Modul #05
TE 3423
TE 3423
TE 3423
TE 3423
ANTENA DAN PROPAGASI
ANTENA DAN PROPAGASI
Macam-macam
Antena
Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkomgg g Bandung – 2008
Organisasi
Modul 5
Macam-Macam Antena
• A. Pendahuluan page 3p g
• B. Antena Linear dan Turunannya page 7 • C. Antena Loop dan Helix page 13 • D. Antena V dan Rhombic (Double V) page 23 • E. Modifikasi Dipole & Antena Ground Plane page 27 • F. Antena-Antena ReflektorF. Antena Antena Reflektor page 31page 31
• G. Antena2 Aplikatif page 59
• H. Exotic Antenna page 68
A. Pendahuluan
Sekapur Sirih
Sekapur Sirih ...
Seperti yang sudah dibicarakan pada bagian sebelumnya, dimensi antena paling kecil harus mendekati panjang gelombang supaya menjadi radiator yang efisien. Bahkan untuk mendapatkan gain yang tinggi, dimensi antena harus jauh lebih besar dari panjang gelombang.
y g gg , j p j g g g
Menaikkan gain suatu antena selalu disertai dengan penurunan lebar dan luas berkas, sehingga antena dengan gain yang tinggi memerlukan pemasangan dan penempatan yang sangat teliti agar benar-benar menunjuk pada sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh : Antena dengan gain sebesar 60 dB lebar berkasnya sekitar 0,2o sehingga kesalahan penempatan sebesar 0,1o dari sumbu utama akan
dB lebar berkasnya sekitar 0,2 sehingga kesalahan penempatan sebesar 0,1 dari sumbu utama akan menurunkan penerimaan sebesar 30 dB.
Dari besarnya gain, antena digolongkan menjadi antena dengan gain rendah (sampai 10dB) , gain sedang (10 sampai 20 dB) , dan gain tinggi ( lebih dari 20 dB). Namun demikian, harus dicatat pula bahwa angka-angka tersebut di atas adalah relatif bukan mutlak
bahwa angka angka tersebut di atas adalah relatif, bukan mutlak.
Frekuensi kerja sangat mempengaruhi bentuk dan dimensi antena. Pada daerah HF, 3-30 MHz, banyak dipakai antena kawat dan batang atau susunannya sepperti dipol, yagi, log periodik, helix nomal mode, whip, dan antena linier lainnya.
Sedangkan pada VHF banyak dipakai yagi, antena kawat, corner, dll. Pada UHF dan SHF (300 - 30000 MHz) banyak dipakai antena paraboloid, corong, slot, antena lensa, dan kadang-kadang helix, yagi, dan lain-lain.
A. Pendahuluan
Selain itu, ada antena yang tidak jelas nampak sebagai antena pemancar atau harus
tersembunyi atau disebut sebagai antena samar ( disquised antenna ). Antena tersebut harus menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya seperti pada kapal terbang, kereta api, atau pada keadaan lingkungan yang beratatau pada keadaan lingkungan yang berat.
Untuk antena semacam ini, biasanya yang menjadi persoalan adalah penyesuaian impedansi karena umumnya impedansi antena akan jauh berbeda dengan impedansi karakteristik saluran transmisi jika dipakai transformator konvensional
karakteristik saluran transmisi jika dipakai transformator konvensional.
Kerugian lain yang diderita adalah diagram arah yang seringkali jauh dari yang diharapkan sehingga harus dicarikan kompromi-kompromi lain yang lebih ketat kendalanya
Pemilihan Antena
A. Pendahuluan
Pemilihan Antena ...
Dalam suatu hubungan komunikasi
, dihadapkan pada suatu tugas yaitumemilih antena yang cocok untuk komunikasi tersebut, terlebih jika kita sendiri yang harus mendesain sistem komunikasi dan antena yang bersangkutan.
harus mendesain sistem komunikasi dan antena yang bersangkutan.
Pilihan antena yang digunakan
didasarkan kepada :• Jenis komunikasi yang dilakukan
Æ Broadcast / siaran pilih antena dengan tipikal pancaran
Æ Broadcast / siaran , pilih antena dengan tipikal pancaran
Broadside/omnidirectional
Æ Point to point communication, pilih antena dengan tipikal pancaran Endfire / directional / pencil beam
• Keterbatasan kelas penguat
Æ Berkaitan dengan Gain antena yang direncanakan
• Lebar informasi yang dikirimkan ( Narrowband / broadband )
Æ B k i d B d idth di k di tid k
Æ Berkaitan dengan Bandwidth antena yang direncanakan, dirancang tidak terpisah dengan saluran transmisi yang digunakan
• Daerah cakupan (coverage) antena yang diinginkan
Æ Berkaitan dengan Beamwidth antena yang direncanakan Misal : struktur
Æ Berkaitan dengan Beamwidth antena yang direncanakan. Misal : struktur sel trisektoral membutuhkan antena dengan beamwidth 120o.
Mari kita ulangi sekali lagi
A. Pendahuluan
Dalam memilih dan mendesain antena, kita selalu dihadapkan oleh batasan-batasan yang didapat dari sistem komunikasi yang direncanakan .
Mari kita ulangi sekali lagi...
