• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh RUSMINAWATI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN

PELAJARAN 2012/2013

Oleh: RUSMINAWATI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model CTL siswa kelas V SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 6

C. Rumuasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian. ... 7

E. Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 9

1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL). ... 9

2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL. ... 10

3. Komponen Pembelajaran CTL. ... 11

4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas. ... 13

B. Aktivitas Belajar. ... 14

1. Pengertian Aktivitas Belajar... 14

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar. ... 15

C. Hasil Belajar Matematika ... 16

1. Pengertian Hasil Belajar. ... 16

2. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar. ... 17

D. Kurikulum Matematika Kelas V SD. ... 18

1. Pengertian Matematika. ... 18

2. Tujuan Pembelajaran Matematika. ... 20

3. Ruang Lingkup Matematika. ... 21

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian. ... 23

B. Setting Penelitian. ... 24

C. Sumber Data. ... 25

D. Alat Pengumpul Data. ... 26

E. Teknik Analisa Data. ... 29

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Indikator Keberhasilan. ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian. ... 42

B. Hasil Penelitian. ... 44

1. Pelaksanaan Siklus I. ... 44

2. Pelaksanaan Siklus II. ... 65

3. Pelaksanaan Siklus III. ... 83

C. Pembahasan . ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus Kegiatan PTK ... 33

4.1 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I ... 55

4.2. Rata-rata Aktivitas Guru. ... 61

4.3 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siklus I. ... 63

4.4. Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II. ... 74

4.5. Grafik Aktivitas Guru pada Siklus II. ... 80

4.6. Grafik Hasil belajar Siswa. ... 82

4.7. Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus III. ... 92

4.8. Grafik Aktivitas Guru pada Siklus III. ... 94

4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa. ... 100

4.10. Rata-rata Aktivitas Siswa. ... 107

4.11 Perbandingan Aktivitas Guru pada Siklus I, II dan III. ... 108

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 115

2. Surat keterangan. ... 116

3. Silabus. ... 117

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 119

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 126

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III. ... 134

7. Lembar Observasi Siswa. ... 146

8. Lembar Observasi Guru. ... 152

(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SDN 3 Bojong tergolong masih rendah. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan kurang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan membosankan. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran lain yang efektif, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dicobakan melalui penelitian ini adalah model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai indikator keberhasilan belajar dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. Sulaiman (Wahyuni) 2001: 2).

(12)

Hal ini nampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Untuk meningkatkan potensi guru yang baik, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karena hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki PBM diantaranya mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bisa diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bisa menerima pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.

(13)

studi pendahuluan yang peneliti lakukan terdapat kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus diperbaiki.

Perolehan hasil belajar Matematika SD Negeri 3 Bojong di Kelas V yang masih jauh dari yang diharapkan yaitu dengan perolehan hampir 60% siswa mendapatkan hasil belajar yang masih kurang. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap siswa terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan kemampuan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah pada siswa Kelas V SD Negeri 3 Bojong dengan Model Contextual Teaching And Learning (CTL).

Kurangnya aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar telah lama menjadi bahan pikiran setiap guru kelas sekolah dasar, hal ini terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan.

(14)

harian Matematika siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 61.

Berdasarkan data hasil prasurvey masih banyak siswa yang mendapat nilai Matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau dengan kata lain siswa yang nilainya di bawah 61 lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang nilainya di atas 61. Yakni hanya 34% atau 10 siswa yang tuntas dalam pembelajaran matematika, dan 66% atau 19 siswa yang tidak tuntas dari keseluruhan 29 siswa. Jadi terlihat jelas bahwa nilai hasil belajar matematika siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran matematika, karena selama ini pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan bersifat klasik. Dikatakan proses pembelajaran bersifat klasik karena, peserta didik di buat pasif, mereka duduk dan mendengarkan ceramah guru, lalu mencatat materi pelajaran dan mengerjakan latihan atau tugas yang diperintah guru. Sebaliknya guru mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah tanpa divariasikan dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih tepat dengan sifat dan karakteristik siswa maupun mata pelajaran yang diajarkan sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa di Kelas V SDN 3 Bojong Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur pada pelajaran matematika.

(15)

pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai.

Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang mana diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini yaitu model pembelajaran CTL. Dengan model pembelajaran kontekstual ini akan lebih mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika serta mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar fikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar matematika Melalui Model

Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa Kelas V SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

(16)

2. Hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur, hanya 10 siswa yang telah tuntas dan 19 siswa yang belum mencapai KKM 61.

3. Kurang tertarik anak dalam belajar matematika kelas V SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur.

4. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan

5. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 3

Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model Contextual

Teaching And Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 3 Bojong

(17)

2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa Kelas V SD Negeri 3 Bojong

Lampung Timur

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Apabila pembelajaran model Contextual Teaching And Learning (CTL) ini dapat dirasakan manfaat dan kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat menggunakan model ini sebagai alternatif yang baik dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur.

b. Bagi Guru yaitu :

(18)

menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

d. Bagi Peneliti

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran yang akan di pelajarinya. Menurut E. Mulyasa ( 2009: 217-218) mengatakan:

Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.

Sejalan dengan pengertian tersebut Wina Sanjaya (2009: 255) menjelaskan bahwa: “Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah

strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

(20)

mengkonstruksi sendiri pengetahuan serta keterampilan belajar mereka yang diperoleh dengan berpengalaman secara langsung sehingga proses belajar akan lebih efektif dan bermakna, karena belajar di sini bukan hanya menghafal tetapi memahami.

2. Karakteristik Metode Pembelajaran CTL

Menurut Masnur Muslich (2009 : 42) Berdasarkan pengertian strategi pembelajaran kontekstual di atas, Pembelajaran dengan strategi kontekstual ini mempunyai karakteristik yakni sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as anenjoy activity).

(21)

aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mata pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa secara langsung mengalami serta bekerja sama sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa faham dengan apa yang telah dilakukannya setelah ia belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan keterampilnnya dalam memecahkan suatu masalah matematika.

3. Komponen Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning groups), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), pemodelan

(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003: 5).

Pembelajaran dengan strategi kontekstual melibatkan tujuh komponen utama. Komponen-komponen tersebut yakni sebagai berikut:

1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Di sini siswa dapat mengembangkan pengalaman atau membangun pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut dikonstruksi oleh siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih bermakna.

(22)

3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) adalah kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil “menemukan” sesuatu.

4) Learning Community (masyarakat belajar) adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu antar teman.

5) Modelling (pemodelan) adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa di pakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoprasikan sesuatu.

6) Reflection (refleksi atau umpan balik) adalah kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa memiliki rasa ingin tahu sehinnga siswa akan terdorong menemukan jawaban serta mencari pemecahan masalah dan siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan barunya dengan sendirinya.

(23)

4. Prosedur Pembelajaran CTL di Kelas 1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus di capai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Disini guru membentuk kegiatan, konstruktivisme yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, yaitu dengan membagi siswa kedalam beberapa kelompok (learning community) dengan menciptakan suasana belajar berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling bekerja sama antar teman. Pembagian kelompok ini sesuai dengan jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi.

c) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning).

2) Inti

(24)

sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran. b) Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang

dilakukan.

c) Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. d) Siswa melaporkan hasil diskusi.

e) Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.

3) Penutup

a. Guru mengadakan refleksion (refleksi atau umpan balik) dalam bentuk tanya jawab seputar masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa serta memberikan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, serta kesan dan harapan siswa selama proses pembelajaran.

b. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan.

c. Guru memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Guru menugaskan siswa membuat pecahan dari kertas lipat.

B. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

(25)

mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Pengajaran di sekolahpun menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Nasution (2004: 89) mengungkapkan bahwa “anak berfikir sepanjang ia berbuat. Jadi tanpa adanya perbuatan anak dikatakan tidak sedang berfikir, oleh sebab itu agar anak dapat berfikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk dapat berbuat sendiri. Sebab anak akan berfikir serta menemukan jawaban baru setelah anak melakukan perbuatan.

2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Menurut AM Sardiman (2010: 101) Jenis-jenis aktivitas belajar antara lain:

a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b) Oral activities,seperi: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.

e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f) Motor activities, yang termasuk di dalmnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

(26)

h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Berdasarkan keterangan di atas, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan bervariasi. Aktivitas-aktivitas tersebut senantiasa diciptakan dalam proses belajar agar situasi belajar tidak membosankan. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:

a. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Misalnya, membaca, memperhatikan model yang dijadikan model pembelajaran (visual activities).

b. Antusias siswa dalam melakukan percobaan serta menggali pengetahuan melalui pengalamannya sendiri (motor activities).

c. Kecakapan siswa dalam menanggapi, mengingat, serta memecahkan soal yang diberikan guru (mental activities).

