• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4

Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI

2.1. Apartemen

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2011 No. 1 Ayat 1 Tentang Rumah Susun, rumah susun atau yang disebut juga sebagai apartemen adalah sebagai berikut. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Objek penelitian dalam penulisan ini adalah Apartemen Amega Crown Residences. Apartemen ini berlokasi di jalan H. Anwar Hamzah, Tambakoso, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur.

2.2. Biaya

Biaya atau rencana anggaran dalam lingkup Teknik Sipil dapat diartikan sebagai perkiraan biaya proyek yang berguna untuk mengendalikan keuangan dan cashflow proyek (Ritz, 1994). Rencana anggaran yang dihitung dengan baik bisa memaksimalkan penggunaan uang dalam proyek sekaligus memaksimalkan keuntungan, sebaliknya rencana anggaran yang tidak dihitung dengan baik bisa menghambat kinerja proyek dan berujung pada kerugian. Dalam penelitian ini rencana anggaran yang dibahas adalah biaya konstruksi yang mengaplikasikan sistem konservasi air.

2.3. Konstruksi Bangunan

Tahap utama dalam sebuah pembangunan proyek konstruksi adalah pelaksanaan pembangunan di lapangan. Untuk bisa melaksanakan pembangunan di lapangan sebelumnya diperlukan adanya perhitungan kuantitas yang akan digunakan sebagai acuan dalam memperhitungkan perkiraan biaya konstruksi. Di Indonesia proses pelaksanaan di lapangan tidak bisa dilakukan seenaknya, setiap pekerjaan mempunyai urutan pelaksanaan dan standar prosedur. Berikut adalah

(2)

5

Universitas Kristen Petra

metode perhitungan kuantitas dan pekerjaan yang akan dibahas dalam penelitian ini beserta peraturan standar yang berlaku di Indonesia:

o Perhitungan Kuantitas

Sebelum memulai konstruksi bangunan, dalam suatu proyek diperlukan adanya perhitungan kuantitas untuk menentukan hal-hal apa saja yang diperlukan dalam pembangunan proyek. Proses utama dalam melakukan perhitungan kuantitas dalam proyek konstruksi adalah melakukan perhitungan volume berbagai material yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek (Ervianto, 2007).

Perhitungan kuantitas yang diperlukan dalam pembangunan sebuah proyek adalah pengukuran kuantitas komponen kontruksi seperti balok, kolom, plat, dll. Setiap jenis pekerjaan yang sudah dihitung dalam penelitian ini disusun menjadi kelompok utama dan sub kelompok dengan satuan tertentu sesuai dengan jenis pekerjaan-nya (Setiyadi, 2005).

o Pengukuran kuantitas tulangan

Pengukuran kuantitas tulangan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan. Ada beberapa jenis metode pendekatan, seperti pendekatan per satuan volume, luas, dan panjang. Masing-masing jenis metode tersebut digunakan untuk jenis elemen struktur yang berbeda, misalnya pendekatan per satuan luas untuk plat dan pendekatan per satuan panjang untuk kolom dan balok.

o Perhitungan Kuantitas Tulangan Kolom dan Balok

Pengukuran kuantitas tulangan kolom dan balok menggunakan metode pendekatan per satuan panjang. Dengan mengetahui berat pembesian per satuan panjang dan panjang bentang kolom atau balok yang ditinjau, akan didapatkan kuantitas pembesian kolom atau balok tersebut. Untuk 1 meter panjang.

TULANGAN UTAMA L1 = 1 m

N1 = jumlah tulangan dalam bentang 1 m W1 = berat jenis tulangan utama x L1 x N1

(3)

6

Universitas Kristen Petra

TULANGAN SENGKANG

L2 (kolom) = 4 x (lebar kolom – 2 x selimut beton) + (2 x (yang terbesar antara A atau B))

L2 (balok) = (2 x (lebar balok – 2 x selimut beton) + (2 x (tinggi balok – 2 x selimut beton))) + (2 x (yang terbesar antara A atau B)) A = (4 x diameter sengkang) + (6 x diameter sengkang)

B = (4 x diameter sengkang) + 75 mm N2 = 1000/jarak antar sengkang

W2 = berat jenis sengkang x L2 x N2

Berat tulangan per satuan panjang dikalikan dengan span kolom atau balok: Panjang bentang = X m

W (tulangan utama) = W1 x X W (sengkang) = W2 x X Sumber: (Sastraatmadja, 1984)

o Perhitungan Kuantitas Tulangan Plat

Pengukuran kuantitas tulangan plat menggunakan metode pendekatan per satuan luas. Contoh penulangan plat dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan perhitungan pembesian plat dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dengan mengetahui berat pembesian per satuan luas dan luas plat yang ditinjau, akan didapatkan kuantitas pembesian untuk luas plat yang ditinjau.

