• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA

(LKj)

KEDEPUTIAN BIDANG

POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

TAHUN 2014

(2)

ii Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau Deputi Polhukam Sekretariat Kabinet melakukan penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 sebagai bentuk akuntabilitas organisasi dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban.

LKj ini ditujukan untuk dapat mengomunikasikan capaian kinerja Deputi Polhukam pada tahun anggaran 2014 sesuai dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. LKj ini pada intinya memuat tentang pelaksanaan seluruh program dan kegiatan Deputi Polhukam yang direncanakan selama tahun 2014, sekaligus sebagai gambaran mengenai tingkat keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian kinerja.

Selama tahun 2014, secara umum sasaran strategis Deputi Polhukam dapat dicapai dengan kategori sangat baik dan memuaskan. Hal ini dipengaruhi oleh implementasi manajemen kinerja yang telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) di Sekretariat Kabinet serta sinergi dengan program reformasi birokrasi Sekretariat Kabinet.

Laporan ini diharapkan dapat menjadi media pertanggungjawaban kepada publik dan stakeholders serta menjadi pemicu bagi penguatan dan peningkatan akuntabilitas kinerja di lingkungan Deputi Polhukam untuk mewujudkan pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented government). Selain itu, laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat, khususnya bagi unit kerja di lingkungan Deputi Polhukam agar hasil capaian kinerja pada tahun berikutnya dapat lebih meningkat.

Jakarta, Februari 2015 Deputi Bidang Politik, Hukum

dan Keamanan,

(3)

iii HALAMAN JUDUL ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Organisasi Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ... Aspek Strategis Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan Permasalahan Utama (Strategic Issues) yang Sedang Dihadapi ... Sistematika Penyajian Laporan ...

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ... Visi dan Misi ... Tujuan, Sasaran Strategis, dan Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran Strategis ... Ikhtisar Penetapan Kinerja (PK) Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ... Ikhtisar Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ...

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... Pengukuran Kinerja ... ... i ... ii ... iii ... v ... vi ... 1 ... 1 ... 3 ... 15 ... 22 ... 24 ... 24 ... 25 ... 30 ... 34 ... 37 ... 41 ... 41

(4)

iv B. Realisasi Anggaran ... BAB IV PENUTUP ... LAMPIRAN ... DAFTAR PUSTAKA ... ... 88 ... 91 ... 93 ... 95

(5)

v Gambar 1 : Struktur Organisasi Deputi Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan ... 13 Gambar 2 : Perbandingan Capaian Sasaran Rancangan Peraturan

Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan

Rancangan Instruksi Presiden Secara Tepat Waktu………... 77 Gambar 3 : Perbandingan Capaian Sasaran Penyelesaian RPerpres,

(6)

vi Tabel 1 : Jumlah SDM Deputi Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Akhir Tahun 2014 Berdasarkan

Golongan, Pendidikan, dan Jenis Kelamin ……… 14

Tabel 2 : Sasaran Strategis, Program dan Kegiatan Deputi

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2014 ……… 34

Tabel 3 : Penetapan Kinerja Deputi Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Tahun 2014 ………..………. 35

Tabel 4 : Indikator Kinerja Utama Deputi Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Tahun 2014………... 38 Tabel 5 : Kategori Pencapaian Kinerja... 44 Tabel 6 : Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Sasaran

Strategis ………..………... 45

Tabel 7 : Rekapitulasi Realisasi Penyelesaian Hasil

Analisis/Pengamatan/Pemantauan Atas Kebijakan dan Program Pemerintah di Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Tahun 2014……… 55

Tabel 8 : Waktu Penyelesaian Hasil Analisis/

Pengamatan/Pemantauan di Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan secara Tepat Waktu Tahun 2014…………. 56

Tabel 9 : Rincian Realisasi dan Capaian Saran Kebijakan yang

Ditindaklanjuti (Outcome) Tahun 2014...……….. 58

Tabel 10 : Indikator Sasaran Kedua ……… 68

Tabel 11 : Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres

(7)

vii Tabel 13 : Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan

RInpres Tahun 2014 ……….. 76

Tabel 14 : Realisasi Anggaran Deputi Bidang Politik, Hukum, dan

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Upaya penguatan akuntabilitas instansi pemerintah dipertegas melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan penguatan dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Presiden tersebut merupakan landasan dasar ditetapkannya kewajiban bagi setiap instansi pemerintah untuk menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja atau lebih dikenal sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, setiap entitas Akuntablitas Kinerja wajib menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. Entitas Akuntabilitas Kinerja tersebut menyelenggarakan SAKIP secara berjenjang, dengan tingkatan mulai dari entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja, entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi, hingga entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian/ Lembaga. Sistem SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan

(9)

pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Laporan Kinerja (LKj) adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan tentang tindakan pimpinan organisasi kepada pihak yang memiliki kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban akan pelaksanaan tugas dan fungsinya (ketentuan Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah jo. Pasal 1 angka 11 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun

2014). Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan LKj adalah

pengukuran kinerja dan evaluasi, serta pengungkapan (disclosure) secara

memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Dengan adanya LKj, dapat diketahui tingkat capaian kinerja suatu unit organisasi dan hal lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya, terutama gambaran mengenai tingkat kesesuaian antara program dan kegiatan yang direncanakan dengan realisasinya. Laporan ini dapat juga digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana kinerja dan rencana anggaran di tahun mendatang.

Penyusunan LKj diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Format LKj pada dasarnya menyajikan informasi tentang uraian singkat organisasi; rencana dan target kinerja yang ditetapkan; pengukuran kinerja; dan evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil program/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud.

(10)

Melalui LKj diharapkan akuntabilitas seseorang atau pimpinan kolektif lembaga/instansi dapat tergambar bagi pihak-pihak yang memberikan mandat atau amanah. Selain itu, LKj diharapkan dapat lebih mengefektifkan aparatur pemerintah dalam meningkatkan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan fungsi manajemen kinerja yang taat asas.