Sebagai contoh :
Jika misalkan kita diharuskan mendesain antena untuk komunikasi selular GSM,
terlebih dahulu kita harus mengetahui : (1) Berapa range frekuensi kerja GSM yang terlebih dahulu kita harus mengetahui : (1) Berapa range frekuensi kerja GSM yang nantinya berkaitan dengan bandwidth antena yang kita rencanakan, (2) SWR
maksimum yang diijinkan disisi pemancar dan penerima, berkaitan dengan matching impedancep dengan saluran transmisi, g (3) Kelas penguat( ) p g , untuk merencanakan
seberapa besar gain yang dibutuhkan untuk komunikasi tersebut (4) Cakupan
daerah antena yang diinginkan yang berkaitan dengan beamwidth antena
Hanya saja ada beberapa hal yang harus kita pahami bahwa keempat persoalan diatas
Hanya saja, ada beberapa hal yang harus kita pahami bahwa keempat persoalan diatas adalah saling terkait dan proses desain antena terdiri dari kompromi-kompromi agar antena yang sudah didesain dapat memenuhi kriteria sebelumnya yang sudah
ditetapkan. Dari sinilah yang menyebabkan kemudian bahwa persoalan desain antena p y g y p menjadi tidak sederhana
B. Antena Linear dan Turunannya
A
li
b
b
d
k
b
k
d k
Antena linear
biasanya terbuat dari kawat atau batang konduktor
tipis dan terbagi menjadi 2 macam : (a) Antena Resonan atau disebut
juga sebagai Antena Gelombang Berdiri , (b) Antena Non Resonan
atau Antena Gelombang Berjalan
B.1. Antena Gelombang Berdiri / Antena Resonan
g
λ
3
λ
5
λ
3
λ
2
λ
2
λ
λ
4
3
λ
λ
4
2
λ
2
λ
s
B. Antena Linear dan Turunannya
dz
Z θ
r
Sehingga, distribusi medan di tempat
jauh,
⎫
⎧
⎛
⎞
⎛
⎞
Z L θ[ ]
⎪
⎪⎪
⎬
⎫
⎪
⎪⎪
⎨
⎧
θ
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛ β
−
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
β
θ
=
θsin
2
L
cos
cos
2
L
cos
r
I
60
j
E
0Pencatuan ditengah dengan :
⎞ ⎛
⎪
⎪
⎭
⎪
⎪
⎩
θ
sin
r
[ ]
⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ω=
c r t j 0 0I
e
I
Distribusi arus sinusoidal, dengan :
[ ]
⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪
⎨
⎧
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛ β
−
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
β
θ
=
2
L
cos
cos
2
L
cos
I
j
H
0 , g[ ] [ ]
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛ ±
λ
π
=
z
2
L
2
sin
I
I
0⎪
⎪
⎭
⎬
⎪
⎪
⎩
⎨
θ
π
=
φsin
r
2
j
H
0 z jika " "+ < dan "−" jika z > 0λ = 1 L
B. Antena Linear dan Turunannya
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
π
θ
cos
2
cos
E
λ
=
2
1
L
λ 2 L o 78θ
⎠
⎝
=
θsin
E
2
λ L(
)
θ
+
θ
π
=
θsin
1
cos
cos
E
λ
=
L
λ = L o 47⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
π
cos
θ
2
3
cos
λ
3
L
= 2λ 3 L+
-θ
⎟
⎠
⎜
⎝
=
θsin
2
E
λ
=
2
L
2+
-P l j i k
T h
P
k
b li !!
+
B 2 Antena Gelombang Berjalan
B. Antena Linear dan Turunannya
B.2. Antena Gelombang Berjalan
Antena gelombang berjalan (
travelling wave antenna
) terdiri dari
kawat tunggal yang diterminasi dengan impedansi karakteristiknya
Contoh
antena gelombang berjalan :(a) kawat tunggal diterminasi glb glb Keempat antena disamping merupakan pendekatan untuk diterminasi
(b) Rhombic diterminasi pendekatan untuk memberikan gelombang berjalan Uniform Tunggal (c) Helical panjang (d) Linear panjang
tebal
(
z)
P ρ ζ Pada suatu konduktor antena gelombang
B. Antena Linear dan Turunannya
(
, ,z)
P ρ ζ Pada suatu konduktor antena gelombang berjalan di samping, gelombang berarah menuju sumbu z
Pola pancar antena
1 r 2 r r ρ φ
Pola pancar antena,
Pola pancar antena dipengaruhi p
dan b dimana,
0 b z
Konduktor
Arah gelombang
dz p = konduktor, umum kecepatan fasa pada
disebut sebagai faktor kecepatan
c
v
p
=
pb = Dimensi panjang konduktor
(
)
⎬
⎫
ψ
⎨
⎧
⎥
⎤
⎢
⎡
φ
−
ω
φ
=
∠
ζ1
cos
b
sin
sin
p
I
H
0(
)
ψ
danE
φ=
η
iH
ζ⎭
⎬
⎩
⎨
⎥
⎦
⎢
⎣
φ
φ
−
π
∠
ζ1
cos
pc
2
sin
cos
p
1
r
2
H
1(
)
⎥
⎤
⎢
⎡
φ
ω
⎟
⎞
⎜
⎛
ω
ψ
t
r
b
1
cos
ζ φ(
)
⎥
⎦
⎢
⎣
ω
⎜
⎝
−
⎟
⎠
−
−
φ
=
ψ
1
cos
pc
2
c
t
Pola pancar antena gelombang berjalan
untuk beberapa nilai panjang b, danB. Antena Linear dan Turunannya
Pola pancar antena gelombang berjalan
untuk beberapa nilai panjang b, dan faktor kecepatan fasa po 60 58o Arah gelombang o 25 = τ o 31 = τ o 68 = τ p = 1.0 p = 0.8 p = 1.0
λ
2
b
=
λ
b
=
5
λ
C. Antena Loop dan Helix
C 1 Antena Loop
C.1. Antena Loop
z
Pada loop kecil sirkular :
Jari-jari a << λ(1) Dipandang sebagai
L
i
r y P aAnalisis
dengan 2
macam cara
Loop persegi
(2) Diekivalensikan
sebagai
Dipole
x Radius loop : amacam cara
sebaga
ipole
Magnetik Pendek
Lihat masing-masing penurunan pada Diktat P Heroe hal V-5 !! didapatkan hasil yang sama :
The Loop pattern has exactly the same shape as
V-5 !!, didapatkan hasil yang sama :
[ ]
2I
sin
A
120
E
φ=
π
θ
[ ]
( )
c r t j 0e
I
I
=
ω −that of a Hertzian Dipole, where the electric and
magnetic fields are
2
r
E
λ
φ 2a
A
=
π
[ ]
I
sin
A
H
=
π
θ
“ Uniform Loop”Rumus Loop Sirkular
Arus Uniform
Umum Loop kecil Loop besar
C. Antena Loop dan Helix :
2
λ
Besaran Ukuran sembarangUmum Loop besar
[ ]
I
C
J
(
C
sin
)
60
π
λ 1 λθ
120
π
2[ ]
I
sin
θ
A
sama dengan umum
θ
E
3 1 , 100 2 < <λ
Cλ A > 5 λ Cr
π
θ120
E
2r
λ
π
θ120
E
gsama dengan umum
θ
E
φ
H
π
120
( )
∫
λ λπ
C 2 0 2 2C
J
y
dy
60
π
120
4 2 2197
C
A
31200
⎟
=
λ⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
λ
λ=
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
λ
592
C
a
3720
r
R
0(
)
[
]
∫
λθ
λ λ C 2 2 max 2 1dy
)
y
(
J
sin
C
J
C
2
⎠
⎝
2
3
λ=
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
λ
0
,
68
C
a
25
,
4
D
∫
0J
2(
y
)
dy
⎝
⎠
λ π = λ a 2 C d 4 1 x untuk 2 x ) x (J1 ≈ << Fungsi Bessel Orde 1
⎞ ⎛ 2 4 6 8 3 x 2 λ = λ d 4
C ( utk loop persegi ) ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − + − + − =
∫
... 31680 x 1080 x 56 x 5 x 1 3 x dy ) y ( J 8 6 4 2 3 2•
Aplikasi Antena Loop
C. Antena Loop dan Helix
Aplikasi Antena Loop
1.
