen Penelitian...

6. Analisis Data ...

H. Sistematika Penulisan...

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori...

(15)

B. Kajian Pustaka...

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pra Siklus... B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II...

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Per Siklus... B. Pembahasan...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN-LAMPIRAN...

49

50

52

62

74

79

103

103

106

(16)

xvi

Tabel 1.1 Fase-fase Pembelajaran STAD ... 8

Tabel 1.2 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh………… ... 12

Tabel 1.3 Lembar Observasi Guru ... 17

Tabel 1.4 Lembar Observasi Siswa ... 19

Tabel 2.1 Jenis-jenis Alat Peraga Matematika ... 38

Tabel 2.2 Memperagakan Konsep Pecahan Sederhana... 42

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh ... 50

Tabel 3.2 Nilai Pra Siklus ... 51

Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 55

Tabel 3.4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 58

Tabel 3.5 Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 61

Tabel 3.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 66

Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 69

Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 68

Tabel 4.1 Nilai Pra Siklus ... 74

Tabel 4.2 Nilai Siklus I ... 76

Tabel 4.3 Nilai Siklus II ... 78

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ... 79

Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 84

(17)
(18)

xviii

Gambar 1.1 Siklus PTK ... 11

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Nilai Pra Siklus………... 90

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus I ... 91

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus I ... 100

(19)

xix

Lampiran 3 Dokumentasi ... 123

Lampiran 4 Lembar Kerja Tim Siklus I ... 125

Lampiran 5 Lembar Kerja Tim Siklus II ... 126

Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus I ... 127

Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus II ... 128

Lampiran 8 Daftar Nilai Evaluasi Siklus I ... 130

Lampiran 9 Daftar Nilai Evaluasi Siklus II ... 131

Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 132

Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 135

Lampiran 12 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 138

Lampiran13 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 141

Lampiran 14 Jawaban Soal Tim Siklus I dan II ... 145

Lampiran 15 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 146

Lampiran 16 Profil MI Ma’arif Dukuh ... 147

Lampiran 17 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 149

Lampiran 18 Surat Izin Penelitian... 150

Lampiran 19 Surat Keterangan Penelitian ... 151

(20)

xx

(21)

1

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahui segala hal serta

menyiapkan manusia di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan haruslah

mempunyai suatu tujuan yakni mengembangkan potensi yang ada dalam

diri setiap individu. Dalam mengembangkan potensi setiap individu

tersebut, diperlukan adanya sebuah pembelajaran yang dapat dilaksanakan

melalui pendidikan formal, informal maupun non formal.

Dalam dunia pendidikan, kita mengenal istilah pembelajaran.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membelajarkan siswa atau

membuat siswa belajar (Helmiati, 2012:5). Pembelajaran yang baik akan

menghasilkan hasil pembelajaran yang baik pula. Pembelajaran dikatakan

berhasil apabila hasil belajar dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal

atau yang biasa dikenal dengan sebutan KKM. Untuk mencapai suatu

kriteria ketuntasan minimal tidaklah mudah. Namun, guru dapat membuat

siswanya mencapai kriteria ketuntasan minimal tersebut dengan

usaha-usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajarannya seperti melakukan

inovasi model pembelajaran dan alat peraga yang digunakan sebagai

perantara penyampaian materi dalam proses pembelajaran. Dengan

melakukan inovasi model pembelajaran dan pengembangan alat peraga,

(22)

Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti di MI Ma’arif Dukuh

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga melalui wawancara dengan guru

kelas III yaitu ibu Basiroh, S.Pd.I, ditemukan beberapa masalah dalam

pembelajaran matematika, antara lain adalah kurangnya minat siswa

terhadap mata pelajaran matematika karena pembelajaran yang

disampaikan oleh guru bersifat monoton, kurangnya pemahaman siswa

terhadap materi matematika yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan

pembelajaran belum tercapai, adanya anggapan bahwa matematika adalah

mata pelajaran yang menakutkan, siswa merasa kesulitan dalam menyerap

informasi yang disampaikan oleh guru karena kurangnya penggunaan alat

peraga sebagai penunjang proses pembelajaran.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dilihat dari data nilai ulangan harian

matematika yang kurang memuaskan. Berdasarkan data siswa kelas III MI

Ma’arif Dukuh berjumlah 27 siswa dan hanya 37,04% (10 siswa) yang

sudah mencapai KKM, sedangkan 62,96% (17 siswa) belum mencapai

KKM.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, peneliti berdiskusi dengan guru

kelas III MI Ma’arif Dukuh mengenai model dan alat peraga yang dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Dengan adanya

penggunaan model pembelajaran dan alat peraga yang sesuai dan menarik

diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini,

peneliti mencoba menawarkan model pembelajaran Student Team

(23)

sebagai solusi tepat mengatasi masalah pembelajaran matematika materi

pecahan sederhana di kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti

Kota Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.

STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada,

mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan sosial dan ilmu

pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua

sampai perguruan tinggi (Slavin, 2005:12).

