• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pendahuluan

Kesuksesan proyek pada dasarnya terdiri dari empat sasaran yaitu tepat waktu, biaya yang sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifik yang dipersyaratkan dan terjaminnya keselamatan kerja. Proyek dianggap mencapai sukses secara keseluruhan bila proyek bisa memenuhi spesifikasi teknik atau misi yang harus dicapai dan tingkat kepuasan tertinggi dalam proyek terdapat pada tim proyek (konsultan perencana dan kontraktor) dan klien dari proyek tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh manajemen konstruksi (Sanvindo, et al, 1992).

Memenuhi standar kulitas minimum yang disyaratkan adalah salah satu syarat dari kesuksesan proyek konstruksi. Kualitas dalam proyek konstruksi adalah sebuah produk jasa yang dapat memberi kepuasan terhadap kebutuhan pemilik proyek dan sesuai dengan persyaratan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam dokumen kontrak (Dipohusodo, 1996).

Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal dari kualitas sumber daya manusia, yaitu berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan teknis. (Kristanto, 2007)

2.2. Mutu (Kualitas) 2.2.1 Pendahuluan

Dalam era globalisasi dewasa ini kita telah dan akan menghadapi ciri perdagangan internasional bebas sebagaimana ditetapkan dalam Putaran Uruguay yang berlaku sejak Januari 1995, AFTA yang akan berlaku pada tahun 2003 dan APEC yang berlaku pada tahun 2010. Hal ini berarti bahwa dalam iklim globalisasi ekonomi tersebut, kita harus dapat menciptakan “Competitive Advantage” atau keunggulan daya saing dalam perdagangan, melalui peningkatan kualitas dan produktivitas produk dan jasa (Hardjosoedarmo, 2004).

Untuk Indonesia, kualitas suatu produk tentunya didasarkan pada merek dan harga, sedangkan harga menjadi faktor utama dalam menentukan pembelian suatu produk. Di sini, kita lihat bahwa karakteristik sebelumnya hanya menggambarkan output atau hasil dari suatu proses tanpa memperhatikan produk tersebut selama

(2)

proses produksinya sehingga tidaklah heran jika menimbulkan salah persepsi terhadap mutu tersebut, seperti barang yang memiliki harga tinggi identik dengan bermutu tinggi. Padahal, harga adalah fungsi dari cost, profit margin dan kekuatan pasar. Barang yang bermutu tinggi adalah barang yang memiliki spesifikasi tinggi, seperti material nomor satu, teknologi nomor satu. Padahal, spesifikasi yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya inefisiensi (Suardi, 2003).

2.2.2 Definisi

Mutu adalah Keseluruhan ciri khas dan karakteristik sebuah produk atau pelayanan yang memberikan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan secara tidak langsung (Wah, Min, &Ann, 1994).

Secara umum definisi mutu telah dikemukakan oleh empat guru mutu, yaitu: (Suardi, 2003)

• Crosby berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu yang tahan lama atau dokter yang ahli.

Pendekatan Crosby merupakan proses top-down.

• Deming berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan Kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatan Deming merupakan bottom-up.

• Juran berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian dengan penggunaan, seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau ke pesta. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan.

• Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan.

Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.

Mutu menurut ISO 9000:2000 didefinisikan sebagai Derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan (Suardi, 2003). Maksud derajat atau tingkat berarti selalu ada peningkatan setiap saat. Sedangkan karakteristik pada istilah tersebut berarti hal-

(3)

hal yang dimiliki produk, yang dapat terdiri berbagai macam, antara lain: (Suardi, 2003)

• Karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal, biologikal), seperti handphone, mobil dan rumah.

• Karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan), seperti rumah sakit dan perbankan.

• Karakteristik sensori (bau, rasa), seperti minuman dan makanan.

David Garvin dari Harvard Business School menemukan beberapa definisi dari Mutu anatara lain: (Foster, 2004)

• Mutu adalah Sesuatu yang dengan sengaja dipahami tetapi hampir mustahil untuk dikomunikasikan seperti kecantikan atau mencintai.

• Mutu ditemukan di komponen-komponen dan menunjukkan suatu produk.

• Jika pelanggan puas, maka produk berkualitas bagus.

