4
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Bekisting
Formwork atau bekisting merupakan salah satu faktor penting dari tiga komponen pokok yang harus direncanakan secara matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Stephens, 1985).
Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton.
Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan.
Permukaan bekisting yang akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik.
Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya.
Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis mungkin.
Illingworth menyatakan ada beberapa hal yang harus direncanakan agar pemakaian bekisting ekonomis. Hal pertama yang harus direncanakan berkaitan dengan desain dari bentuk bekisting, dimana bekisting yang digunakan harus kuat dan kaku tanpa perlemahan pada sambungan atau bagian lainnya. Selain itu bekisting perlu direncanakan akan ketahanan pemakaian.
Tingkat pemakaian bekisting yang berulang kali ini tergantung dari bahan material bekisting yang digunakan. Hal ini menyebabkan berkurangnya biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan material dan pembuatan bekisting.
Untuk ketahanan bekisting yang terbuat dari material kayu dalam pemakaian berulang adalah kurang lebih setengah kali ketahanan pemakaian berulang bekisting yang terbuat dari material baja.
5
Universitas Kristen Petra
Pemilihan material bekisting yang baik juga akan mempengaruhi hasil akhir permukaan beton yang dikerjakan. Pemakaian material baja atau fiberglass, hasil akhir yang diperoleh jauh lebih baik daripada pemakaian material kayu. Hal ini akan mempengaruhi pekerjaan finishing pada akhirnya. Semakin baik permukaan beton yang dihasilkan semakin sedikit jumlah atau luasan permukaan beton yang harus difinishing.
2.2 Tujuan Bekisting
Sebelum mendesain sesuatu, yang pertama paling penting yang harus dilakukan adalah menyusun tujuan apa yang ingin dicapai. Kemudian yang kedua adalah mengetahui faktor – faktor apa saja yang akan mempengaruhi keputusan – keputusan mengenai metode material dan bentuk akhirnya.
Pada umumnya sebuah bekisting merupakan sebuah konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi utama :
1. Untuk memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton.
2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan.
3. Untuk memikul beton hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul dirinya sendiri.
Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas/dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton :
a. Kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak b. Keamanan bagi pekerja konstruksi
c. Biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis mungkin.
Hal – hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan bekisting sehubungan dengan tujuan dan sifatnya yang sementara dalam sebuah pembangunan, maka yang harus diperhatikan adalah :
a. Dengan efektifitas bahan dapat menyalurkan beban yang cukup besar ke perancah/ scaffolding.
b. Harus tahan dengan tekanan beton saat penuangan dan tahan menahan pekerjanya..
6
Universitas Kristen Petra
c. Meminimalisir kegagalan pemasangan.
d. Mudah dikontrol.
e. Besarnya volume pekerjaan.
Dalam hal – hal yang ada untuk diperhatikan tersebut diperlukan siklus dari sebuah pekerjaan agar mempermudahkan kita untuk mengetahui semua hal yang diperlukan dalam pengerjaan bekisting.
2.3 Siklus Pekerjaan Bekisting
Pelaksanaan bekisting merupakan bagian terintegrasi dari suatu proses konstruksi beberapa terminology digunakan dalam pekerjaan beton dan bekisting.
Proses penyediaaan bekisting dan beton merupakan integrasi yang mutlak dibutuhkan. Siklus pada bagian kiri pada Gambar 2.1 Menggambarkan siklus dari pekerjaan bekisting. Sedangkan yang bagian kanan menggambarkan siklus pekerjaan beton. Dua intersection menggambarkan awal dan akhir dari siklus pekerjaan beton.
Siklus bekisting dimulai dengan pemilihan metode bekisting. Aktifitas siklus bekisting ini digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Fabrikasi bekisting (tahap perencanaan), tahap pelaksanaan, dan pembongkaran.
Sedangkan siklus pekerjaan beton dimulai setelah fabrikasi bekisitng dan selesai sebelum pembongkaran bekisting. Fungsi dari siklus pekerjaan bekisting untuk penyediaan kebutuhan struktur akan kekuatan, durabilitas dan bentuk permukaan.
Gambar 2.1 Integrasi antara siklus pekerjaan bekisting dengan pekerjaan beton
7
Universitas Kristen Petra
Untuk mencapai semuanya itu maka diperlukan siklus yang baik diperlukan perencanaan yang matang sebelum mencapai siklus yang tersebut. Dan perencanaan tersebut perlu juga beberapa pertimbangan dari berbagai faktor.
