• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini, manfaat penelitian bagi setiap pihak yang. berkepentingan, diakhiri dengan sistematika penulisan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini, manfaat penelitian bagi setiap pihak yang. berkepentingan, diakhiri dengan sistematika penulisan."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini berisi fenomena yang merupakan latar belakang masalah, yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Selanjutnya berisi tujuan dilakukannya penelitian ini, manfaat penelitian bagi setiap pihak yang berkepentingan, diakhiri dengan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat merupakan pelayanan dengan jangkauan atau cakupan yang luas. Salah satu bidang atau bagian pelayanan publik adalah pelayanan terhadap anak-anak yang tidak tinggal bersama orang tua, melalui lembaga yang disebut panti asuhan. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan terhadap masyarakat di kemudian hari (Santoso, 2005).

Panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk memberikan perlindungan tehadap hak-hak anak (pedoman perlindungan anak, 1999). Pada umumnya, panti asuhan di kota-kota besar mencoba berusaha mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi pada

(2)

2

anak dimana panti asuhan tersebut menampung anak-anak yang mengalami berbagai permasalahan (Muchti, 2000).

Sesuai himpunan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak (2002), Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1, tampak jelas terlihat bahwa setiap anak berhak untuk mendapat kasih sayang baik dalam perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khususnyz untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.

Penghuni panti asuhan bukan saja anak-anak, tetapi mulai dari anak-anak hingga dewasa. Penghuni panti asuhan tersebut adalah orang-orang yang mengalami berbagai persoalan sosial (Muchti, 2000).

Panti asuhan merupakan lembaga usaha kesejahateraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar serta melakukan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI, 1997).

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997) yaitu: pertama, panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai

(3)

3

keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. Kedua, tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

Fungsi panti asuhan sendiri menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997) antara lain pertama, sebagai pusat pelayanan kesejateraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan. Kedua, sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian remaja.

Pada umumnya seorang anak memiliki keluarga utuh dan menikmati tinggal bersama dengan keluarga asalnya. Meskipun keluarga asal melakukan kekerasan pengasuhan terhadap anak, seringkali mereka menolak untuk tinggal terpisah dari keluarga tersebut (Dalimunthe, 2009). Namun, karena satu dan lain hal, seorang anak dapat saja tinggal terpisah dari keluarganya, misalnya karena orang tua meninggal atau dititipkan karena keluarga asal mengalami keterbatasan kemampuan finansial untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pada beberapa kasus anak akan dipindahkan pengasuhannya ke panti asuhan. Alasan anak dipindahkan pengasuhannya ke panti asuhan antara lain pertama, keluarganya miskin, tidak mempunyai rumah, atau yang tidak mungkin dapat memberikan pendidikan dan pengasuhan bagi anaknya. Kedua, anak yatim atau piatu dimana

(4)

4

kondisi ini menyebabkan mereka tidak lagi memperoleh pengasuhan sebagaimana mestinya. Ketiga, anak yang ditolak dari keluarganya, misalnya karena orang tua tidak menginginkan anak tersebut atau anak dari wanita luar nikah.

Hasil penelitian Save The Chidrenbekerja sama dengan Departemen Sosial yang diterbitkan tahun 2008 (dalam Dalimunthe, 2009) menemukan beberapa fakta penting mengenai kondisi pengasuhan anak di panti asuhan di lima kota di Indonesia yaitu (Sanusi 2006, Depsos RI bersama UNICEF& Save The Children):

a. Kurangnya pengasuhan di panti atau lembaga asuhan anak b. Minimnya jumlah pengasuh penuh waktu

c. Anak mengasuh dirinya sendiri, orang dewasa merawat panti

d. Mengelola anak diartikan pengasuh panti sebagai proses mengawasi dan mendisiplinkan anak, terkadang menggunakan kekerasan

e. Fokus kerja staf pada kelancaran pengoperasian panti, bukan pada tumbuh kembang anak

f. Kurangnya perhatian pada pemenuhan kebutuhan emosional dan perkembangan psikososial

g. Penekanan pada pemberian akses ke pendidikan sebagai tujuan utama

h. Fokus pemenuhan kebutuhan pada pendidikan, material (makan, tempat tinggal, dan biaya pendidikan)

i. Perlakuan individual terutama ketika anak mempunyai kondisi khusus atau bermasalah (anak bermasalah)

