• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI BERSIH DALAM PENANGANAN IKAN KARANG DI PULAU SERASAN, KABUPATEN NATUNA PUTRI INDAH REZEKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI BERSIH DALAM PENANGANAN IKAN KARANG DI PULAU SERASAN, KABUPATEN NATUNA PUTRI INDAH REZEKI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI BERSIH DALAM

PENANGANAN IKAN KARANG DI PULAU SERASAN,

KABUPATEN NATUNA

PUTRI INDAH REZEKI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penerapan Teknik Produksi Bersih dalam Penanganan Ikan Karang di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016 Putri Indah Rezeki NIM C44120055

(4)

ABSTRAK

PUTRI INDAH REZEKI. Penerapan Teknik Produksi Bersih dalam Penanganan Ikan Karang di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN dan GONDO PUSPITO.

Pulau Serasan merupakan pulau terdepan Indonesia yang dikelilingi dengan potensi sumberdaya ikan karang yang melimpah. Ikan karang ini memiliki nilai jual tinggi seperti ikan kerapu bebek dan ikan kerapu sunuk. Hampir 45% nelayan menangkap semua ikan karang tersebut dengan bubu ikan karang. Produksi bersih adalah usaha untuk mencegah terbentuknya limbah, usaha tersebut berupa pencegahan awal, pengurangan terbentuknya limbah, dan memperbaiki penanganan yang tidak seharusnya dilakukan. Limbah tersebut dapat terjadi karena kondisi hasil tangkapan kurang baik (cacat) dan pembekalan yang dibawa tidak sesuai kebutuhan. Penerapan produksi bersih yang dilakukan yaitu melakukan penanganan hasil tangkapan yang baik selama operasi penangkapan dan mencegah terjadinya pemborosan biaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kegiatan penangkapan ikan karang, menentukan mutu hasil tangkapan yang baik dan menentukan hal – hal kritis dalam penerapan teknik produksi bersih pada penanganan ikan karang. Metode analisis yang digunakan untuk pengumpulan data tersebut yaitu dengan purposive sampling, uji organoleptik, analisis deskriptif, analisis pengendalian mutu dan analisis produksi bersih. Adapun hasil penerapan produksi bersih yang diperoleh berupa hasil tangkapan kualitas baik, penggunaan es ideal dengan menerapkan perbandingan 1:1 dan penerapan kebutuhan air bersih yang ideal.

Kata kunci : Ikan Karang, Pulau Serasan, Produksi Bersih

ABSTRACT

PUTRI INDAH REZEKI. Application of Clean Production Technique in Coral Fish Handling Process at Serasan Island, Natuna Region. Supervised by MUSTARUDDIN and GONDO PUSPITO.

Serasan Island is an Indonesia’s front island which is surrounded by overflow

potential coral fish resources. This coral fish has high sales value such as groupers (Chromileptes altivelis and Plectrocopomus leopardus). About 45% of fishermen catches

all of those coral fish with coral fish trap. Clean production is a way to prevent waste, the effort is such as early prevention, reduce waste formation, and repair inappropriate treatment. Those waste may occur due to low condition of the catchment (flaw) and the carried supplies does not fit the needs. The application of clean production is to make a good handling of the catchment during fishing operations and prevent profuse costs. Objectives of this research are to identify coral fishing operations, determine good quality of fresh catchment, and determine critical points in clean production technique application on coral fish handling. The analysis method used for data collection was purposive sampling, organoleptic test, descriptive analysis, quality control analysis and clean production analysis. As for the result obtained of clean production application was such as good quality cathment, ideal ice use by applying ratio of 1: 1 and ideal clean water needs application.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI BERSIH DALAM

PENANGANAN IKAN KARANG DI PULAUSERASAN,

KABUPATEN NATUNA

PUTRI INDAH REZEKI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Penerapan Teknik Produksi Bersih dalam Penanganan Ikan Karang di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna

Nama : Putri Indah Rezeki NIM : C44120055 Disetujui oleh Dr Mustaruddin, STP Pembimbing I Dr Ir Gondo Puspito, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 ini ialah sistem perikanan tangkap, dengan judul “Penerapan Teknik Produksi Bersih dalam Penanganan Ikan Karang di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna”.

.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr Mustaruddin dan Bapak Dr Ir Gondo Puspito selaku pembimbing; 2. Masyarakat Desa Arung Ayam Kecamatan Serasan Timur Kabupaten Natuna

yang telah membantu selama pengumpulan data

3. Ayah, ibu, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya; dan 4. Raja Mohd Kris Setiawan yang telah menemani dan memberi dukungan kepada

penulis dari mulai penelitian sampai terselesainya karya ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016 Putri Indah Rezeki

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat Penelitian 3

Jenis dan Sumber Data 3

Metode Pengumpulan Data 3

Metode Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Keadaan Umum Perikanan Pulau Serasan 7

Cara Penangkapan dengan Kapal Bubu ikan karang di Pelabuhan Serasan 7 Mutu Ikan Karang Hasil Tangkapan Nelayan di Pulau Serasan 9

Peta Kendali np Ikan Karang Hasil Tangkapan 10

Faktor Penyebab Cacat Ikan Karang 12

Penerapan Produksi Bersih untuk Penanganan Produk dan Penanganan Komponen

Operasi 13

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Ciri – ciri ikan kondisi segar dan ikan kondisi cacat 5 2 Proporsi tipe cacat dengan cacat ikan karang hasil tangkapan 9 3 Perhitungan peta kendali np untuk ikan karang hasil tangkapan 11 4 Data penggunaan es pada kapal bubu ikan karang di Pelabuhan Serasan 15 5 Data penggunaan air bersih pada kapal bubu ikan karang 16

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitan 2

2 Alat tangkap bubu ikan karang laut dangkal 8

3 Alat tangkap bubu ikan karang laut dalam 8

4 Diagram pareto cacat hasil tangkapan ikan karang di Pelabuhan Serasan 10 5 Peta kendali np mutu ikan karang hasil tangkapan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai – nilai organoleptic ikan 19

2 Contoh perhitungan peta kendali np ikan karang hasil tangkapan

nelayan Pelabuhan Pulau Serasan 20

3 Contoh perhitungan kebutuhan air yang seharusnya di atas kapal 20 4 Dokumentasi penelitian 22

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Serasan merupakan salah satu pulau terpencil di wilayah Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau dan terletak di perairan laut Cina Selatan. Pulau Serasan merupakan pulau terdepan Indonesia karena bagian timur pulau ini berbatasan langsung dengan Negara Malaysia di bagian timur. Pada Umumnya Penduduk Pulau Serasan berprofesi sebagai nelayan one day fishing dan penyelam. Perairan yang mengelilingi Pulau Serasan memiliki potensi sumber daya ikan karang dengan harga yang tinggi diantaranya adalah kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dan kerapu sunuk (Plectrocopomus leopardus). Hampir sekitar 45% nelayan menangkap semua ikan karang tersebut dengan bubu ikan karang (DKP Natuna 2015).

Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan Pulau Serasan terutama adalah pada penanganan hasil tangkapan, baik dalam pengawetan, pembungkusan, pengangkutan, penyimpanan dan pendistribusian yang menyebabkan mutu ikan karang hasil tangkapan menjadi menurun. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan nelayan terhadap penanganan hasil tangkapan dan kurang tersedianya fasilitas pendukung, seperti pembangkit listrik yang hanya bekerja pada malam hari. Nelayan sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan es.

Cara penanganan dan pengolahan hasil tangkapan ikan karang nelayan Pulau Serasan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan. Pratama (2015) menjelaskan kualitas mempengaruhi sistem harga. Semakin baik kualitas ikan, maka harganya juga akan semakin tinggi. Oleh karena itu, suatu metode perancangan berupa teknik produksi bersih diperlukan untuk menjaga kualitas ikan karang.