(4)

7

Universitas Kristen Petra

Tabel 2.1. Perhitungan Berat Pembesian Plat dengan Metode Pendekatan

Sumber: (Sastraatmadja, 1984)

2.3.1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan yang dilakukan di awal pelaksanaan dan bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Berikut adalah pekerjaan persiapan yang dibahas dalam penelitian ini:

o Pengukuran Lahan

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pengukuran lahan berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.01.01.05.

o Pemagaran

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk ekerjaan pemagaran berpedoman pada RSNI T-12-2002-No. 6.2. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No.24.01.01.08.

o Pemasangan Bouwplank

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pemasangan bouwplank berpedoman pada RSNI T-12-2002-No. 6.4. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.01.01.02.

o Pembersihan dan Perataan Lahan

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pembersihan dan perataan lahan berpedoman RSNI T-12-2002-No. 6.8. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.01.01.04.

o Direksi kit

Pekerjaan direksi kit akan dihitung secara lump sum. Indeks dan ongkos pekerja diacu dari SNI 3434:2008 No. 6.25 dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

Kode Tulangan n (buah) L Ø g (kg/m) W 1 n1 Lx Ø1 g1 W1=n1 x Lx x g1 2 n2 Ly Ø2 g2 W2=n2 x Ly x g2 W untuk luasan (1 x 1 m2) W1 + W2 W untuk luasan (Lx x Ly m2) W3

(5)

8

Universitas Kristen Petra

o Sewa Tower Crane

Biaya sewa tower crane akan dihitung secara lump sum sesuai dengan dokumen penawaran yang telah diterima.

o Sewa Alat Berat (Excavator)

Biaya sewa alat berat akan dihitung secara lump sum dan harga akan disesuaikan dengan wilayah Kota Surabaya.

o Listrik dan Air Kerja

Pemasangan listrik dan air kerja akan dihitung secara lump sum. Biaya listirk kerja menyesuaikan biaya yang telah ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), untuk biaya air kerja akan disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya.

2.3.2. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pengelolaan tanah sebelum pelaksanaan pembangunan. Berikut adalah pekerjaan tanah yang dibahas dalam penelitian ini:

o Pekerjaan Galian

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan galian berpedoman pada SNI 2835:2008 No. 6.1, 6.2, 6.3, 6.4, 6.5 (tergantung tanah jenis yang ada di lapangan). Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

o Pekerjaan Urugan Kembali

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan urugan kembali berpedoman pada SNI 2835:2008 No. 6.9, 6.11, 6.15. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

o Pekerjaan Urugan Sirtu

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan urugan sirtu berpedoman pada SNI 2835:2008 No. 6.9, 6.11, 6.15. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

(6)

9

Universitas Kristen Petra

o Pekerjaan Buang Tanah Sisa

Indeks serta biaya tenaga kerja untuk pekerjaan buang tanah sisa berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No.24.01.02.06.

o Pekerjaan Pemadatan Tanah

Indeks kebutuhan tenaga kerja untuk pekerjaan pemadatan tanah berpedoman pada SNI 2835:2008 No. 6.10. Biaya tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

2.3.3. Pekerjaan Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja adalah pekerjaan pengecoran lantai sebagai pengganti bekisting pada elemen struktur yang bersentuhan langsung dengan tanah untuk memudahkan proses pekerjaan berikutnya. Berikut adalah pekerjaan lantai kerja yang dibahas dalam penelitian ini:

o Pekerjaan Lantai Kerja Poer

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan lantai kerja poer berpedoman SNI 7394:2008 No. 6.4. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No.24.03.01.04.

o Pekerjaan Lantai Kerja Balok

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan lantai kerja sloof berpedoman SNI 7394:2008 No. 6.4. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No.24.03.01.04.

o Pekerjaan Lantai Kerja Plat

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan lantai kerja plat berpedoman SNI 7394:2008 No. 6.4. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No.24.03.01.04.