(5)

5

j. Sembilan puluh persen (90%) anak masih memiliki orang tua dan 56% memiliki kedua orang tua, namun dititipkan karena miskin k. Lamanya penempatan sejalan masa sekolah, kadang dengan

frekuensi pulang yang minim

l. Terdapat stigmatisasi masyarakat terhadap anak panti asuhan sebagai anak terlantar atau ditelantarkan dan anak keluarga rusak. Hal inilah yang mungkin berpengaruh pada rendahnya harga diri anak.

Beragam alasan seseorang ditempatkan di panti asuhan, antara lain karena kehilangan orang tuanya, mengalami kekerasan di keluarga biologis, anak ditelantarkan maupun anak dititipkan karena keluarga asal tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membiayai anak (William & Sherr, 2009; Gelles, 2006; Mollin, 1990).

Panti asuhan merupakan lembaga yang disediakan pemerintah melalui Dinas Sosial untuk meggantikan pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhnya yang tidak dapat dipenuhi oleh keluarga biologis. Meskipun demikian, tidak semua kebutuhan dapat tergantikan di panti asuhan, terutama kebutuhan psikologis (Mollin, 1990 dalam Hartini, 2001). Keterbatasan fasilitas dan fungsi pengasuhan juga ditemukan oleh Departemen Sosial bekerja sama dengan UNICEF dan Save The Childrenpada panti-panti asuhan di lima kota besar di Indonesia (dalam Dalimunthe, 2009). Keterbatasan tersebut membuat remaja seringkali tidak mendapatkan rasa aman yang seharusnya didapat dari orang tua. Kurangnya rasa aman praremaja yang tinggal di panti asuhan dibandingkan

(6)

6

praremaja yang tinggal bersama orang tuanya pernah diungkapkan dalam penelitian Setiawan dan Supelli (2001).

Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak (Komnas Anak), Arist Merdeka Sirait memprediksi, pada tahun 2014 kekerasan terhadap anak akan meningkat. Bahkan jumlahnya diperkirakan bisa melonjak hingga 100%.

Jumlah panti asuhan di Indonesia diperkirakan antara 5.000 s.d 8.000 yang mengasuh hampir setengah juta anak, ini kemungkinan merupakan jumlah panti asuhan terbesar di seluruh dunia. Pemerintah sendiri hanya memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari panti asuhan tersebut, lebih dari 99% panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama organisasi keagamaan. Penelitian ini menemukan bahwa tidak seperti asumsi luas yang ada, hanya ada presentasi yang sangat kecil untuk anak-anak di panti asuhan yang benar-benar yatim piatu (6%) dan 90% di antaranya memiliki salah satu atau kedua orang tua. Kebanyakan anak-anak ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan. Kenyataannya, kebanyakan panti asuhan tidak memberikan pengasuhan sama sekali, melainkan menyediakan akses pendidikan.Secara eksplisit, hal ini tertera dalam pendekatan pengasuhan, pelayanan dan sumber daya yang diberikan oleh panti asuhan. Kenyataannya, pengasuhan di panti asuhan ditemukan sangat kurang. Hampir semua ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Meskipun pemerintah menyediakan dana yang substansial

(7)

7

untuk semua panti asuhan yang terakses, namun rendahnya standar minimum, pengasuhan dan juga sistem lisensi menunjukkan bahwa dukungan ini tidak menghasilkan pengasuhan yang profesional dan berkualitas.

Dari sejumlah panti asuhan yang disurvei, anak-anak bekerja dan lebih lanjut untuk mendukung ekonomi panti asuhan. Pada kenyataannya banyak panti asuhan yang tidak akan berfungsi tanpa kerja anak-anak.