2.3.1 Perencanaan Bekisting
Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sesuatu yang sepenuhnya perlu dipertimbangkan baik - baik. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya.
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
a) Kondisi struktur yang dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil. Disini juga mencakup kekuatan yang harus diperhitungkan dalam pembuatan bekisting b) Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama untuk penentuan siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.
c) Ketersediaan material dan alat
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang diterapkan.
8
Universitas Kristen Petra
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diambilah keputusan mengenai metode bekisting yang diterapkan. Dari faktor – faktor dalam perencanaan itulah menjadi pertimbangan untuk kita dapat memilih macam – macam metode dari pelaksanaan bekisting tersebut.
2.3.2 Pemilihan Metode pelaksanaan Bekisting
Pemilihan metode pelaksanaan bekisting termasuk proses pemilihan metode untuk elemen struktur yang berbeda. Itu juga termasuk pemilihan aksesoris, bracing dan ketersediaan komponen untuk sistem bekisting tersebut.
Ada beberapa bentuk sistem yang dipakai dalam konstruksi struktur beton bertulang. Terlebih dahulu kita harus tahu adanya beberapa macam metode pelaksanaan bekisting tersebut yaitu :
1. Bekisting Metode konvensional
Bekisting dengan pembuatan langsung ditempat atau biasanya dengan material kayu.
2. Bekisting Metode PERI
Bekisting mengunakan panel – panel patent dan metode ini menggunakan multiplex dengan perkuatan dari baja maupun kayu. Salah satunya adalah dengan mengunakan PERI.
Dari dua metode diatas memiliki beberapa perbedaan entah dalam bahan – bahan yang dipakai, cara pemasangan, alat yang dipakai, dan masih banyak lagi perbedaan antara bekisting metode konvensional dengan metode PERI.
2.3.2.1 Bekisting Metode Konvensional
Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan pelepasan bagian – bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan,
9
Universitas Kristen Petra
namun jika material kayu masih memungkinkan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur lain.
Hasil dari permukaan beton yang diperoleh dengan menggunakan bekisting material kayu ini tidak terlalu baik, namun pemakaian bekisting ini mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dikatakan tinggi, karena bekisting tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur bangunan dengan bentuk yang bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya terdapat jenis material bekisting baru yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting, biasanya tetap mengkombinsikan pemakaian bekisting tradisional dengan bekisting modern untuk pekerjaan – pekerjaan struktur kecil.
Pada metode ini memiliki beberapa bahan yang harus diketahui dalam pembuatan bekisting konvensional:
1. Papan kayu / multiplek
Berfungsi sebagai bahan untuk pembuatan dinding dari bekisting 2. Balok kayu
Berfungsi sebagai pengaku dari papan atau multiplek yang ada agar dapat menahan yang diterima oleh bekisting.
3. Paku
Berfungsi sebagai bahan untuk menyambung papan kayu atau multiplek dengan balok kayu.
Dalam pemakaiannya metode ini dapat dipakai sebagai bekisting dari bagian struktur apapun. Dari bekisting balok, pelat, maupun kolom. Dan memiliki bagian – bagiannya tersendiri. Dibawah ini merupakan bagian – bagian dan cara pemasangan dari struktural yang mengunakan bekisting konvensional:
10
Universitas Kristen Petra
A. Bekisting Kolom
Bahan - bahan untuk pembuatan bekisting kolom : 1 Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
2 Kasau 5/7 cm 3 Paku reng 4 Paku usuk
Bagian – bagian dari bekisting kolom : 1. Dinding kolom
Berfungsi sebagai media kontak dengan beton yang juga berguna agar beton cair tidak tercecer kemana – mana biasanya terbuat dari papan kayu atau multiplek.
2. Pengikat kolom
Berfungsi sebagai pengaku bagian horizontal, pemersatu tiap papan – papan kayu yang juga berguna sebagai pengikat agar bekisting tidak pecah.
3. Stud
Berfungsi sebagai penyatu antar pengikat kolom bahkan pengikat kolom dengan beton dibawahnya.
