4
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Bencana Alam
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007, bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (sumber: # http://bpbd.sukoharjokab.go.id/pengetahuan-kebencanaan/definisi-bencana/).
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).
Penyebab dari bencana banjir di suatu wilayah atau daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan (IDEP, 2007), yaitu:
Hujan dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama berhari-hari.
Erosi tanah dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.
Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.
Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.
Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap tinggi.
Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang panjang.
5
Universitas Kristen Petra
2.2 Definisi Logistik Kemanusiaan
Logistik kemanusiaan didefinisikan sebagai proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian bantuan secara efektif dan efisien dari pusat bantuan ke lokasi bencana dengan tujuan mengurangi penderitaan korban bencana (Thomas & Kopczak, 2005). Logistik kemanusiaan memiliki sedikit perbedaan dengan logistik komersil dalam hal customer, tujuan, karakteristik demand, dan lingkungannya. Tujuan utama pada logistik kemanusiaan ini adalah pemberian bantuan yang tepat dan cepat. Fokus terhadap kecepatan dan pengurangan biaya merupakan hal yang perlu dilakukan pada beberapa hari setelah bencana terjadi.
Thomas dan Kopczak menjelaskan bahwa logistik kemanusiaan merupakan pusat dari bantuan bencana karena:
Logistik kemanusiaan merupakan hal krusial pada keefektifan dan kecepatan respon untuk program kemanusiaan seperti kesehatan, makanan, air, dan sanitasi.
Dengan pengadaan dan transportasi termasuk di logistik kemanusiaan, hal ini menjadi salah satu bagian termahal dalam usaha bantuan.\
Departemen logistik menangani penelusuran barang melalui rantai pasok, seringkali pusat data bisa dianalisa untuk memberikan pembelajaran pasca peristiwa.
Menurut Kovács dan Spens (2007) dan Kaatrud et al (2003), pelaksanaan dari logistik kemanusiaan memerlukan adanya orang atau pihak yang mengurus manajemen yang telah dibuat. Pihak-pihak yang harus terlibat antara lain, pemerintah, militer, lembaga bantuan, donor, organisasi non-pemerintah (LSM), dan perusahaan-antara sektor swasta yang logistik penyedia layanan unggul (dalam Cozzolino, 2012, p.12).
2.3 Lembaga Kemanusiaan
Indonesia memiliki beberapa lembaga kemanusiaan atau lembaga penanggulangan bencana yang terlibat dalam penanganan bencana alam yang terjadi. Lembaga-lembaga kemanusiaan tersebut yaitu; Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara Negara Indonesia (TNI), Palang
6
Universitas Kristen Petra
Merah Indonesia, Badan Sars Nasional (BASARNAS), dan beberapa lembaga non pemerintah (NGOs).
2.5 Pedoman Pembentukan Posko bantuan
Dalam situasi darurat bencana, sering terjadi kesimpang-siuran data dan informasi korban maupun kerusakan sehingga mempersulit pengambilan kebijakan penanganan korban secara darurat. Pelaksanaan tanggap darurat juga sering kurang saling mendukung, distribusi bantuan dan pelayanan korban kurang cepat dan kurang merata, sulit terpantau dengan baik, sehingga kemajuan hasil kegiatan tanggap darurat bencana kurang bisa terukur secara objektif. Situasi- situasi tersebut disebabkan antara lain karena kurangnya koordinasi antar instansi terkait dalam kegiatan tanggap darurat bencana dan penempatan dari lokasi posko bantuan dan depo.
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan prasarana. menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 14 Tahun 2010 posko bantuan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Pos Komando Kedauratan
Pos komando yang dibentuk pada saat keadaan darurat yang meliputi tahap siaga darurat, tahap tanggap darurat dan transisi dari tahap tanggap darurat ke tahap pemulihan yang dapat berupa pos komando tanggap darurat, pos komando lapangan, dan pos pendukung yang merupakan satu kesatuan sistem penanganan darurat.
Pos Komando Tanggap Darurat Bencana
Institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi tanggap darurat bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan tanggap darurat bencana.
Pos Komando Lapangan Tanggap Darurat Bencana
7
Universitas Kristen Petra
Institusi yang bertugas melakukan penanganan tanggap darurat bencana secara langsung di lokasi bencana.
Pos Pendukung Tanggap Darurat Bencana
Pos yang membantu kelancaran akses dan mobilisasi atau distribusi bantuan tanggap darurat korban bencana.
Pedoman pembentukan posko bantuan menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 14 Tahun 2010, disebutkan bahwa maksud dan tujuan pembentukan posko komando bantuan tanggap darurat di lokasi bencana adalah sebagai berikut:
Tersedianya acuan pembentukan pos komando tanggap darurat bencana, pos komando lapangan tanggap darurat bencana, dan pos pendukung tanggap darurat bencana.
