• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur,"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Zona Pelaksanaan Pekerjaan

Penentuan zona-zona pekerjaan pada bangunan gedung bertingkat dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur, schedule pelaksanaan, dan ketersediaan sumberdaya. Pada konstruksi bangunan yang besar, biasanya area pekerjaan dibagi menjadi zona-zona guna memudahkan dalam sirkulasi pekerjaan dan transportasi alat serta material. Ketersediaan alat angkut terutama untuk jenis tower crane biasanya dipertimbangkan juga jangkauannya terhadap area pekerjaan.

Hal ini juga dipertmbangkan terhadap volume pengecoran yang akan dikerjakan karena pengecoran dengan volume yang besar akan membutuhkan perencanaan tambahan akan mobilisasi alat angkut adukan beton karena akan berpengaruh kepada kualitas hasil pengecoran akibat efek waktu terhadap sifat-sifat campuran beton itu sendiri.

Pemasangan sebuah bekisting ditentukan oleh perbandingan masa perputaran atau siklus pembangunan – kasar / satuan . Masa perputaran bekisting adalah periode dimana bekisting dari sebuah satuan sedang dipergunakan atau beton hasil pengecoran dalam masa pengerasan sehingga bekisting belum bisa dibongkar. Periode ini mencakup jangka waktu untuk :

(2)

a. Penyetelan bekisting, b. Pemasangan tulangan,

c. Pengecoran dan masa pengerasan beton,

d. Pembongkaran bekisting atau sebagian elemen-elemennya, e. Pengangkutan bekisting.

2.1.2 Bekisting

Pekerjaan bekisting merupakan bagian pekerjaan yang sangat penting didalam seluruh pelaksanaan pekerjaan beton, karena pekerjaan ini akan menentukan posisi , ukuran serta bentuk dari beton yang dicetak. Menurut Hanna, (1999) sistem bekisting didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempatkan beton segar termasuk cetakan atau bidang yang kontak dengan beton beserta dengan bagianpendukung cetakannya. Menurut McCormac, (2004) definisi bekisting beton adalah cetakan yang ke dalamnya beton semi-cair diisikan. Cetakan ini harus cukup kuat untuk menahan beton dalam ukuran dan bentuk yang diinginkan hingga beton tersebut mengeras.

Menurut Rupasinghe dan Nolan, (2007) definisi bekisting adalah Suatu struktur bersifat sementara, digunakan untuk mencetak beton yang dituangkan sesuai dengan dimensi yang diperlukan dan menahannya sampai beton itu mampu mendukung berat sendiri. Sedangkan menurut Nemati, (2007) definisi bekisting adalah Suatu metode yang melayani untuk mendukung sementara, akses, peningkatan, atau memudahkan

(3)

juga berfungsi sebagai struktur penyangga sementara bagi seluruh beban yang ada sebelum struktur beton berfungsi penuh. Beban tersebut bahan– bahan, alat–alat dan pekerja yang bekerja (Istimawan Dipohusodo,1999).

Dari beberapa definisi di atas, bahwa bekisting merupakan sarana sebagai komponen cetakan bagi beton segar agar beton mengeras sesuai dengan: (a) dimensi yang diinginkan, (b) bentuk yang diinginkan, dan (c) kualitas yang diinginkan. Komponen cetakan vertikal (kolom dan dinding) dan cetakan horizontal (balok dan pelat lantai) tidak dapat dicampur, karena berlainan fungsinya dalam menahan beban kerja, serta waktu yang diperlukan untuk membongkar bekisting berbeda pula. Menurut Nemati, (2007), kerugian-kerugian waktu dan biaya akan terjadi jika struktur-struktur sementara ini tidak direncanakan dan tidak dikelola dengan baik

2.1.3 Dasar Perencanaan Bekisting

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi :

(4)

1) Bekisting menentukan bentuk dari bekisting beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menuntut bekisting yang sederhana.

2) Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu.

3) Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan dipindahkan.

Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari pada masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam terbang dari si pemborong kerja tersebut.

Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting (Edward, 1997), yaitu :

1) Kualitas : Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.

(5)

2) Keselamatan : Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup danfaktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.

3) Ekonomis : Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).

Ada beberapa beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode bekisting yang akan dipakai (Wigbout ,1987), yaitu:

1) Kondisi struktur yang akan dikerjakan.

Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.

2) Luasan bangunan yang akan dipakai

Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama untuk penentuan n x siklus pemakaian material bekisting. Hal ini

(6)

juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.

3) Ketersediaan material dan alat.

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.

Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diam billah keputusan mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.

2.1.4 Syarat Dan Ketentuan Dalam Pekerjaan Bekisting

Untuk memenuhi fungsinya, menurut American Concrete Institute (ACI) dalam buku “Formwork For Concrete” menyebutkan bahwa bekisting harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban-beban yang terjadi baik sebelum ataupun setelah masa pengecoran berton.

b. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan geseran yang mampu mengubah bentukan struktur ataupun membahayakan sistem bekisting itu sendiri (ambruk).

(7)

c. Kaku, terutama pada bekisting kontak sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan dimensi, bunting atau keropos pada struktur beton.

2.1.5 Jenis & Tipe Bekisting

Pada umumnya bekisting secara garis besar dibagi menjadi 3 tipe yaitu :

1. Bekisting tradisional

Yang dimaksud dengan bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain. Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari kayu papan atau material Balok, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok dan (pada lantai) dari stempel-stempel baja. Bekisting tradisional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk yang diinginkan pada kerja beton.

2. Bekisting setengah sistem

Yang dimaksud dengan bekisting setengah sistem adalah satuan-satuan bekisting yang lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk ini mereka pada prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak diubah. Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari material Balok. Konstruksi penopang disusun dari komponen-komponen baja yang dibuat di pabrik atau gelagar-gelagar kayu yang tersusun. Setelah usai, komponen-komponen ini

(8)

dapat disusun kembali menjadi sebuah bekisting setengah sistem untuk sebuah obyek yang lain. Sebagai contoh elemen-elemen panel dinding.

3. Bekisting sistem

Yang dimaksud dengan bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting yang dibuat di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja. Bekisting sistem dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini berarti bahwa tipe bekisting ini dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Bekisting sistem dapat pula disewa dari penyalur alat-alat bekisting. Contoh : bekisting panel untuk terowongan, bekisting untuk beton pre-cast.

2.1.6 Pembongkaran Bekisting dan Support

Berdasarkan SNI 03–2847–2002, bekisting harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur. Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran dan pemasangan kembali penopang dan untuk perhitungan beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban hidup tidak boleh ditopang oleh bagian struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali jika analisis menunjukan bahwa bagian struktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban tambahan tersebut.

(9)

Bekisting dan perancah tidak boleh dipindahkan sampai ada ketentuan bahwa beton sudah cukup kuat untuk mendukung beban-beban di atasnya. Penentuan kekuatan beton itu harus berdasarkan pada salah satu dari (Herman, 1998):

1. Rencana dan spesifikasi kondisi untuk menetapkan perpindahan bekisting, atau

2. Mengadakan pengujian beton dengan stándard yang berlaku untuk memastikan bahwa beton sudah memperoleh kekuatan yang cukup untuk mendukung beban di atasnya.