Komitmen Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau disingkat Deputi Polhukam dalam meningkatkan kualitas SAKIP di lingkungannya tercermin dari upaya perbaikan yang dilakukan secara

terus menerus (continuous improvement) terhadap kualitas seluruh

dokumen SAKIP, pemanfaatannya serta mengawal implementasinya sebagai bentuk manajemen kinerja. Terkait dengan hal itu, Deputi Polhukam sebagai salah satu unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet melakukan penyusunan LKj Tahun 2014 sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam pencapaian tujuan organisasi sebagaimana dimaksud dalam peraturan-peraturan tersebut.

Organisasi Deputi Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan

A. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Deputi Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan

Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet jo. Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2012 yang merupakan turunan dari Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet, kedudukan Deputi Polhukam berada di bawah Sekretaris Kabinet. Deputi Polhukam mempunyai tugas membantu Sekretaris Kabinet dalam menyelenggarakan dukungan staf,

(11)

administrasi, dan pemikiran dalam perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, dan penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Deputi Polhukam menyelenggarakan tujuh fungsi, yaitu:

1. Perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan

program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan;

2. Penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan, dan

penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden serta penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan;

3. Penyiapan analisis politik, hukum, dan/atau keamanan tentang

pembentukan lembaga, badan, komisi, dewan beserta instrumen pendukungnya yang menjadi kewenangan Presiden, termasuk analisis tentang pembatalan peraturan daerah;

4. Pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan data,

informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang politik, hukum dan keamanan berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya;

5. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas

pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan;

(12)

6. Pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang politik, hukum, dan keamanan, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang berkembang di kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media massa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan

7. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris

Kabinet.

Adapun susunan organisasi Deputi Polhukam terdiri dari:

1. Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional;

2. Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur

Negara, Komunikasi dan Informatika;

3. Asisten Deputi Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan; dan

4. Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan.

Masing-masing Asisten Deputi tersebut memiliki tugas, fungsi, dan struktur organisasi sebagai berikut:

1. Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional

Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program

pemerintah; pengamatan perkembangan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan; serta pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, otonomi daerah, dan hubungan internasional.

(13)

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional menyelenggarakan enam fungsi, yaitu:

a. Penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana

kebijakan dan program pemerintah di bidang hubungan

lembaga negara, organisasi politik, organisasi

kemasyarakatan, pemerintahan umum, otonomi daerah, dan hubungan internasional;

b. Penyiapan pendapat atau pandangan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, otonomi daerah, dan hubungan internasional;

c. Pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan

data, informasi, dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, otonomi daerah, dan hubungan internasional, berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya;

d. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas

pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, otonomi daerah, dan hubungan internasional;

e. Pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang

hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, otonomi daerah, dan hubungan internasional, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang berkembang di

(14)

kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media masa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan

f. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Deputi

Polhukam.

Susunan organisasi Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional terdiri dari empat Bidang, yaitu:

1. Bidang Hubungan Lembaga Negara, Organisasi Politik, dan Organisasi Kemasyarakatan;

2. Bidang Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah; 3. Bidang Hubungan Internasional;

4. Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur Negara, Komunikasi dan Informatika

Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur Negara, Komunikasi, dan Informatika mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, pengamatan perkembangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang kekuasaan

kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan,

keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, aparatur negara, komunikasi, dan informatika.

Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur Negara, Komunikasi, dan Informatika melaksanakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana

(15)

kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, aparatur negara, komunikasi dan informatika;

b. Penyiapan pendapat atau pandangan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di bidang kekuasaan

kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan,

keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, aparatur negara, komunikasi dan informatika;

c. Pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan

data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, aparatur negara, komunikasi dan informatika, berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya;

d. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas

pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang

kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian,

kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, aparatur negara, komunikasi dan informatika;

e. Pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang

kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian,

kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, aparatur negara, komunikasi dan informatika, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang

(16)

berkembang di kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media massa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan

f. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Deputi

Polhukam.

Susunan organisasi Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur Negara, Komunikasi, dan Informatika terdiri dari:

1. Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia; 2. Bidang Aparatur Negara;

3. Bidang Komunikasi dan Informatika; 4. Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Asisten Deputi Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan

Asisten Deputi Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan mempunyai tugas membantu Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, pengamatan perkembangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, dan pertanahan.

Asisten Deputi Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan melaksanakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana

(17)

keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan dan pertanahan;

b. Penyiapan pendapat atau pandangan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan dan pertanahan;

c. Pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan

data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan dan pertanahan, berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya;

d. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas

pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan dan pertanahan;

e. Pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang

pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan dan pertanahan, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang berkembang di kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media massa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan

f. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Deputi

Polhukam.

Susunan organisasi Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur Negara, Komunikasi, dan Informatika terdiri dari:

(18)

2. Bidang Kesatuan Bangsa dan Wilayah Perbatasan; 3. Bidang Pertanahan;

4. Kelompok Jabatan Fungsional.

4. Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Politik, Hukum dan Keamanan mempunyai tugas membantu Deputi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam rangka melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam

bentuk peraturan perundang-undangan, penyiapan dan

persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana

kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang politik, hukum dan keamanan;

b. Penyiapan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan

prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan;

c. Penyiapan analisis pembentukan lembaga, badan, komisi,

(19)

kewenangan Presiden, termasuk analisis tentang pembatalan Peraturan Daerah;

d. Penyusunan pendapat hukum sebagai hasil analisis terhadap

substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan;

e. Penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan

Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan;

f. Pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan

Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan;

g. Fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Deputi Polhukam

Susunan organisasi Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Politik, Hukum dan Keamanan terdiri dari:

1. Bidang Politik Dalam Negeri;

2. Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, dan Aparatur Negara;

3. Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan; 4. Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi; 5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur organisasi Deputi Polhukam yang didukung oleh 4 (empat) Asisten Deputi dan 13 (tiga belas) Bidang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(20)

Gambar 1

STRUKTUR ORGANISASI

DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional

(Bistok Simbolon, S.H., M.H.)

Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan

Internasional (Drs. M.Y. Raso, M.Si.)

Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Aparatur Negara, Komunikasi,

dan Informatika ( )

Asisten Deputi Bidang Pertahanan, Keamanan, dan

Pertanahan (Edwin Jeffry Herald Wuisang,

S.H., M.M., M.H.)

Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan (M. Rokib, S.H., M.H.)