• Jika produk sesuai dengan spesifikasi desain, maka produk berkualitas bagus.

• Jika produk dirasa menyediakan nilai yang baik untuk harga, maka produk berkualitas bagus.

2.2.3 Sistem Mutu Dalam Dunia Konstruksi

Mutu adalah karakteristik produk, baik yang berupa barang atau jasa serta karakteristik rangkaian kegiatan pelaksanaan yang sesuai dengan keinginan Pemilik Proyek. Keinginan Pemilik Proyek sering disebut sebagai standar yang diminta. Secara umum, keinginan Pemilik Proyek dituangkan dalam dokumen kontrak kerja antara Kontraktor dan Pemilik Proyek, yang meliputi biaya, mutu produk, waktu pelaksanaan, serta keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (Wiryodiningrat et al, 1997).

Suatu proyek konstruksi mempunyai beberapa keunikan dibandingkan dengan proses manufacturing. Baba (1997) mengamati beberapa aspek dari proyek konstruksi yang sebagian besar berhubungan dengan kualitas manajemen.

Aspek tersebut mencakup jangka waktu yang panjang, skala besar yang kaitannya dengan komponen dan sub-komponen, faktor-faktor eksternal yang buruk, proaktif lebih dibandingkan dengan pendekatan reaktif. Kemudian Burati, et al (1991) mempertimbangkan keunikan dari sisi para pekerja yang dilibatkan di

(4)

dalam proyek konstruksi. Kekuatan pekerjaan konstruksi yang singkat sangat berbeda dengan hubungan di dalam pekerjaan manufacturing. Dengan singkatnya pekerjaan konstruksi membuat beberapa kesulitan untuk melatih pekerja, khususnya pekerja yang mempunyai keahlian khusus. Barrie dan Poulson (1992) juga mempetimbangkan keunikan proyek konstuksi dari sisi banyaknya pihak yang dilibatkan. Dengan banyaknya pihak yang dilibatkan dalam suatu proyek konstruksi maka timbul perbedaan dan sering terjadi konflik, karena masing- masing pihak mementingkan dirinya sendiri (Setiawan dan Setyanto, 2002).

Konsep-konsep manajemen kualitas dimulai dan ditingkatkan dari industri manufacturing. Lagipula manajemen kualitas telah memperluas dan muncul untuk aplikasi-aplikasi yang berbeda dalam berbagai industri seperti industri konstruksi.

Keunikan dari proyek konstruksi membuat konsep kualitas sebagai aspek yang penting dari manajemen konstruksi, tetapi keunikannya sulit untuk diterapkan.

Rahman (1996) berkata bahwa industri konstruksi bisa tidak lagi bertahan dengan metode-metode manajemen kualitas yang tradisional dan terlebih dengan pendekatan sistematis untuk mencapai suatu kualitas yang diharapkan, tetapi manajemen kualitas adalah suatu komponen yang kritis di dalam suksesnya manajemen proyek konstruksi (Setiawan dan Setyanto, 2002).

Parameter mutu hasil kerja kontraktor ditentukan oleh: (Wiryodiningrat et al, 1997)

• Biaya pelaksanaan (bermutu bila biaya sesuai / di bawah rencana)

• Waktu pelaksanaan (bermutu bila pelaksanaan sesuai / di bawah rencana)

• Karakteristik produk (bermutu bila sesuai gambar dan spesifikasi)

• Keselamatan dan kesehatan kerja (bermutu bila tidak ada kecelakaan dan penyakit akibat kerja)

• Semangat kerja (bermutu bila hubungan kerja ketiga unsur SDM dalam proyek, tetap terjalin dengan baik)

Bila kontraktor tidak mengikuti standar hasil kerja, Pemilik proyek tidak akan menerima hasil kerjanya karena hasil kerja tersebut tidak sesuai dengan ketentuan atau standar yang telah disetujui bersama dalam kontrak kerja.

Akibatnya Kontraktor harus melakukan perbaikan atau pekerjaan ulang atau mengganti bagian yang tidak sesuai dengan persyaratan yang diajukan. Dalam

(5)

situasi tersebut, kepercayaan para Pemilik Proyek terhadap Kontraktor akan menurun dan akan mendatangkan kesulitan bagi Kontraktor untuk mendapatkan pasar pada masa yang akan datang (Wiryodiningrat et al, 1997).