Tersedianya acuan tata hubungan kerja diantara pos komando tanggap darurat bencana, pos komando lapangan tanggap darurat bencana, dan pos pendukung tanggap darurat bencana dalam rangka peningkatan koordinasi, pengendalian, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penanganan bantuan terhadap korban bencana.
2.5 Pendekatan Model Program Linear
Literatur lain yang bisa berguna untuk membantu penanganan logistik kemanusiaan adalah model matematis untuk operasi aktivtas bantuan, menentukan lokasi alokasi dari fasilitas bantuan (posko), dan menentukan jalur transportasi pendistribusian bantuan (Atay and Green, 2006). Caunhye et al. (2012) mempelajari literatur mengenai model optimasi dalam penanganan logistik darurat. Model-model linear tersebut dapat secara luas diklasifikasikan ke dalam lokasi fasilitas (posko bantuan), distribusi bantuan, dan transportasi. Seperti yang dilakukan Kongsomsaksakul et al. (2005) yang mengembangkan model linear untuk menentukan lokasi evakuasi banjir dengan meminimumkan waktu dan rute transportasi.
Program linear (Linear Programming) adalah suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Program linear mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan
8
Universitas Kristen Petra
untuk mencapai hasil yang optimal yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematika) diantara alternatif-alternatif yang mungkin dengan menggunakan fungsi linear (Subagyo, 2000).
Program linear mempunyai dua macam fungsi linear yang digunakan dalam persamaanya (Bustani, 2005), yaitu:
Fungsi tujuan (objective function) yaitu fungsi yang mengarahkan analis untuk mendeteksi tujuan perumusan masalah.
Fungsi kendala atau batasan (constraint) yaitu fungsi yang mengarahkan analis untuk mengetahui sumber daya yang tersedia dan permintaan atas sumber daya tersebut.
Penggunaan program linear dalam penerapan model lokasi alokasi posko atau depo bantuan telah digunakan pada pembahasan (Vazielos Z dan Soumia I, Chapter 10, 2013) mengenai penentuan lokasi fasilitas bantuan korban banjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan menggunakan model matematis. Model penentuan lokasi fasilitas bantuan ini mempunyai beberapa asumsi-asumsi yang digunakan. Selain itu penetapan dalam anggaran biaya yang tersedia, permintaan bantuan, periode waktu, dan lainnya yang akan dijelaskan dalam model matematis sebagai berikut.
∑
Notasi-notasi dari model matematis adalah sebagai berikut:
i = Permintaan bahan bantuan di lokasi pengungsian j = Lokasi potensial untuk fasilitas bantuan
t = Periode waktu
tmax = Waktu maksimal pelayanan
xj = 1, [ jika fasilitas bisa dilokasikan untuk lokasi j] 0, [ jika tidak]
yi = 1, [ jika permintaan bantuan di lokasi i bisa dipenuhi] 0, [ jika tidak]
ai = Perkiraan jumlah korban di lokasi permintaan i bv = Anggaran biaya
9
Universitas Kristen Petra
fv = Biaya tetap
vf = Jumlah tempat fasilitas maksimal yang dapat didirikan
Fungsi tujuan dari model matematis (2.1) yang dibuat adalah memaksimalkan jumlah penanganan korban di fasilitas bantuan selama suatu periode waktu. Fungsi tujuan tersebut memiliki beberapa kendala didalamnya sehingga membuat batasan-batasan tertentu untuk diselesaikan. Kendala pertama adalah kendala mengenai hubungan keputusan lokasi potensial pos bantuan atau depo dengan jumlah permintaan bantuan Kendala dimodelkan sebagai berikut.
∑
Kendala (2.2) menjelaskan bahwa jumlah bantuan di fasilitas j harus lebih besar sama dengan permintaan bantuan di lokasi i. Kendala (2.2) juga menjelaskan bahwa lokasi potensial fasilitas pos bantuan atau depo dengan syarat fasilitas j harus merupakan elemen dari lokasi i. Lokasi i harus merupakan bagian dari lokasi I itu sendiri. Kendala selanjutnya adalah kendala kedua mengenai biaya untuk membuka suatu fasilitas bantuan dengan anggaran biaya yang diberikan. Kendala mengenai biaya fasilitas bantuan dimodelkan sebagai berikut.
∑
Kendala kedua (2.3) berhubungan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membangun fasilitas pos bantuan atau depo dengan anggaran biaya yang diberikan. Kendala kedua (2.3) menjelaskan bahwa fasilitas bantuan di lokasi j dan biaya untuk membangun lokasi fasilitas j tidak boleh melebihi dari jumlah anggaran biaya yang disediakan. Kendala ini merupakan batasan biaya yang diberikan oleh pemerintah untuk membuka suatu fasilitas pos bantuan atau depo di Kampung Melayu, Jakarta.