Dari penelitian yang dilakukan oleh LSM tersebut dan UNICEF, menemukan bahwa “pengasuhan” dimengerti dalam konteks merespon masalah dan cenderung berhubungan dengan isu-isu disiplin, sehingga panti asuhan membuat peraturan yang cukup ketat dan hukuman fisik dan pelecehan banyak ditemukan,

Dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor 15A/HUK/2010 tentang Panduan Program Kesejahteraan Sosial Anak mengatakan bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) merupakan wahana untuk membangun sistem bantuan sosial berbasis keluarga dan mengimplementasikan penguatan tanggung jawab orang tua/keluarga. Semua upaya yang dimaksud didasarkan pada prinsip bahwa lingkungan yang terbaik agar anak tumbuh kembang secara maksimal adalah dalam asuhan dan perlindungan orang tua/keluarga. Selain itu, dalam penentuan alternatif pengasuhan tersebut, anak terlibat dalam pengambilan keputusan dan sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik anak. Dengan demikian pelayanan kesejahteraan sosial berbasis institusi/panti asuhan (remedial care) adalah alternatif terakhir jika pengasuhan berbasis keluarga benar-benar tidak dapat dilakukan.

(8)

8

Berdasarkan perkembangan paradigma pelayanan kesejahteraan sosial tersebut, maka secara bertahap peran panti sosial akan ditingkatkan untuk melakukan pelayanan sosial berbasis keluarga (penjangkauan/outreach, home care services, reunifikasi dan reintegrasi keluarga, dll), selain tetap memberikan pengasuhan pada anak-anak yang kehilangan asuhan dalam keluarga.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh organisasi sosial Save the Children, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan jumlah panti asuhan anak terbanyak di dunia. Indonesia memiliki panti asuhan anak lebih dari 8.000, itu yang terdaftar di lembaga sosial (kalau dicari data yang belum terdaftar bisa mencapai 15.000 panti asuhan, dan itu bisa menempatkan Indonesia di urutan pertama).

Lingkungan sosial mempengaruhi proses tumbuh kembang seorang anak. Apa yang dialami seorang anak akan mempengaruhi perkembangan otak serta membentuk kepribadiannya. Dorothy Law, seorang pendidik dan ahli konseling keluarga dalam bukunya yang berjudul Children Learn What They Live, mengingatkan kita bahwa anak belajar dari kehidupannya.

Pemberitaan media tentang kejadian yang dialami oleh anak-anak Panti Asuhan Samuel membuat banyak orang prihatin, sedih dan marah. Kejadian yang dialami oleh tiga puluh tujuh anak di panti asuhan Samuel merupakan sebuah pembelajaran hidup bagi anak yang akan membentuk kepribadian mereka.

Banyak panti asuhan di Indonesia yang harus dibenahi agar anak-anak dalam panti asuhan mendapatkan perlindungan dan terpenuhi hak dasarnya sebagai anak. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Sosial Republik

(9)

9

Indonesia (Permensos) Nomor: 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk lembaga kesejahteraan sosial anak. Permensos ini harus menjadi acuan bagi panti asuhan-panti asuhan di Indonesia untuk menjalankan kegiatannya.

Dari kejadian yang terjadi di Panti Asuhan Samuel dapat ditarik pembelajaran agar tidak terjadi lagi di panti asuhan yang lain. Ada empat hal yang dapat dipelajari dari kasus ini, baik pengurus lembaga kesejahteraan sosial anak/panti asuhan, pemerintah maupun masyarakat yaitu: (1) merubah paradigma pelayanan anak menjadi perlindungan anak, (2) memperbaiki manajemen panti asuhan/lembaga kesejahteraan sosial anak, (3) meningkatkan partisipasi masyarakat, (4) merubah persepsi masyarakat, (5) meningkatkan sistem pengawasan dan pembinaan panti asuhan/lembaga kesejahteraan sosial anak.