2.2.4 Peningkatan Mutu Dalam Dunia Konstruksi

Peningkatan kualitas adalah peningkatan sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (Soeharto, 1995). Kualitas meliputi mengerjakan sesuatu dengan cara yang benar dan pada saat yang tepat. Pelaksanaan suatu pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi dan tidak dapat dihindarkan pada suatu proyek. Jika spesifikasi mengharuskan untuk menggunakan suatu tipe cat yang khusus tetapi yang digunakan tipe yang lain, kualitas tidak dapat dicapai karena tidak sesuai dengan spesifikasi pengerjaan. Peningkatan kualitas perlu, karena rendahnya kualitas dari prestasi kerja dapat meningkatkan pekerjaan tambah kurang, yang tentunya akan mempengaruhi ongkos dan jadwal yang telah ditentukan (Maloney, 1990).

Kualitas produk harus telah diputuskan oleh pemilik proyek, karena ini akan dipakai sebagai dasar perhitungan desain engineering selanjutnya (Soeharto, 1995).

Pada dasarnya ISO 9000 menjamin kualitas selama proses konstruksi berlangsung, sedangkan untuk CONQUAS adalah penilaian kualitas diakhir proyek konstruksi. Keduanya saling melengkapi dan strategi untuk membangun perusahaan industri konstruksi yang buruk dan menjadikan kualitas pekerjaan yang lebih baik (Wah, Min, &Ann, 1994). Sebagai contoh diambil proses dan produk yang dihasilkan selama proyek konstruksi di Singapura digambarkan seperti bagan berikut: (Wah, Min, &Ann, 1994)

(6)

Gambar 2.1. Proses dan produk yang dihasilkan selama proyek konstruksi di Singapura

2.3. BCA (Building and Construction Authority) 2.3.1 Pendahuluan

Mulai tahun 1988 CIDB (Construction Industry Development Board) Singapura mengembangkan strategi kualitas untuk industri konstruksi. Tahun 1989 CIDB mulai mengatur sistem pengukuran untuk penilaian kualitas pekerjaan konstruksi. CONQUAS dikembangkan mendapat masukan dari orang pemerintah yang berhubungan dengan konstruksi. CONQUAS berisikan tujuan kualitas standar dari pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal dan Elektirkal (M&E), dengan mengapdosi sistem sampling untuk membantu penilaian standar. Sejak tahun 1989 lebih dari 500 proyek bangunan baik sektor umum maupun pribadi melakukan penilaian menggunakan CONQUAS. Hasil nilai CONQUAS mencerminkan kualitas standar proyek konstruksi (Wah, Min, &Ann, 1994).

2.3.2 Misi dan Visi dari BCA (Building and Construction Authority)

Misi dari BCA adalah Kami ingin membangun lingkungan yang aman, kualitas tinggi, mendukung dan bersahabat. (Building and Construction Authority, 2006)

Visi dari BCA adalah Membangun lingkungan yang bagus untuk singapore, yang terkenal di seluruh kota. (Building and Construction Authority, 2006)

(7)

Strategi yang dimiliki oleh BCA: (Building and Construction Authority, 2006)

1. Kami bersahabat untuk mendukung dan bergerak maju untuk suatu organisasi yang merupakan nilai kami, perubahan kekuatan, kesatuan dan pelayanan yang bagus.

2. Kami menjamin standar keamanan yang tinggi dan mempromosikan kualitas yang bagus dalam membangun lingkungan.

3. Kami memperjuangkan hal yang mudah dicapai dengan bebas penghalang dan mendukung pembangunan lingkungan.

4. Kami memimpin dan merubah Building dan Construction Industry dengan:

a. Menambah kemampuan dan profesionalisme.

b. Meningkatkan kemampuan desain dan konstruksi.

c. Mengembangkan keahlian khusus pekerja tepat pada posisinya.

d. Mempromosikan pelayanan keluar terhadap konstruksi.