2.3.4. Pekerjaan Struktur Bawah

Pekerjaan struktur bawah adalah pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan untuk menopang beban dari keseluruhan struktur bangunan. Berikut adalah pekerjaan struktur bawah yang dibahas dalam penelitian ini:

(7)

10

Universitas Kristen Petra

o Pondasi Tiang Pancang

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan tiang pancang yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394:2008 No. 6.1 – 6.3, 6.5 – 6.12, 6.17, 6.18, 6.20, 6.28, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09, No. 24.03.01.16, dan No. 24.03.01.14.

o Poer/Pile Cap

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan poer yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 6897:2008 No. 6.2. dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09, dan No. 24.02.01.11.

o Balok Sloof

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan balok sloof yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394:2008 No. 6.1 – 6.3, 6.5 – 6.12, 6.17, 6.18, 6.20, 6.28, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09 dan No. 24.03.01.14.

o Shearwall Lift

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan shearwall lift yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394:2008 No. 6.1 – 6.3, 6.5 – 6.12, 6.17, 6.18, 6.20, 6.28, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09 dan No. 24.03.01.21.

2.3.5. Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan struktur atas adalah pekerjaan struktur yang berada di atas tanah dan bertujuan untuk menyalurkan beban ke struktur bawah. Berikut adalah pekerjaan struktur atas yang dibahas dalam penelitian ini:

o Kolom

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan kolom yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1-6.3, 6.5-6.12, 6.17, 6.18, 6.22,

(8)

11

Universitas Kristen Petra

6.30, 6.35, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09. dan No. 24.03.01.14.

o Balok

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan balok yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1-6.3, 6.5 – 6.12, 6.17, 6.18, 6.23, 6.31, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09. dan No. 24.03.01.14.

o Plat Lantai

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan plat yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1–6.3, 6.5-6.12, 6.17, 6.19, 6.24, 6.32, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09. dan dan No. 24.03.01.14.

o Shearwall Tangga

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan balok sloof yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton yang berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1 – 6.12, 6.17, 6.18, 6.21, 6.29, Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09, No. 24.03.01.14, dan No. 24.03.01.21.

2.3.6. Pekerjaan Tangga

Pekerjaan tangga yang dibahas meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton. Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan tangga berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1 – 6.3, 6.5-6.12, 6.17, 6.26, dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09, No. 24.03.01.14, dan No. 24.03.01.22.

2.3.7. Pekerjaan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)

Pekerjaan SPAL yang dibahas dalam sub bab ini adalah pekerjaan lantai kerja SPAL, balok SPAL, plat SPAL, shearwall SPAL yang meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, cor beton, dan instalasi pemipaan SPAL. Indeks serta biaya

(9)

12

Universitas Kristen Petra

bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan SPAL berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1 – 6.12, 6.17, 6.18, 6.21, 6.29, Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09, No. 24.03.01.14 dan No. 24.03.01.21, dan RSNI T-15-2002. Instalasi pemipaan SPAL akan dihitung secara lump sum dan harga akan disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya. Upah pekerja untuk instalasi pemipaan SPAL berdasarkan

2.3.8. Pekerjaan Ground Water Tank (GWT)

Pekerjaan GWT yang dibahas dalam sub bab ini adalah pekerjaan shearwall GWT yang meliputi pekerjaan pembesian, bekisting, dan cor beton. Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan GWT berpedoman pada SNI 7394: 2008 No. 6.1–6.12, 6.17, 6.18, 6.21, 6.29, Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.09, No. 24.03.01.14, dan No. 24.03.01.21.

