• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4

Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1. Green Building

Menurut Chen (2008), Green Building adalah sebuah bangunan yang dalam pemanfaatannya (baik sejak saat direncanakan, didesain, dibangun, digunakan, maupun direnovasi) menggunakan sumber daya alam dan sumber energi secara minimalis, meminimalisasi limbah, dan ramah lingkungan. Ramah lingkungan disini ditekankan pada pemilihan bahan yang tidak bersifat radiatif mudah didaur ulang, dan hasil pembuangan limbahnya seminimal mungkin, dapat didaur ulang oleh alam dalam waktu yang relatif singkat.

Istilah Green building merupakan upaya untuk menghasilkan struktur dengan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan penggunaan sumber daya secara efisien di seluruh siklus hidup sebuah bangunan: mulai perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran (Ji & Plainiotis, 2006).

2.2. Green Building Rating Tools

Green building rating tools adalah sebuah alat yang memeriksa dan memperkirakan performa dari seluruh bangunan dan menerjemahkan pemeriksaan tersebut dalam suatu penilaian keseluruhan yang memungkinkan perbandingan dengan bangunan lain. Sebuah rating tools yang menerapkan penilaian untuk desain dan pengoperasian bangunan yang sustainable, maka alat tersebut harus menawarkan sebuah dasar perbandingan yang kredibel dan konsisten, mengevaluasi aspek teknik yang relevan dari sebuah desain yang sustainable, serta tidak sulit untuk diimplementasikan dan dikomunikasikan (Fowler & Rauch, 2006).

Beberapa rating tools yang sudah banyak dikenal di dunia internasional antara lain:

Building Research Establishment Environment Method (BREEAM) yang

(2)

5

Universitas Kristen Petra energi, kesehatan, polusi, transportasi, penggunaan lahan, ekologi, material, dan air.

Leadership in Energy and Enviromental Design (LEED) yang

dikembangkan oleh Amerika Serikat dan telah diadaptasi oleh berbagai negara lain, antara lain Kanada dan India. Rating tools ini memiliki 5 kriteria penilaian yaitu pengembangan lahan, penggunaan air, efisiensi energi, pemilihan material dan kualitas lingkungan dalam gedung.

Green Star yang dikembangkan pada 2003 oleh Australia dan kemudian digunakan pula oleh Selandia Baru dan Afrika Selatan dengan 9 kriteria penilaian yaitu penggunaan lahan dan ekologi, energi, air, emisi, material, kualitas lingkungan, transportasi, manajemen, dan inovasi.

Comprehensive Assessment for Building Enviromental Efficiency

(CASBEE) yang dikembangkan dan digunakan oleh Jepang pada 2001 dengan 4 kriteria penilaian yaitu efisiensi energi, efisiensi sumber daya, lingkungan lokal dan lingkungan dalam ruangan.

2.3. Greenship Rating Tools oleh GBCI

Greenship merupakan sebuah alat atau perangkat penilaian yang disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat "bangunan hijau" atau belum. Greenship ini bersifat khas Indonesia disesuaikan dengan kepentingan lokal negara setempat. Rating system sendiri merupakan suatu alat berisi butir-butir dari aspek penilaian yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (credit point/poin nilai). Sehingga apabila butir rating berhasil dilaksanakan oleh suatu bangunan, maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut. Bila jumlah semua poin nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi tertentu. Namun sebelumnya dilakukan pengkajian bangunan untuk pemenuhan persyaratan awal penilaian (eligibilitas) setelah itu baru mencapai tahap penilaian rating.

Terdapat 4 peringkat dari Greenship Rating Tools yang dapat dicapai oleh suatu bangunan sesuai dengan poin yang didapat seperti pada Tabel 2.1.