Tabel 2.1 Periode minimum pembongkaran bekisting

Jenis Bekisting Periode Minimum Sebelum Pembongkaran

Dinding, kolom, bagian sisi balok 12 jam

Beban hidup lebih

kecil beban mati Beban hidup lebih besar beban mati Balok

- Jarak bentang kurang dari 3 meter - Jarak bentang antara 3 – 6 meter - Jarak bentang lebih besar dari 6

meter 7 hari 14 hari 21 hari 4 hari 7 hari 14 hari Pelat lantai satu arah

- Jarak bentang kurang dari 3 meter - Jarak bentang antara 3 – 6 meter - Jarak bentang lebih besar dari 6

meter 4 hari 7 hari 10 hari 3 hari 4 hari 7 hari Sumber : ACI 347-04 (2004)

(10)

Menurut ACI 347-04 (2004) menyatakan bahwa periode minimum pembongkaran bekisting ditunjukan pada Tabel 2.1, tetapi perlu dicatat bahwa bekisting lantai dan balok yang menahan beban, waktu pembongkarannya perlu direncanakan.

Segera setelah pembongkaran bekisting pelat dan balok harus di support penuh (reshore) sampai beberapa lantai dibawahnya, minimal 2 (dua) lantai di shore dan 2 (dua) lantai reshore. Reshore dapat dilaksanakan setelah periode minimum pada tabel 2.1 diatas terpenuhi dan harus tetap dilakukan sampai beton mencapai tegangan tekan 28 hari. 2.1.7 Siklus Pekerjaan Bekisting

Siklus menggambarkan urutan langkah-langkah sejak proses awal hingga berakhirnya proyek. Siklus yang dimaksud dalam tulisan ini adalah siklus pekerjaan bekisting dimana pembacaan hanya meliputi pekerjaan yang menyangkut pekerjaan bekisting seperti pekerjaan pemasangan, pembongkaran, dan pengecoran bekisting.

Contoh siklus pekerjaan bekisting : - Zone to zone = 2 hari

- Floor to floor = 5 hari - Persiapan = 10 hari

- Bongkar bekisting balok = 14 hari setelah cor - Bongkar bekisting pelat = 14 hari setelah cor

(11)
(12)

2.1.9 Pembiayaan Bekisting

Sebagai akibat dari relatif meningkatnya ongkos kerja selama 20 tahun terakhir ini, perbandingan antara biaya material dan ongkos kerja selalu mengalami perubahan. Biaya bekisting biasanya berkisar antara 35 sampai 60% atau lebih daripada keseluruhan biaya konstruksi struktur beton. Menyadari pengaruh harga pekerjaan bekisting terhadap biaya keseluruhan, adalah kritis bagi engineer struktur untuk memfasilitasi ekonomis bagi bekisting, tidak hanya ekonomis bagi material beton.

Ada beberapa pertimbangan yang dijadikan acuan dalam penentuan konstruksi bekisting yang ekonomis :

1. Biaya dan kemungkinan terhadap penyesuaian material yang telah ada dibandingkan dengan membeli atau menyewa yang baru. 2. Biaya dari tingkat kualitas material yang lebih tinggi dibandingkan

dengan tingkat yang rendah plus keahlian pekerja yang lebih baik dalam peningkatan kualitas dan kegunaan.

3. Pemilihan terhadap material yang lebih mahal sehingga dapat menghasilkan daya tahan dan kapasitas pengunaan dibandingkan dengan material yang lebih murah dengan tingkat penggunaan yang lebih pendek

4. Penyetelan di lokasi dibandingkan dengan penyetelan di toko atau pabrik hal ini tergantung dari kondisi lokasi serta lahan yang tersedia, ukuran besar kecilnya proyek, jarak tempat penyetelan, dan lain sebagainya.

(13)

Penggunaan yang berulang dari bekisting ditujukan untuk mencapai nilai ekonomis maksimum dari material. Panel-panel bekisting sebaiknya dirancang agar mudah dipasang, dibongkar dan diperkuat sehingga keuntungan maksimum dapat diperoleh tanpa mengeluarkan banyak biaya perbaikan. Pekerjaan yang paling sulit sehubungan dengan bekisting adalah mengestimasi biaya bekisting tersebut. Para estimator harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan berkaitan dalam menghitung pembiayaan pekerjaan dan mencapai suatu efisiensi. Faktor-faktor tersebut yaitu :

1. Jenis metode yang dipakai; Hal ini berhubungan dengan pemilihan jenismaterial, alat bantu dan penyangga perkuatan yang akan dipakai serta jenis pengadaannya (beli atau sewa).