2.3.9. Pekerjaan Besi

Pekerjaan besi yang dibahas dalam sub bab ini adalah pekerjaan pemasangan besi profil pada lantai mezzanine dan kanopi pada Lt.1 beserta sambungan-nya. Upah pekerja untuk setiap pekerjaan pemasangan sambungan (baut, angkur, endplate) sudah termasuk dalam biaya pemasangan besi profil, karena dalam pekerjaan pemasangan besi profil pasti membutuhkan sambungan. Berikut adalah pekerjaan besi yang dibahas dalam penelitian ini:

o Pemasangan besi profil

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pemasangan besi profil berpedoman pada SNI 7393: 2008 No. 6.1. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.01.

o Pemasangan baut

Pekerjaan pemasangan baut hanya terdiri dari biaya beli baut yang disesuaikan dengan harga di wilayah Kota Surabaya.

(10)

13

Universitas Kristen Petra

o Pemasangan angkur

Pekerjaan pemasangan angkur hanya terdiri dari biaya beli angkur yang disesuaikan dengan harga di wilayah Kota Surabaya.

o Pemasangan endplate

Pekerjaan pemasangan endplate hanya terdiri dari biaya beli angkur yang disesuaikan dengan harga di wilayah Kota Surabaya.

o Pengelasan

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pengelasan berpedoman pada SNI 7393:2008 No. 6.5. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.03.02.02.

2.3.10. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Plambing (MEP)

Pekerjaan mekanikal elektrikal dan plambing (MEP) termasuk dalam pekerjaan finishing tetapi dibuat kategori tersendiri untuk memudahkan perhitungan dan pelaksanaan, sesuai dengan namanya pekerjaan MEP berhubungan dengan mesin (lift), kelistrikan, dan pemipaan.

o Instalasi Tata Udara

Instalasi tata udara dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya.

o Instalasi Lift

Instalasi lift dihitung secara lump sum berdasarkan dokumen penawaran yang telah diterima.

o Instalasi Penerangan

Instalasi penerangan dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

o Instalasi Alarm Kebakaran

Instalasi alarm kebakaran dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

(11)

14

Universitas Kristen Petra

o Instalasi Televisi

Instalasi televisi dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

o Instalasi Pipa Air Bersih

Instalasi pipa air bersih dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada RSNI T-15-2002 dan HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

o Instalasi Pipa Air Kotor

Instalasi pipa air kotor dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada RSNI T-15-2002 dan HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

o Instalasi Pipa Air Hujan

Instalasi pipa air hujan dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada RSNI T-15-2002 dan HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

o Instalasi Pipa Air Hydrant

Instalasi pipa air hydrant dihitung secara lump sum dan harga disesuaikan dengan harga wilayah Kota Surabaya, untuk upah pekerja berpedoman pada RSNI T-15-2002 dan HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

2.3.11. Pekerjaan Dinding

Berikut adalah pekerjaan dinding yang dibahas dalam penelitian ini: o Pekerjaan Dinding Bata

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan dinding bata berpedoman pada SNI 6897: 2008 No. 6.7. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.04.01.01.

o Pekerjaan Plesteran

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan plesteran berpedoman pada SNI 6897:2008 No. 6.13. Biaya bahan dan tenaga kerja

(12)

15

Universitas Kristen Petra

berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.04.01.14.

o Pekerjaan Acian

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan acian berpedoman pada SNI 6897: 2008 No. 6.27. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.04.01.21.

2.3.12. Pekerjaan Plafon

Berikut adalah pekerjaan plafon yang dibahas dalam penelitian ini: o Pekerjaan Kerangka Plafon

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pemasangan kerangka plafon berpedoman pada SNI 3434: 2008 No. 6.19. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.06.03.08.

o Pemasangan Plafon (Gypsum Board)

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan pemasangan plafon berpedoman pada SNI 2839:2008 No. 6.7. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.06.03.09.

2.3.13. Pekerjaan Cat

Berikut adalah pekerjaan cat yang dibahas dalam penelitian ini: o Pekerjaan Cat Dinding

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan cat dinding berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No. 24.04.02.13.

o Pekerjaan Cat Plafon

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan cat plafon berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No. 24.04.02.13.

(13)

16

Universitas Kristen Petra 2.3.14. Pekerjaan Keramik

Berikut adalah pekerjaan keramik yang dibahas dalam penelitian ini: o Pekerjaan Keramik Lantai

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan keramik lantai berpedoman pada SNI 7395:2008 No. 6.13, 6.35, 6.36, 6.54. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 No. 24.04.02.19, No. 24.05.01.01, No. 24.05.01.02, dan 24.05.01.04.

o Pekerjaan Keramik Dinding (WC)

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan keramik dinding berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No. 24.05.01.04. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

2.3.15. Pekerjaan Paving

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan paving berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No. 24.08.01.05. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018.