(3)

6

Universitas Kristen Petra Tabel 2.1. Sistem peringkat GREENSHIP Rating Tools

Predikat Nilai Terkecil Nilai Presentase (%) Platinum 74 73 Emas 58 57 Perak 47 46 Perunggu 35 35

Sumber: Green Building Council Indonesia (2010)

Kriteria penilaian Rating system ini terbagi atas enam kategori dengan total poin 101, yang berisi :

 Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Developnent/ASD) (17%)

 Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER) (26%)

 Konservasi Air (Water Conservation/WAC) (21%)

 Sumber & Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC) (14%)  Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and

Comfort/IHC) (10%)

 Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Enviromental Management/BEM) (13%)

Masing-masing aspek terdiri atas beberapa rating yang mengandung kredit yang memuat nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan penilaian (Green Building Council Indonesia, 2010). Dalam penelitian ini akan lebih spesifik membahas pada variabel Sumber & Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC). Variabel MRC ini sendiri dibagi lagi menjadi 6 yaitu:

 Penggunaan Gedung dan Material  Material Ramah Lingkungan  Penggunaan Refrigeran tanpa ODP

(4)

7

Universitas Kristen Petra  Kayu bersertifikat

 Material Prafabrikasi  Material Regional

2.4. Material Resources and Cycle

Life Cycle Analysis atau yang sering disingkat LCA merupakan suatu pendekatan evaluasi yang bertujuan untuk memahami daur hidup bangunan dan dampaknya terhadap lingkungan melalui aplikasi material pada bangunan. Menurut Graham (2003), tujuan dari penerapan LCA (Damaiyanto, 2007) adalah:

1. Mengevaluasi beban lingkungan berkaitan dengan produk, proses, atau aktivitas, mengidentifikasi dan memperhitungkan penggunaan energi, material dan jumlah sampah / limbah yang dilepaskan ke lingkungan 2. Mengetahui dampak penggunaan sumber daya dan pembuangan limbah

serta dampak terhadap lingkungan.

3. Melakukan evaluasi dan menerapkannya jika memberikan kemungkinan untuk perbaikan.

Yang termasuk tahapan dalam LCA (Kozarova, 2012) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. antara lain:

1. Fase pre-building terdiri dari pengambilan, pemrosesan dan transportasi material mentah.

2. Fase building terdiri dari pembangunan, penggunaan dan perawatan. 3. Fase post-building terdiri dari penggunaan kembali, daur ulang dan

(5)

8

Universitas Kristen Petra Gambar 2.1. Siklus Hidup Material

Sumber : Kozarova, 2012

2.4.1. Penggunaan Gedung dan Material

Penggunaan gedung dan material adalah menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi kebutuhan akan bahan mentah yang baru, sehingga diharapkan dapat mengurangi limbah pada pembuangan akhir dan memperpanjang daur pemakaian suatu material (Green Building Council Indonesia, 2010). Poin Building and Material Reuse memiliki 2 tolok ukur yaitu:

1. Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu).

2. Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 2 (dua).

Menurut Permana (2008), beberapa contoh material yang dapat digunakan kembali antara lain ialah:

 Kayu  Metal  Keramik

(6)

9

Universitas Kristen Petra  Kaca

 Penutup atap

 PVC

2.4.2. Material Ramah Lingkungan

Dalam Greenship Rating Tools, material ramah lingkungan diukur berdasarkan 3 tolok ukur yaitu:

1. Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses produksinya.

Ekolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat (verifiable) dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara berkelanjutan. Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterakan pada produk atau kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. Ekolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengusaha ‘retail’ atau pihak manapun yang mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut (Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2008). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Pencantuman Logo Ekolabel, para produsen wajib mencantumkan logo ekolabel pada kemasan produknya. Standar produk ramah lingkungan yang diakui secara internasional adalah ISO 14001.

Contoh-contoh material yang telah bersertifikat ramah lingkungan oleh ISO 14001 yang digunakan di Indonesia antara lain:

 Semen  Besi beton  Kaca

(7)

10

Universitas Kristen Petra

Sanitary

 Cat

 Plafon Gipsum  Lapisan Kedap air

2. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang

Menurut Smith (2004), ada 3 aspek re-cycle dalam lingkung hidup suatu material bangunan yaitu:

1. Re-used items, yaitu penggunaan kembali bahan bangunan secara langsung, baik untuk penggunaan yang sama ataupun berbeda dengan penggunaan sebelumnya seperti yang telah dijelaskan di poin MRC 1 2. Refurbished Materials, berarti material bekas yang mengalami

perbaikan nilai

3. Reconstitued Materials, yaitu material bekas yang mengalami

pengolahan kembali

Beberapa material yang dapat didaur ulang berdasarkan Construction Waste Management Guide antara lain ialah:

 Aluminium  Besi

 Baja  Kaca  Beton

3. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan

Menurut Frick (1998), sumber daya terbarukan (renewable resources) adalah sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus. Yang termasuk dalam bahan bangunan ini ialah bahan bangunan organik nabati dan hewani yang dapat diaplikasikan secara langsung tanpa transformasi (Damaiyanto, 2008). Contoh material yang menggunakan sumber daya terbarukan ialah kayu, bambu, rotan, dan strawboard.

(8)

11

Universitas Kristen Petra

2.4.3. Penggunaan Refrigeran tanpa ODP

Non-ODS Usage adalah menggunakan bahan dengan zero ODP, yaitu

bahan yang tidak memiliki kemampuan untuk merusak lapisan ozon. Tolok ukurnya ialah tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem pendingin gedung yaitu pada air-conditioner dan sistem pemadam kebakaran. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). (Green Building Council Indonesia, 2010)

2.4.4. Kayu Bersertifikat

Tujuan dari poin kayu bersertifikat ialah menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggung jawabkan asal usulnya untuk melindungi kelestarian hutan (Green Building Council Indonesia, 2010). Kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversi kayu bulat menjadi bentuk balok, papan atau bentuk lain-lain sesuai dengan tujuan penggunaannya. Kayu sebagai bahan bangunan dapat dibagi menjadi 3 golongan pemakaian yaitu (Frick, 1998):

 Kayu bangunan struktural

Kayu bangunan yang digunakan untuk struktur bangunan  Kayu bangunan non struktural

Kayu bangunan yang digunakan dalam bagian bangunan yang tidak berfungsi sebagai struktur bangunan

 Kayu bangunan untuk keperluan lain

Kayu bangunan yang tidak termasuk dua golongan tersebut tetapi dapat digunakan sebagai bahan bangunan penolong atau sementara

Di Indonesia terdapat Lembaga Ecolabel Indonesia (LEI) yang bertugas memberikan sertifikasi pada kayu di Indonesia. Ada 4 macam sertifikasi untuk kayu antara lain:

1. Sertifikasi pengelolaan hutan berbasis masyarakat lestari (PHBML) 2. Sertifikasi pengelolaan hutan tanaman lestari (PHTL)

3. Sertifikasi pengelolaan hutan alam produksi lestari (PHAPL) 4. Sertifikasi Lacak Balak (CoC)

(9)

12

Universitas Kristen Petra

2.4.5. Material Prafabrikasi

Sistem modular adalah metoda pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen fabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek atau di dalam lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dahulu antar komponennya (erection) ditempat yang seharusnya/posisi dari komponen tersebut (Amalia, 2008). Tingkatan metode pelaksanaan pembangunan, yaitu:

a) Prefabrication adalah proses fabrikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat khusus dimana berbagai jenis material disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah bangunan;

b) Preassembly adalah proses penyatuan komponen prafabrikasi ditempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada;

c) Module adalah hasil dari proses penyatuan komponen prafabrikasi, biasanya membutuhkan moda transportasi yang cukup besar untuk memindahkan ke posisi yang seharusnya.

Terdapat berbagai macam metode sistem prafabrikasi yang telah ada. Beberapa metode sistem prafabrikasi yang umumnya dipakai antara lain:

 Panel kayu (Panelized)

Sistem ini merupakan metode yang paling siap pakai dan efektif dari segi biaya, mengingat saat ini banyak sekali yang menyediakan kayu fabrikasi 2x4 dan 2x6. Proses perakitannya sederhana dengan menyusun panel-panel dalam posisi berbaring dan disambungkan satu sama lain sehingga menjadi unit-unit dinding yang siap didirikan dan dihubungkan dengan struktur.

 Rangka kayu CNC ( CNC Timber Framing).

Merupakan salah satu cara merakit bangunan yang banyak ditemukan pada arsitektur Jepang, Cina dan Korea. Pada rangka kayu tradisional, masing-masing anggota struktur disambungkan dengan indah dan rumit. Sehingga muncul inovasi sambungan yang salah satunya adalah kombinasi lapisan pelat baja sebagai sambungan serta struktur kabel.

