• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA TERHADAP INTISARI UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016) dan (PP 47/2015 dan PP 22/2015) - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA TERHADAP INTISARI UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016) dan (PP 47/2015 dan PP 22/2015) - Repository IPDN"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA TERHADAP

INTISARI

UU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA (PP 43/2016 dan PP 60/2016)

dan

(PP 47/2015 dan PP 22/2015)

Oleh :

Fernandes Simangunsong IPDN-KEMDAGRI

(2)

SELAMAT DATANG

PESERTA

BIMBINGAN TEKNIS

PAMONG KECAMATAN, DESA DAN JAJARANNYA

SE-KABUPATEN ACEH PIDIE

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

DALAM MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 6

TAHUN 2016 TENT ANG DESA DAN PERATURAN

(3)
(4)
(5)

Selamat…

Pagi!

Semangat…

Pagi!

PESERTA

BIMTEK

Luar…..Biasa

(6)

Biodata Narasumber

Nama

: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,

M.Si

Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

NIP

: 19770304 1995 11 1 001

Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat : Pembina Tk. I (IV/b)

Instansi : Kampus IPDN Jatinangor

Alamat : Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A

Cibaduyut-BANDUNG

(7)

Ada empat hal yang mempengaruhi

penyusunan sebuah undang-undang yakni :

1) Falsafah bangsa dan negara;

2) Konstitusi negara;

3) Basis teoretis;

4) Suasana kebatinan para penyusun

undang-undang, baik

(8)

K E B I J A K A N P E N G AT U RA N T T G D E S A I N D O N E S I A

K E B I J A K A N P E N G AT U RA N T T G D E S A I N D O N E S I A

UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semu

UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semu

UU 32 /’04  Desa ditempatkan sebagai organisasi pemerintah semu

UU 32 /’04  Desa ditempatkan

sebagai organisasi pemerintah semu

UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu

UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu

UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III

UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III

Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa

Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa

UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III

UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa

UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa

IGO dan IGOB

IGO dan IGOB

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REVISI UU No. 32 / 2004

REVISI UU No. 32 / 2004 RUU Desa Kesatuan Masyarakat Desa sebagai

Hukum Adat

RUU Desa Desa sebagai Kesatuan Masyarakat

(9)

Pandangan yang dianut di dalam UUD 1945 hasil amandemen setidak-tidaknya didukung oleh tiga aliran pemikiran besar yang sedang melanda dunia yakni :

1) Adanya paradigma minimalis state sebagaimana digagas oleh Anthony

Giddens, yang intinya agar pemerintah hanya mengurus kepentingan

yang strategis saja, selebihnya diserahkan kepada masyarakat dan

atau dunia usaha.

2) Aliran The New Public Management dalam Public Administration, yang

salah satu wujudnya adalah melakukan “de-layering”, susunan pemerintahan sehingga menjadi lebih pendek dan lebih efisien. 3) Konsep Civil Society yang mendorong agar masyarakat lebih mandiri

dalam mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri, sehingga

(10)
(11)

Strategi Uniformitas Kesatuan Masyarakat Hukum

Adat (KMHA)

di Indonesia

Batas perubahan mendasar KMHA

UU Nomor 5 Tahun 1979

Dibentuk dari bawah untuk memenuhi kepentingan masyarakat setempat

Dibentuk dari atas untuk

mencapai tujuan nasional

75% waktu kepala desa

digunakan untuk melayani

(12)
(13)

FIGURE 1.1. MODELS OF GOVERNMENT (Source : Goldsmith & Eggers, 2004 : 20)

(14)

SADUWASISTIONO@2016

MODEL PERGESERAN PUSAT KEGIATAN

MASYARAKAT DESA

KEPALA DESA SEBAGAI

PRIMUS INTERPARE

S

KEPALA DESA, BPD,

LPMD

MASYARAKAT DESA

PEMERINTAH DESA MENGADMINISTRASIK

(15)

PERBANDINGAN PENGATURAN TTG DESA PADA UUD

1945 (ASLI) DAN HASIL AMANDEMEN KEDUA

PERBANDINGAN PENGATURAN TTG DESA PADA UUD

1945 (ASLI) DAN HASIL AMANDEMEN KEDUA

Pada Pasal 18 disebutkan bahwa : “ Pembagian

daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyaawaratan dalam sistem pemerintahan

negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.Pada Pasal 18 disebutkan

bahwa : “ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyaawaratan dalam sistem pemerintahan

negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi : “Negara

MENGAKUI dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan

masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur

dalam UU”.

Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi : “Negara

MENGAKUI dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan

masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur

(16)

Lanjutan

Lanjutan

-Pada Penjelasan Pasal 18 butir II disebutkan bahwa : “Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende

landschappen dan

volksgemeenschappen seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di

Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai DAERAH yang bersifat

istimewa. Negara Republik

Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah -daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul

daerah tersebut.