2.3.16. Pekerjaan Beton Screed (Floor Hardener)

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan beton screed berpedoman pada SNI 7395:2008 No. 6.61. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 24.08.01.05.

2.3.17. Pekerjaan Sanitair

Pekerjaan sanitair meliputi kloset, wastafel, jet shower, shower, floor drain, dan sink, semua pekerjaan tersebut akan dihitung secara lump sum dan harga akan disesuaikan dengan wilayah Kota Surabaya. Upah pekerja berpedoman pada RSNI T-15-2002 dan HSPK Kota Surabaya Tahun 2018.

(14)

17

Universitas Kristen Petra 2.3.18. Pekerjaan Pintu dan Jendela

Berikut adalah pekerjaan pintu dan jendela yang dibahas dalam penelitian ini:

o Pekerjaan Kusen Kayu Pintu

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan kusen pintu diacu pada SNI 3434:2008 No.6.1 dan HSPK Surabaya 2018 No. 24.07.07.01. o Pekerjaan Daun Pintu Kayu

Indeks kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan daun pintu kayu berpedoman pada SNI 3434:2008 No. 6.5. Biaya bahan dan tenaga kerja berpedoman pada Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Kota Surabaya Tahun 2018 24.07.01.06.

o Pekerjaan Pintu Kaca

Pekerjaan pintu kaca akan dihitung secara lump sum dan harga akan disesuaikan dengan wilayah Kota Surabaya. Untuk upah pekerja dalam pekerjaan pintu kaca sudah termasuk dalam pekerjaan pintu kaca.

o Pekerjaan Kusen Aluminium Jendela

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan kusen aluminium jendela berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No. 24.07.01.43.

o Pekerjaan Jendela Kaca

Indeks serta biaya bahan dan tenaga kerja untuk pekerjaan jendela kaca berpedoman pada HSPK Surabaya 2018 No. 24.07.01.13.

2.3.19. Pemasangan Kanopi

Pekerjaan pemasangan kanopi akan dihitung secara lump sum dan harga akan disesuaikan dengan wilayah Kota Surabaya. Untuk upah pekerja pekerjaan pemasangan kanopi sudah termasuk dalam pekerjaan pemasangan kanopi.

2.4. Konservasi Air

Konservasi air adalah upaya untuk memelihara keberadaan dan mutu air tanah supaya tetap tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. (UU RI No.7 Tahun 2004 pasal 1 ayat 18 Tentang Sumber Daya

(15)

18

Universitas Kristen Petra

Air). Konservasi air dilakukan dengan tujuan utama untuk melakukan efisiensi pemakaian air tanah. Menurut Green Building Council Indonesia (GBCI, 2013) konservasi air dapat dilakukan dengan melakukan beberapa upaya seperti pemasangan meteran air, pehitungan penggunaan air, mengurangi penggunaan air, pemasangan fitur-fitur air, mendaur ulang air, penggunaan sumber air alternatif, penampungan air hujan, dan efesiensi penggunaan air lansekap. Kategori dan tolok ukur konservasi air dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kategori dan Tolok Ukur Konservasi Air

KATEGORI TOLOK UKUR

METERAN AIR

Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut:

o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih seperti sumber PDAM atau air tanah.

o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang.

o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi.

PERHITUNGAN PENGGUNAAN AIR

Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan.

PENGURANGAN PENGGUNAAN AIR

Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlampir Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan pada tolok ukur 1 akan mendapatkan 1 nilai dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 nilai

FITUR AIR

Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk fitur air . ATAU

Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 50% dari total pengadaan produk fitur air .ATAU

Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur air .

