• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 1

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

No. 65/09/64/Th.XVIII,15 September 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR

MARET TAHUN 2015

RINGKASAN

 Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Timur pada Maret 2015 sebanyak 212,89 ribu (6,23 persen). Pada September 2014 penduduk miskin berjumlah 252,68 ribu (6,31 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 39,8 ribu orang (0,08 persen).

 Selama periode September 2014 – Maret 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 11,7 ribu orang dan di daerah perdesaan turun sebanyak 28,1 ribu orang.

 Pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 126,06 ribu orang (9,96 persen), lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan sebanyak 86,82 ribu orang (4,03 persen).

 Selama September 2014 – Maret 2015, Garis Kemiskinan (GK) naik sebesar 6,63 persen, yaitu dari Rp. 444.248,- per kapita per bulan pada September 2014 menjadi Rp. 473.710,- per kapita per bulan pada Maret 2015. Pada periode yang sama GK Nasional sebesar Rp. 312.328,- perkapita per bulan (September 2014) dan naik menjadi Rp. 330.776,- perkapita per bulan (Maret 2015).

 Pada periode September 2014 – Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman

Kemiskinan naik dari 0,793 pada keadaan September 2014 menjadi 0,904 pada keadaaan Maret 2015. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,176 menjadi 0,219 pada periode yang sama.

(2)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 2

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Timur, September 2014 – Maret 2015

Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2015 sebesar 212,89 ribu (6,23 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2014 sebesar 252,68 ribu orang (6,31 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 39,8 ribu orang (0,08 persen).

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan secara persentase mengalami peningkatan, sedangkan untuk di daerah pedesaan secara persentase mengalami penurunan. Namun secara absolut penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan mengalami penurunan. Selama periode September 2014 – Maret 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 11,7 ribu orang atau naik sebesar (0,05 persen) dan di daerah perdesaan turun sebanyak 28,1 ribu orang (0,10 persen).

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar dibanding di daerah perkotaan. Persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan September 2014 dan Maret 2015 masing-masing sebesar 10,06 persen dan 9,96 persen. Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 3,98 persen pada bulan September 2014 dan 4,03 persen pada bulan Maret 2015.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Timur Menurut Daerah, September 2014 – Maret 2015

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin Perkotaan Perdesaan Perkotaan +

Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

September 2014 98,48 154,20 252,68 3,98 10,06 6,31

Maret 2015 86,82 126,06 212,89 4,03 9,96 6,23

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 3

Perubahan Garis Kemiskinan September 2014 – Maret 2015

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama September 2014 – Maret 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,63 persen, yaitu dari Rp. 444.248,- per kapita per bulan pada September 2014 menjadi Rp. 473.710,- per kapita per bulan pada Maret 2015. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,00 persen.

Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan Maret 2015 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 485.887,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 452.999,-. Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan.

Tabel 2.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin September 2014 – Maret 2015

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (ribu)

Persentase penduduk miskin Makanan Non Makanan Total

Perkotaan September 2014 319.200 139.804 459.004 98,48 3,98 Maret 2015 337.970 147.917 485.887 86,82 4,03 Perdesaan September 2014 313.240 107.187 420.427 154,20 10,06 Maret 2015 333.612 119.387 452.999 126,06 9,96 Kalimantan Timur September 2014 316.920 127.327 444.248 252,68 6,31 Maret 2015 336.356 137.353 473.710 212,89 6,23

(4)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 4

Sumber: Diolah dari data Susenas Triwulanan September 2014 dan Maret 2015

Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan Terbesar

Komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam pembentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Timur pada bulan Maret 2015 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat persamaan pola. Untuk 5 komoditi teratas di pedesaan maupun diperkotaan 4 diantaranya memiliki jenis komoditi yang sama yaitu antara lain Beras, rokok kretek filter, Telur ayam ras dan mie instan. Daerah perkotaan secara berturut-turut adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, gula pasir, tongkol/tuna/cakalang, kue basah, ikan kembung, roti dan susu bubuk. Sedangkan di daerah perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, daging ayam ras, bawang merah dan kue basah. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Persentase Komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan Makanan Menurut Daerah, Maret 2015

No Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Beras 27.72 Beras 32.53

2 Rokok kretek filter 11.40 Rokok kretek filter 13.72 3 Daging ayam ras 6.08 Telur ayam ras 5.48 4 Telur ayam ras 5.95 Gula pasir 4.58