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

(27)

pada diri seseorang tersebut merupakan hasil yang diperoleh melalui proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 250) menyatakan:

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik yang dimiliki oleh seorang siswa yang terwujud dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dibandingkan dengan sebelum siswa belajar, yang dilihat dari sisi siswa. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan dimana saat terselesainya bahan pelajaran yang di sampaikan

Oemar Hamalik (2004: 30) menjelaskan bahwa, “Hasil belajar

merupakan bukti terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, yang tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis budi pekerti, dan sikap.

Sukardi (2009: 215) menerangkan bahwa hasil belajar adalah “nilai yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan

penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan bentuk kemampuan dan kecerdasan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri individu.

(28)

1) Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor jasmaniyah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.Misalnya; penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

(1) Faktor intelektual yang meliputi: Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (3) Faktor non-intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

2) Faktor Eksternal terdiri dari: Faktor sosial, Faktor budaya, Faktor lingkungan fisik, Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Berdasarkan keterangan di atas faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti faktor jasmaniyah dan faktor psikologis yang bersifat bawaan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal seperti: faktor sosial berupa lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga yang ada di sekitar siswa.

D. Kurikulum Matematika Kelas V SD 1. Pengertian Matematika

Menurut Muhsetyo (2008: 126) Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matemetika yang dipelajari.

(29)

tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan tekhnologi yang sesuai dengan tantangan zaman sekarang dan mendatang. Menurut Muhsetyo (2008 : 126) Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri tersebut antara lain yaitu: abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, serta logis Muhsetyo menyatakan bahwa “keabstrakan

matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, dan prinsip. Keabstrakan matematika dan cirinya yang tidak sederhana inilah yang menjadi penyebab bahwa matematika ini tidak mudah dalam mempelajarinya . hal itulah yang menjadi alasan yang pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik untuk belajar matematika.

(30)

matematika, dan menganggap metematika itu penting agar dapat sukses dan matematika dapat mewujudkan cita-cita mereka.

Menurut Abdurrahman (2002: 252) menjelaskan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena perlu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran kekurangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam hal ini matemetika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari karena matematika merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, dimana matematika sangat dibutuhkan serta dapat digunakan dalam berbagai segi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari matematika, dan selalu berhubungan dengan matematika dalam segala kegiatannya.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Standar Isi Kurikulum KTSP (2011: 2) Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(31)

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

3. Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Bilangan

2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data

Adapun sub pokok bahasan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pecahan.

Standar kompetensi: menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Adapun kompetensi dasarnya yaitu:

1. Menjelaskan arti pecahan dan urutannya 2. Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan 3. Menjumlahkan pecahan

4. Mengurangkan pecahan

(32)

E. CTL Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Menurut Rusman (2011: 190) CTL merupakan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkrit melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani Igak dkk., 2007: 13). Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) ini dilakukan di kelas V SD Negeri 3 Bojong Kecamatan

Sekampung Udik Lampung Timur, dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2002) (Aidin Adlan (2011: 4)) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”.

Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan

cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.

(34)

tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.

Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima

pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.

B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2012/2013 dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. 2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Bojong Jalan Desa Bojong Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

3. Subjek Penelitian

(35)

prestasi cukup refresentatif di jadikan subjek dalam penelitian.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang berbentuk skor (angka), yang terurai sebagai berikut:

1. Dokumen hasil kerja Kelompok

Adalah tugas pemahaman Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa pada setiap pertemuan sesuai dengan materi.

2. Aktivitas belajar siswa.

Sumber data aktivitas belajar siswa adalah untuk menilai keaktipan siswa dalam proses belajar, yang meliputi:

a. Kemampuan menyelesaikan tugas b. Kemampuan bertanya kepada guru c. Keaktipan menyelesaikan tugas d. Bekerjasama dengan teman e. memperhatikan petunjuk guru

f. Kemampuan memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis

(36)

D. Alat Pengumpul Data

[image:36.595.149.511.197.522.2]

1. Untuk mengumpulkan data berupa dokumen hasil kerja siswa digunakan rubrik penilaian sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Rubrik penilaian dokumen hasil kerja kelompok siswa

No Kegiatan

Predikat

A B C

1 2 3 4 5 6

7

8

Keaktifan siswa bekerja sama dalam kelompok Keaktifan siswa berdiskusi dalam kelompok Keaktifan siswa membantu teman sekelompok yang belum menguasai konsep

Tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas kelompok

Kemampuan siswa menjawab pertanyaan teman sekelompok

Kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru

Bojong, 2013 Observer

………..