Alat Keluaran Air Kapasitas Keluaran Air WC Flush Valve <6 liter/flush WC Flush Tank <6 liter/flush Urinal Flush Valve/Peturasan <4 liter/flush Keran Wastafel/Lavatory <8 liter/menit Keran Tembok <8 liter/menit Shower <9 liter/menit

DAUR ULANG AIR

Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah di daur ulang untuk kebutuhan sistem flushing atau cooling tower. ATAU

Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah didaur ulang untuk kebutuhan sistem flushing dan cooling tower

SUMBER AIR ALTERNATIF

Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC, air bekas wudhu, atau air hujan. ATAU

Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. ATAU

Menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau air sungai untuk keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan kebutuhan lainnya

PENAMPUNGAN AIR HUJAN

Menyediakan instalasi tangki penampungan air hujan kapasitas 20% dari jumlah air hujan yang jatuh di atas atap bangunan yang dihitung menggunakan nilai intensitas curah hujan sebesar 50 mm/hari. ATAU

Menyediakan instalasi tangki penampungan air hujan berkapasitas 35% dari perhitungan di atas. ATAU

Menyediakan instalasi tangki penampungan air hujan berkapasitas 50% dari perhitungan di atas

EFISIENSI PENGGUNAAN AIR

LANSEKAP

Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau PDAM.

Menerapkan teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman.

(16)

19

Universitas Kristen Petra

Dari beberapa macam upaya konservasi air dalam penelitian ini dipilih beberapa kategori yaitu penampungan air hujan (Rainwater Harvesting), daur ulang air (Water Recycling), dan penggunaan fitur-fitur air (Water Fixtures).

2.4.1 Rainwater Harvesting

Rainwater Harvesting merupakan upaya pemanfaatan air hujan sebagai salah satu sumber air alternatif. Proses rainwater harvesting dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu proses penangkapan air hujan pada atap bangunan, penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui talang dan pipa penyaluran, dan penyimpanan air beserta perangkat ekstraksi air yang dapat berupa keran atau pompa air. Sistem Rainwater Harvesting memiliki beberapa komponen utama yaitu: (Canada Mortgage and Housing Corporation, 2012) a) Daerah Tangkapan

Daerah tangkapan pada bangunan ini adalah atap. Permukaan atap yang dibutuhkan dalam metode ini adalah atap yang kedap air dan tidak mudah rontok, sehingga air yang menuju tampungan lebih mudah mengalir dan bersih. Pada proses penangkapan air hujan perlu dilakukan perhitungan curah hujan rata-rata seperti pada persamaan 2.1 (Triatmodjo, 2009), dan perhitungan curah hujan rencana mengikuti persamaan 2.2 (Soewarno, 1995). Sebelum dilakukan perhitungan curah hujan rencana perlu dilakukan analisis distribusi curah hujan dengan melakukan pengukuran parameter statistik seperti pada persamaan 2.3-2.9. Parameter statistik yang didapat digunakan untuk memilih metode distribusi yang dianggap cocok yang akan dilakukan pengujian kecocokan.

o Curah hujan rata-rata 𝑃̅ = 1 𝑁∑ Pi 𝑁 𝑖=1 ... (2.1) Dimana:

𝑃̅ = Curah hujan rata-rata pada daerah tersebut N = Banyak stasiun pada daerah tersebut Pi = Curah hujan dari masing-masing stasiun

(17)

20

Universitas Kristen Petra

o Perhitungan curah hujan rencana dapat dilakukan dengan mengikuti Metode Normal, Log Normal, Gumbel, atau Log Pearson tipe III. Apabila mengikuti metode normal maka menggunakan persamaan 2.2

𝑋𝑡𝑟

̅̅̅̅̅ = 𝑋 +

𝐾. 𝑆𝑥………….………...(2.2) Dimana:

Xtr = Besarnya curah hujan untuk periode ulang tertentu X = Curah hujan maksimum rata-rata setahun (mm) K = Faktor frekuensi (faktor reduksi Gauss)

Sx = Standar deviasi

o Analisis distribusi curah hujan dilakukan dengan melakukan pengukuran parameter statistik. Pengukuran parameter statistik meliputi parameter sebagai berikut:

 Rata-rata Curah Hujan (X) 𝑋̅ =1

𝑛 𝑥 ∑ 𝑋𝑖 𝑁

𝑖=1 ………..(2.3)

 Varian Curah Hujan (S2) S2 = 1

(𝑛−1) 𝑥 ∑ (Xi − 𝑋) 2 𝑁

𝑖=1 ………...(2.4)