5. Kami maju perlahan secara efektif berhubungan dengan pemegang saham dan komunitas untuk melaksanakan visi.

Nilai yang dimiliki oleh BCA: (Building and Construction Authority, 2006)

I → Innovative spirit → Kami innovatif dan kreatif C → Cohesiveness → Kami bekerja sama dalam satu tim

A → Advancement → Kami Meningkatkan pembelajaran terus menerus

R → Responsibility → Kami dapat dipercaya oleh staff, komunitas dan lingkungan

E → Excellence → Kami berusaha memberikan pelayanan yang terbaik

2.4. CONQUAS (Construction Quality Assessment System) 2.4.1 Pendahuluan

The Construction Quality Assessment System (CONQUAS) dikembangkan oleh Building and Construction Authority (BCA) dan dipersatukan oleh sektor agen utama dan beberapa pimpinan industri yang profesional, untuk mengukur sistem penilaian kualitas konstruksi. (Building and Construction Authority, 2005)

(8)

Tiga tujuan CONQUAS (The Construction Quality Assessment System) sebagai berikut : (Building and Construction Authority, 2005)

• Untuk mempunyai sistem penilaian yang berkualitas untuk proyek konstruksi.

• Untuk membuat kualitas penilaian dengan tujuan:

- Hasil dari suatu pekerjaan konstruksi yang dibangun, diukur berdasarkan standar dan spesifikasi.

- Menggunakan pendekatan suatu sampel yang cocok untuk mewakili keseluruhan proyek konstruksi.

• Untuk memungkinkan penilaian berkualitas yang dilaksanakan secara sistematis didalam biaya yang layak dan waktu.

The Construction Quality Assessment System (CONQUAS) telah dikembangkan oleh beberapa negara di dunia antara lain: (Building and Construction Authority, 2006)

• Singapura

• United Kingdom

• Australia

• Hong Kong

2.4.2 Lingkup CONQUAS (The Construction Quality Assessment System) yang dikembangkan oleh Singapura

Penilaian CONQUAS (The Construction Quality Assessment System) terdiri dari tiga komponen sebagai berikut: (Building and Construction Authority, 2005)

• Structural Works

• Architectural Works

• Mechanical and Electrical (M&E) Works

Dari tiga komponen tersebut menurut CONQUAS (The Construction Quality Assessment System) di breakdown menjadi beberapa bagian seperti pada tabel 2.1., 2.2. dan 2.3. (Building and Construction Authority, 2005)

(9)

Tabel 2.1. Komponen Pekerjaan Struktur

No Item Pekerjaan Standards

1 Pekerjaan Struktur Beton a. Bekisting b. Tulangan c. Pengecoran

d. Spesifik Persyaratan Precast e. Kualitas Struktur

f. Pengetesan Beton

2 Pekerjaan Struktur Baja a. Pemasangan Komponen Sebagian b. Bonddeck

c. Toleransi Bangunan

d. Korosi dan perlindungan tehadap api 3 Pekerjaan Beton Pre-Stressed a. Kondisi Penjangkaran

b. Pemasangan Pelapis

c. Proses Stressing dan Grouting d. Debonding

Tabel 2.2. Komponen Pekerjaan Arsitektur

No Item Pekerjaan Standards

1 Pekerjaan Bagian Dalam a. Lantai

1. Persyaratan Umum 2. Screed Floor

3. Pemasangan Keramik 4. Lantai Kayu

5. Karpet 6. Raised Floor b. Dinding Dalam

1. Persayratan Umum 2. Plesteran

3. Pemasangan Keramik 4. Cladding

5. Architectural Coating 6. Pengecatan

7. Pre-cast Concrete Planks 8. Dinding Kertas

9. Glass Blocks 10. Dinding Kayu c. Langit-langit

1. Persyaratan Umum 2. Boarded Ceiling 3. Grid System d. Pintu

e. Jendela

f. Komponen Lainnya 1. Persyaratan Umum 2. Railings

(10)

Sambungan Tabel 2.2.