Produksi bersih, menurut Afmar (1998), adalah usaha untuk mencegah terbentuknya limbah. Usaha tersebut berupa pencegahan awal (source reduction), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah melalui daur ulang (recycle). Usaha pencegahan awal tersebut diterapkan mulai dari persiapan permbekalan, melakukan trip ke daerah penangkapan ikan, setting dan hauling alat tangkap, penyimpanan hasil tangkapan dan pembongkaran hasil tangkapan. Upaya dalam pencegahan ini untuk mendapatkan hasil tangkapan dalam kondisi baik / segar agar tidak terjadinya limbah saat didaratkan dan didistribusikan serta untuk mengurangi terjadinya pemborosan biaya. Penyebab adanya limbah karena hasil tangkapan dalam kondisi tidak baik (cacat), selain itu limbah juga disebabkan karena es, air bersih dan pembekalan lainnya yang dibawa saat melakukan operasi penangkapan ikan karang.

Hal ini menjadi alasan dilaksanakannya penelitian mengenai penanganan ikan karang di Pulau Serasan dengan teknik produksi bersih. Melalui penelitian ini, nelayan diharapkan dapat melakukan penanganan hasil tangkapan yang lebih efisien, tidak terjadinya pemborosan biaya dengan pemanfaatan kebutuhan yang ideal, meningkatkan kualitas hasil tangkapan yang lebih baik dan memanfaatkan sisa hasil tangkapan yang tidak digunakan untuk mendukung usaha perikanan ikan karang yang lebih menguntungkan.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi kegiatan penangkapan ikan karang di Pulau Serasan; 2. Menentukan mutu ikan karang hasil tangkapan nelayan Pulau Serasan; dan

3. Menentukan hal – hal kritis dalam penerapan teknik produksi bersih dalam penanganan ikan karang.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah:

1. Membantu nelayan ikan karang untuk melakukan penanganan hasil tangkapan yang lebih efisien, efektif, aman dan ramah lingkungan;

2. Mempermudah pemerintah daerah setempat dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan teknik penanganan ikan; dan

3. Sumber informasi untuk penelitian berikutnya di bidang perikanan terutama yang terkait dengan penangkapan ikan karang.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2015 di Pulau Serasan, Kecamatan Serasan Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

(13)

3

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang diteliti berupa hasil tangkapan dari unit penangkapan ikan karang yang beroperasi di Pulau Serasan. Adapun alat yang digunakan berupa kuesioner, komputer, alat tulis, dan kamera.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Sementara data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada guna mendukung penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun data primer yang dibahas dalam penelitian ini yaitu metode penangkapan dan penanganan hasil tangkapan, data mutu hasil tangkapan, faktor penyebab cacat hasil tangkapan dan penerapan teknik produksi bersih (penggunaan produk, data penggunaan es dan data penggunaan air bersih). Data lainnya yang dibahas yaitu data sekunder berupa lokasi penelitian, kondisi pelabuhan, jumlah penduduk, profesi penduduk, data jumlah nelayan, jumlah alat tangkap, jenis hasil tangkapan dan jenis hasil tangkapan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data terdiri dari dua jenis yaitu metode pengumpulan data primer dan metode pegumpulan data sekunder. Berikut dijelaskan metode pengumpulan data primer yaitu sebagai berikut :

1. Metode penangkapan dan penanganan hasil tangkapan

Pengambilan data dalam metode ini yaitu dengan mengikut semua tahap pelaksanaan operasi penangkapan ikan karang mulai dari persiapan pembekalan, mengikuti trip menuju daerah penangkapan ikan, setting, hauling, penyimpanaan, pembongkaran, dan distribusi hasil tangkapan. Selama tahap tersebut dilakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara kepada nelayan dan pengamatan langsung.

2. Data mutu hasil tangkapan

Data mutu hasil tangkapan bertujuan untuk mengetahui apakah hasil tangkapan dalam kondisi baik atau tidak (cacat). Teknik yang digunakan yaitu melakukan pengambilan sampel secara acak dengan metode acak purposive sampling. Metode ini ialah metode pengambilan sampel dengan tujuan (kriteria) tertentu. Penggunaan purposive sampling diharapkan data yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Walpole 1997).

3. Dalam pengambilan data hanya dilakukan pada kapal bubu ikan karang sebanyak 4 kapal yaitu kapal toni (kapal 1), kapal hedi (kapal 2), kapal khaidir (kapal 3) dan kapal katiman (kapal 4). setiap kapalnya akan di teliti 2 wadah fiber sehingga berjumlah 8 wadah fiber yang berisi ikan untuk dilakukan uji organoleptik. Pengujian ini merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk (BSN 2014). Adapun kriteria pengujian yang dilakukan yaitu dengan melihat kondisi insang, mata, kulit, daging dan lendir pada hasil tangkapan. Banyaknya sampel yang dingunakan dalam pengujian ini yaitu 20 sampel dari setiap wadah fiber yang telah di acak dengan purposive sampling.

(14)

4

4. Faktor penyebab cacat hasil tangkapan

Teknik wawancara dan pengamatan langsung merupakan metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini. Pengamatan langsung dilakukan pada kapal bubu ikan karang dengan mengikuti semua rangkaian operasi penangkapan ikan karang. Serta melakukan wawancara kepada nelayan, pengusaha perikanan dan pelaku perikanan lainnya.

5. Penerapan teknik produksi bersih (penggunaan produk, data penggunaan es dan data penggunaan air bersih)

Dalam teknik ini dilakukan teknik pengisian kuisioner, wawancara dan pengamatan lansung terhadap 4 kapal bubu ikan karang yaitu kapal toni, kapal hedi, kapal khaidir dan kapal katiman. Pengisian kuisioner yang dilakukan yaitu untuk mengetahui jenis dan jumlah hasil tangkapan, limbah, lamanya trip, pembekalan, jumlah es, jumlah air bersih dan lainnya yang berupa data finansial dan teknis. Teknik wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan yaitu untuk mengetahui bagaimana penanganan yang dilakukan selama operasi penangkapan ikan karang sehingga penanganan yang tidak sesuai dapat diberikan solusi terbaik melalui teknik produksi bersih.

Metode pengumpulan data sekunder yang dilakukan yaitu dengan wawancara dan pengumpulan dokumen, hasil studi dan laporan kegiatan perikanan yang tersedia kepada pihak pemerintah daerah Pulau Serasan yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan serta Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Serasan. Selain itu pengumpulan data juga diperoleh dari media sosial (internet), jurnal, buku, dan sumber informasi lainnya terkait penangkapan ikan karang.

Metode Analisis Data Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis kegiatan perikanan ikan karang di Pulau Serasan. Analisis Deskriptif merupakan analisis suatu kasus atau kejadian dengan membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian tersebut. Menurut Nazir (1988), analisis deskriptif dapat juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu kasus yang diteliti. Dalam penelitian ini analisis deskriptif diterapkan untuk mengetahui bagaimana kondisi perikanan tangkap, kondisi hasil tangkapan, penyebab kerusakan fisik hasil tangkapan dan pola penggunaan teknis operasi hasil tangkapan meliputi pola penggunaan produk, es dan air bersih.

Analisis Uji Organoleptik

Salah satu penerapan teknik produksi bersih yaitu mengupayakan tidak terjadinya limbah dengan tidak terdapatnya hasil tangkapan yang didaratkan dalam kondisi cacat. Untuk mengetahui kriteria hasil tangkapan kondisi segar dan kondisi cacat menggunakan uji organoleptik (lampiran 1). Adapun ciri-ciri mutu kondisi ikan berdasarkan uji organoleptic akan disajikan pada tabel 1.