5 Mie instan 3.90 Mie instan 4.29

6 Gula pasir 3.49 Daging ayam ras 2.52 7 Tongkol/tuna/cakalang 3.25 Bawang merah 2.34

8 Kue basah 3.03 Kue basah 2.33

9 Kembung 2.43 Kembung 2.29

10 Roti 2.40 Tongkol/tuna/cakalang 2.15

11 Susu bubuk 2.29 Tempe 1.83

12 Bawang merah 2.13 Bandeng 1.78

13 Tempe 2.12 Roti 1.76

14

Tahu 2.04 Kopi bubuk & kopi instan (sachet)

1.75

15 Bandeng 1.95 Cabe rawit 1.73

Sumber: Diolah dari data Susenas Triwulanan Maret 2015

Penyumbang terbesar untuk garis kemiskinan non makanan urutan pertama baik di daerah perkotaan maupun perdesaan yaitu perumahan, namun urutan selanjutnya terdapat

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 5 perbedaan pola antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Persentase Komoditi Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan Menurut Daerah, Maret 2015

No Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Perumahan 41.05 Perumahan 42.94

2 Listrik 10.59 Bensin 12.97

3 Bensin 9.76 Listrik 8.51

4 Pendidikan 7.58 Perlengkapan mandi 4.75

5 Air 5.37 Pendidikan 4.41

6 Perlengkapan mandi 3.98 Sabun cuci 2.85

7 Barang kecantikan 2.31 Barang kecantikan 2.69

8 Pajak kendaraan bermotor 2.00 Pakaian jadi anak-anak 2.49 9 Pakaian jadi perempuan dewasa 1.90 Pakaian jadi laki-laki dewasa 2.31 10 Pakaian jadi anak-anak 1.85 Pajak kendaraan bermotor 2.07 11 Pakaian jadi laki-laki dewasa 1.83 Pakaian jadi perempuan dewasa 2.04 12 Angkutan 1.77 Obat nyamuk, korek api, baterai,

aki, dsb

1.69

13 Kesehatan 1.62 Air 1.66

14

Perawatan kulit, muka, kuku, tambut

1.55 Kesehatan 1.42

15

Sabun cuci 1.50 Perawatan kulit, muka, kuku, tambut

1.29

Sumber: Diolah dari data Susenas Triwulanan Maret 2015

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk berkaitan dengan miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode September 2014 – Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan` (P2) menunjukkan kecenderungan mengalami peningkatan.

(6)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 6 pada keadaaan Maret 2015. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,176 menjadi 0,219pada periode yang sama.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

daerah perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,622 sementara di daerah perdesaan

mencapai 1,383. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,155

sementara di daerah perdesaan mencapai 0,327. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah daripada daerah perkotaan.

Tabel 5

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Kalimantan Timur Menurut Daerah, September 2014 – Maret 2015 Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

September 2014 0,548 1,187 0,793

Maret 2015 0.622 1,383 0,904

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

September 2014 0,132 0,247 0,176

Maret 2015 0,155 0,327 0,219

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 7 Penjelasan Teknis dan Sumber Data

 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

 Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

 Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2014 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Triwulanan pada bulan September 2014. Dan untuk kemiskinan Maret 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Triwulanan pada bulan Maret 2015

(8)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.65/09/64/Th.XVIII, 15 September 2015 8

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Informasi lebih lanjut hubungi :

Ir. Aden Gultom, M.M

(Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE

(Kepala Bidang Statistik Sosial)

Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121 e-mail: sosial6400@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan berfokus pada modifikasi model bisnis atas layanan produk yang ditawarkan oleh

Jadi bila didapatkan harga-harga koefisien integrasi pada domain ξ , maka integrasi akan dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien integrasi tersebut tanpa harus

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka Majelis Hakim pada persidangan

Pada tahun Anggaran 2015, BPBD Kabupaten Magelang melaksanakan 43 (empat puluh tiga) kegiatan dengan pencapaian rata-rata sesuai dengan harapan atau dapat

Hasil yang didapatkan dari metode integrasi AHP-TOPSIS pada tabel 17 menunjukan, pemberian presentasi atau pelatihan merupakan strategi yang paling ideal dengan

Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan atas kehadirat-Mu yang telah memberikan limpahan kemudahan, karunia, dan rahmat sehingga penulis dapat

Adakah pengaruh tatanan interior studio gambar manual lantai 3 lab FPTK UPI terhadap motivasi belajar mahasiswa jurusan pendidikan teknik arsitektur FPTK UPI angkatan 2004 dan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, susu kacang tanah, susu kacang hijau dan susu kacang kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku dalam fermentasi kefir; kadar asam