No Item Pekerjaan Standards

2 Atap a. Persyaratan Umum

b. Atap Datar c. Pitched Roof d. Waterproofing e. Gutters

3 Dinding Luar a. Persyaratan Umum

b. Plesteran

c. Pemasangan Keramik d. Claddings

e. Facing Brickwork f. Architectural Coating g. Pengecatan

4 Pekerjaan Bagian Luar a. Persyaratan Umum b. Link-Way / Shelter c. Apron and Drain d. Roadwork and Carpark e. Footpaths and Turfing f. Tempat Bermain g. Lapangan

h. Pagar dan Gerbang i. Kolam Renang j. Club House

5 Bahan dan Test Fungsional -

Tabel 2.3. Komponen Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal (M&E)

No Item Pekerjaan Standards

1 Pekerjaan Elektrikal a. Embedded Conduits b. Kabel Utama c. Surface Conduits

d. Cable Tray, Ladder and Trunking

2 Pekerjaan ACMV a. Ductwork

b. Fire-rated Ducts c. Flexible Ducts d. Flexible Connectors e. Dampers

f. Fire Dampers g. Split Unit

h. Air-Con Comfort i. Air Handling Unit j. Pompa

k. Cooling Tower l. Pipework m. Chiller

(11)

Sambungan Tabel 2.3.

No Item Pekerjaan Standards

3 Pekerjaan Perlindungan

Terhadap Api a. Wet / Dry Riser b. Sprinkler c. Fire Alarm d. Hosereel 4 Pekerjaan Plumbing and

Sanitary

a. Penyimpanan Pipa b. Perlindungan Pipa c. Tangki Air

d. Pompa dan Mesin 5 Basic M&E Fittings a. Persyaratan Umum

b. Plumbing and Sanitary Fittings c. M&E Fittings

2.4.2 Sistem pembobotan CONQUAS (The Construction Quality Assessment System)

Sistem pembobotan CONQUAS untuk pekerjaan Structural, Architectural dan Mechanical & Electrical (M&E) dialokasikan menurut empat kategori bangunan sebagai berikut: (Building and Construction Authority, 2005)

Tabel 2.4. Nilai Pembobotan CONQUAS (The Construction Quality Assessment System)

Components CAT A CAT B CAT B CAT C CAT D

Structural Works 25% 30% 25% 35% 30%

Architectural Works 55% 60% 65% 60% 65%

M&E Works 20% 10% 10% 5% 5%

CONQUAS Score 100% 100% 100% 100% 100%

Keterangan:

CAT A = Commercial, Industrial, Institution dan sebagainya CAT B = Commercial, Industrial, Institution dan sebagainya CAT B = Private Housing

CAT C = Public Housing CAT D = Landed Housing

Sistem pembobotan yang bertujuan untuk membuat score CONQUAS dengan tujuan untuk mewakili kualitas dari bangunan, adalah sebuah persetujuan antara perbandingan biaya dari tiga komponen bangunan yang berbeda dan

(12)

mempertimbangkan unsur keindahan. Nilai CONQUAS untuk suatu bangunan adalah jumlah poin yang diberikan untuk tiga komponen setiap kategori bangunan. (Building and Construction Authority, 2005)

Tim penilai BCA (Building and Construction Authority) CONQUAS mengikuti program pelatihan untuk menentukan ukuran penilaian untuk memastikan kompetensi dan konsistensi. (Building and Construction Authority, 2005)

2.5.Pekerjaan Finishing yang dibahas dalam penelitian

Pekerjaan yang akan dibahas dalam penelitian ini dan dibuat kuesioner adalah pekerjaan finishing yang meliputi : (Building Construction Authority, 2005)

1. Pekerjaan Pemasangan Keramik Lantai yang terdiri dari :

a. Toleransi ukuran keramik lantai yang akan dipasang tidak lebih dari 1

%

Gambar 2.2. Toleransi ukuran keramik lantai yang akan dipasang tidak lebih dari 1 %

b. Toleransi kerataan permukaan lantai tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

Gambar 2.3. Toleransi kerataan permukaan lantai tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