(15)

5

Tabel 1 dijelaskan ciri-ciri ikan kondisi segar dan ikan kondisi cacat menurut SNI 01-2729.1-2014 adalah sebagai berikut :

No. Parameter Ikan Segar Ikan Kondisi Cacat

1 Mata

Pupil hitam menonjol dengan kornea jernih, bola mata cembung dan cemerlang

Pupil mata kelabu tertutup lendir seperti putih susu, bola mata cekung dan keruh

2 Insang

Warna merah tua, tak berlendir, tidak tercium bau yang menyimpang (off odor)

Warna merah cokelat sampai keabu-abuan, bau menyengat, lendir tebal

3 Tekstur daging

Elastis dan jika ditekan tidak ada bekas jari, serata padat atau kompak

Daging kehilangan elestisitas nya atau lunak dan jika ditekan dengan jari maka bekas tekanannya lama hilang

4

Keadaan kulit dan lendir

Warnanya sesuai dengan aslinya dan cemerlang, lendir dipermukaan jernih dan transparan dan baunya segar khas menurut jenisnya

Warnanya sudah pudar dan memucat, lendir tebal dan menggumpal serta lengket, warnanya berubah seperti putih susu

5 Bau

Spesifik menurut jenisnya, bau rumput laut, pupil mata kelabu tertutup lendir seperti putih susu, bola mata cekung dan keruh

Bau menusuk seperti asam asetat dan lama kelamaan berubaha menjadi bau busuk yang menusuk hidung

Tabel 1 di atas dapat ditentukan jumlah hasil tangkapan dalam kondisi cacat yang diperoleh dari 160 sampel hasil tangkapan. dengan mengetahui jumlah cacat tersebut dapat ditentukan tipe cacat dominan dan mengetahui apakah kondisi cacat yang diperoleh masih dalam pengendalian atau tidak serta menentukan faktor penyebab cacat pada hasil tangkapan tersebut.

Analisis peta kendali mutu

Pengujian mutu produk dilakukan untuk memantau bagian dari produk yang ditolak atau proporsi produk yang cacat (fraction defective), yaitu rasio antara produk yang cacat terhadap jumlah dari populasi. Peta kendali yang digunakan untuk memantau proporsi ketidaksesuaian yang dihasilkan dari suatu proses adalah bagan p. Fungsi bagan p untuk pengukuran dalam bentuk proporsi. Bagan p digunakan jika ukuran subgrup tidak sama. Jika pengamatan berdasarkan ketidaksesuaian atau jumlah bagan ditolak, maka bagan np digunakan. Kegunaan bagan np adalah untuk mengetahui jumlah ikan karang hasil tangkapan nelayan Pulau Serasan yang bermutu baik atau tidak.

Langkah-langkah dalam menyusun bagan kendali ketidaksesuaian (Ishikawa 1989 diacu dalam Wiratama 2011) adalah sebagai berikut:

1. Memilih karakteristik mutu;

2. Mengumpulkan data. Sampel diambil berdasarkan ukuran subgrup (n) yang sebaiknya lebih dari 50;

3. Menghitung persen ketidaksesuaian (p) dari setiap subgrup (pi) dan memasukkan ke dalam lembar data.

(16)

6

𝑝 = Jumlah ketidaksesuain npi

Jumlah unit dalam subgrup n × 100%

4. Menentukan garis tengah (central line, CL), batas kendali atas (upper control limit, UCL) dan batas kendali bawah (lower control limit, LCL) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐶𝐿 = 𝑛𝑝 =Jumlah sampel cacat

Jumlah observasi UCL np3 np(1 p) ; LCDnp3 np(1 p); Keterangan:

p = Rata-rata persen ketidaksesuaian dalam sampel; np = Garis tengah; dan

5. Membuat bagan np dengan memasukkan data observasi.

Analisis produksi bersih

Penerapan teknik produksi bersih yang dianalisis adalah cara penanganan produk, penggunaan es dan penggunaan air bersih. Setiap bagian tersebut akan dibandingkan dengan penanganan yang dilakukan pada penelitian dan penanganan yang seharusnya dilakukan.

Pola penanganan produk

Analisis hasil tangkapan ikan karang nelayan Pulau Serasan digunakan untuk mengetahui apakah penanganan produk telah dilakukan seoptimal dan sesuai prosedur, baik penanganan di atas kapal maupun di pelabuhan, dengan pengoperasian alat tangkap bubu ikan karang. Selain itu, analisis hasil tangkapan ikan karang juga dilengkapi dengan tinjauan pustaka yang mendukung agar hasil yang didapatkan lebih efisien.

Pola penggunaan es

Analisis penggunaan es sebagai media pendingin untuk menyimpan ikan karang hasil tangkapan nelayan agar ikan tetap segar. Analisis ini untuk mengetahui apakan penggunaan es telah sesuai dan apakah es yang digunakan masih tersisa atau kurang. Selain itu, analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana teknis penanganan seharusnya dengan referensi yang mendukung mulai dari penanganan es di atas kapal hingga pendistribusian hasil tangkapan ikan karang nelayan di Pulau Serasan.

Pola penggunaan air bersih

Analisis penggunaan air bersih digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan air bersih dalam kegiatan penangkapan ideal atau sisa. Selain itu, dalam analisis ini juga ditentukan cara penggunaan air bersih yang seharusnya dan cara pemanfaatan sisa air bersih. Cara perhitungan sisa air bersih menggunakan rumus berikut:

(17)

7 Menurut Mulyadi (2007) untuk mengetahui jumlah penggunaan kebutuhan air yang seharusnya dikapal dengan menggunakan rumus berikut yaitu :

JA=T ×N ×(A+α);(l)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Perikanan Pulau Serasan

Pulau Serasan merupakan salah satu pulau yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau dan terletak di perairan laut Cina Selatan. Pulau ini terletak pada koordinat 2°31'13"N - 109°2'51"E dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Subi;

Sebelah selatan : Provinsi Kalimantan Barat;

Sebelah barat : Laut Natuna dan Perairan Kecamatan Midai; dan Sebelah timur : Perairan Malaysia Timur.

Berdasarkan data Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Natuna (2015), penduduk Pulau Serasan yang berprofesi sebagai nelayan tetap berjumlah 802 orang. Para nelayan mengoperasikan 319 kapal motor berukuran 5 GT dan 340 kapal tanpa motor. Jenis alat tangkap yang dioperasikan umumnya adalah bubu ikan karang dengan persentase sebesar 45%, sedangkan alat tangkap lainnya berupa pancing ulur, rawai, bagan apung, bagan tancap, bubu ketam (bubu lipat), pukat pantai dan kelong. Jenis hasil tangkapannya diantaranya adalah kerapu, kurisi, pari, selar, belanak, teri, ekor kuning, pasir, tenggiri, bambangan, manyung, tamban, sunuk, beludu, sumong belang, asuk, merah, kecapar dan deloh. Dari seluruh jenis hasil tangkapan tersebut, sunuk dan kerapu memiliki harga jual yang paling tinggi, baik lokal, nasional maupun internasional (DKP Natuna 2015).

Metode Penangkapan dengan Kapal Bubu Ikan Karang di Pelabuhan Serasan

Bubu ikan karang adalah salah satu jenis alat tangkap di perairan pulau serasan untuk menangkap jenis-jenis ikan karang. Berdasarkan wawancara nelayan, jenis alat tangkap ini tebagi menjadi dua yaitu bubu ikan karang laut dangkal yang dioperasikan di perairan dangkal pada kedalaman 20 – 30 meter. Alat tangkap kedua dengan sebutan oleh masyarakat lokal dengan nama bubu ikan karang laut dalam yang dioperasikan pada kedalaman 40 – 60 meter. Adapun perbedaan lainnya disajikan pada cara penangkapannya.