Alat peraga blok pecahan adalah alat bantu untuk menyampaikan

pembelajaran pecahan sederhana kelas III yang terbuat dari kertas karton

tebal yang terbagi dalam bagian-bagian kecil (pecahan) dilapisi solasi dan

ditempelkan pada mika transparan.

Menurut Estiningsih (1994), (dalam Sukayati dan Suharjana,

2009:6) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung

atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Dengan menggunakan

alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat

mempermudah siswa dalam menerima materi pelaran yang disampaikan

oleh guru. Dengan tersampaikannya materi pelajaran dengan baik maka

tujuan pembelajaran akan tercapai juga.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu adanya

penyelesaian masalah yang akan disampaikan dalam skripsi yang berjudul

(24)

Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: “Apakah penerapan model student team achievement

division (STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan dapat

meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana pada

siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

Tahun Pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan

sederhana dengan penerapan model student team achievement division

(STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan pada siswa kelas III MI

Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai cara mengatasi permasalahan dalam proses

pembelajaran terutama bagaimana cara meningkatkan hasil belajar

matematika materi pecahan sederhana kelas III madrasah ibtidaiyah.

(25)

mengenai penerapan model student team achievement division (STAD)

menggunakan alat peraga blok pecahan.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi siswa

1) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2) Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran

matematika.

3) Meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru

1) Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru

mampu menilai kekurangan diri sendiri dalam pembelajaran

yang dikelolanya.

2) Guru termotivasi untuk melakukan inovasi model dan alat

peraga pembelajaran.

3) Meningkatkan rasa percaya diri dan kinerja guru.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan memberikan nilai tambah positif MI Ma’arif

Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

d. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

(26)

achievement division (STAD) menggunakan alat peraga blok

pecahan pada materi pecahan sederhana.

E. Definisi Operasional

Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahpahaman pembaca dengan

peneliti mengenai istilah-isltilah yang digunakan dalam judul penelitian

maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (1979:51), (dalam

Suprihatiningrum, 2017:37) adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati

melalui penampilan siswa (learner’s performance).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang dari pengalaman

belajar yang dapat diamati dari penampilan siswa.

2. Matematika

Johnson dan Rising (1972) dalam Runtukahu dan Kandou

(2014:28) mengatakan sebagai berikut:

a. Matematika merupakan pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan

teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsure-unsur yang

didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma,

(27)

b. Matematika ialah simbol tentang berbagai gagasan dengan

menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas,

dan akurat.

c. Matematika ialah seni, diaman keindahannya terdapat dalam

keruntutan dan keharmonisan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat simbol-simbol dengan pola

keteraturan dan bersifat abstrak.

3. Pecahan sederhana

Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran

sama berasal dari bahasa Latin Fractio yang berarti memecah menjadi

bagian-bagian yang lebih kecil (Sukajati, 2008:6).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa pecahan adalah suatu bagian dari keseluruhan yang ada menjadi

beberapa bagian yang lebih kecil.

4. Model Student Team Achievement Division

Model student team achievement division (STAD) merupakan

suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawannya di Hopkins University.

Menurut Slavin (2007), (dalam Rusman, 2011:213) model

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan variasi

pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model STAD

(28)

matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan sebagainya pada

tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Menurut Tritanto (2009:70-71), fase-fase pembelajaran STAD

terdiri dari enam fase seperti tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Fase-fase pembelajaran STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

5. Alat Peraga Blok Pecahan

Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk membantu

menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak agar peserta

didik mampu mengerti arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari

(Saminanto, 2013:5).

Menurut Permana dalam Kastolani (2014:8) alat peraga

(29)

latin merupakan bentuk jamak mediuim berarti perantara yang dipakai

untuk menunjukkan alat peraga diartikan sebagai perantara atau

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Blok pecahan ini sangat bermanfaat bagi siswa sebagai

pengganti dari benda-benda aslinya, dan dapat digunakan untuk

memperagakan konsep pecahan, pecahan senilai, penjumlahan dan

pengurangan pecahan (Sukajati, 2008:11).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa alat

peraga adalah suatu alat perantara untuk mengembangkan konsep

abstrak materi pelajaran agar siswa lebih mudah dalam mempelajari

materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Alat peraga blok pecahan

adalah alat peraga sebagai ganti dari benda-benda aslinya yang

digunakan untuk memperagakan materi pecahan sederhana yang

terbuat dari kertas karton tebal yang terbagi menjadi bagian-bagian

kecil (pecahan) dilapisi solasi dan ditempelkan pada mika transparan.

F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan pernyataan sementara peneliti

berdasar kajian pustaka bahwa jika dilakukan tindakan ini maka

diyakini akan mengatasi masalah itu (Daryanto, 2014:71-72).