(13)

c. Hubungan antara keramik lantai dan keramik dinding harus konsisten

Gambar 2.4. Hubungan antara keramik lantai dan keramik dinding harus konsisten

d. Pada keramik tidak terjadi pecah, retak dan tetesan mortar

Gambar 2.5. Pada keramik tidak terjadi pecah, retak dan tetesan mortar

e. Tidak ada bunyi berongga ketika ditepuk dengan suatu obyek

Gambar 2.6. Tidak ada bunyi berongga ketika ditepuk dengan suatu obyek

f. Warna keramik yang konsisten

Gambar 2.7. Warna keramik yang konsisten

(14)

g. Ketebalan skirting pemasangan keramik harus konsisten

Gambar 2.8. Ketebalan skirting pemasangan keramik harus konsisten

h. Nat antar 2 keramik harus rapi dan konsisten

Gambar 2.9. Nat antar 2 keramik harus rapi dan konsisten

i. Toleransi nat antar 2 keramik tidak lebih dari 1 mm

Gambar 2.10. Toleransi nat antar 2 keramik tidak lebih dari 1 mm

2. Pekerjaan Pembuatan Dinding yang terdiri dari :

a. Toleransi pertemuan dinding harus siku-siku, tidak lebih dari 4 mm per 300 mm

(15)

Gambar 2.11. Toleransi pertemuan dinding harus siku-siku, tidak lebih dari 4 mm per 300 mm

b. Toleransi kelurusan dinding tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

Gambar 2.12. Toleransi kelurusan dinding tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

c. Tidak ada kerusakan yang kelihatan (Tidak ada Gambar) d. Hubungan dinding yang pojok harus rapi dan lurus

Gambar 2.13. Hubungan dinding yang pojok harus rapi dan lurus

3. Pekerjaan Plesteran yang terdiri dari : a. Tidak boleh terjadi retak

Gambar 2.14. Tidak boleh terjadi retak

(16)

b. Toleransi kerataan permukaan plesteran dinding tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

Gambar 2.15. Toleransi kerataan permukaan plesteran dinding tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

c. Tidak ada bunyi berongga ketika ditepuk dengan suatu obyek

Gambar 2.16. Tidak ada bunyi berongga ketika ditepuk dengan suatu obyek

d. Tidak ada bekas mortar

Gambar 2.17. Tidak ada bekas mortar 4. Pekerjaan Pemasangan Keramik Dinding yang terdiri dari :

a. Toleransi ukuran keramik lantai yang akan dipasang tidak lebih dari 1

%

Gambar 2.18. Toleransi ukuran keramik lantai yang akan dipasang tidak lebih dari 1 %

(17)

b. Toleransi kerataan permukaan lantai tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

Gambar 2.19. Toleransi kerataan permukaan lantai tidak lebih dari 3 mm per 1.2 m

c. Bekas mortar dan cat tidak kelihatan

Gambar 2.20. Bekas mortar dan cat tidak kelihatan

d. Pada keramik tidak terjadi pecah, retak dan tetesan mortar

Gambar 2.21. Pada keramik tidak terjadi pecah, retak dan tetesan mortar

e. Tidak ada bunyi berongga ketika ditepuk dengan suatu obyek

Gambar 2.22. Tidak ada bunyi berongga ketika ditepuk dengan suatu obyek

(18)

f. Warna keramik yang konsisten

Gambar 2.23. Warna keramik yang konsisten

g. Nat antar 2 keramik harus rapi dan konsisten

Gambar 2.24. Nat antar 2 keramik harus rapi dan konsisten

h. Toleransi nat antar 2 keramik tidak lebih dari 1 mm (Tidak ada gambar)

5. Pekerjaan Pengecatan Dinding yang terdiri dari : a. Permukaan pengecatan harus rata

Gambar 2.25. Permukaan pengecatan harus rata

b. Tidak terdapat tambalan-tambalan hasil dari pekerjaan pengecatan

Gambar 2.26. Tidak terdapat tambalan-tambalan hasil dari pekerjaan pengecatan

(19)

c. Bebas dari mengelupas, menggelembung dan mengapur

Gambar 2.27. Bebas dari mengelupas, menggelembung dan mengapur

d. Tidak ada warna yang luntur

Gambar 2.28. Tidak ada warna yang luntur

6. Pekerjaan Langit-langit (Plafond) yang terdiri dari : a. Seluruh permukaan harus rata

Gambar 2.29. Seluruh permukaan harus rata

b. Celah antara aksesoris lampu dan langit-langit tidak kelihatan (Tidak ada gambar)

c. Bebas dari kerusakan seperti mengelupas, menggelembung dan mengapur

(20)