2. Pemilihan tenaga kerja; Keterampilan dan harga upah menjadi pertimbangan.

3. Metode pabrikasi, pemasangan, perkuatan, pembongkaran dan pemindahan.

2.1.10 Pemasangan Bekisting Sistem Table Form

Keunggulan penggunaan bekisting sistem diantaranya adalah tahan lama dan fleksibel terhadap perkembangan teknologi ramah lingkungan, efisiensi waktu pelaksanaan, jaminan keamanan dan kualitas dan efisiensi biaya.

Penyetelan alat bekisting harus memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut :

(14)

 Perancah harus berdiri tegak lurus . Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horisontal. Penyetelan dalam arah tegak lurus harus dengan waterpass.  Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka

lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah.

 Tempat dari perancah perlu dipilih sedemikian rupa sehingga beban dapat terbagi serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang timbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah.

Pada sistem bekisting table dimana alat-alatnya terbuat dari besi, hollow 5/10 digunakan untuk gelagar dan vertikal support sebagai tiang penyangga.

(15)

2.1.11 Material Bekisting

1) Material Bekisting Sistem Balok dan Plat

Gambar 2.2 Bekisting Sistem Balok dan Plat (Sumber :Arsip PT. Abadi Prima Intikarya)

a) Jackbase

Jackbase merupakan material yang digunakan untuk menopang inner dan vertikal support. Selain itu jackbase berfungsi sebagai pengatur level untuk perletakan pada bidang permukaan yang miring.

b) Inner Support

Inner terbuat dari pipa hitam berdiameter 1,5”. Pada badan inner terdapat beberapa lubang dengan diameter 13 mm untuk di kunci pada vertikal support. Fungsi inner suport yang dapat digunakan untuk mengatur level dari bekisting sesuai dengan floor to floor.

(16)

Inner Support sendiri terbagi menjadi tiga berdasarkan panjang. Inner 2000, Inner 1500, dan inner 1000.

c) Vertikal Support (VS)

Vertikal support dapat dikatakan merupakan material penting pada bekisting sistem. Ini dikarenakan fungsi dari vertikal support untuk menopang beban bekisting dan beton. Vertikal Support terbuat dari pipa hitam dengan diameter 2” dan tebal 2,8 mm. Vertikal support dibagi menjadi 3 yang juga berdasarkan panjang. VS 1800, VS 900, dan VS 600.

d) Horisontal Support (HS) dan Cross Diagonal (CD)

Horisontal Support dan Cross Diagonal terbuat dari pipa hitam dengan diameter 1,25” dengan tebal 2,2 mm. Horisontal Support berfungsi sebagai perkuatan dari rangkain Jacbase, Inner Support dan Vertikal Support. HS juga dibagi menjadi tiga HS 2000, HS 1500, dan HS 900.

e) Balok Head dan U – Head

Balok head dan U- head terbuat dari Balok strip besi dengan ketebalan 6 mm. Kedua material ini berfunsi untuk menopang rangkaian bekisting diatasnya. Balok Head dan U head disertai dengan pengatur level.

f) Hollow 50/100 dan Hollow 40/60

Pada rangkaian bekisting, biasanya hollow 50/100 digunakan untuk menopang hollow 40/60 yang sudah terpasang multiplek.

(17)

g) Material tambahan untuk bekisting balok

Untuk bekisting balok ada beberapa material tambahan yaitu : triangle dan tie rod untuk cetakan tembereng balok.

2) Material Pendukung

a) Kayu

Tidak ada jenis material yang lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan kayu dalam pembuatan bekisting dan perkuatannya. Kayu memiliki sifat tidak mahal, kuat, fleksibel, serba guna, tahan lama, ringan, dan mudah pengerjaannya.