Hipotesis tindakan dalam penelitian kelas ini adalah penerapan

model student team achievement division (STAD) menggunakan alat

(30)

materi pecahan sederhana pada siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model student team achievement division (STAD)

menggunakan alat peraga blok pecahan ini dikatakan berhasil apabila

mencapai indikator yang telah dirumuskan oleh peneliti. Indikator

yang telah dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui

penerapan model student team achievement division (STAD)

menggunakan alat peraga blok pecahan dari siklus pertama dan

siklus kedua.

b. Nilai siswa secara individu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) ≥ 65 serta tercapai ketuntasan siswa secara klasikal

dalam pembelajaran matematika, khususnya materi pecahan

sederhana adalah 85% siswa di kelas dapat mencapai KKM

(Trianto, 2011:191), (dalam Milati, 2017:8).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

kelas (PTK). Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dalam

penelitiannya dikarenakan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika materi pecahan sederhana menggunakan model student

(31)

pecahan pada siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh tahun pelajaran

2017/2018. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengamat,

sedangkan proses pembelajaran sepenuhnya dilaksanakan oleh guru

dan siswa.

PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata, yaitu

penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati

suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk

menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian

tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana

dengan tujuan tertentu. Kelas adalah tempat dimana sekelompok

peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama (Arifah,

2017:23).

Secara umum PTK terdiri dari empat langkah yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut adalah

gambaran keempat langkah dalam PTK yang dikemukakan oleh

Suharsini Arikunto dalam Suyadi (2011:53-54):

Gambar 1.1 Model tahapan dalam PTK Perencanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Pengamatan Refleksi

Refleksi

?

Siklus I

(32)

2. Subjek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru

kelas III dan siswa kelas III MI Ma’arif Dukuh Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan

jumlah siswa 27 siswa dengan 18 siswa laki-laki dan 9 siswa

perempuan.

Tabel 1.2 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh

No Nama Siswa Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

1. Matiyus Subandi √

2. Ziyanka Arroskha Shifarani √

3. Zyfa Fadila √

4. Muhammad Hanafi Afandy √

5. Hariz Evan Ardianto √

6. Sukma Aji Nur Ilyas √

7. Friska Kaela Nugraheni √

8. Akmal Farish A’la √

9. Sokhifa Radix Kunaifi √

10. Laela Ulya Nurul Alifah √

11. Ivan Umar Ma’rifat √

12. Dwi Nur Aini √

13. Ishmah Syahheema Zuha √

14. Djanuart Bayu Wibowo √

15. Hidayat Arifianto √

16. Muhammad Rafli Nasrullah √

17. Muhammad Raffa Sanjaya √

18. Nabila Sausan Prasetyo √

19. Khofifah Anindita Indar P. √

20. Muhammad Akbar Rizky √

21. Muslikhatunni’mah √

22. Afif Faturrohman √

23. Raihan Khoirul Anam √

24. Najmu Tsaqib Muhammad √

25. Galang Dirga Pratama √

26. Ridlo Sanjaya Putra √

(33)

No Nama Siswa Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Jumlah 9 18

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Dukuh yang

beralamat di Jalan Wisnu RT.04 RW.01 Dukuh, Kecamatan

Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.

c. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal

27-28 Februari 2018.

3. Langkah-langkah Penelitian

Pada dasarnya penelitian tindakan kelas terdiri dari empat

tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Adapun penjelasan

tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), alat peraga blok pecahan, lembar observasi

guru, lembar observasi siswa, lembar evaluasi siswa berupa tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran

dengan menerapkan model student team achievement division

(STAD) menggunakan alat peraga blok pecahan, dan peneliti

(34)

c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap

guru dan siswa. Pengamatan yang dilakukan mencakup respon

siswa terhadap pembelajaran dan keaktifan siswa. Pengamatan ini

dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan

kelas yang sedang berlangsung.

d. Refleksi

Tahap refleksi bertujuan untuk mengkaji tindakan yang

telah dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi untuk

penyempurnaan tindakan berikutnya.

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik

pengumpulan data berupa:

a. Observasi

Observasi dapat disebut juga dengan pengamatan.

Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data yang

diperoleh melalui pengamatan langsung pada objek penelitian.

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat berupa pengamatn

langsung dan pengamatan tidak langsung. Pengamatan langsung

yaitu peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran

matematika kelas III MI Ma’arif Dukuh. Sedangkan pengamatan

(35)

kelas III MI Ma’arif Dukuh untuk mengetahui permasalahan

-permasalahan pada pembelajaran matematika.

b. Tes

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam

bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan

logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah

piring yang terbuat dari tanah (Arikunto, 1999:52).

Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan

kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan

jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Kusumah dan

Dwitagama, 2010:78-79).

Menurut Amir Da’in Indrakusuma (1972:27), (dalam

Sulistyorini, 2009:86) tes adalah suatu alat atau prosedur yang

sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau

keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan

cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

Menurut Muhtar Bukhori (dalam Sulistyorini, 2009:86) tes

adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau

kelompok murid.

Tes digunakan untuk memperoleh data atau yang bersifat

obyektif. Bersifat obyektif karena data yang diperoleh dari tes

(36)

digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada

materi pembelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data atau

informasi yang berupa gambar atau foto dan dokumen. Teknik

dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data profil umum

madrasah, proses belajar mengajar, serta hasil pembelajaran di

kelas III MI Ma’arif Dukuh tahun pelajaran 2017/2018.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu alat pengumpul data

yang berperan sangat penting dalam penelitian tindakan kelas ini.