Bidang Hubungan Lembaga Negara, Organisasi Politik,

dan Organisasi Kemasyarakatan (Danil Arif Iskandar, S.H.,

LL.M.)

Bidang Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah

(Dyah Pancaningrum, S.H., MTDev.)

Bidang Hubungan Internasional (Roby Arya Brata, S.H.,

LL.M., MPP., Ph.D.)

Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (Purnomo Sucipto, S.H., LL.M.) Bidang Aparatur Negara (Hennie Ambar Susilowati, S.H.) Bidang Komunikasi dan Informatika (Agus Widyanto, S.Sos.) Bidang Pertahanan dan Keamanan (Sinta Puspitasari, S.Sos., M.Comm &

Mediast.)

Bidang Kesatuan Bangsa dan Wilayah

Perbatasan (Troeno Marayoga, S.H., LL.M.) Bidang Pertanahan (Radian Nurcahyo, S.H., M.Kn., LL.M.)

Bidang Politik Dalam Negeri (Novi Pratiwi Dewi, S.H.,

M.H.)

Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi, Informatika, dan Aparatur

Negara (Kardwiyana Ukar, S.H., LL.M.) Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan (Ida Dwi Nilasari, S.H.,

M.H.)

Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi

(21)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Deputi Polhukam didukung oleh sumber daya manusia berjumlah 57 (lima puluh tujuh) orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah SDM Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Akhir Tahun 2014 Berdasarkan Golongan, Pendidikan, dan Jenis Kelamin

Pangkat Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin

Gol. Jmlh Nama Jabatan Jmlh Tingkat Jmlh Jenis Jmlh S3 S2 S1 D3 SLTA L P IV/e 1 Deputi 1 - 1 - - - 1 1 - 1 IV/d 1 Asisten Deputi 3 1 - - - 3 1 - 3 IV/c 2 - 2 - - - 2 - IV/b 3 Kepala Bidang 13 1 10 2 - - 13 7 6 13 IV/a 9 III/d 1 III/d 4 Kepala Subbidang 23 - 11 11 - 1 23 13 10 23 III/c 18 III/b 1 III/a 14 Analis 13 - 1 12 - - 13 5 8 13 Pengolah Data 1 - - 1 - - 1 1 - 1 II/d 2 Sekretaris 1 - - - 1 - 1 1 - 1 Pengadministrasi Umum 1 - - - 1 - 1 - 1 1

II/c 1 Pengolah Data 1 - - - 1 - 1 1 - 1

Jmlh 57 57 2 25 26 3 1 57 32 25 57

Secara kuantitas, jumlah pegawai di Deputi Polhukam masih sangat kurang apabila dibandingkan dengan tugas dan fungsi yang dijalankan. Namun kualitas yang dimiliki pegawai Deputi Polhukam sudah cukup memadai karena didukung dengan pendidikan formal yang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Selain itu, para pegawai di lingkungan

(22)

Deputi Polhukam juga telah mengikuti pendidikan dan pelatihan manajerial sesuai dengan tingkat jabatannya, serta dibekali dengan pelatihan keterampilan guna mendukung kemampuan pegawai dalam pelaksanaan tugasnya.

Aspek Strategis Deputi Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan, serta Permasalahan Utama (

Strategic

Issued

) yang Sedang Dihadapi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Deputi Polhukam menghadapi berbagai faktor pendukung dan penghambat, baik yang berasal dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam (internal). Faktor-faktor tersebut perlu dikenali, dihadapi, dan disikapi dengan tepat agar tidak mengganggu pelaksanaan kerja. Adapun faktor-faktor yang biasa dihadapi oleh Deputi Polhukam adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Internal

Berdasarkan hasil analisis internal, maka kekuatan, kelemahan, dan potensi Deputi Polhukam adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan Organisasi

Kekuatan dasar Deputi Polhukam yang berpengaruh dalam penetapan dan pencapaian tujuan serta sasaran adalah sebagai berikut :

1) Komitmen pimpinan dalam pelaksanaan rencana strategis Komitmen pimpinan merupakan potensi dasar utama untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, efisien, profesional, modern, akuntabel, dan mencerminkan

suatu organisasi yang berlandaskan asas-asas tata

(23)

upaya peningkatan kinerja organisasi, baik di tingkat unit kerja maupun organisasi.

2) Kebijakan organisasi

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Deputi Polhukam, kerja sama dan koordinasi antar satuan kerja merupakan faktor penting untuk menciptakan program dan kegiatan yang terarah, terpadu, efektif, dan efisien.

3) Sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas, profesional, dan berkompeten yang didasarkan pada pola pembinaan karier berbasis sistem merit atau kinerja merupakan pilar organisasi kuat yang diperlukan guna mencapai tujuan organisasi.

4) Anggaran

Sumber daya keuangan merupakan salah satu penunjang keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan Deputi Polhukam yang mengacu pada anggaran berbasis kinerja.

5) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung program kerja organisasi antara lain adalah gedung kantor, kendaraan operasional dinas, dan jaringan.

6) Kedudukan dan kemudahan akses

Kedudukan Deputi Polhukam yang berada di lingkungan lembaga kepresidenan merupakan aspek strategis Deputi Polhukam. Kemudahan akses juga merupakan aspek strategis Deputi Polhukam, karena setiap orang ingin memberikan yang terbaik bagi Presiden. Selain itu Deputi Polhukam mempunyai aspek strategis dalam membantu Presiden terkait substansi kebijakan, terutama posisinya yang netral dan terbebas dari

(24)

ego sektoral. Posisi tersebut menjadi strategis mengingat Deputi Polhukam tidak melaksanakan program-program yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dan atau Pemerintah Daerah, sehingga Deputi Polhukam tidak mempunyai kepentingan sektoral. Deputi Polhukam mampu memberikan pandangan atau pemikiran yang tidak berpihak kepada sektor manapun secara berimbang. Kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh institusi lain, karena pada umumnya kementerian/lembaga dan atau Pemerintah Daerah akan membela kepentingannya masing-masing.

Dalam melaksanakan fungsinya berupa mempersiapkan penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden posisi Deputi Polhukam yang netral dan tidak berpihak pada sektor menyebabkan Deputi Polhukam mampu bekerja tanpa intervensi dari siapa pun. Hal tersebut dapat memberikan landasan hukum yang kuat bagi Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di segala bidang.