1. Bubu ikan karang laut dangkal

Bubu ikan karang laut dangkal berbentuk persegi panjang dengan kerangka kayu. Seluruh dindingnya diselimuti oleh jaring. Pintu masuk berupa lubang berbentuk

Keterangan :

JA : Jumlah air

N : Banyak awak kapal (orang)

α : Persentase air tawar cadangan di kapal (0.5) T : Lama hari trip penangkapan (hari)

(18)

8

lingkaran berada di bagian depan alat tangkap, sedangkan pintu keluar sebagai tempat untuk mengeluarkan hasil tangkapan diposisikan di sebelah kiri bubu (Gambar 2).

Cara pengoperasi bubu dilakukan oleh nelayan dengan cara meletakkan bubu secara langsung di permukaan dasar perairan. Bubu di diamkan 1- 2 hari sebelum dilakukan pengangkatan.

Gambar 2 Alat tangkap bubu ikan karang laut dangkal 2. Bubu ikan karang laut dalam

Bubu ikan karang laut dalam berbentuk hati dengan kerangka besi. Seluruh dindingnya diselimuti oleh kawat. Pintu masuk berupa lubang cembung ke dalam berbentuk lingkaran berada di bagian depan alat tangkap, sedangkan pintu keluar sebagai tempat untuk mengeluarkan hasil tangkapan diposisikan di sebelah kiri bubu (Gambar 3).

Cara pengoperasi bubu dilakukan oleh nelayan dengan cara meletakkan bubu secara langsung di permukaan dasar perairan. Bubu didiamkan 2-4 hari sebelum dilakukan pengangkatan.

Gambar 3 Alat tangkap bubu ikan karang laut dalam

Metode Penanganan Hasil Tangkapan di Pulau Serasan

Berdasarkan pengamatan lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap metode penanganan hasil tangkapan ikan karang terbagi dalam dua bentuk yaitu penanganan di atas kapal dan penanganan di pelabuhan.

1. Penanganan di atas kapal

Ikan karang hasil tangkapan nelayan Pulau Serasan dikeluarkan dengan hati-hati yang kemudian dimasukkan kedalam wadah fiber berisi es batu. Hasil tangkapan yang di peroleh tersebut dimasukkan kedalam wadah fiber tanpa pemisahan hasil tangkapan berdasarkan ukuran dan jenis. Penataan ikan dalam wadah fiber yaitu setiap lapisan ikan diberi es kantong yang telah dihancurkan terlebih dahulu, setelah semuanya tertutupi es,

(19)

9 wadah fiber di tutup dan dibiarkan hingga sampai di pelabuhan, tanpa penambahan es lagi. Namun terdapat perlakuan penanganan berbeda untuk ikan kerapu dan ikan sunuk yaitu untuk alat tangkap bubu ikan karang laut dalam ikan kerapu dan sunuk setelah hauling di kapal dimasukkan ke dalam wadah fiber yang bercampur kedalam ikan lainnya, sedangkan alat tangkap bubu ikan karang laut dangkal hasil tangkapan dimasukkan kedalam palka yang berisi air sehingga ikan sunuk dan kerapu tetap dalam keadaan hidup. 2. Penanganan di pelabuhan

Kapal bubu ikan karang setelah didaratkan di Pelabuhan Serasan, hasil tangkapan ikan karang nelayan di bongkar dari wadah fiber untuk melakukan sortir dan penimbangan. Sortir dilakukan berdasarkan jenis dan ukuran.kemudian hasil tangkapan di bungkus kedalam plastik 1 kg yang berisi ikan dengan ukuran dan jenis yang sama. Setelah selesai pembungkusan, hasil tangkapan di timbang dan dimasukkan kembali kedalam wadah fiber yang diberi es dan ditutup rapi kembali. Untuk bubu laut dalam penanganan hasil tangkapan jenis kerapu dan sunuk sama hal nya dengan hasil tangkapan yang lain tetapi ikan karang hasil tangkapan bubu ikan karang laut dangkal jenis kerapu dan sunuk dimasukkan kedalam waring yang berada didekat pelabuhan.

Mutu Ikan Karang yang Ditangkap Nelayan di Pulau Serasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Pelabuhan Serasan, beberapa sampel ikan karang yang diteliti dalam kondisi cacat. Ini terlihat dari kulitnya yang tergores, daging kurang kenyal, warna daging pucat, mata pudar dan lendir keruh. Hasil perbandingan antara kondisi cacat dan jumlah cacat pada ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Serasan diuraikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Proporsi tipe cacat dengan cacat ikan karang hasil tangkapan

No. Tipe cacat Jumlah cacat (ekor) Persentase cacat (%)

1 Kulit tergores 2 7,69

2 Daging kurang kenyal 7 26,92

3 Warna daging pucat 9 34,61

4 Mata pudar 5 19,23

5 Lendir keruh 3 11,53

Total 26

Sumber: Diolah dari hasil penelitian (2015)

Berdasarkan pada Tabel 2, mutu hasil tangkapan ikan karang hasil tangkapan mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh adanya cacat pada tubuh ikan. Penurunan mutu tersebut disebabkan oleh tiga macam kegiatan, yaitu autolysis, kimiawi dan bacterial (Ilyas, 1983). Cacat yang ada pada ikan karang dapat terjadi secara alami ataupun diakibatkan oleh penanganan selama kegiatan penangkapan maupun setelahnya. Perubahan kualitas berupa cacat fisik, seperti kulit tergores, baru terlihat setelah ikan mati. Komposisi ikan cacat dalam bentuk diagram pareto disajikan pada Gambar 4.

(20)

10

Gambar 4 Jumlah ikan karang yang ditangkap nelayan Pulau Serasan berdasarkan kriteria cacat.

Berdasarkan Gambar 4, tipe cacat yang mendominasi hasil tangkapan adalah warna daging pucat dengan jumlah kasus sebesar 9 kasus, kemudian diikuti daging kurang kenyal 7 kasus dan mata pudar 5 kasus. Ketiga kriteria cacat ini mencapai 80.76% keseluruhan cacat yang diamati. Adanya cacat tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya nelayan, sarana dan material.

Peta Kendali np Hasil Tangkapan Ikan Karang

Ikan karang yang menjadi hasil tangkapan nelayan di Pulau Serasan harus memiliki mutu yang bagus agar nilai jualnya tetap tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penanganan mutu dalam kegiatan produksi. Namun masih terdapat ikan kondisi cacat setelah didaratkan.

Dalam kegiatan produksi penangkapan perlu diketahui apakah kegiatan produksi usaha perikanan dalam penangkapan ikan karang hasil tangkapan masih dalam proses pengendalian atau tidak oleh pelaku kegiatan produksi. Untuk mengetahui proses pengendalian tersebut, maka metode analisis peta kendali np harus digunakan. Metode ini membutuhkan pengamatan langsung dengan mencarian ikan karang hasil tangkapan yang cacat. Tabel 3 menjelaskan hasil perhitungan peta kendali np untuk ikan karang hasil tangkapan. 9 7 5 3 2 34.61 61.53 80.76 92.29 100 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Warna daging pucat Daging kurang kenyal

Mata pudar Lender keruh Kulit tergores

A k u m u la si cacat (% ) Ju m lah ca ca t ( ek o r) Tipe cacat Jumlah Cacat (ekor) akumulasi (%)

(21)

11 Tabel 3 Perhitungan peta kendali np untuk ikan karang hasil tangkapan

No.