Bentuk instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Lembar pengamatan

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati kegiatan

guru dan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Lembar

pengamatan digunakan untuk mengetahui penerapan model student

team achievement division (STAD) menggunakan alat peraga blok

pecahan pada materi pecahan. Lembar pengamatan terdiri dari

lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.

1) Lembar observasi guru

Format penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan

pembelajaran model STAD dapat dilihat dari tabel berikut ini

(37)

Tabel 1.3 Format lembar observasi guru dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan model STAD

Fase STAD Indikator Kompetensi Skor

0 1 2 3 4

(38)

Fase STAD Indikator Kompetensi Skor perwakilan tim mempresentasi kan hasil kerja Guru bersama

berisi soal-soal dikerjakan apresiasi pada

(39)

Fase STAD Indikator Kompetensi Skor 0 1 2 3 4

ruh kesempatan

kepada siswa untuk bertanya tentang materi

yang belum

belajar materi selanjutnya Guru menutup pelajaran Jumlah

Rata-rata

Skala kategori penskoran: Kategori rata-rata:

Skor maksimal= 4 0,0-0,8 =kurang sekali

Skor minimal = 0 0,9-1,6 = kurang

1,7-2,4 = cukup

2,5-3,2 = baik

3,3-4,0 = baik sekali

2) Lembar observasi siswa

Tabel 1.4 Lembar Observasi Siswa

Fase STAD Indikator Kompetensi Skor

0 1 2 3 4

ketika di absen

(40)

Fase STAD Indikator Kompetensi Skor 0 1 2 3 4 bersemangat

saat mendapat motivasi kan penjelasan dari guru

Siswa bertanya jawab tentang materi

Siswa antusias mencari teman satu timnya Siswa melakukan simulasi model STAD

Siswa aktif dan kreatif dalam kerja tim Siswa bertanya

pada teman

(41)

Fase STAD Indikator Kompetensi Skor 0 1 2 3 4 membahas

hasil kerja tim

Kuis Siswa soal-soal kuis secara individu Siswa bersama guru

Antusias siswa dalam

menunggu penentuan skor tim

Siswa bertanya tentang materi

yang belum

(42)

Skala kategori penskoran: Kategori rata-rata:

Skor maksimal= 4 0,0-0,8 =kurang sekali

Skor minimal = 0 0,9-1,6 = kurang

1,7-2,4 = cukup

2,5-3,2 = baik

3,3-4,0 = baik sekali

b. Tes, digunakan untuk memperoleh nilai atau skor dari seseorang

sebagai hasil belajar materi pecahan sederhana. Bentuk tes yang

digunakan oleh peneliti adalah isian singkat.

c. Dokumentasi, digunakan untuk merekam kegiatan pembelajaran

penerapan model student team achievement division (STAD)

menggunakan alat peraga blok pecahan pada materi pecahan

sederhana.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksikan, mengorganisasikan secara

urut/sistematis, dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang

dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian

tindakan kelas (Arifah, 2017:84).

Menganalisis data dilakukan setelah data terkumpul lengkap.

Analisis data bertujuan untuk membandingkan nilai pada setiap siklus

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan

(43)

adalah 65. Siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran matematika

apabila berhasil mencapai KKM yaitu dengan nilai ≥ 65. Sedangkan siswa dikatakan belum tuntas dalam pembelajaran matematika apabila

memperoleh nilai di bawah KKM yaitu < 65.

Menurut Trianto (2009:241) untuk menentukan ketuntasan

belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

KB =

x 100% Keterangan:

KB = Ketuntasan Belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt = Jumlah skor total

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu)

jika proporsi jawaban benar siswa ≥65%, dan suatu kelas dikatakan

tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut

terdapat ≥85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud,

1996:48), (dalam Trianto, 2009:241).

Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan perhitungan pada

masing-masing siklus untuk mengetahui perubahan dari sikulus I ke

siklus II. Perhitungan dilakukan dengan mencari nilai rata-rata setiapp

siklus. Perhitungan rata-rata dapat dirumusan sebagai berikut:

(44)

Keterangan:

M = Mean (nilai rata-rata)

ƩX = Jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai

setiap siswa

N = Jumlah/banyaknya siswa (Djamarah, 2000:264), (dalam Milati,

2017:26-27).

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami penyajian data

penelitian tindakan kelas ini, maka penulis memaparkan sistematika

penulisan sebagai berikut:

1. Bagian Awal meliputi: halaman sampul, halaman judul, lembar logo

IAIN, persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian tulisan,

pengesahan kelulusan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak,

daftar isi, daftar table, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian inti meliputi:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat/kegunaan

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan. Metode penelitian meliputi rancangan penelitian, lokasi,

waktu dan subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, metode

(45)

Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini berisi uraian tentang kajian teori dan kajian

pustaka.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan penelitian

pra siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan

siklus I dan pelaksanaan siklus II.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang uraian hasil deskripsi per siklus

yang membahas data hasil penelitian dan refleksi serta berisi

pembahasan.

Bab V Penutup

Pada bab penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

3. Bagian akhir meliputi:

(46)

26

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam

Sulistyorini (2009:5) artinya berusaha (berlatih dan sebagainya)

supaya mendapat sesuatu kepandaian.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).

Menurut Winkel (2007:59), (dalam Suprihatiningrum,

2017:15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Dalam pandangan Arnie Fajar (2004:40), (dalam

Sulistyorini, 2009:5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau

pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk

(47)

S. Nasution (1995:35), (dalam Kastolani, 2014:53)

mendefinisikan belajar sebagai perubahan-perubahan dalam sistem

saraf, penambahan pengetahuan, dan perubahan kelakuan berkat

pengalaman dan latihan.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap serta

memerlukan waktu yang memadai berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.

1) Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Arnie Fajar (2005:10-12), (dalam Sulistyorini,

2009:2-4) terdapat beberapa prinsip belajar yaitu:

a) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

b) Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada

situasi problematis.

c) Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna daripada

belajar dengan hafalan.

d) Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada

belajar secara terbagi-bagi.

e) Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari

pelajaran itu sendiri.

f) Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

(48)

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar adalah sebuah proses. Proses belajar bukanlah

suatu proses yang singkat. Dalam menjalani sebuah proses,

tentulah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dari proses tersebut. Oleh karena itu, faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar perlu diperhatikan untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara maksimal.

Menurut Wasliman (2007:158), (dalam Susanto,

2013:12) hasil belajar dicapai oleh peserta didik merupakan

hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik

faktor internal maupun eksternal. Berikut secara rinci

penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

menurut Wasliman:

a) Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam

peserta didik. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat

dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b) Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar peserta didik.

Faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, dan

(49)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (1979:51), (dalam

Suprihatiningrum, 2017:37) adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati

melalui penampilan siswa (learner’s performance).

b. Macam-macam hasil belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi

pemahaman konsep (asek kognitif), keterampilan proses (aspek

psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih

jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemahaman konsep

Menurut Bloom dalam Susanto (2013:6) menyatakan

bahwa pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang

diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa

dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat,

yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau

(50)

2) Keterampilan Proses

Menurut Usman dan Setiawati (1993:77), (dalam

Susanto, 2013:9) mengemukakan bahwa keterampilan proses

merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan

kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu

siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,

nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai

suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

3) Sikap

Menurut Sardiman (1996:275), (dalam Susanto,

2013:11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan

sesuatu dengan cara metode, pola, dan teknik tertentu terhadap

dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun

objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau

tindakan seseorang.

3. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika

Menurut Johnson dan Rising dalam Runtukahu (2014:28)

matematika adalah:

1) Pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara

(51)

berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya.

2) Bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan

istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan

akurat.

3) Seni, dimana keindahannya terdapat keterututan dan

keharmonisan.

b. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar

mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasa yang baik terhadap materi matematika (Susanto,

2013:186-187).

Dalam pembelajaran matematika, guru dan siswa berperan

aktif dan menjadi pelaku pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai

apabila pembelajaran berjalan secara efektif.

c. Fungsi dan Tujuan Matematika

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah

dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan

(52)

Sedangkan secara khusus, tujuan pembelajaran matematika

di sekolah dasar, sebagaimana disajikan oleh Depdiknas dalam

Susanto (2013:190) sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam Generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,

dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Menurut Chamsiatin dalam Akbar (2013:8-9) Standar

Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan

ketrampilan sesuai tingkat dan atau semester.

Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat

kompetensi matematika yang dilakukan dan harus ditunjukkan oleh

(53)

matematika (Milati, 2017:46-47). Dalam Standar Kompetensi

terdapat Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Materi pelajaran.

Ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika

ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, dan pengolahan

data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan

melakukan dan mengguknakan sifat-sifat operasi hitung bilangan.

Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan

mengidentifikasi sifat dan unsur bangun datar serta menentukan

keliling, luas, dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan

data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan,

dan mengolah data (Milati, 2017:47).

e. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD

dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka

guru hendaknya dapat menyajikan pemelajaran yang efektif dan

efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam

mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa

kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa

menyenangi mata pelajaran matematika.

Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang

ditekankan pada konsep-konsep matematika (Milati, 2017:48-49):

1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu

(54)

belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat

mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan

dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep

dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan

kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru

matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep

dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan

untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari

penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami

suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua

pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran

penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua,

pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan

yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman

konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap

sudah tersampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester

atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari

penananman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran

pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil

dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti

(55)

terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari

pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep

dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pembinaan

keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi

masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman

konsep.