Penggunaan kayu sebagai material bekisting diatur ketentuan dan persyaratannya dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). Dalam peraturan PKKI ini jenis-jenis kayu diklasifikasikan berdasarkan berat jenis, kekuatan lentur serta kekuatan tekan mutlaknya menjadi 5 (lima) kelas.

Material kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan dalam fungsinya sebagai bagian dari konstruksi yaitu :

1. Kekuatan yang besar pada suatu massa volume yang kecil. 2. Harga yang relatif murah dan dapat diperoleh dengan mudah. 3. Mudah dikerjakan dan alat-alat sambung yang sederhana. 4. Isolasi termis yang sangat baik.

5. Dapat dengan baik menerima tumbukan-tumbukan dan getaran-getaran.

(18)

6. Penanganan yang kasar di tempat pendirian sebuah bangunan. Dalam penggunaannya sebagai bagian dari konstruksi banyak yang mempengaruhi sifat dan kekuatan kayu tersebut. Oleh karena itu terdapat faktor-faktor pengali yang disesuaikan dengan kondisi konstruksi dimana kayu tersebut ditempatkan yaitu :

3) Faktor 2/3

a. Untuk konstruksi yang selalu terendam air.

b. Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi.

4) Faktor 5/6

Untuk konstruksi kayu yang tidak terlindung tetapi kayu tersebut dapat mengering dengan cepat.

5) Faktor 5/4

a. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan angin.

b. Untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan tidak tetap.

6) Faktor 3/2

Untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran, dll).

Sebagai dasar perhitungan kekuatan kayu dalam analisa perencanaan bekisting ini yang ditinjau adalah properti

(19)

tegangan-tegangan ijin serta modulus elastisitas dari material kayu yang akan digunakan tersebut.

b) Multiplek

Tripleks terdiri sejumlah lapisan kayu finer yang direkatkan bersilang satu di atas yang lain. Pada umumnya lapisan-lapisan finer dikupas dari sebatang kayu bulat; finer yang ditusuk akan memperlihatkan retakan-retakan kecil di permukaannya.

Ketebalan satu lapisan finer berkisar antara 1,5 – 2,5 hingga 3 mm. Setiap lapis finer dari satu Balok tidak harus sama tebal dan dari jenis kayu yang sama.

Jenis lem yang digunakan untuk merekatkan lapisan finer-finer tersebut harus tahan terhadap iklim luar selama suatu jangka waktu yang terbatas dan terhadap pencemaran oleh organisme mikro.

Dalam penggunaanya sebagai material kontak, lapisan terluar daripada triplek ini harus terbuat dari kualitas kayu yang lebih baik daripada lapisan yang ada didalamnya dan yang paling utama adalah tahan lama serta tahan aus.

Hal-hal yang merugikan dengan menggunakan triplek (multiplek) adalah sebagai berikut :

1. Harganya yang relatif tinggi.

2. Sudut dan tepi dari Balok-Balok mudah rusak.

(20)

2.2 Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu informasi tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Tabel 2.2 di bawah ini berisi tentang hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan perbandingan zoning pekerjaan terhadap siklus bekisting.

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

No Pengarang Judul Penelitian Penerbit Hasil Penelitian 1 Anggraeni

Utami (2015)

Analisis Perbandingan Zoning dan Siklus Bekisting Table Form System Pada Proyek Pembangunan Prima Orchard Apartement Universitas Mecubuana

- Penelitian awal diketahui bahwa untuk alternatif dua zone, tiga zone, dan empat zone dengan pembagian floor to floor enam hari, tujuh hari dan delapan hari, tidak bisa digunakan karena melebihi waktu kontrak yaitu selama 120 hari.

- Untuk analisis biaya perbedaan harga terdapat pada sewa alat. Yang mana dipengaruhi oleh jumlah pengadaan yang berbeda-beda tiap zone. Sedangkan pada bahan dan upah juga terjadi perbedaan karena pengadaan material dan upah antar zone juga berbeda.