Pada Penjelasan Pasal 18 butir II disebutkan bahwa : “Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende

landschappen dan

volksgemeenschappen seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di

Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai DAERAH yang bersifat

istimewa. Negara Republik

Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah -daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul

(17)

NAMA-NAMA GENERIK

DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.

PEMERINTAH DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.KEPALA DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.

PERATURAN DESA, atau dengan nama lain yang sejenis.

DESA, mencakup :

1) desa sebagai kesatuan masyarakat hukum;

2) desa adat sebagai kesatuan masyarakat hukum adat. Dengan konstruksi menggabungkan fungsi

self-governing

(18)

DESA

Self Governing Community :

Komunitas yang mampu mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri.

Local Self –Government :

Komunitas yang diberi tugas menjalankan urusan-urussan pemerintahan dari

supradesa, tetapi bukan merupakan satuan

pemerintahan (Quasi

(19)

MODEL DUA JENIS DESA

MODEL DUA JENIS DESA

URUSAN PEMERIN -TAHAN URUSAN PEMERIN -TAHAN URU S AN ADAT URU S AN ADAT URU SAN PEM. URU SAN PEM. URUSAN ADAT URUSAN ADAT

(20)

DARI JUMLAH DESA SEBANYAK

72.944, DAPAT DIKATEGORIKAN

MENJADI TIGA KELOMPOK :

A. DESA ADMINISTRATIF +/-

31.000

B. DESA ADAT +/- 24.000

C. DESA TRANSISI DARI ADAT KE

ADMINISTRATIF SEBANYAK

(21)

ASAS PENGATURAN DESA (Pasal 3)

a.Rekognisi (pengakuan) b. subsidiaritas;

c. keberagaman; d. kebersamaan;

e. kegotongroyongan; f. kekeluargaan;

g. musyawarah; h. demokrasi; i. kemandirian; j. partisipasi; k. kesetaraan;

(22)

Tujuan Pengaturan Desa (Psl 4)

a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya NKRI;

b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan RI demi

mewujdukan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan

budaya masyarakat Desa;

d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi

masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama.

(23)

f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan

umum;

g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu

memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;

h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan i. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subyek

pembangunan.

Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/ Kota (Psl 5).

Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau kepentingan program nasional yang strategis. (Psl 10).

Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah

(24)

PERUBAHAN PARADIGMA

MENYEJAHTERAKAN MASYARAKAT, MEMPERKUAT

NEGARA

PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARUNEGARA

DAERAH PROVINSI

DAERAH KABUPATEN/

KOTA

DESA

NEGARA

DAERAH PROVINSI

DAERAH KABUPATEN/

KOTA

(25)
(26)

NAWA CITA – JOKO WIDODO (PRESIDEN RI

KE-7)

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan asional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

(27)

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera, dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar, program kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama-sama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semanagat bela

negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

(28)

PENATAAN DESA

Penataan desa meliputi :

a. pembentukan; b. penghapusan; c. penggabungan; d. perubahan status;

e. penetapan Desa. (Psl 7 ayat 4).

Pembentukan Desa dilakukan melalui DESA

PERSIAPAN. (Psl 8 ayat 5).

Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/

atau perubahan status Desa menjadi kelurahan

ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (Psl 14).

(29)

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status kelurahan menjadi Desa berdasarkan prakarsa masyarakat dan memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 12 ayat 1).

DESA

KELURAHAN

Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi

kepentingan nasional. (Psl 13).

Rancangan Perda mengenai pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status Desa atas

(30)

fernandes simangunsong@2016

PERUBAHAN STATUS DESA, DESA ADAT, DAN

KELURAHAN

(Pasal 100 ayat 1)

KELURAHAN

KELURAHAN DESADESA DESA ADATDESA ADAT

KELURAHAN KELURAHAN DESA

DESA DESA ADAT

(31)

SYARAT PEMBENTUKAN DESA (Pasal 8 ayat 3)

Pembentukan desa harus memenuhi syarat :

a. batas usia Desa Induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak

pembentukan;

b. jumlah penduduk yaitu :

1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 jiwa atau 1.200 KK; 2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 jiwa atau 1.000 KK;

3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 jiwa atau 800 KK; 4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000

jiwa atau 600 KK;

5) wilayah NTB paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK;

6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 jiwa atau 400

(32)

Lanjutan syarat

……….

7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 jiwa atau 300 KK;

8) Wilayah NTT, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 jiwa atau 200 KK;

9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 jiwa atau 100 KK. c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;

e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;

f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;

g. Sarana dan prasarana bagi pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan

h. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi

perangkat pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

-undangan.