Tidak cocok untuk transmitter
(karena tahanan radiasisangat kecil), tetapi mudah untuk dibuat dan sering digunakan t k
untuk :
Æ Low Frequency AM receiver (HiFi)
Ferrite sebagai inti akan memberikan performansi yang lebih baik. Multiple loop digunakan untuk meningkatkan Tahanan Radiasi
2.
Aplikasi untuk Directional Finder
(dikombinasikan dengandipole)
:
dipole):
z y Dipole Resultant Pattern x y x-
+
x LoopC.2. Helical Antenna
Antena Helix ditemukanC. Antena Loop dan Helix
Antena Helix ditemukan oleh John Krauss tahun
1946
Normal Mode Radiation
•
Mode radiasi
pada helix ada 2
macam :
C < 1Operational Modes
Axial Mode Radiation
macam :
3 < λ C 4 3 3 4 4 3 < < λ C•
Macam-Macam
antena helix :Balance i Variable Unbalance Tapered Uniform Variable Pitch Envelope Variable Thickness
•
Dimensi-Dimensi
pada helix :C. Antena Loop dan Helix
Diameter D
•
Dimensi-Dimensi
pada helix :C = π.D = kelililing lingkaran S = Spasi / pitch z Turn spacing S Number of turns N N = Jumlah lilitan
L = NS = Panjang helix (sumbu helix)
Pitch Angle α
LD =
= Panjang satu lilitan 2 2 C S + x C = Circumference g LN = NLD = panjang kawat
α = Pitch angle = tan−1
( )
SCπD
Ground Plane > λ/2
• Normal Mode Radiation
C. Antena Loop dan Helix
Normal Mode Radiation
Antena helix dapat dipandang sebagai
l j l h
Diameter D
susunan loop sejumlah N loop
z
y
Entire Helix Length L x
Normal Mode Radiation (broadside)
terjadi jika :D <<
λ
atau , L
NN<<
λ
• Distribusi Medan Mode Normal
C. Antena Loop dan Helix
Distribusi Medan Mode Normal
[ ]
θ
π
=
θS
sin
I
60
j
E
Polarisasi Eliptisλ
θr
j
[ ]
2I
sin
A
120
E
π
θ
2
S
A
2
S
E
E
AR
λ φ θπ
=
=
=
Axial
Ratio
[ ]
2r
E
λ
=
φ dengan, 2C
S
2
λ λ=
4
D
A
2π
=
Polarisasi Sirkular1
AR
=
λ
π
=
=
λ λD
S
2
C
λ
λ
π
=
=
α
λ2
D
2
C
tan
• Axial Mode Radiation preferred mode
C. Antena Loop dan Helix
p
Axial Mode Radiation (endfire) terjadi jika :
3/4 < C
λ< 4/3
Sifat sifat mode axial
z 1. Narrow Mainbeam dengan minor sidelobes
2. Polarisasi sirkular (orientation ∼ helix orientation) Sifat-sifat mode axial
3. Bandwidth lebar dibandingkan mode normal 4. Tanpa kopling antar elemen
5. Dapat disusun dengan helix lainnya untuk meningkatkan
x
y 5. Dapat disusun dengan helix lainnya untuk meningkatkan gain
6. Perancangan tidak kritis
• Parameter of Axial Mode Radiation
C. Antena Loop dan Helix
Parameter of Axial Mode Radiation
φ
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛ ψ
⎟
⎟
⎞
⎜
⎜
⎛ π
=
2
cos
N
sin
2
sin
E
φ
denganψ
=
2
π
⎡
⎢
S
(
1
−
cos
φ
)
+
1
⎤
⎥
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛ψ
⎟
⎠
⎜
⎝
=
cos
2
sin
N
sin
E
gψ
=
π
⎢⎣
λ−
φ
+
⎥⎦
N
2
)
cos
1
(
S
2
o o(
λ λ)
=
NS
C
52
HPBW
o(
λ λ)
=
NS
C
115
FNBW
oN
S
C
12
λ2 λ=
D
λ=
140
C
TR
=
C
150
TR
dan λC
1
N
2
AR
+
( Axial Feed ) ( Periferal Feed )N
2
AR
=
• Aplikasi
C. Antena Loop dan Helix
• Aplikasi
1. High gain, large bandwidth, simplicity, circular polarisation in AXIAL MODE
MODE:
Æ Space Communication (200-300MHz)
Latihan: Problems 8-3-2
A right-handed monofilar axial-mode helical
antenna has 30 turns,
λ
/3
diameter and
λ
/5
turn
spacing.
(a) What is the HPBW?
( )
(b) What is the gain (η
= 100 %) ?
(c) What is the polarization state?
(c) What is the polarization state?