Pelaksanaan bekisting kolom :
1 Pasang beton tahu pada begel kolom
2 Dirikan cetakan kolom sesuai dengan gambar kerja Gambar 2.2 Bekisting Kolom
11
Universitas Kristen Petra
3 Periksa tegak lurusnya acuan dengan unting – unting
4 Perkuat cetakan kolom dengan menggunakan skur pada tiang cetakan hingga keadaannya tidak bergerak
5 Bersihkan kotoran di dalam bekisting lewat lubang yang telah disiapkan.
B. Bekisting Balok dan Pelat
1. Balok
Bahan - bahan untuk pembuatan bekisting balok : 1. Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
2. Kasau 5/7 cm 3. Paku reng 4. Paku usuk
5. Bambu/ kayu sebagai tiang penyangga
Bagian – bagian dari bekisting balok : 1. Balok Suri
Berfungsi sebagai balok penahan bekisting yang dipakai untuk menahan beban atau penyalur kepada perancah.
2. Landasan
Berfungsi sebagai papan penahan bagian bawah yang terbuat dari kayu untuk menahan beban beton cair.
Gambar 2.3 Bekisting balok dan pelat
12
Universitas Kristen Petra
3. Tembereng
Berfungsi sebagai papan penahan samping yang terbuat dari kayu untuk menahan beban beton cair.
4. Tiang penyangga
Berfungsi sebagai penahan/penyangga tembereng agar tidak terjadi kegagalan.
5. Tie rod
Berfungsi sebagai pengaku bekisting yang dipasang pada tembereng dengan jarak tertentu agar bentuk dari bekisting sesuai dengan perencanaan awal.
Pelaksanaan bekisting balok :
1. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar bekisting balok, kemudian menarik dua dari buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai dasar bekisting dan pemasangan landasan tiang.
2. Dirikan tiang – tiang perancah dengan jarak 50-70 cm.
3. Hubungkan tiap tiang perancah dengan batang melintang dan membujur sehingga tidak goyah.
4. Memasang gelagar memanjang (balok suri) dengan posisi gelagar bagian atas menyentuh benang yang sudah di waterpass diatas tiang..
5. Pemasangan rangka atas balok (landasan) dengan mengacu pada titik as balok yang telah ditandai dengan benang dan unting-unting..
6. Setelah alas balok terpasang dengan benar, maka dilakukan perangkaian panel tembereng balok. Diusahakan agar posisi tembereng balok tegak lurus alas balok.
7. Pemasangan skur penahan untuk mempertahankan ketegakan tembereng balok dan menahan beban pada saat pengecoran terjadi.
2. Pelat
Bahan - bahan untuk pembuatan bekisting pelat : 1. Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm.
2. Kasau 5/7 cm.
3. Paku reng.
4. Paku usuk.
13
Universitas Kristen Petra
5. Bambu/ kayu sebagai tiang penyangga.
Bagian – bagian dari bekisting pelat : 1. Bekisting kontak
Berfungsi sebagai bidang kontak bekisting dengan beton yang biasanya terbuat dari multiplek atau papan kayu.
2. Balok anak
Berfungsi sebagai balok penahan beban yang diterima dari multiplek / bekisting kontak kemudian disalurkan kebalok penyangga 3. Balok penyangga/suri
Berfungsi sebagai balok penahan yang menyalurkan beban dari balok anak kepada perancah.
4. Perancah
Berfungsi menahan beban bekisting dan beban cor dan bersifat sementara.
Pelaksanaan bekisting pelat lantai :
1. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar bekisting balok, kemudian menarik dua dari buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai dasar bekisting, kemudian pemasangan landasan tiang perancah.
2. Memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah(tiang).
3. Memasang perancah/stempel kaso atau balok dengan jarak antar riang sesuai dengan gambar kerja dengan perkiraan jarak antara 50-70 cm.
4. Pemasangan pengaku antar tiang perancah apabila diperlukan dengan menghubungkan tiap tiang dengan batang melintang dan membujur sehingga tidak goyah.
5. Pemasangan balok suri di atas gelagar memanjang dengan jarak pemasangan sesuai gambar rencana diatas tiang perancah.
6. Kontrol kedataran gelagar dengan waterpas/selang plastic.
7. Pasang papan cetakan diatas gelagar dan kontrol kedatarannya sepanjang balok.
8. Perkuat papan samping dengan skur.
14
Universitas Kristen Petra
2.3.2.2 Bekisting Metode PERI
Dalam metode ini merupakan salah satu metode dimana bentuk dari bekisting ini setting dari awal sebelum pemakaian,dan bekisting dengan metode PERI ini sudah dirakit sedemikian rupa sehingga tiap sisinya mempunyai kekuatan yang sama, sehingga PERI mempunyai data – data yang pasti dan dirakit dengan memiliki semboyan “SAFE STRUCTURE” atau aman dan mudah digunakan oleh semua proyek konstruksi. Pengerjaan PERI dibagi menjadi dua bagian, yaitu sisi kanan dan sisi kiri untuk kolom sehingga pengerjaannya sangat cepat, terlebih lagi untuk pengerjaan core lift sistem PERI dapat dikerjakan tanpa membongkar hanya bergerak ke atas sehingga waktu pengerjaannya cepat.