Dalam penelitian ini penulis akan melihat kinerja panti asuhan. Kinerja organisasi panti asuhan ditunjang dari kinerja semua pegawai atau karyawan panti asuhan yaitu pimpinan dan pegawai. Kinerja panti asuhan menjadi salah satu yang akan menentukan tercapainya tujuan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak.

Dalam undang-undang tersebut antara lain dikatakan bahwa perlindungan anak merupakan kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

(10)

10

Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan , perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

Organisasi termasuk di dalamnya panti asuhan membutuhkan kinerja individu yang tinggi dalam rangka memenuhitujuannya, untuk memberikan produk dan layanan yang dimiliki, dan pada akhirnyauntuk mencapai keunggulan kompetitif (Sonnentag& Frese, 2002). Dalam hal ini, tercapainya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh kinerja karyawannya (Sabir, 2012).

Studi tentang kinerja menjadi semakin penting karena tingkat globalisasi dankompetisi yang semakin tinggi dalam dunia kerja (Nafei, 2013). Seringkalipermasalahan kinerja muncul ketika kinerja yang diberikan oleh karyawan belum sesuaidengan tuntutan perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya mengupas permasalahankinerja di berbagai macam sektor industri, antara lain sektor perbankan (Bhat, 2013;Hakim, 2011), perusahaan manufaktur (Chen, 2004; Karahan, 2012), maupun industrirumah sakit (Nasirpour, 2009). Karyawan merupakan pemeran utama dalammelaksanakan tugas-tugas perusahaan dan elemen kunci dari organisasi, sehinggakeberhasilan atau kegagalan organisasi tergantung pada kinerja karyawan (Hameed &Waheed, 2011). Dalam konteks ini dapat dijelaskan bahwa tinggi rendahnya

(11)

11

performaorganisasi tergantung pada tingkat kinerja karyawan (Karahan & Tetik, 2012).

Menurut Sonmentag & Frese (2002), salah satu konsep kinerja adalah untukmembedakan antara suatu aspek tindakan (perilaku) dan aspek hasil dari kinerja. Aspekperilaku mengacu pada apa yang dilakukan seorang individu dalam situasi kerja. Tidaksetiap perilaku dimasukkan ke dalam konsep kinerja, tetapi hanya perilaku yang relevandengan tujuan organisasi. Aspek hasil mengacu pada konsekuensi atau akibat dariperilaku individu. Ivancevich (2007) menyatakan bahwa kinerja merujukkepada keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuanuntuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kinerja dapat dinyatakanbaik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai denganbaik.

Dalam penelitian ini, penulis akan melihat kinerja organisasi pada panti asuhan. Kinerja panti asuhan ditunjang dari kinerja semua pegawai panti asuhan yaitu pimpinan dan pegawai. Kinerja panti asuhan merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, undang-undang nomor 23 tahun 2012 tentang perlindungan anak yang dijabarkan dalam keputusan menteri sosial RI nomor 15A/HUK/2010 tentang panduan program kesejahteraan sosial anak yaitu terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud.

Kinerja organisasi ditentukan oleh faktor keuangan dan faktor nonkeuangan. Faktor keuangan akan mempengaruhi kinerja sumber dana keuangan yang digunakan oleh organisasi. Dalam mempergunakan sumber dana organisasi harus

(12)

12

senantiasa menganut salah satunya prinsip akuntabilitas. Faktor non keuangan salah satunya ditunjang dari sumber daya manusia karena merupakan pelaku dalam organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini berasumsi bahwa kinerja organisasi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong yaitu akuntabilitas, budaya organisasi dan ethical leadership.