(d) What is the AR
Solution
o o52
52
(a) From (8-3-4),
o o o 1 2 1 252
52
HPBW
20.3
(
)
(30 0.2)
3
C nS
λ λπ
≅
=
=
×
(b) For zero losses,G=D
From (8 3 7)
3
From (8-3-7),
2 212
12( / 3) 30 0.2 79 or 19 dBi
D
≅
C nS
λ λ=
π
×
=
(c) RCP (right circularly polarized)
( )
( g
y p
)
D. Antena V dan Rhombic (Double V)
D 1 Antena V
•
Antena V
digunakan terutama untuk panjang gelombang 1 – 50 m•
Tipikal pola pancar
antenao
36
D.1. Antena V
gelombang berdiri (resonan) untuk panjang elemen 2λ , diberikan
disamping : o 36 λ 2 Contoh 1
V gelombang berdiri (resonan) Contoh 2V gelombang berjalan (non resonan)
β γ = 2 o 90 = γ β γ = 2 Pencil Beam (single lobe)
D. Antena V dan Rhombic (Double V)
Contoh 3
V silinder (resonan)
o 90 = γBeamwidth melebar akibat
20 2a = λ λ 25 , 1 penambahan diameter 20 2a
D.2. Antena Rhombic
( Double V )D. Antena V dan Rhombic (Double V)
D.2. Antena Rhombic
( Double V )Rhombic
merupakan antena gelombang berjalan, yang umumnya dipakai
untuk frekuensi kurang dari 400 MHz ( populer pada f = 30 MHz,
λ
= 10 m )
φ φ
L L
• Parameter rhombic : L, φ, dan h
¼ Dicari nilai optimumnya :
maximum gain dan minimum sidelobe
L
Z
Axis of rhombic
Terminating impedance
• Tahanan terminasi : 600 – 800 ohm • Terdapat pula multiple rhombic
• E = jumlah E dari dari tiap kawat • Etot = jumlah E dari dari tiap kawat
pembentuknya Azimuth pada α = 10o o 10 = α Elevasi
•
Untuk satu rhombic
persamaan medan totalnya diberikan
D. Antena V dan Rhombic (Double V)
(
α
)
( )
ψ
φ
sin
sin
sin
cos
h
2L
•
Untuk satu rhombic
, persamaan medan totalnya diberikan
sebagai berikut :
(
)
( )
(
φ
α
)
ψ
α
φ
cos
sin
1
2
1
sin
.
sin
sin
.
cos
−
=
r r totL
h
E
2
Dimana,α = elevasi terhadap tanah
ψ
=(
1−sinφ
cosα
)
α = elevasi terhadap tanah
φ = 0,5 sudut antara kaki rhombic hλ = tinggi rhombic dari tanah dalam λ
2
ψ
=Lλ = panjang kaki rhombic dalam λ hr = 2π hλ
L 2π L Lr = 2π Lλ
E. Modifikasi Dipole & Antena Ground Plane
E.1. Antena Dipole Lipat
(Folded Dipole)Dipole dilipat
digunakan untuk menaikkan tahanan radiasi antena
s
•
Dipole Lipat 2
Z
I
Z
I
V
Z
I
Z
I
V
2 λ s 12 2 11 12
=
I
Z
+
I
Z
2
=
I
2Z
21+
I
2Z
22Karena s <<, maka Z12 ≈ Z11 dan Z21 ≈ Z22
2
(
11 12)
1 11 12
.
2
2
I
Z
Z
I
Z
V
=
+
=
4
Z
V
Z
=
=
s 1 I 1 I 2 V 2 V 11 14
Z
I
Z
T=
=
•
Dipole Lipat 3
E. Modifikasi Dipole & Antena Ground Plane
Dipole Lipat 3
Ω
630
=
×
=
=
3
2Z
119
70
Z
T•
Lipatan Yang Lain
2
λ
34λ
IZ
T=
450
Ω
2
Ω
900
=
TZ
Iλ
2
Ω
1400
=
TZ
E.2. Modifikasi Dipole
E. Modifikasi Dipole & Antena Ground Plane
E.2. Modifikasi Dipole
D 1 d 2 d
•
T-Match
2 λ 2 λ 2 dT match
:
Z = f(D)
T match
:
Z
T= f(D)
Contoh : L = 0,48λ ; D = 0,12λ d1 = ( 0,0001 - 0,001 )λ d 0 01λΩ
Z
T=
600
d2 = 0,01λ•
Dipole Lipat Ditarik
λ Loop (dari lipat 2) Quad (dari lipat 4) λ4 4 λ
(dari lipat 2) (dari lipat 4) 4
λ
4
E 3 A t
G
d Pl
E. Modifikasi Dipole & Antena Ground Plane
E.3. Antena Ground Plane
Ground plane
akan meningkatkan tahanan pancar antena karena adanya prinsip bayangan. Bentuk groundplane akan mempengaruhi karakteristik antena (pola pancar, bandwidth dsb) λ λ bandwidth, dsb) 4 λ λ4 4 λ 4 λ 4 λdsb
dsb...
F. Antena-Antena Reflektor
Antena reflektor
t
l d l
k
k
kt i tik
Antena reflektor
sangat populer dalam penggunaan karena karakteristik
reflektor yang dapat digunakan untuk bermacam-macam keperluan.
Reflektor berguna untuk :
g
• Mengubah
diagram arah
• Menaikkan
gain
M
b
F
t t B
k R ti
• Memperbesar
Front to Back Ratio
Dalam bagian ini akan dijelaskan 3 macam reflektor saja, sekalipun
di lapangan mungkin akan ditemui ditemui jenis reflektor yang lain.
Ketiga macam antena reflektor tersebut adalah :
• Reflektor bidang datar
R fl kt S d t
• Reflektor Sudut
F. Antena-Antena Reflektor
F.1. Antena Reflektor Bidang Datar
φ
Dari prinsip bayangan
, antena 1/2 λ dipole h i t l d fl kt bid d t ks
s
antena bayangan
φ
horisontal dengan reflektor bidang datar akanmemberikan penguatan / diagram arah kuat medan :
R
R
antena bayangan(
φ
)
−
+
+
=
φ
sin
S
cos
R
R
R
R
R
2
)
(
G
r 12 L 11 L 11 fDengan : RL = tahanan rugi-rugi ohmic /panas antena R11 = tahanan sendiri
R12 = resistansi antena dengan bayanganya R12 resistansi antena dengan bayanganya Sr = 2πS / λ
Dari persamaan sebelumnya
diketahui bahwa pola pancar
F. Antena-Antena Reflektor
Dari persamaan sebelumnya
, diketahui bahwa pola pancar
antena dengan reflektor bidang datar adalah fungsi dari jarak antena
tersebut dengan bidang reflektornya (S)
Di bawah ini
adalah grafik gain yang dicapai oleh antena dipole ½
λ
yang
F. Antena-Antena Reflektor
b w
g
g
y g
p
p
½ y g
ditempatkan sejarak S/
λ
didepan reflektor bidang datar.