4. Materi Pecahan Sederhana

Materi pecahan sederhana diperkenalkan pada awal semester 2

kelas III. Bilangan pecahan sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno

sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Mesir Kuno menggunakan pecahan

satuan dalam sistem bilangan mereka, misalnya ,

dan (Abdussakir, 2009:157).

Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran

sama yang berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (Sukajati, 2008:6). Dalam

materi pecahan sederhana kita mengenal istilah pembilang dan

penyebut yang dipisahkan dengan garis lurus.

5. Model Student Team Achievement Division

Model student team achievement division (STAD) merupakan

suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawannya di Universitas John Hopkin (Rusman, 2011:213).

Ide dasar yang melatarbelakangi pembelajaran kooperatif tipe

(56)

meningkatkan pemahaman materi yang telah disampaikan guru melalui

kerja sama kelompok (Supinah dan Agus, 2009:60).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan satu tipe

dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara

heterogen (Trianto, 2009: 68).

Menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014:276), kelebihan

model student team achievement division (STAD) adalah sebagai

berikut:

a. Semua memiliki kesempatan untuk menerima hadiah setelah

menyelesaikan satu materi.

b. Siswa memiliki kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang

tinggi.

c. Hadiah kepada kelompok untuk memberikan motivasi berprestasi.

Kelemahan STAD menurut Mualisa (2015:41) adalah sebagai berikut:

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit

mencapai target kurikulum.

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada

umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

c. Membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua

guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

Dalam merancang suatu model pembelajaran diperlukan

(57)

dilaksanakan. Menurut Trianto (2009:69-70), berikut adalah beberapa

persiapan dalam penerapan model student team achievement division

(STAD):

a. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, hal yang

perlu dipersiapkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), buku siswa dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Membentuk kelompok kooperatif

Dalam model pembelajaran STAD ini, kelompok dibentuk

secara heterogen. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang.

Pengelompokkan dapat dilakukan berdasarkan prestasi akademik.

c. Menentukan skor awal

Skor awal dapat ditentukan dengan melihat perolehan nilai

ulangan sebelumnya.

d. Pengaturan tempat duduk

Dalam model STAD ini, pengaturan tempat duduk sangatlah

penting. Tempat duduk diatur secara baik agar tidak menimbulkan

kekacauan.

e. Kerja kelompok

Dalam model STAD ini, kerja sama kelompok sangatlah

penting. Dalam kerja kelompok, siswa yang memiliki pengetahuan

baik dapat membimbing teman sekelompoknya yang memiliki

(58)

masing-masing anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran

dengan baik.

6. Alat Peraga Matematika a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang

abstrak agar peserta didik mampu mengerti arti sebenarnya dari

konsep yang dipelajari (Saminanto, 2013:5).

b. Fungsi alat peraga

Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan

keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti

sebenarnya dari konsep yang dipelajari (Sukayati dan Suharjana,

2009:7).

Dengan menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar

mengajar diharapkan siswa dengan mudah menerima materi

pelajaran.

c. Jenis-Jenis Alat Peraga Matematika

Ada beberapa contoh alat peraga yang telah teridentifikasi

sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika sesuai SI/KD

mulai jenjang kelas I sampai dengan kelas VI sebagai berikut

(Sukayati dan Suharjana, 2009:15-16):

Tabel 2.1 Jenis-jenis alat peraga matematika

Kelas Alat Peraga

I 1. Blok Dienes/lidi/sedotan/biji-bijian.

(59)

3. Bangun ruang balok, kubus, prisma, tabung, bola, dan kerucut.

4. Bangun datar segitiga, segi empat, lingkaran.

5. Kartu permainan bilangan untuk penjumlahan dan

pengurangan.

6. Timbangan bilangan untuk penjumlahan dan

pengurangan.

7. Papan berpetak/berpaku.

II 1. Blok Dienes/lidi/sedotan (alat peraga kelas I).

2. Penggaris.

3. Timbangan benda.

4. Gambar benda-banda untuk menunjukan perkalian

2, 3, 4 dan lain-lain.Contoh: gambar roda sepeda motor, bemo, dan mobil.

5. Bangun datar segitiga, segi empat, lingkaran (alat peraga kelas I).

6. Kartu permainan bilangan untuk perkalian dan

pembagian.

7. Papan berpetak/berpaku (alat peraga kelas I).

III 1. Garis Bilangan.

2. Model uang-uangan.

3. Meteran/timbangan/model jam (alat peraga kelas I dan II).

4. Blok pecahan.

5. Bangun datar (alat peraga kelas I).

6. Kertas buffalo atau sejenisnya yang dibuat petak untuk menemukan rumus keliling dan luas bangun datar persegi dan persegi panjang.

7. Papan berpetak/berpaku (alat peraga kelas I).

8. Kartu permainan bilangan untuk pecahan.

IV 1. Model uang (alat peraga kelas I).

2. Peraga KPK dan FPB.

3. Busur derajat.

4. Kertas buffalo yang dibuat petak untuk

menentukan keliling dan menemukan rumus luas jajargenjang dan segitiga.