(33)

PROSES PEMBENTUKAN DESA

DESA PERSIAPAN DESA DEFINITIF 1 S/D 3 TAHUN

DESA PERSIAPAN DESA DEFINITIF

1 S/D 3 TAHUN

(Pasal 8 ayat 7 UU 6/2016)

(34)

KEWENANGAN DESA

Kewenangan Desa meliputi kewenangan :

- di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa; - pelaksanaan pembangunan desa;

- pembinaan kemasyarakatan desa; - pemberdayaan masyarakat desa

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. (Psl 18).

Kewenangan desa meliputi :

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; b. kewenangan lokal berskala desa;

c. kewenangan yang DITUGASKAN oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan (Kewenangan Penugasan bukan TUGAS PEMBANTUAN)

d. KEWENANGAN LAIN yang ditugaskan oleh Pemerintah, , Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. (Psl 19). (Kewenangan Residu).

(35)

PEMERINTAHAN DESA

Pemerintah desa adalah Kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain. (Psl 25).

Kepala Desa diisi melalui Pilkades yang dilaksanakan secara

serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota. (Psl 31 ayat 1). Dibuat Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Psl 31 ayat 2).

Kepala Desa dipilih secara langsung oleh penduduk Desa. (Psl 34 ayat 1).

Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.

Kepala Desa DAPAT menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. (Psl 39 ayat (1) dan ayat (2).

(36)

Manajemen Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya, Kepala Desa wajib:

a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap

akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota. (Kepala Desa tidak

bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya

menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa dipilih

langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa bertanggung jawab

kepada rakyat desa bersangkutan);

b. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa pada

akhir masa jabatannya kepada Bupati/Walikota;

(37)

c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan

secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan d. memberikan dan/atau menyebarluaskan informasi

penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir

tahun anggaran.

(Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).

Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya, dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.

Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan

(38)

MODEL PERTANGGUNGJAWABAN

KEPALA DESA MENURUT UU 06/2016

BUPATI/WALIKOTA

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa) (Pasal 27 huruf a

UU 06/2016)

KEPALA

DESA BPD

Informasi laporan penyeleng- Laporan garaan pemerintahan

Keterangan

Penyelenggaraan pemerintahan

(LKPP) Psl 27 huruf b.

(Pasal 27 huruf d

UU 06/2016)

(39)

Larangan bagi Kepala Desa diatur di dalam Pasal 29

huruf a s/d huruf l.

Kepala Desa yang melanggar larangan, dikenai

sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.

Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan,

(40)

fernandes simangunsong@2016

Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/

Walikota setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam

tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara. (Psl 42).

Kepala desa yang diberhentIkan sementara, diberhentikan secara tetap oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan

sebagai TERPIDANA berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (Psl 43).

Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara karena diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan tersangka tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara, maka tugas dan kewajibannya dilaksanakan oleh sekretaris desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah

(41)

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang

diberhentikan tidak lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/ Walikota mengangkat PNS dari Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai penjabat Kepala desa sampai dengan

terpilihnya Kepala Desa. (Psl 46 ayat 1).

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang

diberhentikan lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/Walikota mengangkat PNS dari Pemerintah Kabupaten/Kota

sebagai penjabat Kepala Desa, yang dipilih melalui

Musyawarah Desa, dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala desa diberhentikan. (Psl 47 ayat 2,3,4).

Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa

(42)
(43)

PERANGKAT DESA

Perangkat Desa terdiri atas :

a. sekretariat Desa;

b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis.

Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah

dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/ Walikota. (Psl 49 ayat 2).

Syarat mengenai perangkat Desa diatur pada Pasal

50 ayat (1)

Pemberhentian perangkat Desa diatur pada Pasal 53

(44)

Perangkat Desa ……..

Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal

48 bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diangkat oleh Kepala Desa setelah

dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/ Walikota.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,

perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

(45)

Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan:

» berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;

» berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;

» terdaftar sebagai penduduk Desa dan

bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan

» syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah

(46)

fernandes simangunsong@2016

Ketentuan Pasal 65 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

(1)  Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan:

berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;

berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;

terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat

tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan

syarat lain yang ditentukan dalam peraturan daerah kabupaten/kota.

(2)  Syarat lain pengangkatan perangkat Desa yang ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten/kota harus

(47)

Pasal 66 PP 43 Tahun 2016 :

Pengangkatan perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan atau seleksi calon perangkat Desa;

b. Kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau sebutan lain

mengenai pengangkatan perangkat Desa;

c. camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis yang memuat mengenai calon perangkat Desa yang telah

dikonsultasikan

dengan kepala Desa; dan

d. rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan dasar oleh kepala Desa dalam pengangkatan perangkat Desa dengan

keputusan

(48)
(49)

PNS yang akan menjadi perangkat desa ……..

Pasal 67 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

(1) Pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat yang akan diangkat menjadi perangkat Desa harus mendapatkan izin

tertulis dari pejabat pembina kepegawaian. (2)  Dalam hal pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan diangkat

menjadi perangkat Desa, yang bersangkutan dibebaskan

(50)

Mekanisme pemberhentian perangkat desa

………..