No. proses Jumlah sampel Jumlah cacat

(ekor) Proporsi 1 1a 20 5 0,25 2 1b 20 4 0,20 3 2a 20 3 0,15 4 2b 20 3 0,15 5 3a 20 3 0,15 6 3b 20 4 0,20 7 4a 20 2 0,10 8 4b 20 2 0,10 Total 160 26 1,25 0,16

Sumber: Hasil analisis data 2015

Data pada Tabel 3 menjelaskan bahwa sampel yang diamati dalam analisis sebanyak 20 ekor ikan karang hasil tangkapan pada setiap proses dimana kegiatan ini terdapat 8 proses. Jumlah proses tersebut ditentukan dengan menggunakan asumsi volume wadah wadah fiber pada setiap kapal adalah sama. Untuk setiap kapal di ambil sampel 2 wadah fiber yang di beri keterangan a dan b dimana keterangan a dan b adalah wadah fiber a dan wadah fiber b sedangkan keterangan 1,2 hingga 4 adalah keterangan kapal. Kapal 1 adalah kapal tomi, kapal 2 adalah kapal Hedi, kapal 3 adalah kapal khaidir dan kapal 4 adalah kapal katiman. perhitungan nilai pada bagan kendali np tertera pada lampiran 2. Batas pengendalian cacat dari hasil tangkapan ikan karang di Pelabuhan Serasan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta kendali np mutu ikan karang hasil tangkapan

Berdasarkan data pada Gambar 5 garis tengah atau UCL bernilai 3.25 kemudian batas atas pada peta kendali np bernilai 8,20 dan batas bawah peta kendali np bernilai 0. Nilai jumlah cacat pada setiap proses dalam peta kendali np tidak boleh melewati nilai batas atas dan nilai batas bawah agar dapat dikategorikan terkendali.

5 4 3 3 3 4 2 2 3.25 8.20 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 4 6 8 10 J um la h ik a n ca ca t (ek o r) No. proses

Bagan Kendali np

Jumlah Cacat CL UCL LCL

(22)

12

Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa pengamatan terhadap jumlah cacat di setiap proses pada peta kendali np tidak terdapat nilai jumlah cacat yang melebihi dari batas atas dan batas bawah peta kendali np. Hal ini menandakan kegiatan produksi perikanan ikan karang hasil tangkapan masih berada dalam proses pengendalian oleh pelaku produksi kegiatan perikanan ikan karang hasil tangkapan dengan kapal bubu ikan karang. Hal ini didukung oleh air yang dicuci pada hasil tangkapan dalam kondisi bersih serta kegiatan perikanan yang dilakukan one day fishing sehingga hasil tangkapan cepat didaratkan.

Faktor Penyebab Cacat Ikan Karang

Hasil tangkapan alat tangkap bubu yang dioperasikan berupa ikan karang seperti ikan kerapu, ikan sunuk, ikan ekor kuning, ikan pasir dan ikan beludu yang didaratkan di Pulau Serasan. Walaupun rata-rata ikan yang didaratkan dalam kondisi baik namun masih terdapat beberapa ikan yang mengalami cacat. Cacat tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan langsung dengan mutu kualitas ikan tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut dilakukan analisis sebab akibat terhadap cacat yang terdapat dalam ikan karang. Faktor-faktor tersebut antara lain nelayan, metode penanganan, sarana, dan material.

Nelayan

Nelayan bubu ikan karang yang melakukan penangkapan ikan karang memiliki peranan penting dalam menentukan mutu dari hasil tangkapan yang didaratkan. Nelayan mempunyai peranan penting karena nelayan tersebut menangani ikan sejak ditangkap hingga didaratkan di pelabuhan. Nelayan pada kapal bubu ikan karang berjumlah 1-3 orang. Pada umumnya nelayan pada kapal bubu ikan karang menempuh pendidikan hingga jenjang SD-SMP. Walaupun rata-rata nelayan hanya sampai jenjang SD-SMP, kemampuan dalam mengoperasikan dan menagani tangkapan didapatkan dari pengalaman mereka selama bertahun-tahun. Selain itu, teknik kerja nelayan di kapal bubu ikan karang berpengaruh dalam efektifitas kegiatan produksi penangkapan ikan karang serta berpengaruh dalam penanganan hasil tangkapan yang menentukan mutu hasil tangkapan ikan karang.

Teknik Penanganan

Penangganan ikan yang tidak baik dapat menjadi penyebab cacat pada ikan hasil tangkapan. Diawali dengan cara mematikan ikan, apabila cara mematikan ikan tersebut tidak dapat membuat ikan mati dengan cepat, maka ikan akan mengalami kondisi stres yang akan menyebabkan penurunan kualitas mutu ikan dengan cepat. Selain itu, apabila ikan tidak mati dengan cepat, ikan akan meronta-ronta yang meyebabkan fisik ikan rusak, seperti kulit yang tergores ataupun sirip yang patah. Dalam penyiangan dan penghentian darah yang dilakukan oleh nelayan secara tidak benar juga dapat menyebabkan penurun kualitas ikan, karena darah yang masih menggenang dalam tubuh ikan akan menyebabkan pembusukan dalam tubuh ikan sehingga dapat menyebabkan cacat seperti warna daging pucat, bau tidak segar, dan daging kurang kenyal.

Setelah penangkapan ikan, perlunya penyusunan ikan di dalam wadah fiber dengan baik karena penyusunan yang tidak benar menyebabkan kerusakan fisik ikan sehingga timbulnya cacat pada tubuh ikan, selain itu perlunya pendinginan yang merata untuk

(23)

13 menjaga kondisi ikan tetap segar. Dalam kegiatan pembongkaran ikan dipelabuhan perlunya penanganan khusus dimana ikan tidak boleh terpapar sinar matahari secara langsung karena dapat membuat ikan mengalami pembusukan dan kerusukan pada fisik ikan.

Sarana

Sarana penyimpanan ikan karang hasil tangkapan dalam kegiatan produksi ini salah satunya adalah wadah fiber dan palka. Tempat penyimpanan memiliki peranan penting karena selama dalam perjalanan dan menunggu waktu ikan akan didistribusikan, ikan didiamkan di wadah fiber dan palka. Hasil tangkapan yang peroleh harus menyesuaikan volume wadah fiber dan palka agar hasil tangkapan tersusun dengan baik. Selain itu, kondisi higienitas tempat penyimpanan dapat mempengaruhi mutu hasil tangkapan, karena apabila wadah fiber dan palka kotor maka proses penurunan mutu ikan dapat terjadi seperti perubahan tekstur dan perubahan bau ikan. Kondisi utama yang harus diperhatikan dalam penyimpanan ikan yaitu pendingin dimana es yang dimasukkan kedalam wadah fiber harus sesuai dan merata serta suhu didalam wadah fiber harus tetap stabil agar ikan tetap terjaga kualitasnya karena kondisi suhu dingin dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Setelah ikan tiba di pelabuhan ikan, langsung dipindahkan untuk didistribusi. Namun apabila proses distribusi harus menunggu waktu beberapa hari, maka wadah yang digunakan (wadah fiber) dibersihkan agar tetap higeinis dan ikannya diberikan es. Begitupun hasil tangkapan dibersihkan dan disusun dengan rapi kembali kedalam wadah fiber.

Material

Penanganan ikan karang dalam kegiatan produksi salah satunya yaitu air laut. Air laut dingunakan untuk mencuci ikan yang telah diangkat ke atas kapal. Selain itu, es batu yang dingunakan untuk mendinginkan ikan juga air bersih yang telah dibekukan. Material lain yang digunakan dalam penanganan ikan di atas kapal yaitu plastik untuk membungkus ikan. Plastik pembungkus diperlukan untuk menjaga kualitas permukaan luar ikan hasil tangkapan. Jumlah dari plastik harus agar mutu dari setiap ikan hasil tangkapan tetap terjaga dan tidak terjadi perubahan mutu yang signifikan disamping itu jenis ikan karang yang berbeda dibungkus pada plastik yang berbeda pula.