5. Peraga bilangan bulat (manik positif dan negatif).

6. Peraga garis bilangan bulat.

7. Blok pecahan (alat peraga kelas III).

8. Kartu permainan bilangan Romawi.

9. Kartu permainan untuk operasi campuran.

10. Bangun ruang (alat peraga kelas I).

11. Jaring-jaring balok dan kubus.

12. Kartu permainan pencerminan.

13. Peraga pencerminan.

(60)

menemukan rumus luas trapesium dan layang-layang.

2. Peraga volume kubus dan balok.

3. Kartu permainan untuk persen dan desimal.

4. Bangun datar dan ruang (alat peraga kelas

sebelumnya).

VI 1. Kertas buffalo untuk membuat bangun-bangun

lingkaran berfungsi menemukan rumus luas lingkaran.

2. Peraga untuk menemukan volum prisma, tabung,

dan kerucut.

3. Contoh-contoh tabel dan diagram gambar, batang,

dan lingkaran.

d. Syarat dan Kriteria Alat Peraga Matematika

Menurut E.T Ruseffendi (dalam Sukayati dan Suharjana,

2009:10) ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga

agar fungsi atau manfaat dari alat peraga tersebut sesuai dengan

yang diharapkan dalam pembelajaran:

1) Sesuai dengan konsep matematika.

2) Dapat memperjelas konsep matematika, baik dalam bentuk

real, gambar atau diagram dan bukan sebaliknya (mempersulit

pemahaman konsep matematika).

3) Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat).

4) Bentuk dan warnanya menarik.

5) Dari bahan yang aman bagi kesehatan peserta didik.

6) Sederhana dan mudah dikelola.

7) Ukuran sesuai atau seimbang dengan ukuran fisik peserta didik.

8) Peragan diharapkan menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep

berpikir abstrak peserta didik, karena alat peraga tersebut dapat

(61)

dipasangkan, dan sebagainya) agar peserta didik dapat belajar

secara aktif baik secara individual maupun kelompok.

9) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak.

7. Alat Peraga Blok Pecahan

a. Pengertian Alat Peraga Blok Pecahan

Alat peraga blok pecahan merupakan alat peraga yang

berbentuk lingkaran yang terbuat dari kertas karton. Blok pecahan

ini berfungsi sebagai pengganti dari benda-benda aslinya yang

digunakan sebagai peraga pecahan sederhana. Dengan

menghadirkan alat peraga blok pecahan ini, diharapkan siswa yang

masih dalam taraf berpikir konkret dapat menyerap materi

pembelajaran dengan mudah.

Menurut Sukayati dan Suharjana (2009:30-31), alat peraga

blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas III, IV,

V, VI SD dalam konsep materi:

1) Pecahan , , , , ,

, ,

2) Membandingkan pecahan

3) Pecahan senilai

4) Penjumlahan dan pengurangan pecahan

b. Cara Pembuatan Alat Peraga Blok Pecahan

(62)

1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan yaitu kertas karton

tebal, busur derajat, solasi, spidol, penggaris, cutter, mika

transparan, doubletip, label.

2) Bagi kertas karton tebal menjadi beberapa bagian (pecahan).

3) Potong karton tebal yang sudah berpola pecahan.

4) Beri label kertas karton yang sudah dipotong sesuai dengan

nilai pecahannya.

5) Lapisi kertas karton dengan solasi.

6) Tempel kertas karton tebal pada mika transparan dengan

doubletip.

7) Alat peraga blok pecahan siap digunakan.

c. Cara Penggunaan Alat Peraga Blok Pecahan

Cara menggunakan alat peraga blok pecahan adalah sebagai

berikut:

1) Pada konsep pecahan sederhana, ambilah blok pecahan sesuai

dengan pecahan yang akan dipelajari. Contoh: guru

memperkenalkan kepada siswa tentang pecahan maka guru

mengambil blok pecahan yang melambangkan pecahan

dihadapan siswa. Berikut adalah tabel memperagakan konsep

pecahan sederhana menurut Sukayati dan Suharjana (2009:31):

Tabel 2.2 memperagakan konsep pecahan sederhana

Lingkaran utuh digunakan untuk

(63)

Lingkaran yang dipotong menjadi 2 bagian

sama digunakan untuk memperagakan

konsep an, masing-masing

melambangkan dan dibaca setengah/satu

per dua/seperdua.

“1” disebut pembilang (merupakan 1

bagian potongan yang diambil ).

“2” disebut penyebut (merupakan

banyaknya potongan yang sama dari

potongan yang utuh).

Lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian

sama digunakan untuk memperagakan

konsep pecahan an. Bila mengambil 2

potong maka disebut (dua per empat) dan

bila mengambil 3 potong maka disebut

(tiga per empat).

Peragaan dapat dilanjutkan untuk an,

an, an,

an, an, dan an.

2) Pada konsep operasi pecahan, ambilah blok pecahan sesuai

dengan pecahan yang akan dipelajari. Contoh: guru akan

(64)

blok pecahan kemudian ambil blok pecahan lagi dan ajak

siswa untuk menghitung hasilnya. Hal tersebut juga berlaku

pada operasi pengurangan pecahan.