(10)

13

Universitas Kristen Petra  Beton (Concrete systems)

Prafabrikasi dengan unit komponen yang lebih kecil yaitu dengan blok bata beton, panel beton / beton precast. Dari segi material, beton memiliki keunggulan dari segi biaya, ketersediaan bahan mentah, fleksibilitas konfigurasi, tahan api, pengantar suhu yang baik, memiliki kapabilitas insulasi suara dan mudah perawatannya.

 Rangka Baja (Steel Farming)

Memiliki konsepsi struktur dan sistem penyambung yang hampir sama dengan rangka kayu. Namun rangka baja lebih unggul karena lebih kuat dan lebih ringan.

 Panel Sandwich (Sandwich panels)

Suatu sistem pengembangan dari konstruksi panel 2x4 menjadi panel yang tersusun dari berbagai komposisi material dengan properti yang berbeda-beda. Sehingga dihasilkan panel dengan ketebalan variatif dan dapat diaplikasikan baik secara vertikal maupun horizontal.

 Sistem modular (Modular systems)

Merupakan sistem konstruksi yang bekerja dengan modul-modul atau komponen dan bagian dari sistem yang terstandarisasi dengan dimensi dan bentuk yang sama dan presisi, sebagai komponen bangunan ataupun sebagian bangunan.

2.4.6. Material Regional

Poin material regional bertujuan mengurangi jejak karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. (Green Building Council Indonesia, 2010). Semakin dekat letak pembelian material dari lokasi proyek akan semakin baik. Karena letak pembelian yang terlalu jauh akan memakan biaya yang lebih besar, waktu yang lebih lama, dan juga transportasi yang lebih sulit. Hal ini mengurangi nilai green dari material tersebut karena sisa karbon yang dihasilkan dari transportasi yang dipakai lebih banyak.

Pemerintah Indonesia mendukung penggunaan produk dalam negeri yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri No. 49 Tahun 2009 mengenai Pedoman Penggunaan Produk dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal ini

(11)

14

Universitas Kristen Petra pemerintah akan mengeluarkan sertifikat TDKN (Tingkat Komponen dalam Negeri) yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat kandungan lokal dalam negeri dalam suatu produk/jasa. Terdapat 3 aspek yang diperhitungkan dalam memberikan sertifikasi TDKN, yaitu: daerah asal material, tenaga kerja yang disunakan, dan overhead seperti mesin atau biaya-biaya lain.

Beberapa jenis material lokal yang telah bersertifikat TDKN antara lain:  Tiang pancang  Semen  Cat  Pipa  Besi baja

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sesuatu yang sepenuhnya perlu dipertimbangkan baik - baik. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut

Lalu definisi berikutnya yang dapat menyatukan pandangan yang paling luar sekalipun mengenai efektifitas yang juga dikemukakan oleh Steers, Ungson dan Mowday adalah

Beban preloading diberikan sebesar beban rencana atau lebih besar yang akan diberikan diatas tanah lunak tersebut dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya penurunan rencana..

Cara melakukan pengisian pada pull system replenishment ini dilakukan dengan melihat jumlah work-in-proccess (WIP) yang ada di lantai produksi, sehingga jumlah WIP yang ada di

Perancangan tata letak gudang merupakan salah satu metode untuk mengatur seluruh aktifitas yang ada di gudang.. Perancangan tata letak gudang berfokus kepada internal dan

INTO mengindikasikan nama dari tabel yang akan menerima data. Colomn_list adalah daftar kolom yang akan menerima data. Daftar ini harus ditutupi oleh tanda kurung dan dipisahkan

Yang menjadi dasar dari pendekatan data pasar adalah dimana nilai pasar suatu properti terkait langsung dengan nilai pasar properti pembanding yang sejenis pada pasar yang

Kualitas dalam proyek konstruksi adalah sebuah produk jasa yang dapat memberi kepuasan terhadap kebutuhan pemilik proyek dan sesuai dengan persyaratan spesifikasi sebagaimana