Selanjutnya, gain dan bandwidth adalah 2 hal yang harus dikompromikan
S
Ò
G
Ô
Ò
S
Ô
G
Ò
Ô
F.2. Antena Reflektor Sudut
2F. Antena-Antena Reflektor
F.2. Antena Reflektor Sudut
corner re
flector
S
Dengan memakai Prinsip bayangan, maka 1 buah
antena dengan reflektor b d t 90o ki l
1 4
α
S
Parameter parameter dalam antena reflektor sudut bersudut 90o ekivalen
dengan susunan 4 buah antena
3
apex DE
Parameter-parameter dalam antena reflektor sudut adalah : • α = sudut corner Bi di k i S S S DE
φ
Biasanya dipakai : dimana n adalah bilangan bulatn
180
o=
α
S S S• S = jarak antara antena (DE=driven elemen)
Umumnya sudut adalah 90o , tetapi
kadang-kadang didapati juga sudut reflektor 60o.
n
j ( )
•
Untuk antena dengan sudut reflektor
α
= 90
oF. Antena-Antena Reflektor
Untuk antena dengan sudut reflektor
α
90
S
Analisis menganggap terdapat 1 DE dan 3
bayangan, sehingga muncul susunan elemen ½λ, semuanya mempunyai magnitudo arus yang sama
S S S DE
φ
o90
=
α
semuanya mempunyai magnitudo arus yang sama TETAPI,
( fasa antena 1 = fasa antena 4 ), dan keduanya
S
2
90
=
α
berbeda fasa sebesar 180o terhadap ( fasa antena 2= fasa antena 3 )
Pada titik jauh P yang berjarak r dari antena
1 2
4
Pada titik jauh P, yang berjarak r dari antena , diperoleh distribusi kuat medan :
( )
φ
2
kI
1cos
(
S
rcos
φ
)
cos
(
S
rsin
φ
)
E
=
−
Dengan : I1 = arus tiap elemen Sr = 2πSλ
k = konstanta fungsi r
D i li i 4 t D b i i d
F. Antena-Antena Reflektor
• Dari analisis susunan 4 antena tersebut, didapatkan bahwa emf V1 pada terminal DE :
2
I
Z
Z
I
R
I
Z
I
V
• Dengan substitusi pada persamaan distribusi medan, didapat :
2
k
P
I
12 1 14 1 1 1 11 1 1I
Z
I
R
I
Z
2
I
Z
V
=
+
L+
−
dengan,Z11 = impedansi sendiri DE
cos
(
cos
φ
)
cos
(
sin
φ
)
2
2
12 14 1 11 1 r r LS
S
R
R
R
R
k
I
−
×
−
+
+
=
Z11 impedansi sendiri DE R1L = tahanan rugi ekivalen DEZ13 = Z12 = impedansi mutual dgn elemen 3 dan 2
(
rφ
)
(
rφ
)
• Sedangkan kuat medan di titik jauh P dari DE tanpa reflektor adalah : Z14 = impedansi mutual dgn elemen 4
• Jika daya input ke DE adalah P, k
( )
LR
R
P
k
E
1 11'
+
=
φ
maka : 12
R
R
R
R
P
I
=
12 14 1 11 12
R
R
R
R
+
L+
−
Sehingga….
Ingat kembali definisi gain
maka diperoleh
Gain kuat medan
F. Antena-Antena Reflektor
Ingat kembali definisi gain
…
maka diperoleh
Gain kuat medan
antena dengan reflektor
terhadap
antena tanpa reflektor
( untuk
α
=
90
o)
( )
φ
cos
(
cos
φ
)
cos
(
sin
φ
)
2
2
12 14 1 11 1 11 r r L L fS
S
R
R
R
R
R
R
G
−
−
+
+
+
=
Untuk
α
= 60
o,
akan dapat dipandang sebagai array 6 elemen ½λ, yang terdiri dari1 DE dan 5 bayangan, menghasilkan :
( )
φ
−
−
+
+
+
=
L L fR
R
R
R
R
R
R
G
2
2
2
16 12 14 1 11 1 11(
φ
)
−
(
[
−
φ
]
)
−
(
[
+
φ
]
)
×
o r o r r LS
S
S
cos
sin
cos
60
sin
cos
60
sin
16 12 14 1 11F. Antena-Antena Reflektor
Di samping ini
adalah variasi jarak antara DE dengan apex reflektor (S) untuk α = 90oDapat dilihat bahwa pola pancar antena berubah dengan berubahnya jarak S
F. Antena-Antena Reflektor
Disamping ini
adalah grafik
perubahan gain dalam
perubahan gain dalam
dBd (sumbu vertikal
sebelah kiri ) dan dBi
(sumbu vertikal
(sumbu vertikal
kanan) terhadap
perubahan S
λ.
G ain, dBi G ain, dBd G GS d
k
h
F. Antena-Antena Reflektor
Sedangkan tahanan
terminasi
antena
sebagai fungsi dari S
g
g
λλdiberikan pada grafik
di samping untuk
beberapa sudut
beberapa sudut
reflektor.
Untuk α = 90o, RT = R11 + R1L + R14 - 2 R12L = 2S
Dimensi Reflektor
F. Antena-Antena Reflektor
Dimensi Reflektor
H S GDimensi reflektor untuk
α
= 90
oG
≤
0,1
λ
; H
≥
0,6
λ
S = 0,35
λ
¿
L = 0,7
λ
S = 0,5
λ
¿
L = 1,0
λ
F. Antena-Antena Reflektor
Jika antena dipole diletakkan miring di
depan reflektor sudut maka akan
depan reflektor sudut, maka akan
dihasilkan polarisasi eliptis.
Problem 10-3-1. Square-corner reflector
A square-corner reflector has a driven
λ
/2 dipole
antenna space
λ
/2 from the corner. Assume
perfectly conducting sheet reflectors of infinite
extent (ideal reflector).
Calculate and plot the
radiation pattern
in a plane at right angles to the
driven element.