Dalam penelitian ini akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi panti asuhan dengan mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu. Menurut Kloot (1999) & Greiling (2005) mengatakan bahwa akuntabilitas dapat diperkenalkan dengan menggunakan pengukuran kinerja terutama dalam organisasi pemerintah. Shah (2003a) menyatakan bahwa akuntabilitas politik yang berhubungan dengan pemerintah yaitu bagaimana pemerintah melakukan tugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (governance process), dapat ditingkatkan melalui (on result oriented) penganggaran berbasis kinerja. Pendekatan ini menyebabkan konsentrasi lebih kepada hasil atau keluaran daripada input dan prosedur. Menurutnya, Malaysia dan sebagian negara Amerika memperkenalkan target yang terukur dengan berfokus kepada manajerial dan perilaku politik.

Akuntabilitas menurut Standar Akuntansi Pemerintah (2005) merupakan mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Akuntabilitas sangat diperlukan untuk menciptkan tata kelola yang baik karena dapat meningkatkan kinerja dalam organisasi. Penelitian

(13)

13

(Yang, 2012) menyatakan bahwa pengukuran akuntabilitas bertujuan untuk memperbaiki kinerja.

Berdasarkan pendukung reformasi yang memusatkan pada akuntabilitas, peningkatan akuntabiitas akan menghasilkan (Dubnick, 2005): (1) peningkatan transparansi dan keterbukaan pada dunia yang diintimidasi oleh kekuasaan pemaksa dari hierarki dan birokrasi, (2) akses untuk arena imparsial dimana penyalahgunaan otoritas dapat ditentang dan ditimbang, (3) tekanan dan pengawasan akan menaikkan perilaku yang sesuai dengan bagian otoritas publik, (4) peningkatan pada kualitas pelayanan pemerintah.

Budaya organisasimempengaruhiperilaku karyawan, proses pembelajaran dan pengembangan (Bollinger & Smith, 2001; Saeed & Hassan, 2000), kreativitas dan inovasi (Ahmed, 1998; Martins & Terblache, 2003; Martins & Martins, 2002; Mclean, 2005; Vincent et al., 2004), dan manajemen pengetahuan (McDermot & Tseng, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Han, et al., (1998); Kim et al., (2004), Oparanma (2010); Saeed & Hassan (2000); Tseng (2010); Zain et al., (2009) berkaitan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja cakupannya cukup luas, tetapi hasilnya tidak meyakinkan (Scott, et al., 2002; Qbu-Jarad, et al., 2010) karena adanya perbedaan dan masalah definisi, struktur dan desain.

Selain akuntabilitas, budaya organisasi, kepemimpinan juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian ditemukan adanya hubungan positif antara gayakepemimpinan terhadap kinerja (Salman, 2011). Selanjutnya, ketika seorang pemimpinmampu memobilisasi dan

(14)

14

mengkoordinasikan sumber daya manusia denganmenekankan hubungan antarmanusia, maka akan meningkatkan dimensi-dimensi dalamkinerja (Samangooei, 2012).

Pemahaman konsep kepemimpinan dapat berbeda, tetapi konstruk dasar secaraumum kurang lebih sama. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuanuntuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak terhadap pencapaian tujuan, dimanapemimpin dapat memiliki tanggung jawab manajerial, tetapi kepemimpinan lebih darisekedar menjalankan pengelolaan fungsi organisasi (Salman, 2011). Kepemimpinanadalah kemampuan untuk menangani situasi secara etis dan produktif berdasarkan padapengetahuan, keterampilan, keahlian, pengalaman, sensitivitas, dan visi wawasan (Sabir et al., 2012).

Perilaku etis dan karakter yang kuat menjadi hal yang sangat penting bagi kredibilitas seorang pemimpin dan memberikan pengaruh yang sangat berarti (Piccolo,2010). Etika berkaitan dengan moral dan nilai-nilai yang tepat dan ditemukan olehanggota masyarakat atau individu itu sendiri. Etika membantu kita memutuskan apayang benar dan salah atau baik dan buruk dalam situasi tertentu. Sehubungan dengankepemimpinan, etika akan membahas mengenai siapakah pemimpin itu, karakter yangdimiliki dan apa yang dilakukannya, serta bagaimana tindakan dan perilaku mereka(Northouse, 2013).