Gambar 2.30. Bebas dari kerusakan seperti mengelupas, menggelembung dan mengapur

d. Tidak kelihatan retak

Gambar 2.31. Tidak kelihatan retak

7. Pekerjaan Pemasangan Pintu yang terdiri dari :

a. Kelurusan kusen pintu harus sejajar dengan dinding

Gambar 2.32. Kelurusan kusen pintu harus sejajar dengan dinding

b. Tidak ada celah antara kusen pintu dan dinding

Gambar 2.33. Tidak ada celah antara kusen pintu dan dinding

(21)

c. Toleransi celah antara daun dan kusen pintu tidak lebih dari 5 mm

Gambar 2.34. Toleransi celah antara daun dan kusen pintu tidak lebih dari 5 mm

d. Daun pintu seharusnya tidak membengkok dan melengkung

Gambar 2.35. Daun pintu seharusnya tidak membengkok dan melengkung

e. Kemudahan pembukaan dan penutupan tanpa bunyi

Gambar 2.36. Kemudahan pembukaan dan penutupan tanpa bunyi

f. Sudut daun pintu dan sudut kusen seharusnya siku-siku

Gambar 2.37. Sudut daun pintu dan sudut kusen seharusnya siku-siku

(22)

g. Tidak ada tanda karatan untuk bahan yang berbentuk logam

Gambar 2.38. Tidak ada tanda karatan untuk bahan yang berbentuk logam

h. Tidak ada pemasangan aksesoris yang lepas

Gambar 2.39. Tidak ada pemasangan aksesoris yang lepas

8. Pekerjaan Pemasangan Jendela yang terdiri dari :

a. Kelurusan kusen jendela harus sejajar dengan dinding

Gambar 2.40. Kelurusan kusen jendela harus sejajar dengan dinding

b. Tidak ada celah antara kusen jendela dan dinding

Gambar 2.41. Tidak ada celah antara kusen jendela dan dinding

(23)

c. Tidak ada tanda rembesan air hujan

Gambar 2.42. Tidak ada tanda rembesan air hujan

d. Toleransi celah antara daun dan kusen jendela tidak lebih dari 5 mm

Gambar 2.43. Toleransi celah antara daun dan kusen jendela tidak lebih dari 5 mm

e. Kemudahan pembukaan dan penutupan tanpa bunyi

Gambar 2.44. Kemudahan pembukaan dan penutupan tanpa bunyi

f. Tidak ada tetesan mortar dan cat untuk bingkai dan kaca

Gambar 2.45. Tidak ada tetesan mortar dan cat untuk bingkai dan kaca

(24)

g. Pemasangan kaca harus lurus dan rapi

Gambar 2.46. Pemasangan kaca harus lurus dan rapi h. Tidak ada tanda karatan untuk bahan yang berbentuk logam

Gambar 2.47. Tidak ada tanda karatan untuk bahan yang berbentuk logam

i. Tidak ada pemasangan aksesoris yang lepas

Gambar 2.48. Tidak ada pemasangan aksesoris yang lepas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada ilustrasi gambar di atas, diketahui bahwa melalui physical Facilities, yaitu kondisi fisik, meliputi: store location, store layout, design dan melalui

Seluruh manufacturing cost adalah product cost (Shim & Siegel, 1992). Period cost adalah semua biaya yang tidak langsung penting atau berhubungan dengan produksi. Contohnya

Literatur lain yang bisa berguna untuk membantu penanganan logistik kemanusiaan adalah model matematis untuk operasi aktivtas bantuan, menentukan lokasi alokasi dari

Cara perhitungan menggunakan stopwatch adalah dengan menghitung lama kerja pekerja dalam menyelesaikan suatu tugas yang spesifik dan dengan kondisi yang sesuai

Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan

Bagi pihak investor, pemecahan saham diyakini dapat memberikan abnormal return setelah pemecahan saham, karena para investor pada umumnya mengindikasikan bahwa perusahaan

Beban preloading diberikan sebesar beban rencana atau lebih besar yang akan diberikan diatas tanah lunak tersebut dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya penurunan rencana..

Tujuan dari K3 adalah menciptakan suatu lingkungan kerja yang sehat, aman, teratur dan sejahtera, sehingga hal ini dapat membuat suasana lingkungan kerja menjadi