Solution:
/ 2
λ
1 2 11 11 14 12( ) 2 [cos( cos ) cos( sin )]
2 f r r R G S S R R R φ = ⎛⎜ ⎞⎟ φ − φ + − ⎝ ⎠
From (10-3-6) the gain of a lossless corner reflector over a reference dipole is given by
11 14 12
⎝ ⎠
/ 2
S
=
λ
(
φ
=
0 )
oFor and maximum radiation direction
1 2
73.1
( ) 4
3.06 or 9.7 dB (=11.9 dBi)
73.1 3.8 2 24
fG
φ
=
⎛
⎜
⎞
⎟
=
+
+ ×
⎝
⎠
this becomes 14R
1
λ
See Table 13-1 and Fig. 13-13 for the mutual resistance values for at
12
at 0.707
R
λ
separation and
separation. The above calculated gain agrees with the value shown by the curve in Fig. 10-11.
Th h ld b id i l h i Fi 10 12
F 3 Antena Reflektor Paraboloid
F. Antena-Antena Reflektor
F.3. Antena Reflektor Paraboloid
Antena dengan reflektor paraboloid
sangat populer untuk komunikasi gelombang mikro ( frekuensi di atas 1 GHz ) terestrial dan juga untuk komunikasi satelitsatelit.
Gain
yang dicapai sangat tinggi, bisa mencapai puluhan dB (≈ 60 dB)Parabolic Dish
Pemantul
umumnyaterbuat dari baja
Feed
terbuat dari baja,
aluminium, atau bisa juga lapisan logam (foil) yang dilekatkan pada
fib l fiberglass
•
Bentuk utama parabola
F. Antena-Antena Reflektor
•
Bentuk utama parabola
• Parabola Silindris
Mengubah muka gelombang ili d i di k
Terdapat 2 macam bentuk utama
silindris yang dipancarkan sumber garis sefasa menjadi
gelombang datar pada aperturnya
Line source
parabola, yaitu :
• Parabola Spheris M b h k l b h i
Line source
Aperture
• Parabola Spheris Mengubah muka gelombang spheris
yang dipancarkan sumber isotropis pada fokus, menjadi gelombang datar pada apertur nya
datar pada apertur-nya.
Atau jika jika dilihat berkas
gelombang datang dari titik fokus,
Point source
akan dipantulkan sejajar sumbu paraboloid
(a)
Analisis Geometri
F. Antena-Antena Reflektor
(a)
Fokus = F R θPersamaan lengkung parabola
, pada gambar di samping parabola memiliki fokus F d b j k L d i k di k bbAnalisis Geometri...
Fokus = F Verteks
Muka
dan berjarak L dari verteks dinyatakan sbb :
θ
=
1
L
2
R
(b)
L Muka gelombang datar yθ
+
cos
1
Definisi :
( )
F P QDefinisi :
Lengkung paraboloid
adalah tempat kedudukan titik-titik yang jaraknya ke titik fokus FVerteks
Axis x
y g j y f
sama dengan jaraknya ke bidang datar Directrix
PQ
PF
DirectrixPQ
PF
=
( )
B' A'F. Antena-Antena Reflektor
(c)
P Q B A SQS
PQ
QS
PF
PS
PF
+
=
+
−
=
Jadi gelombang dari sumber isotropis pada fokus
F
Axis
Jadi gelombang dari sumber isotropis pada fokus F akan dipantulkan oleh parabola menjadi sefasa pada garis/bidang AA’.
Bayangan fokus F adalah direktriks Medan
Apertur bidang
datar
Bayangan fokus F adalah direktriks. Medan pantul pada AA’ seolah-olah berasal dari direktriks sebagai gelombang datar.
Bidang/garis BB’ disebut Apertur Datar atau
B A Bidang/garis BB disebut Apertur Datar atau
Distribusi Medan...
F. Antena-Antena Reflektor
Distribusi Medan...
•
Aperture Parabola Silindris
y
Ekspresi untuk daya, W dy
θ
d R
y
W = Daya pada strip pita selebar dy sepanjang 1 meter ke arah sumbu z
y
.
dy
W
=
Ρ
W
=
d
θ
.
U
'
y θ L F x yy
Py = rapat daya pada y U’ = intensitas radiasi sepanjang 1 m ke arah z L sumber garis isotropis
θ
=
Ρ
y.
dy
U
'
d
kdy
=
θ
Ρ
)
sin
R
(
d
1
'
U
y maka, L 2dy
1 meterθ
θ
d
)
sin
R
(
d
U
θ + = cos 1 L 2 R Sehingga….Didapatkan
F. Antena-Antena Reflektor
'
U
L
2
cos
1
P
P
y=
θ=
+
θ
Didapatkan...
L
2
Untuk θ = 0,'
U
1
P
P
U
'
L
P
P
θ=0=
0=
Dengan normalisasi
Pθ terhadap P0 , did tk didapatkan :2
cos
1
P
P
+
θ
=
θ
Distribusi medan ternormalisasi
sebagai fungsi θ untuk apertur parabolasilindris
2
P
0cos
1
E
+
θ
=
θ silindris2
E
0Distribusi Medan...
F. Antena-Antena Reflektor
•
Aperture Paraboloid /
Dish Antenna
y
ρ d
Ekspresi untuk daya, W
W = Daya dalam cincin dengan radius ρ dan lebar dρ
θ d θ R F ρ d ρ
W Daya dalam cincin dengan radius ρ dan lebar dρ
= Daya yang dipancarkan antena isotropik untuk sudut ruang 2π sinθ dθ
P
d
2
W
W
2
i
θ
d
θ
U
θ L F sumber titik x ρρ
πρ
=
2
d
P
W
W
=
2
π
sin
θ
d
θ
U
Pρ = rapat daya pada ρ U = intensitas radiasi
isotropis
U
d
sin
P
d
ρ
=
θ
θ
ρ
ρρ
ρ⎞
⎛
θ
=
Ρ
ρd
sin
U
maka, θ i L 2d
ρ
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
θ
ρ
ρ
d
d
U
θ + θ = θ = ρ cos 1 sin L 2 sin RDidapatkan...