Sedangkan untuk pengerjaan dari lantai metode PERI ini mengunakan PERI beam atau yang dikenal dengan sebutan Hori Beam atau lebih lengkapnya Hori Adjustable Beam, jenis PERI ini dapat diatas panjangnya sehingga memudahkan dalam pembuatan lantai.
Bekisting dengan metode PERI ini memiliki bagian – bagian yang dipakai untuk merancang satu dimensi yaitu :
1. Multiplek
Berfungsi sebagai dinding penahan beban beton basah dan member bentuk beton.
Gambar 2.4 Multiplek
15
Universitas Kristen Petra
2. PERI girder GT24
Rangka batang yang berbahan dari kayu yang berfungsi sebagai penahan beban dari beton basah.
3. Column waler SSRZ 24
Sebagai pengabung dan pengaku antara girder PERI GT24.
4. Hook Strap
Berfungsi sebagai penyambung antara PERI girder GT24 dengan column waler SSRZ24.
Gambar 2.5 PERI girder GT24
Gambar 2.6 Column waler SSRZ 24
16
Universitas Kristen Petra
5. VARIO Coupling VSRZ 24
6. Corner Coupling EKZ
Berfungsi sebagai penyambung antar SSRZ.
Gambar 2.7 Column waler SSRZ 24
Gambar 2.8 VARIO Steel waler VSRZ24
17
Universitas Kristen Petra
7. Wedge KZ
Besi yang berfungsi sebagai pengunci antar EKZ dengan SSRZ.
8. Girder Headpiece
Berfungsi sebagai pengikat antara PERI GT24 dengan push pull prop RSS 1.
Gambar 2.9 VARIO Steel waler VSRZ24
Gambar 2.10 Wedge KZ
18
Universitas Kristen Petra
9. Wedge Headpiece
Berfungsi sebagai penyambung antara SSRZ dengan kicker brace AV1.
10. Tie Rod
Sebagai bracing/pengikat pada bagian siku dari bekisting.
Gambar 2.11 Girder Headpiece
Gambar 2.12 Wedge Headpiece
19
Universitas Kristen Petra
11. Wing Nut
Sebagai bracing/pengikat pada bagian siku dari bekisting.
12. Tie Yoke
Sebagai bracing/pengikat pada bagian siku dari bekisting.
13. Adjustable Brace RSS dan adjustable RS
Berfungsi sebagai penyangga Peri GT24 agar tetap berdiri dan sebagai penyalur beban ke base plate.
Gambar 2.13 Tie Rod DW 15
Gambar 2.14 Wing Nut
Gambar 2.15 Tie Yoke SKZ
20
Universitas Kristen Petra
14. Kicker AV
Berfungsi sebagai penahan beban beton basah di bekisting bagian bawah dan sebagai penyalur beban ke base plate.
15. Baseplate
Plat besi yang ditanam di lantai yang berfungsi sebagai penyalur beban dari push pull prop dankicker bracekelantai.
Gambar 2.16 Adjustable Brace RSS dan Adjustable Brace RS
Gambar 2.17 Kicker AV
21
Universitas Kristen Petra
16. Scaffold Bracket
Berfungsi sebagai tempat mobilisasi pekerja di bagian atas bekisting.
Pada dasarnya semua bagian yang ada diatas adalah bagian yang dipakai untuk merakit satu bentuk bekisting entah itu untuk kolom, balok, pelat, maupun dinding. Perencanaan untuk perencahaan dari bekisting metode ini dalam segi perhitungan tidak memerlukan perhitungan lagi yang rumit dikarenak pihak sub kontraktor dalam bagian ini sudah menyediakan tabel yang memudahkan kita dalam merakit tiap girder – girder yang ada dengan segala kelengkapannya. Tabel tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Gambar 2.18 Baseplate for RSS dan Baseplate for RS
Gambar 2.19 Scaffold Bracket
22
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Perencanaan untuk jumlah girder
Dari tabel diatas tiap perusahaan konstruksi dapat mengetahui tiap jumlah girder yang dibutuhkan untuk tiap dimensi bekisting yang dibutuhkan.