(37)

Tabel 3.2 Format observasi aktivitas belajar siswa

No Aspek yang dinilai

Skor

1 2 3 4 5 1 Kemampuan menyelesaikan tugas

2 Kemampuan bertanya kepada guru 3 Keaktipan menyelesaikan tugas 4 Bekerjasama dengan teman 5 Memperhatikan petunjuk guru

6 Kemampuan memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis

Keterangan: Bojong, 2013 (1). Sangat tidak aktif

(2). Tidak aktif Observer, (3). Kurang aktif

(4). Aktif.

(5) Sangat aktif ---

3. Tes hasil belajar:

[image:37.595.150.505.529.647.2]

Tes hasil belajar adalah data yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada setiap siklus sesuai dengan materi yang dibahas. Nilai hasil belajar siswa direkap dalam tabel sebagai berikut:

Tabel. 3.3. Daftar Hasil Belajar Siswa

NO NAMA KKM NILAI KETERANGAN

(38)
[image:38.595.148.515.122.590.2]

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aktivitas Guru Nilai

1. Keterampilan membuka pelajaran 2. Kemampuan melakukan apersepsi

3. Kemampuan mengkondisikan siswa untuk siap belajar

4. Kemampuan mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih bermakna

5. Keterampilan menjelaskan materi 6. Kemampuan memberikan contoh 7. Kemampuan menggunakan alat/media 8. Kemampuan memberikan pertanyaan

9. Kemampuan memotivasi siswa untuk bertanya dan menjawab

10. Kemampuan menjawab pertanyaan siswa 11. Kemampuan membagi kelompok diskusi 12. Kemampuan mengelola diskusi

13. Kemampuan mengaktifkan siswa untuk belajar 14. Kemampuan mengevaluasi

15. Kemampuan membiasakan anak untuk melakukan refleksi

Bojong, ……….. 2013

Observer

(39)

E. Teknik Analisis Data

1. Lembar Pengamatan 2 : dilakukan menggunakan teknik analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk kategori/kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sejauh mana siswa memahami Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa pada setiap pertemuan sesuai dengan materi dalam pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus, dengan teknik analisis data sebagai berikut:

% SMB = JS x 100 % JSM

% SMB : Prosentase Siswa Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dengan baik

JS : Jumlah Skor siswa Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dengan baik

JSM : Jumlah Skor Maksimal

[image:39.595.151.519.555.653.2]

Selanjutnya dari hasil perhitungan rumus tersebut diklasifikasikan berdasarkan kategori dalam Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah yang baik yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.5 Daftar Klasifikasi Hasil Kerja Siswa

No. Presentase Kategori Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah 1.

2. 3. 4. 5.

1% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%

Sangat tidak baik Tidak baik Kurang baik Baik

(40)
[image:40.595.147.519.204.291.2]

2. Lembar Pengamatan 3 : Data untuk menilai aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Teknik pengumpulan data pada lembar pengamatan diisi oleh pengamat/ peneliti kemudian dianalisis sebagai berikut:

Tabel 3.6 Daftar Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa

No. Presentase Kategori aktifitas siswa 1.

2. 3. 4. 5.

1 % - 20 % 21% -40 % 41 % - 60 % 61 % - 80 % 81 % - 100 %

Sangat tidak aktif Tidak aktif Kurang aktif Aktif

Sangat Aktif

5. Tes Hasil Belajar siswa: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskritif komparatif, yaitu membandingkan data kuantitatif tes tertulis pada kriteria kemampuan minimal (KKM) dengan hasil tes pada setiap siklus. Teknik ini digunakan untuk menganalisis tingkat hasil belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Hasil tes diberi skor dan dinilai kemudian diklasifikasikan tingkat hasil belajarnya, yaitu menurut Djamarah, Syaiful Bahri dan Anwar Zain (2005:106) dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.7 Daftar klasifikasi Nilai Hasil Belajar Siswa

No. Presentase Kategori hasil belajar 1.