F. Antena-Antena Reflektor
(
)
U
L
4
cos
1
P
P
2 2θ
+
=
=
θ ρp
L
4
Untuk θ = 0,U
1
P
P
=
=
U
L
P
P
θ=0=
0=
2Dengan normalisasi
Pθ terhadap P0 , didapatkan :didapatkan :
(
1
cos
)
P
+
θ
2=
θ
Distribusi medan ternormalisasi
sebagai fungsi θ untuk apertur paraboloid
4
P
0cos
1
E
+
θ
=
θsebagai fungsi θ untuk apertur paraboloid
2
E
0Iluminasi Pada Apertur Parabola
F. Antena-Antena Reflektor
u
s
d
pe u
bo
Gambar (a)
Jika antena primer isotropis spheris, bagian
Axis
Secondary pattern V A F
D
p p p , g
A akan sefasa dengan muka gelombang datar pada apertur, sehingga diagram sekunder akan berbentuk ENDFIRE.
nλ
Isotropic source pattern (primary pattern)
Gambar (a)
4
Gambar (a)
n
L
=
×
λ
Gelombang yg dipantulkan sefasa dengangelombang yg tdk dipantulkan ¿ Interaksi4
n
L
=
ganjil×
gelombang yg tdk dipantulkan ¿ Interaksi Positifλ
Gelombang yg dipantulkan berlawanan fasa dgnJika
4
n
L
=
genap×
λ
gelombang yg tdk dipantulkan ¿ Interaksi NegatifF. Antena-Antena Reflektor
Taperred Illumination
Gambar (b)
Jika jarak fokus primer spheris kearah reflektor semakin dekat ( L << ) ,
V F
D
( ) ,
maka iluminasi pada apertur akan
tappered ( menurun ke tepi ) karena jarak fokus ke reflektor akan berbeda
Relative field intensity
sebesar :
L
R
log
20
max primary patternGambar (b)
L
Gambar (c)
F. Antena-Antena Reflektor
Taperred illumination with dashed primary pattern
Gambar (c)
Pada saat L dibesarkan supaya
penurunan ke tepi ( tappered ) semakin kecil maka : V D L F 1 φ + kecil, maka :
• Jika iluminasi primer dapat dijaga tetap uniform spheris, maka
k i ( d) d primary pattern R l ti fi ld 1 φ
− penurunan ke tepi (tappered) pada iluminasi apertur akan sedikit
Lihat garis penuh !!
Relative field intensity Nearly uniform illumination
with solid primary pattern
Gambar (c)
• Jika iluminasi primer tappered, maka iluminasi apertur juga akan tappered. Lihat garis
putus-putus !!
Dalam desain
, makin besar tappered
(penurunan ke tepi) maka side lobe makin kecil sedangkan direktifitas akan berkurang !!Pola Pancar
A B A Si k l D Il i i U ifF. Antena-Antena Reflektor
Pola Pancar
Antena Besar Apertur Sirkular Dengan Iluminasi Uniform Radiasi dari suatu antena parabolauniform
illumination uniform
uniform plane wave
p
besar dengan aperture iluminasi uniform
secara tipikal adalah
ekivalen dengan
φ
D
φ
illumination uniform illumination
ekivalen dengan
apertur sirkular dengan diameter yang sama,
D.
infinite sheet Relative field intensity Relative field intensity Paraboloid
• Pola medan radiasi dari aperture iluminasi uniform dapat dihitung dari Prinsip
Huygens. Pola medan ternormalisasi E(φ ) sebagai fungsi D dan φ adalah sebagai berikut : Paraboloid
( )
[
( )
]
φ
φ
λ
π
π
λ
φ
sin
sin
2
J
1D
D
E
=
D Diameter apertureλ Panjang gelombang ruang bebas
φ Sudut terhadap garis normal aperture
φ
π
D
sin
J• Sedangkan First Null dari pola radiasi
F. Antena-Antena Reflektor
Sedangkan First Null dari pola radiasidinyatakan dinyatakan dari rumusan berikut :
83
3
i
D
φ
π
• Sehingga, untuk apertur sirkular iluminasi uniform (parabola besar)
o
140
83
,
3
sin
φ
0=
λ
Sehingga, λφ
D
FNBW
=
2
×
0=
140
• Half Power Beamwidth, untuk apertur
D
22
,
1
arcsin
D
83
,
3
arcsin
0λ
=
π
λ
=
φ
=
58
HPBW
oHalf Power Beamwidth, untuk apertur sirkular iluminasi uniform (parabola besar)
untuk sudut kecil, berlaku untuk parabola besar
( D > 10λ ) 0 0
sin
φ
≈
φ
λ=
D
HPBW
• Sedangkan direktivitas, dinyatakan : 0 0
sin
φ
φ
( )
=
φ
λrad
D
22
,
1
0 24
λ
π
Luas
Aperture
D
dir=
Sehingga,(
derajat
)
70
o=
λ 2 287
,
9
4
π
π
D
D
D
=
=
•
Di bawah ini
dinyatakan perbandingan parameter parameter antara parabolaF. Antena-Antena Reflektor
•
Di bawah ini
dinyatakan perbandingan parameter-parameter antara parabola aperture sirkular dengan rectangular untuk distribusi aperture uniformAperture
Sirkular
Rektangular
Half Power Beam Width
HPBW
=
58
o
=
51
HPBW
o Half Power Beam Width
λ
=
D
HPBW
λL
HPBW
Beam Width Between First Nulls
=
D
140
FNBW
o=
L
115
FNBW
o λD
L
λ Direktifitas(Gain terhadap isotropik)
D
dir=
9
,
87
D
λ2D
dir=
12
,
6
L
λL
λ'
Gain terhadap dipole λ/2
G
=
6
D
λ2G
=
7
,
7
L
λL
λ'
Dimana Dλ diameter ( dalam λ )
L j i i k l ( d l λ ) Lλ panjang sisi rektangular ( dalam λ )
F. Antena-Antena Reflektor
Perbandingan pola radiasi relatif antara apertur sirkular D = 10λ dengan Perbandingan pola radiasi relatif antara apertur sirkular D 10λ dengan aperture bujursangkar L = 10λ
Problem 10-7-1 & Persiapan UAS
Calculate and plot the radiation pattern of paraboloidal reflector with uniformly
iluminated aperture when the diameter is 8λ and when the diameter is 16λ !
Di dekat antena dipole λ/2 dipasang suatu reflektor sempurna sudut 600
dengan jarak λ/2.
Ilustrasikan antena tersebut dengan bayangan-bayangannya!
Tentukan harga-harga resistansi sendiri dan resistansi gandeng antarag g g g
antena dipole λ/2 dengan bayangan-bayangannya!
Jika tahanan rugi-rugi driven elemen dianggap = 0, Tentukan persamaan
gain kuat medan antena dengan reflektor terhadap antena tanpa reflektor
Gf(φ)!
Hitung Gain Masimum [dBi] !