Dengan adanya diatas diperlukan juga sistem pemasangan untuk metode ini.
Seperti yang diketahui bahwa pemasangan bekisting metode ini lebih mudah dibanding dengan metode konvensional tetapi tetap diperlukan langkah – langkah pemasangan.
23
Universitas Kristen Petra
A. Bekisting Kolom
Bahan – bahan untuk pembuatan bekisting kolom:
1. Kelengkapan bagian – bagian PERI 2. Multiplek
Pelaksanaan bekisting kolom
1. Setelah pemasangan tulangan dan sepatu kolom sebagai acuan atau patokan agar bekisting dipasang menempel agar dimensi dari kolom tersebut sesuai dengan gambar rencana.
2. Perakitan bekisting PERI, dengan pengangkatan bekisting dengan bantuan alat angkut seperti mobile crane atau tower crane.
3. Pemasangan bekisting.
4. Perkuat bekisting kolom dengan menggunakan skur pada tiang cetakan hingga keadaannya tidak bergerak.
5. Lihat vertikalitas dari bekisting dengan unting – unting.
6. Bersihkan kotoran di dalam bekisting lewat lubang yang telah disiapkan
Gambar 2.20 Bekisting kolom
24
Universitas Kristen Petra
B. Bekisting Balok dan Pelat
Bahan – bahan untuk pembuatan bekisting balok : 1. Multiplek
2. Hori Beam
Pelaksanaan bekisting balok :
1. Pasang scaffolding dengan jarak dan perkuatan yang sesuai dengan gambar kerja.
2. Pemasangan balok – balok suri diatas scaffolding.
3. Pemasangan landasan dan tembereng dengan mengukur kedataran dari papan tersebut.
4. Penyusunan Hori Beam yang diletakan pada suri – suri dari bekisting balok.
5. Pemasangan multiplek.
6. Pembersihan kotoran.
Gambar 4.21 Bekisting balok dan pelat
25
Universitas Kristen Petra
C. Bekisting Dinding geser (shearwall)
Bahan – bahan untuk pembuatan bekisting shearwall : 1. Kelengkapan bagian – bagian PERI
2. Multiplek
Pelaksanaan bekisting dinding
1. Setelah pemasangan tulangan dan sepatu dinding sebagai acuan agar bekisting berada pada tempatnya sesuai dengan rencana.
2. Perakitan bekisting PERI untuk kedua bagian dari bekisting.
3. Pemasangan bekisting
4. Perkuat bekisting dinding dengan menggunakan skur pada tiang cetakan hingga keadaannya tidak bergerak
5. Bersihkan kotoran di dalam bekisting lewat lubang yang telah disiapkan
Pada bagian pelaksanaan merupakan salah satu bagian yang cukup signifikan dalam proyek kontruksi, dikarenakan keberhasilan dari pekerjaan struktur salah satunya dipengaruhi oleh proses pelaksanaan bekisting yang memadahi. Oleh karena penting sekali jika ada standart yang menjadi patokan dalam pelaksanaan.
Gambar 2.21 Bekisting dinding
26
Universitas Kristen Petra
2.4 Standard Operating Procedure
Standard Operating Procedure adalah suatu prosedur yang mengambarkan operasi yang dilakukan secara rutin dan berulang digunakan untuk praktik yang berulang – ulang, sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan cara yang benar.
Contoh hal – hal yang harus diperhatikan dalam standard operating procedure yaitu :
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok- balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point 1 harus dengan persetujuan konsultan pengawas.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan shop drawing untuk bentuk konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi.
5. Penggunaan bekisting sistem bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh konsultan pengawas.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan residu atau cairan ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh kontraktor
10. Pelaksanaan dengan alat theodolit dan waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.
11. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh konsultan pengawas sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
27
Universitas Kristen Petra
12. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh konsultan pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan.
13. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaa beton jika hal ini terjadi kontraktor pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.
14. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh konsultan pengawas.
Dengan adanya hal – hal yang diperhatikan dalam standard operating procedure ini dapat mendukung jalannya proyek dan mencegah banyak masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan.