• Tidak ada hasil yang ditemukan

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Provinsi Kalimantan Barat

West Kalimantan Province

Indonesia

(2)

Kata pengantar Gubernur Kalimantan Barat – Cornelis M.H

West Kalimantan Governor Preface – Cornelis M.H

Puji Tuhan senantiasa kita panjatkan atas karunia-Nya sehingga booklet yang berisi rangkuman kondisi hutan dan strategi Provinsi Kalimantan Barat terkait REDD+ dapat ter-susun dengan baik. Ucapan terima kasih patut kita sampaikan kepada Tim SRAP REDD+ Kalbar dan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Terima juga kita haturkan bagi UNDP (United Nation for Development Program) yang memberikan dukungan dana.

Dokumen ini bukanlah sembarang data. Dokumen ini merupakan petunjuk bagi kita untuk mengurangi emisi dalam satu dekade ke depan, dari tahun 2010 hingga 2020. Dokumen ini pun telah disinkronkan dengan ren-cana pembangunan daerah Kalimantan Barat.

Melalui Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 115/blhd/2012, sudah terbentuk Pokja REDD+ yang bertugas menghimpun dan menganalisa informasi terkait program REDD+ di Kalbar. Pokja juga berupaya mengkomunikasikan program REDD+ ini ke para pemangku kepentingan terkait kehutanan dan lingkungan hidup: swasta, lembaga nirlaba, dan masyarakat.

Pokja juga telah menjaring masukan dari kalangan birokrasi, akademisi, dan para praktisi di lapangan yang relevan dengan upaya perbaikan iklim dan pengurangan emisi. Dari situ kita berharap implementasi REDD+ Kalbar dapat berjalan dengan baik melalui peran serta semua pihak.

Sebagaimana kita ketahui, pada tahun 2000-an, wilayah Kalimantan Barat ditutupi hutan seluas 7 juta hektar. Tahun 2011 luas hutan itu menyusut hingga tinggal 6,2 juta hektar. Penyempitan luas hutan itu terjadi karena hilangnya lahan akibat kebakaran, penebangan liar, dan pembukaan perkebunan sawit.

Kita tentu saja tidak ingin hutan Kalimantan Barat makin tergerus atau mengalami deforestasi dan degradasi. Karena itu, semua pihak diharapkan dapat berkolaborasi untuk mencegahnya.

(3)

Kalimantan Barat memiliki tutupan hutan sekitar 42% dari luas wilayahnya. Tipe vegetasi pada tutupan hutan meliputi: (1) hutan lahan kering primer, (2) hutan lahan kering sekunder, (3) hutan rawa primer, (4) hutan rawa sekunder, (5) hutan mangrove primer, dan (6) hutan mangrove sekunder dengan total luas sekitar 6,25 juta ha.

Pada periode 2003-2006, rata-rata deforestasi tahunan sebesar 42,4 ribu ha dan rata-rata degradasi sebesar 94,5 ha/tahun. Penyebab utama deforestasi dan degradasi sama yaitu kebakaran hutan, peneban-gan liar dan konversi lahan hutan. Khusus degradasi, penyebabnya ditambahkan dengan aktivitas pembu-kaan lahan perkebunan sawit.

Pengukuran stok karbon Kalimantan Barat dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IPCC. Pada tahun 2011, total stok karbon sebesar 1.072,5 juta ton dengan rata-rata 171,3 ton karbon/ha (above ground).

Implementasi REDD+ dilaksanakan secara terintegra-si, melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, masyarakat, bahkan LSM. Hal ini dibuktikan dengan integrasi SRAP REDD+ Kalimantan

Kalimantan Barat memiliki tutupan hutan sekitar 42% dari luas wilayahnya. Tipe vegetasi pada tutupan hutan meliputi: (1) hutan lahan kering primer, (2) hutan lahan kering sekunder, (3) hutan rawa primer, (4) hutan rawa sekunder, (5) hutan mangrove primer, dan (6) hutan mangrove sekunder dengan total luas sekitar 6,25 juta ha.