Plotkan Gf(φ) untuk -π/6 ≤ Φ ≤ +π/6 !
Problem 10-7-2
A circular parabolic dish antenna has an
effective
aperture of 100 m
2
. If
one 45
°
sector
of the
parabola is removed, find
the new effective
aperture
. The rest of the antenna, including the
feed, is unchanged.
Sector removed
φ
45oφ
φ
φ
Th f ll di h h
ff ti
t
A
i
th t th di h
The full dish has an effective aperture Assuming that the dish
characteristics are independent of angle removing one 45
0sector reduces the effective aperture to 7/8 of its original value
provided the feed is modified and so as not to illuminate the area
provided the feed is modified and so as not to illuminate the area
of the missing sector. However, the feed is not modified and,
therefore, its efficiency is down to 7/8. Therefore, the net
aperture efficiency is (7/8)
p
y
(
)
2and the net effective aperture is
p
2 2
G. Antena
2
Aplikatif
G 1 Antena Yagi
G.1. Antena Yagi
2 .80 9 6 6 0 9 0 1 2 0•
3-element Uda Yagi (endfire)
z d2 1 .1 23 8 1.6 8 5 8 2 .2 47 7 30 1 5 0 y d1 0.5 6 1 9 2 1 8 0 0 y 2 1 0 3 3 0 Reflector x Driver Director 2 4 0 2 7 0 3 0 0 Director Reflector Driver
• Aplikasi Uda - Yagi
G. Antena
2Aplikatif
Aplikasi Uda YagiAntena Uda- Yagi
adalah antena yang paling populer sebagai
penerima untuk frekuensi VHF-UHF karena sifat-sifatnya : desain
t
d h
h
h b
t i
l tif d
t
pencatuan yang sederhana, harga murah, berat ringan, relatif dapat
mencapai gain yang cukup tinggi
Berhubung frekuensi yang lebih tinggi mendapatkan perlakuan
g
y g
gg
p
p
redaman yang lebih besar dari kanal udara, maka implementasi
Uda-Yagi untuk frekuensi yang lebih tinggi memerlukan gain yang lebih
tinggi.
FM-Radio (88MHz-108MHz) 3 element UY TV (low) (54MHz-88MHz) 3 element UY VHF TV (high) (174MHz-216MHz) 5-6 element UY TV (470MHz-890MHz) 10-12 element UY UHF• Kriteria Desain Praktis Antena Yagi
G. Antena
2Aplikatif
Kriteria Desain Praktis Antena Yagi
1. Spasi antena yang semakin dekat akan meningkatkan Front to Back Ratio yang makin besar pada main beamnya.
2 S i ki l b / k h ilk b lik
2. Spasi yang semakin lebar/renggang akan menghasilkan sebaliknya
3. Tetapi, spasi yang makin lebar akan menghasilkan bandwidth yang lebih lebar.
4 Memperbanyak jumlah director akan memperbesar gain tetapi terdapat
4. Memperbanyak jumlah director akan memperbesar gain, tetapi terdapat nilai optimal dimana penambahan jumlah director tidak memperbesar gain secara signifikan lagi
5. Uda-Yagi juga akan memiliki bandwidth lebih lebar jika reflektor
5. Uda Yagi juga akan memiliki bandwidth lebih lebar jika reflektor dibuat lebih panjang dari optimum sedangkan director lebih pendek dari optimum.
6. Folded dipole digunakan sebagai elemen driver untuk meningkatkan
gain dan bandwidth yang lebih lebar.
7. Bandwidth bisa diperlebar dengan mengganti reflektor dengan lembaran konduktor atau jaring kawat
8 R fl kt d t bi di k i t k b i d b d idth
G 2 Turnstile Antenna
G. Antena
2Aplikatif
G.2. Turnstile Antenna
Small Cross-Dipole z)
(
E
)
(
E
)
(
E
with quadrature current feeding: r P B
)
r
(
E
)
r
(
E
)
r
(
E
=
A+
B x y dL A B x z 0I
jI
I
=
=
( )
j
βη
e
− βI
dl
i
θ
ˆ
E
r j( )
θ
θπ
βη
=
I
.
dl
.
sin
.
a
r
4
j
r
E
A z( )
j
βη
e
− βI
dl
(
θ
φ
ˆ
+
i
φ
ˆ
)
E
r j( )
(
−
θ
φ
θ+
φ
φ)
π
βη
=
I
.
dl
.
cos
cos
.
a
sin
.
a
r
4
j
r
• Radiation Pattern
G. Antena
2Aplikatif
3-D Pattern of infinitesimal Turnstile Antenna
y
z Radiation in all
directions!
x
y
2-D x-z plane Field Pattern of Turnstile Antennas
z z I fi it i l x x Infinitesimal Turnstile Finite Length Turnstile x x
• Aplikasi Antena Turnstile
G. Antena
2Aplikatif
Aplikasi Antena Turnstile
1. Polarisasi sirkular pada arah broadside umumya digunakan untuk :
Æ Kom nikasi satelit
Æ Komunikasi satelit
Æ Aplikasi radar
2 Pada kendaraan angkasa
2. Pada kendaraan angkasa
3. TV broadcast transmit antenna :
Pada bidang x-z akan memiliki pola pancar hampir sirkular Pada bidang x z akan memiliki pola pancar hampir sirkular
G 3 Antena Mikrostrip
G. Antena
2Aplikatif
G.3. Antena Mikrostrip
•
Struktur Patch
Patch
Feed S b t t Substrate L εr t d - - - - + + + + + + + + r + + + + - - - - dA lik i A t
Mik
t i
G. Antena
2Aplikatif
Rectangular
Dipole
•
Bentuk Patch
•
Aplikasi Antena Mikrostrip
1. Umumnya diaplikasikan untuk k ik i l k komunikasi yang memerlukan ukuran antena yang kecil, spt :
Æ aircrafts, mobile, dll
Elliptical Circular Ring 2. Bentuk patch dan pencatuan
berkaitan dengan polarisasi, pola pancar impedansi dll
Triangular
pancar, impedansi, dll.
3. Efisiensi umumnya rendah, bandwidth sempit
dan sebagainya…. 4. Selalu dioperasikan untuk
pancaran broadside
5 λ/3 L λ/2 d 2 12 5. λ/3 < L < λ/2 and 2 < εr < 12