3) Pada konsep perbandingan pecahan, ambilah blok pecahan

yang akan dibandingkan di hadapan siswa. Ajak siswa untuk

membandingkan pecahan yang dipelajari.

8. Teori Pembelajaran Matematika

Dalam mengajar matematika, guru memerlukan teori yang

berfungsi untuk mengobservasi atau mengamati tingkah laku siswa

dalam belajar. Dengan mengobservasi atau mengamati siswa, guru

dapat menentukan model pembelajaran matematika yang sesuai

dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, guru harus mengerti dan

memahami tahap berpikir siswa agar materi yang disampaikan sesuai.

Berikut adalah beberapa teori pembelajaran matematika yang dapat

dijadikan landasan guru dalam mengajar matematika di SD/MI:

a. Teori belajar Jean Pieget

Sam’s (2010:20) mengatakan bahwa dalam teori ini,

tahapan berpikir dibagi menjadi empat yaitu tahap sensori motorik

(usia kurang dari 2 tahun), tahap praoperasi (2-6 tahun), tahap

operasi konkret (7-11 tahun) dan tahap formal (11 tahun ke atas).

Rentang usia siswa SD/MI pada umumnya adalah 7-12

tahun. Pada rentang usia 7-12 tahun, anak masih dalam tahap

(65)

sebaiknya menghadirkan benda-benda konkret atau manipulasi

benda-benda konkret untuk memudahkan pemahaman materi

pembelajaran yang disampaikan.

b. Teori belajar Burner

Menurut Burner dalam Shadiq dan Mustajab (2011:36), ada

tiga tahap belajar yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap

enaktif, siswa mempelajari matematika dengan nyata atau konkret.

Dengan kata lain, siswa pada tahap ini belajar mamtematika

melalui pengamatan menggunakan panca inderanya. Dengan cara

tersebut, diharapkan siswa dapat lebih mudah mempelajari materi

pelajaran yang diberikan oleh guru. Kemudian pada tahap ikonik,

siswa sudah dapat mempelajarai suatu materi pelajaran dalam

bentuk gambar atau diagram. Tahap ketiga yaitu tahap simbolik

dimana siswa mengalami proses abstraksi dari materi pelajaran

yang diterimanya.

Dengan demikian, peragaan dalam bentuk enaktif dan

ikonik selama pembelajaran matematika adalah sangat penting

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam

mempelajari matematika sebelum mereka menggunakan bentuk

simbolik.

c. Teori Sosial Kultural Vygotsky

Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif tergantung pada

(66)

perkembangan terjadi melalui interaksi dengan yang lain

(Suprihatiningrum, 2017:27).

Menurut Nur dalam Suprihatingrum (2017:27), kontribusi

yang paling penting dalam teori Vygotsky adalah penekanan pada

hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa

pembelajaran terjadi apabila anak belajar atau bekerja pada daerah

perkembangan terdekat mereka.

Berikut adalah implikasi dari teori Vygotsky dalam

pembelajaran:

1) Pembelajaran dapat direncanakan untuk menyediakan latihan

pada bagian atas tingkat atau lapisan zona perkembangan

terdekat bagi anak-anak secara individu atau bagi kelompok

anak-anak.

2) Kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif dapat direncanakan

dengan kelompok-kelompok anak pada tingkat-tingkat

kemampuan berbeda yang dapat saling membantu.

3) Dalam pembelajaran ditekankan scaffolding sehingga siswa

semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap

(67)

9. Kaitan Antara Hasil Belajar Matematika dengan Model Student Team Achievement Division (STAD) Menggunakan Alat Peraga Blok Pecahan

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada

pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar

hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman

kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu

syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutya.

Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara

kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang

berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus

dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu

(Susanto, 2013: 183).

Pada usia sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),

menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional

konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia

sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami

matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika

relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada

umumnya (Susanto, 2013: 183-184).

Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen

pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi

Gambar

Tabel 1.1 Fase-fase pembelajaran STAD
Gambar 1.1 Model tahapan dalam PTK
Tabel 1.2 Data Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh
Tabel 1.3 Format lembar observasi guru dalam pelaksanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya tidak memberikan porsi pekerjaan tambahan anak di rumah

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

Setelah IPR diperoleh, untuk pemanfaatan ruang yang peruntukannya hunian perumahan lebih dari 3 (tiga) bangunan, komersial, jasa, perkantoran, pendidikan, industri,

Pendapat tersebut dapat dilihat melalui penelitian ini dimana terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang menguras, mengubur, dan menutup (3M)

Proses penerbitan Surat Paksa sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa Nomor KPP40-0011 Tanggal 21 Juni 2013, dimulai dengan perintah

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, Pengelolaan tempat

Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada kontribusi fungsi sosial keluarga terhadap perilaku remaja merokok p=0,000, dengan nilai OR=3,7 , artinya keluarga