Pasal 68

(1)  Perangkat Desa berhenti karena:

meninggal dunia;

permintaan sendiri; atau diberhentikan.

(2)  Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:

usia telah genap 60 (enam puluh) tahun; berhalangan tetap;

tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat

Desa;

atau

melanggar larangan sebagai perangkat Desa.

(51)

Pemberhentian perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau sebutan lain mengenai pemberhentian

perangkat Desa;

camat atau sebutan lain memberikan

rekomendasi tertulis yang memuat mengenai pemberhentian perangkat Desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan

rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan dasar oleh kepala Desa dalam

pemberhentian perangkat Desa dengan keputusan kepala Desa. (Psl 69).

(52)

Ketentuan pengaturan tentang penghasilan

perangkat desa …

Pasal 81 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

(1) Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.

(2) Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:

ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);

ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah)

digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);

ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00

(tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00

(sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus); dan

d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).

(53)

Lanjutan …

……..

(3)  Pengalokasian batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan

mempertimbangkan efisiensi, jumlah perangkat, kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak

geografis.

(4)  Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan tetap:

kepala Desa;

sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh

perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan; dan

perangkat Desa selain sekretaris Desa paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan

.

(5)  Besaran penghasilan tetap kepala Desa dan

(54)

Lanjutan penghasilan kepala desa dan

perangkat desa…….

Pasal 82 PP 43/2016

(1) Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81, kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan dan penerimaan lain yang sah.

(2) Tunjangan dan penerimaan lain yang sah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari APB Desa dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Besaran tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan peraturan bupati/walikota.

(55)

MUSYAWARAH DESA

Musyawarah desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD, Pemerintah desa, dan unsur

masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang

bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, meliputi :

a. penataan Desa;

b. perencanaan Desa; c. kerja sama Desa;

d. rencana investasi yang masuk ke Desa; e. pembentukan BUM Desaa;

f. penambahan dan pelepasan aset Desa; dan g. kejadian luar biasa. (Psl 54 ayat 1 dan 2).

(56)

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis (melalui pemilihan secara langsung atau melalui musyawarah perwakilan). (Psl 56 ayat 1 dan penjelasannya).

Masa keanggotaan BPD selama 6 tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (Psl 56 ayat 2).

Anggota BPD dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 kali secara berturut-turut atau tidak secara

berturut-turut. (Psl 56 ayat 3).

Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal,

paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan

kemampuan keuangan Desa. (Psl 58 ayat 1).

Pimpinan BPD terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang wakil ketua, dan 1 orang sekretaris. (Psl 59 ayat 1).

(57)

PENGHASILAN PEMERINTAH DESA

Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. (Psl 66 ayat 1).

Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam APBD Kabupaten/Kota. (Psl 66 ayat 2).

Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa menerima

tunjangan yang bersumber dari APBDesa. (Psl 66 ayat 3).Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah. (Psl 66 ayat 4).

(58)

KEUANGAN DESA

Pendapatan Desa bersumber dari :

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi APBN {besarnya 10% dari dan di luar dana transfer (on top) diberikan secara bertahap}. {Alokasinya dihitung dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis}.

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retibusi daerah {paling sedikit 10%

dari pajak dan retribusi daerah}.

d. alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. {Besarnya paling sedikit 10%

setelah

dikurangi DAK}.

(59)

e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;

f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, dan

g. lain-lain pendapatan Desa yang sah. (Psl 72 ayat 1, 2,3, dan 4).

Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan ADD,

Pemerintah DAPAT melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan

(60)

WHAT

DO

YOU

SEE

(61)

SIMULASI DANA APBN ON TOP UTK DESA

Dana Perimbangan Tahun 2016 sebesar Rp. 592 trilyun10% dari dana perimbangan = Rp. 59,2 trilyun

Jumlah Desa s/d Des 2013 : 72. 944 desa

Dana rata-rata untuk satu desa : Rp. 59,2 trilyun :

72.944 = =/- Rp. 800 juta rupiah.

Rumus yang dipakai

Dana Desa = Fungsi ( Luas wilayah, jumlah penduduk, angka

kemiskinan, kesulitan geografis)

Besaran dana untuk masing-masing desa tergantung

pad bobot masing-masing variabel yang ditetapkan

oleh masing-masing kabupaten/kota dengan Perda ybs.

(62)

fernandes simangunsong@2016

Pasal 90 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1)  Penyelenggaraan kewenangan Desa

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan

lokal berskala Desa didanai oleh APB Desa.

(2)  Penyelenggaraan kewenangan lokal

berskala Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) selain didanai oleh APB Desa, juga

dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan

belanja negara dan anggaran pendapatan dan

belanja daerah.

(63)

(4)  Dana anggaran pendapatan dan belanja negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. (5)  Penyelenggaraan kewenangan Desa yang

ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Pasal 91 PP Nomor 43 Tahun 2016

Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa.

Pasal 92

Pencairan dana dalam rekening kas Desa

(64)

fernandes simangunsong@2016

Pasal 93 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

(1)  Pengelolaan keuangan Desa meliputi:

perencanaan; pelaksanaan; penatausahaan; pelaporan; dan pertanggungjawaban.

(2)  Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3)  Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala Desa menguasakan sebagian

kekuasaannya kepada perangkat Desa.

Pasal 94

Pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam

(65)

DANA DESA adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai :

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. (Pasal 1 butir ke-8 PP Nomor 43 Tahun 2016 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2016 tentang Desa)

DANA DESA adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai :

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. (Pasal 1 butir ke-8 PP Nomor 43 Tahun 2016 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2016 tentang Desa)

ALOKASI DANA DESA (ADD) adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

(Pasal 1 butir ke-9 PP Nomor 43 Tahun 2016 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2016 tentang Desa)

ALOKASI DANA DESA (ADD) adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

(66)

Pengaturan dana desa dari APBD Kabupaten/

Kota

Pasal 96 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1)  Pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota ADD setiap tahun

anggaran.

(2)  ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10%

(sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/ kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.

(3)  Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan:

a. kebutuhan penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa; dan

b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.

(4)  Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

(5)  Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian ADD diatur dengan peraturan bupati/walikota.

(67)

Pengaturan dana desa yang berasal dari pajak

dan retribusi daerah ……

Pasal 97 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1) Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota.

(2)  Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan:

60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata kepada seluruh Desa; dan

40% (empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari Desa masing-masing.

(3)  Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

(68)

Pengaturan tentang bantuan keuangan untuk

Desa ……..

Pasal 98 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1)  Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota kepada Desa.

(2)  Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersifat umum dan khusus.

(3)  Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di Desa.

(4)  Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat.

(69)
(70)

Mekanisme Penyaluran dana ke Desa ………..

Pasal 99 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

(1) Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota dari kabupaten/kota ke Desa dilakukan secara bertahap.

(2)  Tata cara penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan bupati/ walikota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

(3)  Penyaluran bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi atau anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota ke Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(71)

Ketentuan Dana Desa dari APBN (on top)

Pasal 95 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1)  Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang diperuntukkan bagi Desa yang

ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.

(72)

MANAJEMEN KEKAYAAN DESA

Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal

dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. (Pasal 1 butir ke-11 PP Nomor 43 Tahun 2016 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2016 tentang Desa)

Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa

berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak. (Pasal 1 butir ke-12 PP Nomor 43 Tahun 2016 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2016 tentang Desa)

(73)

Pengelolaan kekayaan desa ………

Pasal 107 PP Nomor 43 Tahun 2016 :

(1)  Kekayaan milik Desa diberi kode barang dalam rangka pengamanan.

(2)  Kekayaan milik Desa dilarang diserahkan atau dialihkan

kepada pihak lain sebagai pembayaran tagihan atas Pemerintah Desa.

(3)  Kekayaan milik Desa dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

Pasal 108

Pengelolaan kekayaan milik Desa merupakan rangkaian

(74)

Tata cara pengelolaan kekayaan milik Desa

……..

Pasal 109 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1)  Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan kekayaan milik Desa. (2)  Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala Desa dapat menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.

Pasal 110 :

(1)  Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan meningkatkan pendapatan Desa.

(2)  Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dengan peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

Pasal 111

(1)  Pengelolaan kekayaan milik Desa yang berkaitan dengan penambahan dan pelepasan aset ditetapkan dengan peraturan Desa sesuai dengan kesepakatan musyawarah Desa.

(2)  Kekayaan milik Pemerintah dan pemerintah daerah berskala lokal Desa dapat dihibahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(75)

Lanjutan

………

Pasal 112

(1) Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk fasilitas umum.

(2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat umum.

Pasal 113

(76)
(77)

MANAJEMEN PEMBANGUNAN DESA DAN

KAWASAN PERDESAAN

Pasal 114 PP NOMOR 43 TAHUN 2016

(1)  Perencanaan pembangunan Desa disusun

berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa. (2)  Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat dilaksanakan pada bulan Juni tahun

anggaran berjalan.

Pasal 115

(78)

Lanjutan ………….

Pasal 116

(1)  Dalam menyusun RPJM Desa dan RKP Desa, Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif.

(2)  Musyawarah perencanaan pembangunan Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat Desa. (3)  Rancangan RPJM Desa dan rancangan RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

(4)  Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat penjabaran visi dan misi kepala Desa terpilih dan arah kebijakan perencanaan pembangunan Desa. (5)  Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

(6)  Rancangan RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan penjabaran dari rancangan RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(79)

Lanjutan ……….

Pasal 117

(1)  RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota.

(2)  RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi dan misi kepala Desa, rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, dan arah kebijakan pembangunan Desa.

(3)  RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan kabupaten/kota.

(80)

fernandes simangunsong@2016

Pasal 118

(1)  RKP Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117

merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2)  RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(3)  RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit berisi uraian:

a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;

b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa;

c. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga;

d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan

(81)

Pasal 119

(1) Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota.

(2)  Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi.

(3)  Usulan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkan persetujuan bupati/ walikota.

(4)  Dalam hal bupati/walikota memberikan persetujuan, usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh bupati/ walikota kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah provinsi.

(5) Usulan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dihasilkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

(82)

fernandes simangunsong@2016

Pasal 120

(1)  RPJM Desa dan/atau RKP Desa dapat diubah dalam hal:

terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/ atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

(83)

Pelaksanaan Pembangunan Desa ……….

Pasal 121

(1)  Kepala Desa mengoordinasikan kegiatan pembangunan Desa yang dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.

(2)  Pelaksana kegiatan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

mempertimbangkan keadilan gender.

(3)  Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa serta

mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat.

(4)  Pelaksana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan laporan pelaksanaan pembangunan kepada kepala Desa dalam forum musyawarah Desa.

(5) Masyarakat Desa berpartisipasi dalam musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk menanggapi

(84)

fernandes simangunsong@2016

Pasal 122

(1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan program sektoral dan program daerah yang masuk ke Desa.

(2)  Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa.

(3)  Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berskala lokal Desa dikoordinasikan dan/ atau didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa.

(85)

KETENTUAN KHUSUS DESA ADAT

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota melakukan penataan kesatuan masyarakat hukum adat dan ditetapkan menjadi Desa Adat. (Psl 96).

Syarat-syarat Desa Adat :

a. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara

nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, geneologis maupun

yang bersifat fungsional. (Psl 97 ayat 1). KMHA ini harus memiliki

wilayah dan paling kurang memenuhi salah satu atau gabungan unsur

adanya :

1) masyarakat yang warganya memiliki perasaan bersama dalam

kelompok;

(86)

fernandes simangunsong@2016

3) pranata pemerintahan adat;

4) harta kekayaan dan/atau benda adat; dan atau 5) perangkat norma hukum adat. (Psl 97 ayat 2).

b. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya

dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat. (Psl 97 ayat 1). Dipandang sesuai perkembangan masyarakat apabila :

1) keberadaannya telah diakui berdasarkan UU yang berlaku sebagai pencerminan perkembangan nilai yang dianggap ideal dalam

masyarakat dewasa ini, baik UU yang bersifat umum maupun bersifat sektoral; dan

2) substansi hak tradisionalnya tersebut diakui dan dihormati oleh warga

kesatuan masyarakat yang bersangkutan dan masyarakat yang lebih

luas serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia. (Psl 97 ayat

2).

(87)

c. kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai

dengan prinsip NKRI. (Psl 97 ayat 1). Maksudnya adalah apabila KMHA

tersebut tidak mengganggu keberadaan NKRI sebagai sebuah kesatuan

politik dan kesatuan hukum yang :

1) tidak mengancam kedaulatan dan integritas NKRI; dan 2) substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak

bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Psl 97 ayat 4).

Desa Adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (Psl 98 ayat 1).

Pembentukannya memperhatikan faktor penyelenggaraan

(88)

KEWENANGAN DESA ADAT (psl 103)

Kewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal usul meliputi :

a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;

b. pengaturan dan pengurusan ulayah atau wilayah adat; c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;

d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang masih berlaku di Desa Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara

musyawarah;

e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat; dan

g. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa Adat.

(89)

PEMERINTAHAN DESA ADAT

Pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan Desa Adat dilaksanakan sesuai dengan hak asal usul dan hukum adat yang berlaku di Desa Adat yang masih

hidup serta sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tidak bertentangan dengan asas

penyelenggaraan pemerintahan Desa Adat dalam prinsik NKRI. (Psl 107).

Pemerintahan Desa Adat menyelenggarakan fungsi permusyawaratan dan Musyawarah Desa Adat sesuai susunan asli Desa Adat atau dibentuk baru sesuai

dengan prakarsa masyarakat Desa Adat. (Psl 108).

(90)

MANAJEMEN PENDAMPINGAN

Pasal 128 PP Nomor 43 Tahun 2016

(1)  Pemerintah dan pemerintah daerah

menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat Desa dengan pendampingan secara berjenjang sesuai

dengan kebutuhan.

(2)  Pendampingan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping

profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga.

(3)  Camat atau sebutan lain melakukan koordinasi pendampingan masyarakat Desa di wilayahnya.

(91)

Lanjutan …….

Pasal 129

(1) Tenaga pendamping profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) terdiri atas:

pendamping Desa yang bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan yang berskala lokal Desa;

pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; dan

tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(2) Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki sertifikasi kompetensi dan kualifikasi pendampingan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau teknik.

(92)

Lanjutan

……..

Pasal 130

(1)  Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dapat mengadakan sumber daya manusia pendamping untuk Desa melalui perjanjian kerja yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)  Pemerintah Desa dapat mengadakan kader pemberdayaan masyarakat Desa melalui mekanisme musyawarah Desa untuk ditetapkan dengan surat keputusan kepala Desa.

Pasal 131

(1)  Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional menetapkan pedoman pelaksanaan pembangunan Desa, pembangunan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pendampingan Desa sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(93)

PENJELASAN YANG BERKAITAN DENGAN

PP NOMOR 60 TAHUN 2016

tentang Dana Desa yang Bersumber Dari APBN

Alokasi Dana Desa dilaksanakan secara transparan

dan akuntabel dengan memperhatikan kemampuan APBN.

Dana Desa yang bersumber dari APBN yang

diperuntukkan bagi Desa ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota. (Psl 1 butir no 2).

DANA DESA DITRANSFER

APB

N

APBD KABUPATEN/ KOTA

(94)

POLA PENYALURAN PROGRAM MASUK DESA

DI LUAR PNPM PEDESAAN

TAHUN 2013 = 19 K/L = DANA RP. 17 TRILYUN DISEBAR TIDAK

MERATA, TERGANTUNG LOBBY

TAHUN 2016 SAMA DENGAN TAHUN 2013 DENGAN DANA RP. 19 TRILYUN

TAHUN 2015 DIPROYEKSI SEBESAR RP. 22 TRILYUN DENGAN CARA YANG SAMA (APABILA TIDAK ADA PERUBAHAN ANGGARAN)

TAHUN 2016  ONE GATE POLICY, K/L TIDAK LAGI ADA PROGRAM MASUK DESA, TETAPI SEMUANYA MELALUI SATU PINTU,

TERMASUK PNPM PEDESAAN.

(95)

ALIRAN DANA DESA

Pemindahbukuan

RKUN

(Rekening Kas Umum Negara)

RKUD

(Rekening Kas Umum Daerah)

RKD

(96)

fernandes simangunsong@2016

EMPAT SASARAN PEMBIAYAAN DARI DANA DESA :

1) PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN; 2) PEMBIAYAAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN;

3) PEMBIAYAAN PEMBINAAN KEMASYARAKATAN; 4) PEMBIAYAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

Dana Desa bersumber dari belanja Pemerintah Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa

secara merata dan berkeadilan.  KEBIJAKAN ONE GATE POLICY.

EMPAT VARIABEL PENENTU ALOKASI UNTUK SETIAP DESA :

1) JUMLAH PENDUDUK; 2) ANGKA KEMISKINAN; 3) LUAS WILAYAH;

4) TINGKAT KESULITAN GEOGRAFIS.

(97)

Bobot masing-masing variabel dihitung sebagai berikut : a. 30% untuk jumlah penduduk kabupaten/kota;

b. 20% untuk luas wilayah kabupaten/kota;

c. 50% untuk angka kemiskinan kabupaten/kota. (Psl 11 ayat 3).

Untuk tingkat kesulitan geografis ditunjukan oleh Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). (Psl 11 ayat 4).

IKK adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan/ konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi

terhadap TKK rata-rata nasional. Dengan demikian angka TKK rata-rata nasional sama dengan 100.

(98)

FORMAT PERHITUNGAN

DANA DESA KAB.Z = Pagu DD Nas X {(30% x % Pddk Kab.Z dibandingkan

total pddk Nasional) + (20%x % luas wilayah Kab.Z

dibandingkan total luas wilayah nas) + (50% x % jumlah pddk miskin Kab.Z dibandingkan jumlah pddk

nas)} x indeks kemahalan konstruksi Kab.Z

DD PROVINSI = Jumlah DD Kabupaten/Kota di provinsi bersangkutan.

Jumlah DD Provinsi Rata-rata DD Prov = Jumlah Desa di Provinsi

Besaran dana desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dengan

Peraturan Menteri (Keuangan) (Psl 11 ayat 8).

(99)

FORMAT PERHITUNGAN DANA DESA UNTUK SETIAP DESA

Berdasarkan besaran dana desa yang telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setiap tahunnya, Bupati/Walikota menetapkan Peraturan Bupati/

Walikota mengenai besaran dana desa untuk setiap desa dalam wilayah kabupaten/kota bersangkutan. Peraturan bupati/walikota ini dibuat setiap tahun anggaran.

Ada empat variabel yang digunakan untuk alokasi dana desa bagi setiap desa pada masing-masing kabupaten/kota yaitu sbb:

1) JUMLAH PENDUDUK; 2) ANGKA KEMISKINAN; 3) LUAS WILAYAH;

(100)

fernandes simangunsong@2016

Perhitungan bobotnya adalah sebagai berikut :

a. 30% untuk jumlah penduduk desa; b. 20% untuk luas wilayah;

c. 50% untuk angka kemiskinan desa. (Psl 12 ayat 3).

Tingkat kesulitan geografis setiap desa ditentukan

oleh faktor yang meliputi :

a. ketersediaan pelayanan dasar; b. kondisi infrastruktur;

c. transportasi; dan

(101)

Perhitungan Besaran Dana Desa untuk Setiap

Desa

Dana Desa untuk suatu desa =

Pagu Dana Desa kabupaten/kota x {(30%x % jumlah penduduk desa ybs terhadap total penduduk desa di kabupaten/kota ybs) + (20% x % luas wilayah desa bersangkutan terhadap total luas wilayah desa di kabupaten/kota bersangkutan) + (50% x persentase rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial terhadap total jumlah rumah tangga desa di kabupaten/kota bersangkutan)}. (Psl 12 ayat 5).

Tingkat kesulitan geografis setiap desa digunakan sebagai faktor pengali hasil perhitungan.

Apabila ada penambahan desa baru, diatur ketentuan :

- ditetapkan < 30 Juni tahun anggaran berjalan masuk tahun anggaran

berikutnya.

- ditetapkan > 30 Juni tahun anggaran berjalan masuk tahun kedua.

(102)

PENYALURAN

Dari RKUN (Rekening Kas Umum Negara) ke RKUD

(Rekening Kas Umum Daerah) kabupaten/kota ybs.

Dari RKUD ke rekening kas desa dengan cara

pemindahbukuan.

(Psl 17 ayat 2 dan 4).

Penyaluran dilakukan secara bertahap, dengan

ketentuan:

a. tahap I pada bulan April sebesar 40%;

b. tahap II pada bulan Agustus sebesar 40%. c. tahap III pada bulan November sebesar 20%.

(103)

PENGGUNAAN DANA DESA

Dana desa digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. (Psl 19 ayat 1).

Dana desa diprioritaskan untuk membiayai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. (psl

19 ayat 2).

Penggunaan dana desa mengacu pada Rencana

(104)

DANA DESA TAHUN 2015

Sesuai ketentuan UU Nomor 6 Tahun 2016 bahwa dana desa diberikan secara bertahap, maka tahun 2015 sudah dialokasikan dana sebesar Rp. 9,1 trilyun. Apabila dibagi rata pada jumlah desa yang ada sebanyak 72.944, maka akan dana sekitar Rp. 130 juta rupiah.

Dana ini akan diberikan pada awal Januari 2015.

Provinsi yang menerima dana desa tahun 2015 terbesar adalah Provinsi Papua yakni Rp. 1,173 trilyun.

Sedangkan provinsi yang menerima dana desa terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 33,55

milyard.

Pada tahun anggaran 2016, dana desa akan semakin besar apabila pertanggungjawaban keuangan dari dana desa tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

(105)

KETENTUAN PERALIHAN

Dalam hal menteri teknis/pimpinan lembaga

pemerintah nonkementerian tidak menyampaikan usulan kebutuhan anggaran program yang berbasis Desa tahun Anggaran 2016 dan tahun anggaran

berikutnya atau kebutuhan anggaran program berbasis Desa yang diusulkan lebih rendah

(106)

PENETAPAN DANA DESA

TAHUN ANGGARAN 2015 UNTUK SETIAP

PROVINSI

NO PROVINSI JUMLAH

KABUPATEN/ KOTA

DANA DESA

Gambar

FIGURE 1.1. MODELS OF GOVERNMENT(Source : Goldsmith & Eggers, 2004 : 20)
Gambar Apa ?

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dalam Nomor 518/Pdt.G/2017/PTA.Sby tentang penambahan nafkah mut’ah tersebut tidak sesuai dengan pasal 160 KHI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana penerimaan teknologi e- commerce pada UMKM kain tenun songket Kota Palembang dengan menggunakan model TAM dan

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa Mahasiswa Tugas Akhir. Program Diploma

Hasil dari penelitian ini adalah tanggung jawab perguruan tinggi khususnya Universitas Muria Kudus bertanggung jawab terhadap lingkungan disekitar kampus, serta

Terdakwa sehingga Terdakwa langsung menendang tangan Saksi Sdr Yuniwares Bate,e agar pisau yang dipegangnya terjatuh namun pisau tersebut tidak terjatuh,

Berdasarkan pada latar belakang masalah seperti yang sudah dijelaskan, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah Ada Perbedaan

Kedudukan Deputi Polhukam yang berada di lingkungan lembaga kepresidenan merupakan aspek strategis Deputi Polhukam. Kemudahan akses juga merupakan aspek strategis

Pada artikel yaitu Proses Analisis Pada Pengembangan Sistem Aplikasi IBCS ( Integrated Billing and Customer Service ) (Studi Kasus : PT Indosat Mega Media) menyebutkan