Dalam melaksanakan fungsinya untuk memberikan pendapat berupa rekomendasi kebijakan, posisi Deputi Polhukam yang netral tersebut merupakan aspek strategis yang memberikan hasil berupa berbagai rekomendasi kebijakan yang lebih berimbang di bidang politik, hukum, dan keamanan kepada Presiden. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan bisa memberikan alternatif solusi bagi permasalahan yang sedang terjadi dalam pemerintahan, baik di Pusat maupun di Daerah, serta yang berasal dari laporan masyarakat.

Pemberian rekomendasi tersebut dapat juga berasal dari kegiatan pemantauan, monitoring dan evaluasi yang selama ini

(25)

dilakukan ke berbagai daerah terhadap implementasi dari berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dan berbagai permasalahan pemerintahan. Posisi Deputi Polhukam menjadi strategis seringkali memunculkan rekomendasi berupa solusi permasalahan pemerintahan yang ditemukan di lapangan.

Berdasarkan aspek strategis yang dimiliki Deputi Polhukam tersebut, Deputi Polhukam terus berupaya mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien, serta birokrasi yang memiliki pelayanan publik yang berkualitas. Oleh karena itu, Deputi Polhukam mencanangkan berbagai program pendukung terkait penyempurnaan Sistem IT dalam hal pengolahan berkas/dokumen dan penetapan target kinerja pegawai, dan

penyempurnaan program capacity building yang dapat menunjang

pelaksanaan tugas substansi kebijakan, dengan berpedoman pada

beberapa prinsip/standar kerja zero mistake, aman, akuntabel,

keseimbangan antara keterbukaan informasi publik dan kerahasiaan negara, serta efektif dan efisien.

b. Kelemahan Organisasi

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Deputi Polhukam yaitu:

1) Jumlah sumber daya manusia belum terpenuhi secara optimal, sehingga untuk memenuhi target kinerja, setiap individu di lingkungan Deputi Polhukam mempunyai beban kerja yang cukup besar;

2) Belum diterapkannya standar pelayanan secara konsisten dan menyeluruh, mengingat jumlah sumber daya manusia yang masih terbatas.

(26)

c. Potensi Organisasi

Beberapa potensi yang dimiliki oleh Deputi Polhukam di antaranya meliputi:

1. Visi dan misi organisasi yang jelas;

2. Tugas dan fungsi yang jelas;

3. Komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh staf untuk

mewujudkan visi dan misi organisasi;

4. SDM yang dapat terus ditingkatkan kompetensinya melalui

pendidikan dan pelatihan struktural, teknis, dan fungsional termasuk kerjasama dengan pihak/lembaga pemerintah yang lain;

5. Dokumen hukum yang diperlukan sebagai bahan

rujukan/referensi dan hasil-hasil sidang kabinet, rapat dan atau pertemuan yang dipimpin oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden yang mendukung penelaahan dalam rangka memberikan analisis kebijakan kepada Presiden secara optimal;

6. Struktur organisasi yang lebih efektif dan dinamis dengan

pendekatan pembagian fungsi Kementerian Koordinator dalam rangka mendukung tugas Presiden;

7. Pengembangan dan pemanfaatan TI dalam pelaksanaan tugas

secara efektif dan efisien; dan

8. Meningkatnya imej positif pemangku kepentingan dan

masyarakat terhadap Sekretariat Kabinet.

2. Lingkungan Eksternal

Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi penetapan dan pencapaian tujuan dan sasaran Deputi Polhukam adalah sebagai berikut :

(27)

a. Politik

Perubahan politik pascareformasi telah memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam menentukan arah kebijakan negara, termasuk juga di bidang pemerintahan. Demokrasi yang makin berkembang membuat masyarakat semakin lugas menuntut hak-hak mereka sehingga birokrasi di pemerintahan mau tidak mau harus lebih responsif. Birokrasi semakin dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat, transparan, jujur, akuntabel, dan partisipatif.

b. Hukum

Terbitnya sejumlah peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai bidang pemerintahan, seperti: bidang keuangan negara, pelayanan publik, dan kementerian negara, telah mendorong lembaga pemerintah untuk lebih meningkatkan kinerja, efisiensi, efektivitas, dan pertanggung-jawaban kepada publik.

c. Teknologi

Teknologi merupakan faktor yang memengaruhi kinerja dan dapat menunjang kebutuhan informasi yang cepat, akurat, dan mudah didapat. Kemajuan teknologi ini harus diantisipasi dengan memperhitungkan faktor-faktor negatif yang ditimbulkan.

d. Globalisasi

Perkembangan dunia yang pesat menjadi pemicu persaingan antarnegara menjadi makin ketat. Negara-negara yang kuat secara ekonomi, teknologi, sosial politik, dan SDM, akan lebih mudah bersaing. Situasi dan kondisi tersebut harus dijadikan pendorong agar kita mampu berkompetisi dengan bangsa lain.

Berdasarkan hasil analisis eksternal, maka peluang dan ancaman terhadap Deputi Polhukam adalah sebagai berikut :

(28)

a. Peluang Organisasi

1)Undang-Undang Pelayanan Publik yang memperkuat landasan

Kedeputian Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai bagian dari lembaga pemerintahan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat;

2)Penyempurnaan, perbaikan, penyederhanaan sistem

manajemen, prosedur, dan kebijakan atau ketentuan perundang-undangan (deregulasi dan debirokratisasi) dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

3)Pengembangan dan kemajuan teknologi informasi yang cepat

dan dinamis dalam mendukung pengembangan e-government

di setiap instansi pemerintah;

4)Dukungan kebijakan tentang penerapan tata pemerintahan

yang baik (good governance) di semua lini dan tingkatan pada

semua kegiatan.

b. Ancaman Organisasi

Ancaman terhadap Deputi Polhukam adalah adanya tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap birokrasi pemerintah.