2. 3. 4.

Kurang dari 60 % 61% - 75 % 76 % - 99 % 100 %

Kurang baik Baik

[image:40.595.138.504.589.661.2]
(41)
[image:41.595.134.535.189.454.2]

Hasil ulangan harian yang diperoleh pada akhir pokok bahasan, dianalisis dengan statistik sederhana, menggunakan analisis ulangan harian dengan rencana tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8 Rencana Analisis Ulangan Harian Satuan Pendidikan : SD Negeri 3 Bojong Mata Pelajaran : Matematika

Pokok Bahasan : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Banyaknya Soal : 5

Kelas/Semester : V/2 Banyak peserta tes : 29

No Nama Siswa Nomor Soal dan Skor Jumlah Skor

% Keter capaian

Ketuntasan 1 .2 3 4 5

20 20 20 20 20 Ya Tidak

1. 2. 3. 4. 5.

Jumlah Skor Jumlah Skor % Ketercapaian

Keterangan:

Persentase ketercapaian didapat dari : skor x 100% = skor maksimum Ketuntasan :

% ketercapaian > 65% maka ya (tuntas belajar)

(42)

F. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menurut Arikunto, Suharsimi (2006: 3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto, Suharsimi (2006: 63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah:

(43)

Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut. (Aidin Adlan 2011 : 18)

[image:43.595.165.499.230.538.2]

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Aidin Adlan, 2011)

(44)

menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan skenario pembelajaran dengan metode pemberian tugas. 6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

(45)

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

1) Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan dipelajari. Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.

2) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang heterogen. 3) Bagian topik permasalahan diberikan kepada siswa yang pertama,

sedangkan siswa yang kedua menerima bagian topik yang kedua demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

4) Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

5) Setelah selesai, siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan hasil kelompoknya mendiskusikannya sekelas 6) Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung. 2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah

disediakan.

Pada tahap ini menggunakan lembar pengamatan dan lembar soal tes hasil belajar, yaitu sebagai berikut:

(46)
[image:46.595.150.502.181.295.2]

pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan oleh pengamat/ peneliti kemudian hasilnya dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.9 Daftar Predikat Hasil Kerja Siswa

No. Presentase Kategori Memahami Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah 1. 2. 3. 4. 5.

1 % - 20 % 21% -40 % 41 % - 60 % 61 % - 80 % 81 % - 100 %

Sangat tidak baik Tidak baik Kurang baik Baik

Sangat baik

2. Lembar Pengamatan 3 digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Pengamatan ini dilakukan oleh pengamat/ peneliti kemudian hasilnya dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.10 Daftar Predikat Aktivitas Belajar Siswa

No. Presentase Kategori aktivitas siswa 1.

2. 3. 4. 5.

1 % - 20 % 21% -40 % 41 % - 60 % 61 % - 80 % 81 % - 100 %

Sangat tidak aktif Tidak aktif Kurang aktif Aktif

Sangat Aktif

[image:46.595.150.503.456.542.2]
(47)
[image:47.595.150.503.112.198.2]

Tabel 3.11 Daftar Predikat Hasil Belajar Siswa

No. Presentase Kategori

1. 2. 3. 4.

Kurang dari 60 % 60% - 75 % 76 % - 95 % 96 % - 100 %

Kurang baik Baik

Sangat baik Istimewa

Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ”Menggunakan

pecahan dalam pemecahan masalah ” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.12. Kriteria Nilai Penguasaan Materi Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

No Nilai Kriteria

1 < 5,9 Kurang

2 6,0 – 7,50 Sedang

3 7,51 – 8,99 Baik

4 9,00 – 10 Baik Sekali

Tabel 3.13. Kriteria Aktivitas Siswa yang Relevan

No Nilai Kriteria

1 < 50 Kurang

2 60 – 69 Sedang

3 70 – 89 Baik

[image:47.595.146.512.349.465.2] [image:47.595.151.512.517.630.2]
(48)

d. Tahap Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengembangkan penelitiannya dengan tiga siklus sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan alokasi waktu 4 X 35 menit dengan rincian 3 X 35 menit untuk pertemuan dan 1 X 35 menit untuk evaluasi dengan indikator menjelaskan arti pecahan dan urutannya.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut : 1. Perencanaan tindakan siklus I

a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus di capai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Disini guru membentuk kegiatan, konstruktivisme yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

(49)

melakukan observasi, masing-masing kelompok mencatat hasil observasi

c) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan yang akan dipelajari (questioning).

2. Pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pembelajaran materi pokok Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

a) Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai cara pembagian pecahan. Kegiatan belajar di sini mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu dari hasil pengamatan terhadap model yang di jadikan alat dalam proses pembelajaran.

b) Siswa mencatat hasil temuan dalam pembagian pecahan yang dilakukan.

c) Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. d) Siswa melaporkan hasil diskusi.

e) Siswa menjawab pertanyaan seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.

(50)

g) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi seputar masalah pecahan.

h) Guru memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

i) Guru menugaskan siswa membuat pecahan dari kertas lipat. 3. Observasi siklus I

Hasil pengamatan untuk menilai aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer oleh rekan guru di Kelas V.

4. Refleksi siklus I

Pada tahap refleksi ini merupakan tindakan evaluasi dan analisis dari hasil pengamatan dan penilaian yang digunakan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dengan alokasi waktu 3 X 35 menit dengan rincian 2 X 35 menit untuk pertemuan dan 1 X 35 menit untuk evaluasi dengan indikator melakukan operasi kali dan bagi bilangan bulat, menemukan sifat-sifat operasi kali dan bagi pada bilangan bulat, menggunakan sifat-sifat operasi kali dan bagi dengan mengaitkannya dalam kejadian sehari-hari

Langkah-langkah perlaksanaan penelitian sebagai berikut : 1. Perencanaan tindakan siklus II

(51)

3. Observasi siklus II 4. Refleksi siklus II

Pada evaluasi hasil tindakan ini peneliti dapat melihat tingkat keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan, untuk perbaikan pada siklus III.

3. Pelaksanaan Siklus III

Pelaksanaan tindakan siklus III dilakukan dengan alokasi waktu 3 X 35 menit dengan rincian 2 X 35 menit untuk pertemuan dan 1 X 35 menit untuk evaluasi dengan kompetensi dasar menentukan pecahan senilai dengan operasi perkalian.

Langkah-langkah perlaksanaan penelitian sebagai berikut : 5. Perencanaan tindakan siklus III

6. Pelaksanaan tindakan siklus III yaitu pembelajaran kompetensi dasar menentukan pecahan senilai dengan operasi perkalian.

7. Observasi siklus III 8. Refleksi siklus III

Pada evaluasi hasil tindakan ini peneliti dapat melihat tingkat keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Indikator Keberhasilan

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V semester genap SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V semester genap SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013.

(53)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur 2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan guru bahwa model Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

(54)

Abu Ahmadi dan widodo Supriono. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Anas Sudijono. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.

Gatot Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Universitas Terbuka,.

H.M Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

Ign.Masidjo. 2007. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: kanisus,.

Iqbal Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara.

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Nanang Hanifah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung : PT. Refika Aditama.

(55)

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada,.

Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

…………..2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 2008 Metodologi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo. W. Gulo.2003. Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Grafindo.

Gambar

Tabel. 3.1 Rubrik penilaian dokumen hasil kerja kelompok siswa
Tabel. 3.3. Daftar Hasil Belajar Siswa
Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Tabel 3.5 Daftar Klasifikasi Hasil Kerja Siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Praktikum kali ini adalah Penentuan Titik Beku larutan yang mempunyai tujuan untuk menghitung tetapan penurunan titik beku molal pelarut serta menghitung

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, semakin besar daya yang dibangkitkan maka semakin besar pula laju aliran massa bahan bakar. Konsumsi spesifik bahan bakar

Jumlah biaya tetap usaha ayam Broiler sangat bervariasi jika dilihat menurut periode pemeliharaan, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya

Berdasarkan hasil uji laboratorium untuk sifat fisik tanah secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya kegiatan penanaman tanaman jabon secara

Karena togel merupakan penyakit masyarakat dalam penegakan hukum, maka menjadi atensi Polri, sehingga setiap Polres dan Polsek diperintahkan melakukan penanggulangan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan evaluasi sistem adalah: (1) EMC merupakan sebuah sistem software yang dapat mengontrol aktuator untuk mengatur pergerakan posisi, kecepatan

individu berdasarkan indikator kinerja utama (KPI) dan kompetensi yang telah didesain dalam penelitian ini. Pendekatan ini merupakan salah satu altnatif untuk

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit