• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses menemukan jati diri (Kartono, 1985). Remaja belum termasuk dalam golongan dewasa, namun sudah tidak lagi dapat digolongkan anak-anak (Monks, 1999). Mahasiswa termasuk ke dalam kategori ini. Menurut Monks, Knoers, dan Haditomo (2001), mahasiswa pada umumnya adalah remaja yang menuntut ilmu di perguruan tinggi, berusia antara 17-21 tahun, dan berada pada tingkatan perkembangan remaja akhir.

Masa-masa mahasiswa merupakan masa yang penuh tantangan, dan menuntut kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri (Kartono, 1985). Dunia mahasiswa berbeda dengan dunia siswa sekolah menengah, terutama pada cara belajar yang lebih menuntut pada kemandirian. Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran dalam kelas secara kreatif, dan mempunyai rasa optimis, serta motif sukses yang tinggi, sehingga dirinya dapat menjalani kehidupan di perguruan tinggi dengan prestasi yang optimal (Siregar, 2006).

Dalam menghadapi kehidupan perkuliahan, banyak tantangan dan masalah yang juga dialami oleh mahasiswa. Salah satunya adalah menurunnya motivasi untuk mendapatkan hasil yang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McCormick dan Carrol (dalam Siregar, 2006) terhadap para mahasiswa pada suatu Universitas, diperoleh hasil bahwa 30% dari mahasiswa tingkat pertama, dinyatakan gagal untuk lanjut ke tingkat berikutnya. Selain itu, 50% dari mahasiswa yang gagal tersebut,menyelesaikan masa belajarnya di

(2)

Universitas tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. McCormick dan Carol (dalam Siregar, 2006) menyatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah rendahnya motivasi berprestasi pada para mahasiswa tersebut.

Selain itu, Kristiyani (2009) mengamati bahwa banyak terjadi perilaku membolos di kalangan pelajar di Indonesia. Kristiyani (2009) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan hal ini, yaitu faktor instusi pendidikan, personal, serta orangtua. Faktor intuisi pendidikan misalnya terkait dengan kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten dan interaksi yang minim

antara orang tua dengan pihak intuisi pendidikan. Faktor personal misalnya

terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras. Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak (Kearney, dalam Kristiyani, 2009). Ketiga faktor tersebut dapat muncul secara terpisah atau berkaitan satu sama lain.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, motivasi menjadi salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan seorang mahasiswa dalam menjalankan kehidupannya selama berkuliah di perguruan tinggi. Sobur (2009) mengatakan bahwa motivasi itu berarti membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasaan atau tujuan. Schultz dan Schultz (1994) mengatakan bahwa motivasi yang ada pada setiap individu berbeda-beda satu sama lainnya termasuk didalamnya motivasi berprestasi. Karena pada dasarnya manusia adalah individu yang unik.

Menurut McClelland (1961), motivasi terbagi dalam tiga tipe, yaitu motivasi untuk berprestasi, motivasi untuk berafiliasi, dan motivasi untuk mendapatkan kekuasaan. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan

(3)

kepada motivasi untuk berprestasi karena peneliti menemukan dari hasil observasi bahwa responden dalam penelitian ini sering merasa tidak mampu dalam mengikuti pelajaran tertentu sehinggah menyebabkan sikap pesimis untuk mendapatkan hasil yang baik. Sikap pesimis ini yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasinya (Prabandari, 1989).

McClelland (1961) mendefiniskan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, serta bergulat untuk sukses. Ciri-ciri inidividu dengan motivasi berprestasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, serta keinginan mendapatkan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.

Vroom (1964) menambahkan bahwa motivasi berprestasi dikatakan tinggi jika usaha seseorang dalam mendapatkan hasil melebihi harapan yang sudah ditetapkan. Sedangkan motivasi dikatakan rendah jika usaha seseorang dalam mendapatkan sesuatu kurang dari yang diharapkan.

Setiap orang mempunyai tingkat motivasi berprestasi yang berbeda satu sama lain. Estwood (1983) mengatakan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi oleh lingkungan sosial, yang salah satunya adalah orangtua. McClelland (dalam Sopah, 1999) dengan lebih spesifik, mengatakan bahwa pola asuh orangtua merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan motivasi berprestasi setiap orang.

Setiap orang tua memiliki cara serta sikap tertentu dalam mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak-anaknya (Amadhi, 2008). Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang diterapkan orangtua pada anak dan dapat dirasakan oleh anak dari segi positif maupun negatif, yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu (Nuraeni, 2006). Baumrind (1966) mengemukakan ada tiga jenis pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anak-anaknya, yaitu

(4)

pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh authoritative (otoritatif), dan pola asuh permissive (permisif).

Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah pola pengasuhan yang ditandai dengan orangtua yang menuntut kepatuhan yang tinggi dari anak, memberi sedikit sekali kesempatan untuk mengungkapkan perasaan anak, dan tidak memberi penjelasan mengenai perintah yang diberikan kepada anak (Baumrind, dalam Papalia, Felds, dan Oldman, 2007). Pola asuh authoritative (otoritatif) adalah pola pengasuhan yang ditandai dengan orangtua yang menjadikan dirinya panutan model bagi anak, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, serta orang tua yang lebih menghargai anak (Baumrind, dalam Papalia, Felds, dan Oldman, 2007). Terakhir, pola asuh permissive (permisif) adalah pola pengasuhan yang ditandai dengan orangtua yang kurang terlibat dalam mengontrol anak dan terlalu memberikan kebebasan pada anak dalam beraktivitas (Baumrind, dalam Papalia, Felds, dan Oldman, 2007).

Dalam penelitian ini, responden penelitian adalah mahasiswa aktif yang menempuh pendidikan dalam jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara. Universitas Bina Nusantara dipilih dalam penelitian ini karena Universitas Bina Nusantara menyediakan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa yang prestasi akademik serta motivasi berprestasinya rendah. Layanan tersebut bernama Student Advisory Center (SAC). Harapan dari hasil penelitian ini dapat membantu SAC dalam meningkatkan prestasi dan motivasi berprestasi mahasiswa. Sedangkan untuk Jurusan Psikologi, peneliti memilih Jurusan itu dikarenakan Jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara masih relatif baru berdiri dengan usia sekitar 5 tahun, sehingga masih mencari bentuk atau model dalam memacu motivasi berprestasi mahasiswa-mahasiswanya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti penelitian tentang pengaruh tiap karakteristik tipe pola asuh orangtua terhadap motivasi

(5)

berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Bina Nusantara. Penelitian ini menekankan bahwa pengaruh tiap karakteristik tipe pola asuh orangtua terhadap motivasi berprestasi bukan berarti pengaruh sebab akibat melainkan perbedaan dalam motivasi berprestasi menurut karakteristik tipe pola asuhnya yang mengindikasikan adanya pengaruh tersebut.

Alasan peneliti meneliti penelitian ini sesuai dengan manfaat penelitian yaitu dapat memberikan tambahan wawasan khususnya di dunia pendidikan mengenai pengaruh tiap karakteristik tipe pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa psikologi Universitas Bina Nusantara. Peneliti ingin mengetahui gambaran pengaruh tiap karakteristik tipe pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi yang berguna bagi orang tua dari mahasiswa Psikologi Universitas Bina Nusantara.

Penulis mengharapkan melalui penelitian ini, dapat menjadi evaluasi bagi Student Advisory Center (SAC) serta para orangtua dalam meningkatkan prestasi dan motivasi berprestasi mahasiswa atau anak.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah seperti yang sudah dijelaskan, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah Ada Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Psikologi Universitas Bina Nusantara Ditinjau dari Tiap Karakteristik Tipe Pola Asuh Orangtua?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui adanya pengaruh tiap karakteristik tipe pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Bina Nusantara.

(6)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan khususnya di dunia pendidikan mengenai pengaruh tiap karakteristik tipe pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Bina Nusantara.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dari segi praktis antara lain : 1. Bagi orang tua, diharapkan penelitian ini nantinya dapat

memberikan pemahaman lebih tentang jenis-jenis pola asuh yang berkontribusi pada motivasi berprestasi remaja.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis sebagi calon pendidik dan orang tua.

3. Memberi gambaran serta wawasan kepada peneliti selanjutnya yang ada hubungannya dengan permasalahan yang ada di dalam penelitian ini.

4. Sebagai gambaran serta membantu layanan bimbingan dan konseling Student Advisory Center (SAC) di Universitas Bina Nusantara dalam meningkatkan prestasi dan motivasi berprestasi mahasiswa.

Referensi

Dokumen terkait

 Guru memfasilitasi siswa dan orang tua untuk dapat bekerja sama dalam menyelesaikan proyek kompor tenaga surya sederhana ( Collaboration ).  Siswa bersama dengan

Miskonsepsi yang lain yang juga terjadi pada Subjek 4 yaitu pada konsep: hubungan massa atom dengan bilangan Avogadro, dimana miskonsepsi yang dilakukan siswa adalah

Dalam rangka pendayagunaan aparatur Bagian Administrasi Kerja Sama Setda Kabupaten Malang dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi pemerintahan yang mampu mendukung

Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia

Penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) dalam Islam diperbolehkan baik dengan ucapan, tulisan, isyarat, perbuatan. Dengan syarat kedua belah pihak yang melakukan transaksi

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Hasil adsorpsi logam Cd pada variasi konsentrasi dan waktu oleh arang aktif serta parameter-parameter untuk isoterm Langmuir dan Freundlich dapat terlihat pada Tabel