Penerapan Produksi Bersih untuk Penanganan Produk dan Penanganan Komponen Operasi

Penanganan Produk

Hasil tangkapan kapal bubu ikan karang di pelabuhan Serasan berdasarkan sampel yang di amati menunjukkan hasil tangkapan ikan karang berada dalam kondisi yang baik secara keseluruhan. Hasil tangkapan yang diperoleh di ekspor keluar negeri seperti ikan kerapu dan sunuk sedangkan ikan karang lainnya di jual area lokal. Namun, masih terdapat ikan hasil tangkapan dalam kondisi cacat yang akan didistribusikan. Hasil tangkapan yang dalam kondisi cacat tersebut yang dapat menurunkan minat konsumen untuk membeli hasil tangkapan. Proses yang dapat dilakukan agar ikan yang tidak laku dipasar dapat dijual kembali yaitu dengan mengolah ikan menjadi produk lain seperti ikan asin, bakso, nugget, kerupuk ikan, makanan ringan dan ikan asap.

(24)

14

Salah satu usaha dalam prinsip produksi bersih yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan adalah dengan melakukan pencegahan awal yaitu berupa perbaikan input. Perbaikan input dapat dilakukan dengan cara menangani hasil tangkapan ataupun material (plastik) dan sarana (wadah fiber, es) secara baik (Suprihatin dan Romli, 2009). Penanganan hasil tangkapan ikan karang yang baik selama operasi penangkapan sangat berpengaruh dalam menjaga kualitas hasil tangkapan. Secara umum penanganan hasil tangkapan tersebut terbagi dua yaitu penanganan ikan segar hidup dan penanganan ikan mati.

Dengan mengacu kepada prinsip produksi bersih, langkah-langkah kritis penanganan yang perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan ikan karang adalah sebagai berikut :

1. Mengangkat ikan dari air

Hasil tangkapan yang diperoleh diangkat ke atas kapal dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan fisik pada ikan dan tidak terjadinya resiko kecelakaan terhadap nelayan yang melakukan hauling.

2. Melepas ikan dari alat tangkap (bubu ikan karang)

Berhati-hati ketika melepaskan ikan dari alat tangkap karena alat tangkap yang terbuat dari bahan keras (kawat dan jaring) dapat membuat kerusakan fisik ikan. setelah dikeluarkan, jangan membiarkan ikan meronta-ronta dan segera dimatikan. namun untuk ikan segar hidup langsung dimasukkan ke wadah yang tersedia air bersih. 3. Membersihkan ikan

Hasil tangkapan dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih yang dibawa, namun apabila air bersih tidak mencukupi dapat dibersihkan dengan air laut dalam kondisi bersih.

4. Sortir/seleksi hasil tangkapan dan pembungkusan

Sortir yang dilakukan berdasarkan jenis hasil tangkapan, ukuran dan mutu ikan untuk pemberian pembungkusan ikan berupa plastik. plastik tersebut untuk satu jenis ikan dan mencukupi.

5. Menempatkan ikan dalam wadah

Bahan utamanya yaitu es dan hasil tangkapan, dimana jumlah es harus mencukupi jumlah hasil tangkapan dan penyusunan es terhadap ikan dilakukan dengan baik yaitu es dimasukkan terlebih dahulu di dalam wadah fiber kemudian ikan dan seterusnya. 6. Menyimpan didalam palkah berisolasi dengan es

Teknik ini sangat baik dilakukan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan terutama kapal yang melakukan trip berhari-hari.

7. Merawat ikan selama penyimpanan sampai pendaratan di pelabuhan

Selama penyimpanan hasil tangkapan pastikan ikan tidak terkontaminasi dengan bahan dan alat lainnya yang dapat merusak kualitas ikan.

8. Membersihkan bekas / sisa penanganan

Hal ini perlu dilakukan supaya tidak terjadi peluang kontaminasi dengan hasil tangkapan yang diperoleh dan resiko kepada nelayan.

Hasil tangkapan harus segera dibongkar setelah sampai di Pelabuhan bertujuan untuk tetap mempertahankan kualitas hasil tangkapan. Febrina (2012) menyatakan, hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pembongkaran hasil tangkapan ikan karang agar mutu tetap baik serta tidak menimbulkan efek pencemaran dan pemborosan adalah sebagai berikut :

(25)

15 1. Ikan dibongkar dengan hati-hati;

2. Saat menimbang, es dipisahkan dari ikan kemudian setelah menimbang, ikan kembali diberi es;

3. Wadah yang digunakan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan kondisinya harus bersih; dan

4. Ikan harus terhindar dari pancaran sinar matahari secara langsung.

Penggunaan Es

Es dingunakan sebagai media pendingin untuk menyimpan ikan karang hasil tangkapan agar ikan tetap segar. Penggunaan es pada kapal bubu ikan karang di Pelabuhan Serasan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Data penggunaan es pada kapal bubu ikan karang di Pelabuhan Serasan

No. Nama kapal Hasil tangkapan (Kg) Es yang dibawa (kantong*) Es yang riil digunakan (kantong*) Es yang seharusnya (kantong*) Sisa es (kantong*) 1 Kapal 1 72 50 50 72 TAS 2 Kapal 2 54 50 50 54 TAS 3 Kapal 3 61 50 50 61 TAS 4 Kapal 4 45 50 50 45 5

Keterangan : *1 kantong berisi 1 kg

Seperti yang terlihat pada Tabel 4 terdapat jumlah es yang kurang mencukupi dan jumlah es yang melebihi kapasitas. Supaya penggunaan es efektif atau tidak terjadi pemborosan maka diperlukan perbandingan es dengan ikan harus tepat yaitu 1 : 1. Hal ini relavan dengan pernyataan Susanto et al. (2011) perbandingan es dalam penanganan ikan yang terbaik yaitu 1 : 1. Perbandingan menunjukkan untuk mengawetkan 1 kg ikan karang hasil tangkapan dingunakan 1 kg es. Perbandingan tersebut penting agar kualitas hasil tangkapan tetap terjaga dengan baik, tidak terjadinya limbah dan tidak menimbulkan pemborosan biaya.

Disamping perbandingan, yang diperhatikan juga ukuran es yang dingunakan. ukuran tersebut tidak boleh terlalu besar dan terlalu kecil. Apabila butiran es tersebut terlalu besar dan runcing dapat menyebabkan kulit ikan tergores, sedangkan apabila butiran es terlalu kecil akan menyebabkan es cepat mencair dan menahan aliran air kebawah sehingga terdapat genangan yang dapat menyebabkan pembusukan pada ikan dan akan menyebabkan adanya limbah. Menurut Junianto (2013), ukuran butir pecahan es tersebut sekitar 1-2 cm3. ukuran tersebut dapat diterapkan dalam mengatasi pencegahan terjadinya limbah tersebut.

Penggunaan es yang ideal (seharusnya) dilakukan seperti yang tersaji pada Tabel 4 tidak diterapkan karena masih terdapat es yang kurang mencukupi (kapal 1, 2 dan 3) dan es yang melebihi kapasitas (kapal 4). Dalam produksi bersih tersebut termasuk kritis sehingga perlu diminimilisir karena dapat menurunkan kinerja operasi penangkapan ikan karang, bagian berikut akan dijelaskan terkait hal tersebut :

1. Koordinasi yang baik untuk menghindari kekurangan es

Hasil Tabel 4 menunjukkan bahwa 75 % kapal yang beroperasi mengalami kekurangan jumlah es apabila dibandingkan dengan lainnya. Hal ini kurang baik

(26)

16

dilakukan karena akan menimbulkan dampak buruk seperti limbah dan pemborosan. oleh karena itu, perlunya pencegahan awal berupa jumlah kapasitas es yang mencukupi. kurangnya kapasitas es tersebut dikarenakan Pulau Serasan terletak jauh dari pusat kota mengalami kendala listrik di siang hari sehingga untuk memproduksi es hanya pada malam hari dengan alat yang sederhana yaitu kulkas dengan ukuran 1- 2 meter. Pada umumnya daerah serasan beprofesi sebagai nelayan sehingga kebutuhan es untuk kesegaran ikan tidak sebanding dengan es yang tersedia, oleh karena itu mutu ikan di daerah serasan cepat menurun yang berdampak terhadap sistem jual beli (biaya). Kendali listrik juga menyebabkan tidak adanya produksi es balok di Pulau Serasan karena alat yang tidak tersedia dan listrik yang tidak mendukung untuk memproduksi es balok.