Pada periode 2003-2006, rarata deforestasi ta-hunan sebesar 42,4 ribu ha dan rata-rata degradasi sebesar 94,5 ha/tahun. Penyebab utama deforestasi dan degradasi sama yaitu kebakaran hutan, peneban-gan liar dan konversi lahan hutan. Khusus degradasi, penyebabnya ditambahkan dengan aktivitas pembu-kaan lahan perkebunan sawit.

Pengukuran stok karbon Kalimantan Barat dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IPCC. Pada tahun 2011, total stok karbon sebesar 1.072,5 juta ton dengan rata-rata 171,3 ton karbon/ha (above ground).

Implementasi REDD+ dilaksanakan secara terintegra-si, melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, masyarakat, bahkan LSM. Hal ini dibuktikan dengan integrasi SRAP REDD+ Kalimantan

(4)

Barat ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (RPJPD Kalbar 2005-2015; RPJMD 2009-2013, 2014-2018, 2019-2023, 2024-2028; Rencana Kerja Pembangunan daerah (RKPD); dan rencana kerja sektoral (Renstra 5 tahunan yang berdurasi sama dengan RPJMD dan Renja Tahunan).

Overview

Barat ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (RPJPD Kalbar 2005-2015; RPJMD 2009-2013, 2014-2018, 2019-2023, 2024-2028; Rencana Kerja Pembangunan daerah (RKPD); dan rencana kerja sektoral (Renstra 5 tahunan yang berdurasi sama dengan RPJMD dan Renja Tahunan).

(5)

0.33

Peta posisi wilayah Kalimantan Barat

Demographics

Economy

GDP Breakdown

14.680.700

ha

4,477,348

1.88

%

IDR

66.78

trilion

IDR

14,915,079

7,64

%

Luas Indonesia

Luas Wilayah

Population of State/Province of National Population

State/Province GDP Per Capita Income

Demographics

Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Industri Pengolahan Bangunan Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa Pertambangan dan Penggalian Listrik dan Air Bersih

16.73

15.07

12

6.66

6.48

4.94

3.21

1.36

(6)

Kondisi Hutan / Forest Condition

Luas Tutupan Hutan / Forest Cover

Deforestasi Hutan

Degradasi Hutan

Penyebab Utama Deforestasi

Main Deforestation Drivers

Penyebab Utama Degradasi

Main Degradation Drivers

Luas Tutupan Hutan / Forest Cover

Luas Tutupan Hutan / Forest Cover

1. Kebakaran (200 ha hilang di tahun 2008; 374,06 ha hilang di tahun 2009) 2. Penebangan liar dan

konversi lahan hutan

1. Kebakaran (200 ha hilang di tahun 2008; 374,06 ha hilang di tahun 2009)

2. Penebangan liar dan konversi lahan hutan 3. Pembukaan lahan perkebunan sawit 1. Kebakaran (200 ha hilang di tahun 2008; 374,06 ha hilang di tahun 2009)

2. Penebangan liar dan konversi lahan hutan 3. Pembukaan lahan perkebunan sawit 1. Kebakaran (200 ha hilang di tahun 2008; 374,06 ha hilang di tahun 2009) 2. Penebangan liar dan konversi lahan hutan

Laju Deforestasi /

Deforestation Rate

Laju Degradasi /

Degradation Rate

48.3

%

Deforestasi/Deforestation

Luas Wilayah

Land Cover

42.6

%

Luas WilayahLand Cover

6.2

7.0

42

?

0.60 %

? %

47,1

?

per tahun per tahun per year per year

0.12

?