Etika menjadi masalah yang penting bagi organisasi, dan seorang ethical leaderakan memperjuangkan etika serta memotivasi orang lain untuk bertindak secara etis.Dalam hal ini, ethical leader mampu menjadi panutan dan menggunakan kekuasaannyasecara positif untuk mempengaruhi orang lain (Butts

(15)

15

& Rich, 2008). Pemimpin harusmenciptakan lingkungan kerja yang etis dan ramah bagi semua karyawan,mengkomunikasikan isu-isu berkaitan dengan etika, bertanggung jawab, dan menjadipanutan bagi karyawan (Bello, 2012).

Penelitian tentang kinerja organisasi sudah banyak dilakukan baik di sektor swasta/privat maupun di sektor publik dengan variabel yang ditentukan. Namun penelitian tentang organisasi dalam hal ini panti asuhan masih jarang dilakukan, penelitian tentang panti asuhan lebih banyak melihat dari sisi psikologi, kesehatan maupun dari sisi sosiologi tetapi dari sisi akuntansi masih jarang dilakukan. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh akuntabilitas, budaya organisasi dan kepemimpinan etis terhadap kinerja organisasi panti asuhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas telah dijelaskan bahwa kinerjaorganisasi merupakan faktor penting untuk menilai atau memastikan organisasi berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan termasuk dalam hal ini organisasi panti asuhan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan dalam latar belakang penelitian di atas, peneliti terdorong untuk menggabungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi secara bersamaan yaitu akuntabilitas, budaya organisasi dan kepemimpinan etis.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

(16)

16

1. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja organisasi panti asuhan di bawah Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi panti asuhan di bawah Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. Apakah kepemimpinan etis berpengaruh terhadap kinerja organisasi panti

asuhan di bawah Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja organisasi panti asuhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi panti asuhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenaipengaruhkepemimpinan etis terhadap kinerja organisasi panti asuhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

(17)

17 1.3. Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a.

1. Manfaat teoritis

b.

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengelolaan panti asuhan di Indonesia.

Sumber referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan topik sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga akademis

Penelitian ini diharapkan memberi tambahan informasi bagi lembaga akademis tentang pengelolaan panti asuhan di Indonesia. b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di perkuliahan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan untuk pengelolaan panti asuhan yang lebih baik lagi.

c. Bagi panti asuhan/pemerintah Indonesia

d. Bagi pihak lain

Pengetahuan ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pengeloaan panti asuhan di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya.

(18)

18 1.4. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam lima bab sebagai berikut:

Bab ini memaparkan latar belakang penelitian ini dilakukan, fokus penelitian, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Bab ini menguraikan dasar-dasar teori yang dipakai, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan perumusan hipotesis.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis, definisi variabel dan pegujian hipotesis.

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan pengolahan data, penganalisaan data, pembahasan, pengujian hipotesis, dan analisis deskriptif.

Bab V Penutup

Bab ini memberikan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran, implikasi dan keterbatasan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kegiatan meliputi dialog interaktif dilakukan kepada masyarakat (kader, pedagang perempuan yang ada di Pasar Sindhu Sanur Kota Denpasar beserta pasangan dan

Saya senang jika dapat mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda dari teman

Jika Dividend Per Share (DPS) yang diterima naik maka akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan. Dengan banyaknya saham yang dibeli maka harga saham suatu

Sebelum adanya Undang-Undang Jaminan Produk Halal, lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan Sertifikasi Halal yaitu Majelis Ulama Indonesia memiliki kewenangan yang

Tetapi secara khusus harus disebut dua gagasan Mauss yang mewarnai seluruh pemikiran Levi-Strauss, yaitu ide mengenai totalitas (“fakta sosial menyeluruh” dan “prestasi

Dalam rangka pengawasan dan pengendalian peredaran minuman keras di daerah, setiap orang atau badan hukum dilarang untuk memproduksi, menawarkan,

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mengembangkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan yang dapat membantu dan mempermudah dalam proses pengambilan