Langkah sebaiknya dilakukan yaitu dengan mengupayakan ikan tetap dalam keadaan hidup yang disimpan dalam wadah yang berisi air saat perjalanan untuk didaratkan agar mengurangi kapasitas penggunaan es. selain itu. melakukan kerja sama dengan pihak terkait untuk melakukan kapasitas produksi es

2. Penanganan kelebihan es

Pada kapal 4 mengalami kelebihan es sehingga terdapatnya sisa es sebanyak 5 kantong es, sisa tersebut tetap digunakan nelayan untuk mengawetkan ikan. Menurut Bahar (2004), apabila es terlalu banyak akan merusak fisik ikan karena himpitan dan tekanan bongkahan es. Jika fisik hasil tangkapan rusak akan menurunkan harga jual, sehingga menimbulkan resiko hasil tangkapan yang tidak diperjualkan yang dapat menyebabkan limbah. selain itu terjadinya pemborosan biaya apabila terjadinya kelebihan kantong es yang dibawa dimana hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan jumlah yang ideal. penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap kelebihan es yaitu dengan memanfaatkan es untuk membersihkan hasil tangkapan dan penyiangan ikan.

Penggunaan Air Bersih

Air tawar termasuk kebutuhan pokok nelayan saat melakukan operasi penangkapan. Air bersih tersebut dingunakan untuk minum dan memasak, selain itu jika mesin kapal rusak air tawar juga dingunakan untuk membersihkan mesin kapal. Penggunaan air bersih lebih lengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Data penggunaan air bersih pada kapal bubu ikan karang

No. Nama kapal Air dibawa (l) Jumlah awak kapal (orang) A (l) α Lama trip (hari) Kebutuhan seharusnya (l) Sisa air (l) 1 Kapal 1 40 3 7.5 0.5 1 24 16 2 Kapal 2 35 3 7.5 0.5 1 24 11 3 Kapal 3 35 3 7.5 0.5 1 24 11 4 Kapal 4 25 3 7.5 0.5 1 24 1

Pada umumnya air tawar yang dibawa oleh nelayan Pulau Serasan selalu mengalami sisa karena jumlah air yang dibawa tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan yang seharusnya. untuk mengetahui kebutuhan seharusnya tersebut diperoleh melalui perhitungan rumus analisa penggunaan air bersih (Lampiran 3).

(27)

17 Adanya sisa tawar dapat dimanfaatkan nelayan untuk penggunaan yang lebih baik. Adapun bentuk pemanfaatan kritis yang perlu dilakukan untuk mencegah sisa air bersih tersebut terbuang percuma adalah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan air bersih untuk pencucian hasil tangkapan; 2. Pemanfaatan air bersih untuk pembersihan dek kapal;

3. Pemanfaatan air bersih untuk pembersihan sisa operasi penangkapan dan; 4. Pemanfaatan air bersih untuk pemberihan wadah.

Selain itu, kebersihan kapal, teknik penempatan, wadah dan penggunaan air bersih di atas kapal perlu diperhatikan. Menurut Internasional Health Regulation (2005), air dapat menjadi sumber kasus penyakit pada manusia, kejadian tersebut dikarenakan penyerapan air yang terkontaminasi dengan pathogen yang berasal dari sekresi manusia atau hewan. Kontaminasi terkait dengan air yang disimpan di dalam tempat yang kotor, rancangan dan konstruksi wadah air yang buruk dan dekat dengan sumber panas. Oleh karena itu, perlunya penanganan air bersih yang aman dan mencukupi dalam operasi penangkapan oleh nelayan Pulau Serasan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nelayan Pulau Serasan umumnya mengoperasikan alat tangkap bubu ikan karang (45%) dengan target utama yaitu ikan sunuk dan ikan kerapu. Alat tangkap tersebut terbagi dalam dua jenis yaitu bubu ikan karang laut dangkal dan bubu ikan karang laut dalam.

Hasil tangkapan ikan karang yang diperoleh mengalami penurunan mutu yang ditunjukkan adanya cacat-cacat pada hasil tangkapan. Berdasarkan peta kendali np mutu hasil tangkapan masih dalam pengendalian.

Hal – hal kritis dalam penerapan teknik produksi bersih dalam penanganan ikan karang adalah (1) mengupayakan konsisten dalam mempertahankan mutu hasil tangkapan dan membersihkan bekas / sisa penanganan yang berpeluang menimbulkan kontaminasi produk, (2) melakukan koordinasi yang baik sehingga dapat menimalisir es yang mengalami kekurangan dan kelebihan es dan (3) penggunaan sisa air bersih yang ideal dan pemanfaatan yang baik.

Saran

Saran yang diusulkan dari hasil penelitian adalah perlunya penanganan hasil tangkapan lebih baik mulai dari persiapan hingga didaratkan dengan memperhatikan kondisi produk (hasil tangkapan), kapasitas es dan jumlah air bersih. Serta perlu dibangun pabrik es instalasi air bersih sehingga mendukung optimal operasi penangkapan ikan karang terutama dengan menangkap prinsip produksi bersih. Disamping itu, kapasitas listrik juga perlu ditambah sehingga mendukung operasi pabrik es dan keperluan lainnya.

(28)

18

DAFTAR PUSTAKA

Afmar M.1998. Faktor dan Teknik Efektif Penerapan Cleaner Production di Industri. Makalah Seminar Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Indonesia melalui Cleaner Production. Jakarta (ID).

Bahar B. 2004. Memilih dan Menangani Produk Perikanan. Jakarta (ID) : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Badan Standardisasi Nasional.2014. Standar Nasional Indonesia Ikan Beku. Jakarta (ID) : SNI 4110.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna.2015. Data Perikanan Tangkap Pulau Serasan. Kabupaten Natuna (ID) : UPT Serasan.

Febrina A. 2012. Efisiensi Waktu Penanganan Tuna dari Proses Pembongkaran sampai Pengemasan pada Industri Tuna Segar dan Loin di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Internasional Health Regulation. Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates. Perancis: World Health Organization. Terj. Surveilans direktorat, Imunisasi, Karantina dan Matra kesehatan, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Ishikawa K. 1989. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Jakarta (ID): Mediyatama Sarana Perkasa.