Tahun 2003 / Year 2000

Tahun 2011 / Year 2011

juta ha million ha juta ha million ha juta ha million ha ribu ha/tahun thousand ha/year ribu thousand ribu million ribu ha/tahun thousand ha/yr juta ha million ha

Luas Tutupan Hutan

Forest Cover Luas Tutupan HutanForest Cover

Forest Deforestation Forest Degradation

2003-2006

2006-2011

lapangan sepak bola football field lapangan sepak bola football field

(7)

Kondisi Hutan / Forest Condition

Tipe Vegetasi Utama /

The main vegetation types

36.95

%

62.85

%

0.20

%

Hutan Primer

Primary forest

Hutan Sekunder

Logged over forest

juta ha million ha juta ha million ha juta ha million ha ha ha juta ha million ha juta ha million ha juta ha million ha juta ha million ha

3.94

2.32

Hutan Lahan Kering Primer

Dry forest

Hutan Lahan Kering Sekunder Dry forest

2.29

0.03

34.00

0.11

2.37

1.45

Hutan Mangrove Primer

Mangrove forest

Hutan Mangrove Sekunder

Mangrove forest

Hutan Rawa Sekunder Swamp forest

Hutan Rawa Primer

Swamp forest

Hutan Tanaman

Plantations

ribu ha thousand ha

0.01

(8)

Kondisi Hutan / Forest Condition

Manajemen Hutan /

Forest Management

Hutan Produksi Berkelanjutan

Limited Production forest

Hutan Konservasi

Other Area

Hutan tidak Dilindungi

Production Forest

Hutan Lindung

Protected forest

juta ha million ha juta ha million ha juta ha million ha juta ha million ha

2.3

4.7

1.3

1.5

23.62

%

48.24

%

13.25

%

14.80

%

(9)

Perhitungan Karbon / Carbon Accounting

Stok Karbon/

Carbon Stock

Rata-rata Stok Karbon/

Average Carbon Stock

juta tC

million tC

Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi

Carbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type:

C

C

C

171,3

tC/ha

C

1.073

C C C C C C C

Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi

Average Carbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type:

447.27

juta tC

381.28

juta tC

0.01

juta tC

13.30

juta tC

5.19

juta tC

225.48

juta tC

0.79

juta tC

195.40

160.70 170.00

120.00

196.00

155.00

64.00

Hutan Lahan Kering Sekunder Secondary dry forest Hutan Mangrove Primer Primary mangrove forest Hutan Mangrove Sekunder Secondary mangrove forest Hutan Rawa Primer Primary swamp forest Hutan Rawa Sekunder Secondary swamp forest Hutan Tanaman Plantations Hutan lahan Kering Primer Primary dry forest

(10)

Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets

41

%

Tahun

Dengan upaya sendiri

On their own

Dengan bantuan pihak lain

With the help of others

26

%

41,91

%

BAU

600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 2010 2015 2020 Thousands

(11)

Kebijakan dan Peraturan

Kebijakan dan Peraturan

Kerangka Institusi

Kerangka Institusi

STRATEGI REDD/REDD Strategic

Kebijakan dan Peraturan

Gubernur Kalimantan Barat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya:

Kebijakan dan Peraturan

Gubernur Kalimantan Barat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya:

Pokja REDD+ (Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012) yang telah terbentuk memiliki tupoksi menghimpun dan melakukan analisis terhadap data serta informasi berkaitan dengan program REDD+ di Kalbar; melakukan sosialisasi REDD+ dan komunikasi bersama semua pihak baik yang ada dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup teknis terkait kehutanan dan lingkungan hidup serta para pihak (swasta, LSM, dan masyarakat) dan donor (nasional dan internasional) yang bergerak dalam mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim serta isu deforestasi dan degradasi hutan.

Pokja REDD+ (Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012) yang telah terbentuk memiliki tupoksi menghimpun dan melakukan analisis terhadap data serta informasi berkaitan dengan program REDD+ di Kalbar; melakukan sosialisasi REDD+ dan komunikasi bersama semua pihak baik yang ada dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup teknis terkait kehutanan dan lingkungan hidup serta para pihak (swasta, LSM, dan masyarakat) dan donor (nasional dan internasional) yang bergerak dalam mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim serta isu deforestasi dan degradasi hutan.

1

1

2

2

3

3

4

4

Perda Provinsi Kalimantan Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pemban-gunan Jangka panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2007-2027

Perda Prov Kalbar Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012 tentang : Pem-bentukan Kelompok Kerja Pengurangan Emisi Dari Deforestrasi Dan Degradasi Hutan (Pokja REDD+) di Provinsi Kaliman-tan Barat

Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor 27 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Provinsi Kalimantan Barat

Perda Provinsi Kalimantan Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pemban-gunan Jangka panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2007-2027

Perda Prov Kalbar Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012 tentang : Pem-bentukan Kelompok Kerja Pengurangan Emisi Dari Deforestrasi Dan Degradasi Hutan (Pokja REDD+) di Provinsi Kaliman-tan Barat

Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor 27 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Provinsi Kalimantan Barat

(12)

PROGRAM-PROGRAM LAINNYA

PROGRAM-PROGRAM LAINNYA

Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Pengembangan REDD+ yang dibangun melalui pengembangan strategi dan rencana aksi (SRAP) telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meski kualitas keterlibatan belum sampai pada tingkat kolaborasi. Ini dapat dilihat dari tidak terjadinya komunikasi yang baik inisiatif-inisiatif REDD+ yang telah dilakukan antar dan di antara stakeholder di Kalbar.

Upaya pelibatan pemangku kepentingan dapat dilihat dari susunan anggota Pokja REDD+ yang terdiri dari kalangan birokrasi, akademisi dan NGO. Dalam pengembangan SRAP REDD+ Kalbar, Pokja REDD+ menjaring masukan dari praktisi-praktisi di lapangan terkait upaya-upaya yang berkenaan dengan pengurangan emisi.

Pengembangan REDD+ yang dibangun melalui pengembangan strategi dan rencana aksi (SRAP) telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meski kualitas keterlibatan belum sampai pada tingkat kolaborasi. Ini dapat dilihat dari tidak terjadinya komunikasi yang baik inisiatif-inisiatif REDD+ yang telah dilakukan antar dan di antara stakeholder di Kalbar.

Upaya pelibatan pemangku kepentingan dapat dilihat dari susunan anggota Pokja REDD+ yang terdiri dari kalangan birokrasi, akademisi dan NGO. Dalam pengembangan SRAP REDD+ Kalbar, Pokja REDD+ menjaring masukan dari praktisi-praktisi di lapangan terkait upaya-upaya yang berkenaan dengan pengurangan emisi.

Referensi

Dokumen terkait

dengan memaksimalkan nilai kepadatan pixel pada citra melalui proses observasi terhadap beberapa citra sample resolusi rendah mengenai letak dan nilai pixel masing – masing

73 3 Pola tanam pembenihan kerapu cantang di BPBAP Situbondo 74 4 Pola tanam kegiatan pembesaran kerapu cantang di KJA BPBAP Situbondo 76 5 Kandungan nutrisi pakan ikan

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pemuliaan dan monitoring

SK SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL GURU NON PNS (P2TK DIKMEN).. NO NUPTK NAMA TEMPAT TUGAS NOMOR

Ketika kita berdoa memohon karunia Roh—dan kita hendaknya melakukannya—salah satu yang saya mohon adalah agar saya dapat memiliki motif yang murni, untuk menginginkan apa yang

Berdasarkan uji mann-Whitney dimana uji statistik ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan dari dua sampel yang independen serta uji mann-Whitney

Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup, saat MRS pemenuhan nutrisi Diit jantung III dengan 1700 kal, minum 1000 cc/24 jam, kesulitan menelan

Adapun tujuan dari diadakan kegiatan unit kerja KSDM (keuangan dan sumber daya manusia) yaitu member kontribusi yang paling optimal untuk mendukung pencapaian