- Dengan ini dapat diketahui bahwa zoning dan siklus sangat

berpengaruh terhadap pengadaan alat, pengadaan material, dan penggunaan material yang berimbas pada biaya pelaksanaan proyek.

(21)

Tabel 2.2 Lanjutan

No Pengarang Judul Penelitian Penerbit Hasil Penelitian 2 Fandi, Putri

(2012)

Perbandingan Waktu dan Biaya Konstruksi

Pekerjaan Bekisting Menggunakan Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus : Proyek FMIPA Tower ITS Surabaya) Jurusan S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

- Dari analisa perhitungan perbandingan kedua metode di proyek FMIPA – ITS Surabaya didapatkan bahwa pekerjaan bekisting menggunakan metode table form lebih cepat

dibandingkan metode semi sistem dengan selisih waktu 42 hari. Sedangkan untuk biaya metode table form juga lebih murah daripada metode semi sistem dengan selisih Rp. 194.228.703 3 Saraswati, Indryani (2012) Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

- Alternatif bekisting terbaik untuk gedung low rise building (gedung Sekolah Anak Panah) apabila bobot biaya lebih besar atau sama besar dari bobot waktu adalah bekisting semi konvensional. Apabila bobot waktu lebih besar dari bobot biaya maka alternatif terbaiknya adalah bekisting sistem table form.

- Alternatif bekisting terbaik untuk gedung high rise building(gedung Hotel Ibis Surabaya) apabila bobot biaya lebih besar dari bobot waktu adalah bekisting semi konvensional. Apabila bobot biaya sama besar dengan bobot waktu alternatif terbaik adalah keduanya. Apabila bobot waktu lebih besar dari bobot biaya maka alternatif terbaiknya adalah bekisting sistem table form

(22)

Dari ketiga kajian pustaka di atas sama-sama melakukan penelitian terkait dengan bekisting sistem table form. Pada penelitian pertama membandingkan zoning pekerjaan dan siklus bekisting pada Proyek Pembangunan Prima Orchard Apartement dengan lantai yang berjumlah 11 (sebelas) lantai. Penelitian kedua membandingkan bekisting semi sistem dan sitem bekisting table form, penelitian ketiga juga membandingkan bekisting semi konvensional dengan bekisting table form. Untuk penelitian ini sendiri hampir sama dengan penelitian pertama, hanya saja penelitian diterapkan pada high rise building yaitu pada Proyek Puri Indah Financial Tower dengan lantai yang berjumlah 26 (dua puluh enam) lantai dan menganalisa penerapan bekisting sistem table form terhadap waktu dan biaya sewa.

Gambar

Tabel 2.1 Periode minimum pembongkaran bekisting
Gambar 2.1 Bekisting Sistem Table Form  (Sumber :Arsip PT. Abadi Prima
Gambar 2.2 Bekisting Sistem Balok dan Plat  (Sumber :Arsip PT. Abadi  Prima Intikarya)
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi

Dari beberapa penelitian tentang iklim kerja banyak telah dilakukan oleh para peneliti antara lain penelitian Lumbantoruan, (2005) melaporkan bahwa ada hubungan yang bermakna

Objective function dari economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin adalah untuk mencari biaya paling optimal dan minimal dari suatu sistem tenaga

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mencurahkan anugerah dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

 mengenkripsi dan mendekripsi data dalam 64-bit blok  menggunakan kunci 80-bit.  Skipjack memiliki 32 putaran, yang

Didalam Kompilasi Hukum Islam tentang anak diatur dalam BAB XIV tentang pemeliharaan anak. Menurut Pasal 99 Anak yang sah adalah “anak yang dilahirkan dalam atau akibat

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Among others through the placement of midwives in villages, empowering families and communities to use the Book Maternal and Child Health (MCH handbook) and Program