Junianto.2013. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penerbit Swadaya. Nasir M. 1988. Metode penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Putra AP.2015.Penerapan Teknil Produksi Bersih pada Usaha Perikanan Tuna: Studi Kasus Kapal Longline di PPS Cilacap [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Susanto E, Agustini TW, Albar MF, Fahmi AS, Nafis MK, Surti T, Swastawati F, et al. 2011. Pemanfaatan Bahan Alami untuk Memperpanjang Umur Simpan Ikan Kembung (Rastrellinger neglectus) Shelf-Life. Jurnal Perikanan. 8 (2): 60-69. Suprihatin dan Romli M. 2009. Pendekatan Produksi Bersih dalam Industri Pengolahan

Ikan: Studi Kasus Industri Penepung Ikan. Jurnal Kelautan Nasional. 2 (1): 131-143. Walpole RE. 1997. Pengantar Statistik Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wiratama B. 2011. Kelayakan Ikan Tuna untuk Tujuan Ekspor pada Kegiatan

Penangkapan Menggunakan Pancing Tonda di sadeng, Yogyakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(29)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai-nilai organoleptik ikan

No. Bagian

Organoleptik Spesifikasi Nilai

1 Mata Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih 9 Cerah, bola mata rata, kornea jernih

Agak cerah, bola mata rata, pupil agak keabu-abuan,

kornea agak keruh 8

Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan,

kornea agak keruh 7

Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan,

kornea agak keruh 6

Bola mata cekung, pupil mulai berubah menjadi putih

susu, kornea keruh 5

Bola mata sangat cekung, kornea agak kuning 3 2 Lendir Lapisan lendir jernih, transparan, mengkilat cerah 9

Lapisan lendir jernih, transparan, cerah, belum ada perubahan warna

Lendir lendir mulai agak keruh, warna agak putih,

kurang transparan 8

Lendir lendir mulai keruh, warna putih agak kusam,

kurang transparan 7

Lendir tebal menggumpal, mulai berubah warna putih,

keruh 6

Lendir tebal menggumpal, berwarna putih kuning 5 Lendir tebal menggumpal, warna kuning kecoklatan 3

3 Bau Bau sangat segar, spesifikasi jenis 9

Segar, spesifikasi jenis

Netral 8

Bau amoniak mulai tercium, sedikit bau asam 7 Bau amoniak kuat, ada bau H2S, bau asam jelas dan

busuk 5

Bau busuk jelas 3

4 Tekstur Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek

daging dari tulang belakang 9

Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek dari tulang belakang

Agak padat, agak elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang 8 Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari agak mudah menyobek dari tulang belakang 7 Lunak, bekas jari terlihat bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang 5 Sangat lunak, bekas jari tidak hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang 3 Sumber: BSN (2014)

(30)

20

Lampiran 2. Contoh perhitungan peta kendali np ikan karang hasil tangkapan nelayan Pelabuhan Pulau Serasan

Diketahui:

Jumlah total ikan karang yang cacat = 26 ekor

Jumlah rata-rata proporsi ikan karang yang cacat = 0,16 Jumlah proses = 8 proses

Jumlah sampel = 160 Penyelesaian :  CL = np = np m =26 8 = 3,25  UCL = np + 3 np (1-p) = 3,25 + 3 3,25 (1-0,16) = 8,20  LCL = np-3 np (1-p) = 3,25 - 3 3,25 (1-0,16) = -1,96 ≈0 Keterangan :

ῥ = Rata –rata proporsi ikan karang yang cacat m = Banyaknya ikan karang

CL = Center Line (Batas tengah) UCL = Upper Control Line (Batas atas) LCL = Lower Control Line (Batas bawah)

Lampiran 3. Contoh perhitungan kebutuhan air yang seharusnya di atas kapal pada keempat kapal yang diteliti

Diketahui : T = 1 hari N = 3 orang

A = 7.5 liter/orang/hari α = 0.5

air yang dibawa kapal 1 = 40 liter air yang dibawa kapal 2 = 35 liter air yang dibawa kapal 3 = 35 liter air yang dibawa kapal 4 = 25 liter Penyelesaian :

𝐽𝐴 = 𝑇 × 𝑁 × (𝐴 + 𝛼); (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)

= 1 hari × 3 orang × (7.5 liter/orang/hari + 0.5) = 24 liter

(31)

21

sisa air kapal 1 = air yang dibawa – JA = 40 liter – 24 liter

= 16 liter

sisa air kapal 2 = air yang dibawa – JA = 35 liter – 24 liter

= 11 liter

sisa air kapal 1 = air yang dibawa – JA = 35 liter – 24 liter

= 11 liter

sisa air kapal 1 = air yang dibawa – JA = 25 liter – 24 liter

= 1 liter Keterangan :

JA : Jumlah air

N : banyak awak kapal (orang)

α : besar cadangan air tawar di kapal (0.5) T : lama hari trip penangkapan (hari)

A : kebutuhan air per awak kapal per hari untuk kapal motor (7.5 l/orang/hari)

(32)

22

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

Kapal bubu ikan karang yang dioperasikan

Hasil tangkapan yang didaratkan

Hasil tangkapan yang diberi es di pelabuhan

Hasil tangkapan yang diberi es di atas kapal

Kondisi ikan karang saat

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kumun Mudik, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi pada tanggal 26 Februari 1995 sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara. Penulis adalah anak kandung dari bapak Zamhuri dan ibu Patriana. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2006 di SDN 37/III Kumun Mudik, pada tahun 2009 penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMPN 6 Kumun Mudik, dan tahun 2012 menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Kota Sungai Penuh. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi pada tahun 2012 yaitu di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan. Penulis menempuh pendidikan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Selama menjalani studi di IPB penulis aktif mengikuti organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) periode 2014/2015 sebagai staf kajian strategi, aktif dalam Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2015/2016 sebagai sekretaris divisi kajian strategi dan pada masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis aktif di organisasi Learning English Together (LET) periode 2012/2013, selain itu penulis juga aktif organisasi di luar kampus yaitu Ikatan Mahasiswa Kerinci-Bogor sebagai ketua divisi informasi dan komunikasi periode 2013/2014, sebagai bendahara 1 periode 2014/2015. Penulis juga aktif menjadi asisten pada mata kuliah mayor dan interdept yaitu asisten mata kuliah Iktiologi periode 2013/2014, asisten mata kuliah metode statistika periode 2014/2015 dan asisten Eksplorasi Penangkapan Ikan tahun 2014/2015. Selain menjadi asisten di dalam kampus penulis juga aktif mengajar di luar kampus pada lembaga bimbel privat Spektrum pada periode 2015 hingga sekarang. Penulis pernah medapat juara 1 lomba aerobik dalam Pekan Olahraga Perikanan dan Ilmu Kelautan dan meraih juara 2 lomba tari tradisional dalam acara Fisheries Marine Art and Contest.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitan
Tabel 1 dijelaskan ciri-ciri ikan kondisi segar dan ikan kondisi cacat menurut SNI  01-2729.1-2014 adalah sebagai berikut :
Gambar 2 Alat tangkap bubu ikan karang laut dangkal  2.  Bubu ikan karang laut dalam
Gambar 4 Jumlah ikan karang yang ditangkap nelayan Pulau Serasan berdasarkan kriteria  cacat
+2

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa kreativitas belajar yang tinggi akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Jadi, kreativitas belajar matematika siswa sangat berpengaruh terhadap

Diharapkan pemilik perusahaan lebih memperhatikan Suasana Toko dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan juga dekorasi bangunan baik diluar ruangan maupun di dalam

• Sumber daya perusahaan mengubah aliran informasi di dalam dan antara organisasi bisnis , karena sebuah sistem informasi antarorganisasi (IOS) menggunakan teknologi jaringan

Masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini antara lain, Apakah nilai intrisik pekerjaan berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusan akuntansi, Apakah

Penggunaan gedung dan material adalah menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi kebutuhan akan bahan mentah yang baru, sehingga

regulasi emosi dan kontrol diri dengan perilaku bullying, akan tetapi penelitian- penelitian tersebut dilakukan secara terpisah antara regulasi emosi dan kontrol diri

Perancangan Iklan Layanan Masyarakat ini terbatas pada ruang lingkup pembahasan sosialisasi berperilaku antar suporter sepak bola di kota Semarang untuk menjauhi

Pada kondensasi aldol terjadi reaksi antara gugus metilen dengan gugus karbonil dari poliasetil membentuk suatu turunan asam Orselinat dan turunan