3. Permasalahan Utama (Strategic Issues) yang Sedang Dihadapi

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, potensi, peluang, dan ancaman di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada selama ini dan kemungkinan yang akan dihadapi oleh Deputi Polhukam dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, yaitu :

(29)

a. Aspek Ketatalaksanaan

1)Koordinasi dan kerja sama yang kurang optimal antar lembaga

pemerintah di pusat dan daerah maupun dengan unit kerja lain di lingkungan lembaga kepresidenan, yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Deputi Polhukam;

2)Standar Pelayanan belum diterapkan secara konsisten dan

menyeluruh.

b. Aspek Sumber Daya Manusia

Kualitas SDM masih perlu terus ditingkatkan dalam mendukung tugas dan fungsi Deputi Polhukam, terutama penajaman analisis dan kejelian menangkap isu-isu strategis serta

membangun jaringan informasi dan koordinasi antar

kementerian/lembaga.

c. Aspek Sarana dan Prasarana

1) Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan organisasi;

2) Sistem informasi manajemen berbasis teknologi informasi belum terintegrasi sepenuhnya dan belum ada kesesuaian antara manajemen teknologi informasi dengan sistem yang sedang dan akan dikembangkan.

Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut perlu diambil langkah-langkah strategis dan antisipatif guna menghasilkan solusi terbaik untuk perbaikan organisasi dan kinerja Deputi Polhukam.

Sistematika Penyajian Laporan

Sistematika penyajian LKj 2014 Deputi Polhukam berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

(30)

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Gambaran tentang sistematika laporan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan secara ringkas latar belakang beserta maksud dan tujuan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2014, gambaran organisasi yang mencakup kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi serta aspek strategis Deputi Polhukam

dan permasalahan utama (strategic issued) yang sedang

dihadapi.

Bab II Perencanaan Kinerja

Menjelaskan secara ringkas gambaran umum perencanaan kinerja serta ikhtisar Penetapan Kinerja (PK) dan ikhtisar Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi dasar pengukuran kinerja Deputi Polhukam tahun 2014.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

Menjelaskan analisis pencapaian kinerja Deputi Polhukam untuk setiap sasaran strategis (terutama capaian IKU) sesuai dengan hasil pengukuran kinerja dan pertanggungjawaban keuangan atau anggarannya (akuntabilitas keuangan) serta reviu implementasi atau pelaksanaan SAKIP di Deputi Polhukam.

Bab IV Penutup

Menjelaskan simpulan umum atas capaian kinerja Deputi Polhukam Tahun 2014 dan menguraikan upaya perbaikan yang telah dilakukan serta rencana tindak lanjut yang akan dilakukan guna meningkatkan kualitas pelaksanaan SAKIP di Deputi Polhukam dan peningkatan kinerja di masa mendatang.

(31)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Suatu unit organisasi diharuskan membuat perencanaan agar tidak terjadi ketimpangan manajemen dalam melaksanakan seluruh aktivitas organisasi. Dengan adanya perencanaan yang jelas, maka suatu organisasi dapat mengelola potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan kinerja organisasi.

Rencana suatu organisasi memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, kegiatan, dan indikator kinerja yang diperlukan untuk operasionalisasi kinerja organisasi secara optimal sesuai tugas pokok dan fungsinya, sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Deputi Polhukam.

Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Deputi Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan

Perencanaan kinerja Deputi Polhukam didasarkan pada Rencana

Strategis (Renstra) Sekretariat Kabinet Tahun 2010—2014 sebagaimana

telah diubah beberapa kali dan terahir dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyempurnaan Kedua Rencana

Strategis Sekretariat Kabinet RI Tahun 2010—2014. Renstra Sekretariat

Kabinet Tahun 2010—2014 beserta perubahannya merupakan panduan

pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Polhukam.

Guna mendukung pencapaian visi dan misi, sasaran, program, dan kegiatan Sekretariat Kabinet, Deputi Polhukam merumuskan visi, misi dan strategi dalam renstra instansi yang selanjutnya dioperasionalkan dalam suatu perencanaan kinerja. Di dalam proses perencanaan kinerja,

(32)

Deputi Polhukam mendefinisikan seluruh sasaran, program, dan kegiatan yang akan diimplementasikan dalam satu tahun anggaran yang kemudian diformulasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Deputi Polhukam memuat angka target kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Angka target kinerja ini akan menjadi komitmen yang harus dicapai dalam satu periode tahunan. Selain itu, dokumen RKT tersebut menjadi dasar bagi penetapan kesepakatan

tentang kinerja yang akan diwujudkan oleh organisasi (performance

agreement) atau lebih dikenal sebagai Penetapan Kinerja (PK). Penetapan Kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat di lingkungan Deputi Polhukam sebagai penerima amanah kepada

pimpinan dan stakeholdernya.

Keberhasilan pencapaian PK diukur menggunakan instrumen

berupa Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicators

(KPI) yang ditetapkan secara formal dengan keputusan pimpinan instansi. Melalui IKU, diharapkan akan diperoleh informasi kinerja yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan/kegagalan pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja untuk perbaikan kinerja organisasi dan peningkatan akuntabilitas kinerja.

Gambaran secara ringkas tentang substansi perencanaan kinerja, ikhtisar Penetapan Kinerja serta ikhtisar Indikator Kinerja Utama Deputi Polhukam dapat dilihat pada penjelasan berikut.

Visi dan Misi

Dalam melaksanakan fungsinya, Deputi Polhukam terlibat aktif dalam proses formulasi, implementasi, evaluasi, reformulasi program dan

(33)

kebijakan Pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan. Hasil dari proses tersebut disampaikan dalam bentuk rekomendasi kebijakan. Tugas yang sangat strategis tersebut tercermin dalam rumusan visi dan misi Deputi Polhukam. Rumusan visi dan misi itu selanjutnya mempengaruhi penetapan tujuan dan sasaran strategis Deputi Polhukam.

Rumusan visi Deputi Polhukam sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Kabinet Tahun 2010-2014 yang telah beberapa kali disempurnakan, terakhir melalui Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyempurnaan Kedua Rencana Strategis Sekretariat Kabinet RI Tahun 2010-2014. Visi dan misi Sekretariat Kabinet yang tercantum dalam Renstra tersebut adalah:

Berdasarkan pada Renstra tersebut, Deputi Polhukam telah menetapkan Rencana Strategis Deputi Polhukam Tahun 2012-2014 (Renstra Deputi Polhukam 2012-2014). Dalam Renstra Deputi tersebut juga telah ditetapkan visi dan misi Deputi Polhukam. Perumusan visi tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan yang diharapkan Deputi Polhukam dengan memperhatikan

Undang-Visi Sekretariat Kabinet

Menjadi Sekretariat Kabinet yang professional dan handal dalam mendukung Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan.

Misi Sekretariat Kabinet

Memberikan dukungan manajemen kabinet kepada Presiden dan

Wakil Presiden dengan memegang teguh pada prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

(34)

Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Visi Deputi Polhukam

mengandung pengertian bahwa Deputi Polhukam merupakan unit yang strategis, profesional, dan

dapat diandalkan dalam

memberikan dukungan analisis

secara cepat, tepat, transparan, dan akuntabel kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan. Dengan adanya visi ini diharapkan Deputi Polhukam akan mampu mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan kualitas kinerjanya secara maksimal.

Guna memastikan bahwa visi Deputi Polhukam tersebut sesuai dan selaras dengan perubahan yang harus dilakukan, maka diperlukan penetapan misi yang jelas. Misi tersebut menjadi pernyataan yang menetapkan tujuan Deputi Polhukam dan sasaran yang ingin dicapai.

Perumusan misi Deputi Polhukam dilakukan dengan mengacu kepada visi, nilai-nilai, tugas dan fungsi yang diemban Deputi Polhukam; melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang mencakup para

pegawai, masyarakat yang akan dilayani, mitra kerja, dan stakeholders

lainnya; menilai lingkungan yang sangat berguna untuk menentukan apakah misi Deputi Polhukam tidak bertentangan secara internal dan eksternal dengan kebijakan pemerintah serta menyelaraskan kegiatan, proses utama, dan sumber daya untuk memungkinkan Deputi Polhukam melaksanakan kegiatannya secara lebih baik dan efisien.

Visi

Menjadi Deputi Politik, Hukum, dan Keamanan yang

professional dan handal dalam membantu Sekretaris Kabinet memberikan dukungan kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan.

(35)

Dalam menjalankan fungsinya, Deputi Polhukam perlu

melaksanakan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (directing) kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan

keamanan. Fungsi perencanaan (planning) kebijakan dan program

dilakukan Deputi Polhukam melalui mekanisme pembahasan rencana kebijakan dan program Pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dalam hal ini, Deputi Polhukam perlu memastikan bahwa rencana kebijakan dan program Pemerintah tersebut disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terformulasi dengan baik untuk memudahkan pengambilan keputusan oleh Sekretaris Kabinet atau Presiden.

Terkait pelaksanaan pengorganisasian, Deputi Polhukam harus mengomunikasikan dengan jelas dan rinci kepada unit kerja di bawahnya, arahan Sekretaris Kabinet atau Presiden, berikut landasan kebijakan dan permasalahan yang melatarbelakanginya secara tertulis maupun lisan/pertemuan sehingga dapat menjadi acuan dalam merumuskan kebijakan dan program yang diperlukan dengan tepat.

Misi

Meningkatkan kualitas dukungan analisis kebijakan dan program pemerintah serta penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan dalam rangka membantu Sekretaris Kabinet memberikan dukungan manajemen kabinet kepada Presiden dan Wakil Presiden dengan memegang teguh prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

(36)

Pada pelaksanaan koordinasi, Deputi Polhukam mengupayakan agar perumusan rekomendasi kebijakan dan program Pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan disusun dengan melibatkan

stakeholders terkait untuk memastikan bahwa rumusan kebijakan

tersebut telah dilakukan secara komprehensif dan berimbang.

Deputi Polhukam juga melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan melalui monitoring kebijakan dan program yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, Deputi Polhukam mengevaluasi implementasi kebijakan dan program tersebut untuk membantu Sekretaris Kabinet dalam memberikan rekomendasi kepada Presiden mengenai perlu tidaknya perbaikan terhadap kebijakan dan program yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, Deputi Polhukam melaksanakan fungsi monitoring, evaluasi, dan koordinasi kebijakan tidak hanya pada tahap implementasi, namun juga pada tahap formulasi kebijakan. Oleh karena itu, fungsi analisis kebijakan yang dilakukan oleh Deputi Polhukam bersifat terintegrasi mulai dari formulasi sampai dengan

reformulasi kebijakan (integrated policy analysis).

Fungsi monitoring, evaluasi dan koordinasi kebijakan Deputi Polhukam lebih difokuskan pada formulasi/perumusan dan implementasi kebijakan dalam bentuk rekomendasi kebijakan. Hasil analisis dan

rekomendasi kebijakan yang bersifat second opinion dapat dijadikan

sebagai masukan kepada Presiden dan/atau instansi pemerintah lainnya. Selain itu, hasil analisis dan rekomendasi kebijakan dapat memperkuat, melengkapi, memperjelas, mempertajam, dan juga bisa mengoreksi hasil analisis dan rekomendasi kebijakan yang dibuat oleh instansi lain.

(37)

Tujuan, Sasaran Strategis, dan Cara Pencapaian

Tujuan dan Sasaran Strategis

Menindaklanjuti visi dan misinya, suatu organisasi harus memilki tujuan strategis yang dirumuskan dengan jelas untuk mempertahankan eksistensi organisasinya. Penetapan tujuan dilakukan dalam rangka operasionalisasi visi dan misi berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi Deputi Polhukam. Tujuan merupakan sesuatu (apa) yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis serta dimaksudkan untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.

Penetapan tujuan Deputi Polhukam harus konsisten dengan tugas dan fungsinya, mempertajam fokus pelaksanaan misi Deputi Polhukam, meletakkan kerangka prioritas bagi arah program dan kegiatan yang akan dilakukan. Perumusan tujuan Deputi Polhukam juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor kunci keberhasilan berupa potensi, peluang, kekuatan, tantangan, kendala dan kelemahan yang dihadapi, termasuk sumber daya manusia (SDM), sumber daya material, pendanaan serta peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang digunakan dalam melakukan kegiatan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Deputi Polhukam telah menetapkan satu tujuan strategis dalam Renstra Deputi Polhukam 2012-2014. Tujuan tersebut merupakan implementasi Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet yang harus dicapai dalam jangka waktu tiga tahun. Tujuan tersebut diformulasikan agar Deputi Polhukam beserta jajarannya dapat

(38)

mengukur kinerja dan mengetahui secara tepat yang

harus dilaksanakan oleh

organisasi dalam mencapai visi dan misinya.

Untuk mencapai tujuan,

perlu dirumuskan Sasaran

Strategis organisasi. Sasaran Strategis merupakan hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan yang ingin dicapai pada setiap tahun selama lima tahun. Sasaran ini diperlukan untuk mengarahkan penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Deputi Polhukam yang diwujudkan melalui berbagai program dan kegiatan.

Dalam sasaran dimuat indikator sasaran yang merupakan ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun yang bersangkutan beserta rencana tingkat capaian atau target masing. Setiap sasaran diidentifikasi melalui indikator kinerja masing-masing yang akan dijadikan tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran. Sasaran beserta indikator kinerjanya dirumuskan berdasarkan tingkatan indikator.

Di tahun 2014, Deputi Polhukam telah menetapkan dua Sasaran

Strategis yang telah memenuhi formulasi SMART, yaitu Specific (spesifik),

Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant (relevan) dan Time-bound (memiliki jangka waktu tertentu), yaitu:

Tujuan Strategis

Memberikan dukungan teknis, administrasi, dan pemikiran yang prima di bidang politik, hukum, dan keamanan kepada Sekretaris kabinet dalam rangka mendukung Presiden dan Wakil Presiden dalam

menjalankan kekuasaan pemerintahan.

(39)

Meskipun telah ditentukan tujuan dan sasaran dengan jelas, diperlukan suatu cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut dalam bentuk strategi Deputi Polhukam. Strategi pencapaian tujuan dan sasaran merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya Deputi Polhukam untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, yang meliputi penetapan kebijakan dan program dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki serta keadaan lingkungan yang dihadapi. Sebagai suatu alat dari strategi, kebijakan dan program akan memberikan arah bagi pencapaian tujuan dan sasaran.

Pencapaian tujuan dan sasaran diwujudkan dengan terlebih dahulu

memilih strategi pencapaiannya.

Adapun strategi pencapaian tersebut

dijabarkan melalui program dan

kegiatan. Program disusun untuk mengoperasionalkan kebijakan dengan orientasi pada pencapaian tujuan dan

sasaran, sedangkan kegiatan disusun untuk mengoperasionalkan program guna memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan dan sasaran.

Sasaran Strategis

1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan.

2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian peraturan presiden, keputusan presiden, dan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Arah kebijakan

Mengoptimalkan pemberian dukungan kebijakan dan program kepada Presiden di

bidang politik, hukum, dan keamanan

(40)

Deputi Polhukam telah menetapkan arah kebijakan dan strategi yang memuat langkah-langkah berupa program indikatif yang memiliki dampak besar terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis sesuai bidang yang menjadi tugas dan fungsi Deputi Polhukam guna mencapai tujuan dan sasaran strategis Deputi Polhukam.

Deputi Polhukam terus berupaya melakukan optimalisasi pemberian dukungan kebijakan dan program pemerintah kepada Sekretaris Kabinet melalui pembinaan dan peningkatan

dari sisi manajemen,

organisasi, dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, strategi Deputi Polhukam difokuskan pada penguatan aspek yang terkait dengan manajemen organisasi.

Pada tahun 2014, arah kebijakan dan strategi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam satu program dan dua kegiatan Deputi Polhukam.

STRATEGI

1. Mewujudkan SDM yang profesional dan berkualitas

2. Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang efektif

3. Meningkatkan pengawasan internal yang optimal

(41)

Tabel 2

Sasaran Strategis, Program dan Kegiatan

Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2014

Sasaran Program Kegiatan

1. Terwujudnya

peningkatan kualitas hasil analisis

kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan. 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian peraturan presiden, keputusan presiden, dan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Penyelenggaraan dukungan kebijakan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan di bidang politik, hukum, dan

keamanan 1.Perumusan analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan. 2.Penyelesaian rancangan peraturan presiden, keputusan presiden, dan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Ikhtisar Penetapan Kinerja (PK) Deputi Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan

Penetapan kinerja (PK) adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi atau unit organisasi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui penetapan kinerja diharapkan terwujud komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia, dan pada akhir tahun nanti akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penilaian terhadap pejabat penerima amanah.

(42)

Dengan adanya penetapan kinerja, diharapkan para pimpinan instansi dan unit kerja tidak hanya pandai mendapatkan dan menghabiskan anggaran, tetapi juga mampu menunjukkan serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pimpinannya dan masyarakat. Penetapan kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari SAKIP merupakan upaya dalam membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan berorientasi hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat.

Penetapan Kinerja Deputi Polhukam merupakan ikhtisar kesepakatan rencana kinerja yang akan dicapai pada tahun 2014 oleh seluruh unit kerja di lingkungan Deputi Polhukam. Uraian mengenai Penetapan Kinerja tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Penetapan Kinerja

Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Jumlah Anggaran 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan

a. Persentase laporan hasil analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu.

b. Persentase analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang

ditindaklanjuti

c. Persentase laporan hasil pengamatan perkembangan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu

97%

97%

97%

(43)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Jumlah Anggaran d. Persentase laporan hasil

pengamatan perkembangan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang

ditindaklanjuti

e. Persentase laporan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu

f. Persentase pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti 97% 97% 97% 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu 2. Persentase Rancangan

Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti

97%

(44)

Ikhtisar Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan

Indikator kinerja utama (IKU) Deputi Polhukam merupakan ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama Deputi

Polhukam sesuai dengan tugas dan fungsi serta mandat (core business)

yang diemban. IKU Deputi Polhukam dipilih dari seperangkat indikator kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan memperhatikan proses bisnis organisasi dan kriteria indikator kinerja yang baik, yang terdiri atas

masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) yang

menggambarkan tingkat capaian suatu sasaran atau kegiatan telah tercapai atau sebaliknya.

Indikator Kinerja Input memberikan gambaran mengenai segala

sesuatu yang diperlukan agar pelaksanaan kegiatan dan program Deputi

Polhukam dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output dan

outcome, sedangkan Indikator Kinerja Output adalah segala sesuatu berupa produk atau jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung

dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan input yang

digunakan oleh Deputi Polhukam. Indikator Kinerja Outcome memberikan

gambaran mengenai berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah dan merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk atau jasa dari Deputi Polhukam dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

stakeholders.

Secara lebih jelas, indikator sasaran dalam pelaksanaan tujuan yang ingin dicapai Deputi Polhukam pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Indikator Sasaran Pertama:

1. Persentase laporan hasil analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat

(45)

waktu

2. Persentase analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti

3. Persentase laporan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu

4. Persentase pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti

Indikator Sasaran Kedua:

1. Persentase penyelesaian rancangan peraturan presiden, rancangan

keputusan presiden, dan rancangan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu; dan

2. Persentase rancangan peraturan presiden, rancangan keputusan

presiden, dan rancangan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti.

Perbandingan antara Indikator Kinerja Output dan Indikator

Kinerja Outcome, adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Indikator Kinerja Utama

Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2014

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome Alasan

Perumusan hasil analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan

Persentase laporan hasil analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu

Ketepatan waktu penyelesaian analisis dan pendapat dan tindak lanjut analisis dan pendapat ditetapkan sebagai

(46)

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome Alasan

Persentase hasil analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti

indikator kinerja utama karena menggambarkan keberhasilan

pencapaian kinerja Deputi yang spesifik, dapat dicapai, relevan, dapat dikuantifikasi, dan dapat diukur, sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan dukungan kebijakan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan Keterangan: ketepatan waktu

adalah jangka waktu suatu pekerjaan dapat diselesaikan dalam satuan hari

Tindak lanjut adalah dijadikannya suatu hasil kerja (analisis/pendapat) sebagai bahan pengambilan keputusan/kebijakan oleh pimpinan Persentase digunakan sebagai indikator karena sifat pekerjaan Deputi Polhukam yang tidak dapat diprediksi dan beban pekerjaan dalam setahun tidak dapat diperkirakan karena bukan atas prakarsa unit kerja Deputi Polhukam, melainkan berasal dari instansi lain atau dari masyarakat

(stakeholders)

Pengamatan perkembangan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan

Persentase laporan hasil

pengamatan perkembangan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu

Persentase laporan hasil

pengamatan perkembangan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti

Pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan

Persentase laporan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program

pemerintah di bidang politik dan hubungan internasional secara tepat waktu

Persentase hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik dan hubungan

internasional yang ditindaklanjuti Penyelesaian rancangan

peraturan presiden, rancangan keputusan presiden, dan rancangan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan

Persentase penyelesaian rancangan peraturan presiden, rancangan keputusan presiden, dan rancangan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan secara tepat waktu

Persentase rancangan peraturan presiden, rancangan keputusan presiden, dan rancangan instruksi presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan yang ditindaklanjuti

(47)

Masing-masing indikator pada kedua Sasaran Strategis merupakan Indikator Kinerja Utama yang dirumuskan dan ditetapkan pada Renstra Deputi Polhukam 2012-2014 dan merupakan penyempurnaan dari Indikator Kinerja Utama tahun sebelumnya.

Indikator Kinerja digunakan untuk mengukur tingkat kualitas penyelesaian hasil perumusan dan analisis atas rencana kebijakan dan

program pemerintah di bidang politik, hukum, dan keamanan. Output

disebut tepat waktu apabila laporan diajukan/disampaikan oleh Deputi dalam jangka waktu yang tidak melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan dalam standar operasional prosedur (yaitu: 9 hari kerja sejak berkas/dokumen diterima oleh Deputi Polhukam dari Sekretaris

Kabinet), sedangkan output yang ditindaklanjuti adalah apabila laporan

yang diajukan/disampaikan oleh Deputi Polhukam diterima, disetujui, mendapatkan tanggapan positif oleh Sekretaris Kabinet, dan atau disampaikan oleh Sekretaris Kabinet kepada Presiden atau kepada institusi/perorangan di luar Sekretariat Kabinet. Semakin tepat waktu penyelesaian suatu analisis dan saran kebijakan serta mendapat tindak

lanjut stakeholders (Sekretaris Kabinet dan/atau kementerian/lembaga)

maka semakin menunjukkan kualitas pencapaian kinerja yang baik.

Setelah dilakukan reviu terhadap penetapan IKU Deputi Polhukam, ditetapkan bahwa IKU Deputi Polhukam tahun 2014

Gambar

Tabel 3  Penetapan Kinerja

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

perkenalkan konsep dan kewirausahaan, tetapi mahasiswa diperkenalkan dengan karakter wirausaha, tipe wirausaha, pentingnya perubahan pola pikir menjadi wirausaha,

Terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dan keseimbangan terhadap prestasi tolak peluru, hal tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar

BAGI PESERTA YANG MERASA NAMA NIM DAN FAKULTAS ATAU JURUSANYA SALAH ATAU TIDAK ADA....SEGERA DATANG KE BEM UNIVERSITAS !!!. BAGI YANG NAMANYA BELUM TERCANTUM DI KELOMPOK BESOK

Dalam Upacara Pitra Yadnya, terutama bagi umat Hindu di Bali, lembu juga mendapat tempat yang amat terhormat sebagai lambang keagamaan.. Seperti dalam Ngaben, yaitu upacara Pitra

Dari hasil analisis terlihat adanya korelasi antara peningkatan jumlah bakteri asam laktat dengan konsentrasi sukrosa yang dtambahkan pada minuman probiotik

Adanya clogging pada karbon aktif dalam bentuk powder membuat proses penjernihan air Selokan Mataram menjadi kurang efisien dari segi waktu meskipun bentuk ini

Wilayah pesisir pantai timur Kabupaten Tulang bawang Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ilir, memiliki potensi yang begitu besar untuk melejitkan pasar udang putih

Temuan penelitian menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua jenis bank (bank dominasi saham asing dengan bank dominasi saham pemerintah) tentang