 Standar Deviasi Curah Hujan (S) S = √(𝑛−1)1 𝑥 ∑𝑁 (Xi − 𝑋)2

𝑖=1 ………...(2.5)

 Koefisien Varian Curah Hujan (Cv) Cv =𝑆

𝑋………...………...(2.6)

 Koefisien Asimetri Curah Hujan (Cs)

α = 𝑛 (𝑛−1)𝑥(𝑛−2) 𝑥 ∑ (Xi − 𝑋) 3 𝑁 𝑖=1 …………...(2.7) Cs = α 𝑆3………..………...(2.8)

 Koefisien Kurtosis Curah Hujan (Ck)

Ck = 𝑛2

(𝑛−1)𝑥(𝑛−2)𝑥(𝑛−3)𝑥(𝑆)4 𝑥 ∑ (Xi − 𝑋) 4 𝑁

(18)

21

Universitas Kristen Petra

o Pengujian kecocokan memiliki fungsi untuk menguji kelayakan penggunaan metode distribusi. Terdapat 2 (dua) jenis uji kecocokan yaitu uji Chi-Kuardrat dan uji Smirnov-Kolmogorov. Uji Chi-Kuadrat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Soewarno, 1995).

 Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya).

 Kelompokkan data menjadi G sub-grup. Nilai G dihitung dengan menggunakan persamaan 2.10.

G = 1 + 3,32 log N ………..………...…(2.10) Dimana:

G = Jumlah sub group

N = Jumlah data

 Jumlahkan data pengamatan sebesar O, tiap-tiap sub group.

 Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar E. Nilai E dihitung menggunakan persamaan 2.11.

E = N / G ………...(2.11) Dimana:

E = Jumlah data teoritis pada suatu sub group G = Jumlah sub group

N = Jumlah data

 Tiap-tiap sub group hitung nilai: (O − E)2 𝑑𝑎𝑛 (𝑂 − 𝐸)2

𝐸

 Jumlah seluruh G sub group nilai (𝑂−𝐸) 2

𝐸 untuk menentukan nilai Chi-Kuadrat hitung

𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = (𝑂−𝐸)2

𝐸 ………...……….…(2.12)

 Tentukan derajat kebebasan df = G-R-1

(Nilai R=2 untuk distribusi Normal dan binomial, dan nilai R=1 untuk distribusi Poisson).

Selanjutnya uji kecocokan yang kedua yaitu uji Smirnov-Kolmogorov dilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Soewarno, 1995).

(19)

22

Universitas Kristen Petra  Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya

peluang dari masing-masing data tersebut.

 Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data.

 Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesarnya antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis.

D = maksimum [ P(Xm) – P’(Xm) ] ………...….(2.13)

 Berdasarkan tabel nilai kritis (Soewarno,1995) tentukan harga Do.

 Apabila nilai D < Do maka metode distribusi dapat diterima.

b) Sistem Penyaluran

Sistem penyaluran digunakan untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju bak tampungan. Sistem penyaluran terdiri pipa penyaluran horisontal dan vertikal. Kapasitas talang dapat ditentukan berdasarkan persamaan 2.14 (Chow, 1988). Nilai tersebut sama dengan debit limpasan yang dihitung dengan persamaan 2.15 (Chow, 1988). Debit limpasan diperhitungkan dari curah hujan harian maksimum rencana yang dikonversikan dari intensitas hujan mengikuti persamaan 2.16 (Soemarto, 1995).

o 𝑄̅ = 𝐴 .V ..……….. (2.14)

Dimana:

Q = Debit air hujan (m3/det) A = Luas penampang saluran (m2) V = Kecepatan aliran (m/det)

o 𝑄̅ = 0,278 . 𝐶. 𝐼. 𝐴 ……….…... (2.15)

Dimana:

Q = Debit limpasan (m3/det) C = Koefisien aliran atap I = Intensitas hujan (mm/jam) A = Luas daerah aliran (km2)

(20)

23

Universitas Kristen Petra

o 𝐼̅ =𝑅24 24 . ( 24 𝑡 ) m………...……….(2.16) Dimana:

I = Intensitas Hujan (mm/jam)

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) tc = Waktu konsentrasi (jam)

c) Bak Tampungan

Bak tampungan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air hujan. Kapasitas bak tampungan ditentukan oleh aliran masuk dan aliran keluar dari air hujan tersebut. Volume aliran masuk air hujan didapatkan dari data curah hujan rata – rata harian yang dapat dicari dengan persamaan 2.17.

𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑅 . 𝐴 ………..…... (2.17) Dimana:

Aliran masuk = Debit air hujan yang masuk (m3/hari)

R = Curah hujan rata-rata harian perbulan 10 tahun (mm) A = Luas daerah tangkapan (m2)

2.4.2 Water Recycling

Water Recycling merupakan penggunaan kembali air untuk aplikasi yang sama dengan awal dari kegunaan air tersebut (USEPA, 1995). Water recycling dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Pengolahan air dalam SPAL memiliki fungsi untuk mengurangi zat pencemar tertentu, setiap tahapan memiliki komponen dengan fungsi berbeda-beda yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Sedangkan pengolahan air dalam SPAL dapat dilihat pada Gambar 2.2. (Kodavisal, 2011)

(21)

24

Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3. Komponen dan Fungsi SPAL

KOMPONEN FUNGSI

Bar screen chamber Mencegah masuknya partikel padat/barang diatas ukuran tertentu kedalam SPAL

Oil and grease/grit trap Perangkap minyak dan lemak dari saluran pembuangan dapur, selanjutnya dibawa ke equalization tank

Equalization Tank Limbah dari Bar screen chamber dan Oil and grease trap ditampung selama peak hour dan dikeluarkan pada non-peak

hour dengan flow rate tetap. Fungsi utamanya sebagai buffer. Raw Sewage Lift Pumps Untuk mengangkat limbah ke unit berikutnya, tanpa harus

bergantung pada gravitasi

Aeration Tank Mempertahankan tingkat populasi mikroba Mixed Liquor

Suspended Solids (MLSS) yang akan menguraikan limbah yang

akan diarahkan ke clarifier tank.

Secondary Clarifier/ Settling Tank Menerima biomass slurry dari aeration tank dan mengendapkannya di dasar clarifier, untuk memproduksi air yang jernih pada luapan dari clarifier

Sludge Recirculation Kombinasi aeration tank, settling tank dan sludge recirculation merupakan sistem untuk mempertahankan tingkat mikroba.

Clarified Water Sump Mengumpulkan tumpahan air dari clarifier dan bertindak sebagai

buffer tank diantara treatment tahap kedua dan ketiga.

Pressure Sand Filter (PSF) Berguna untuk menjebak benda padat yang terlewat pada

clarifier, PSF merupakan bejana tekan yang diisi media

bergradasi (pasir dan kerikil). Air yang difilter oleh PSF selanjutnya diarahkan ke ACF/Activated Carbon filter.

Activated Carbon Filter (ACF) Sama dengan PSF yang merupakan treatment ketiga, ACF menerima air dari PSF dan meningkatkan beberapa parameter air: BOD, COD, kekeruhan, warna dan bau.

Disinfection Of Treated Water Untuk menghancurkan dan membuat organisme penyebab penyakit yang tidak berbahaya, seperti bakteri, virus, dll. Metode disinfeksi yang umum meliputi Klorinasi, Ozonasi dan radiasi UV.

Excess Sludge Handling Pemindahan lumpur, penyimpanan, pengkondisian, penghilangan kandungan air, pembuangan lumpur.

(22)

25

Universitas Kristen Petra

Gambar 2.2. Komponen dan Tahapan Sistem Pengolahan Air Limbah Sumber: Kodavisal, 2011

2.4.3 Water Fixture

Water Fixture merupakan penggunaan alat-alat pendukung yang dapat mendorong upaya penghematan air, salah satunya dengan pemasangan alat pendeteksi kebocoran pipa penyaluran. Deteksi kebocoran pipa dapat ditentukan menggunakan acoustic/vibration sensors atau pressure transducers yang menempel pada permukaan pipa. Bila dua sensor digunakan, lokasi bocor dapat ditentukan dengan memperkirakan perbedaan waktu melalui korelasi sinyal penerimaan. Selain itu terdapat pula alat deteksi kebocoran pipa dengan mematikan air secara otomatis ketika salah satu sensor bersentuhan dengan air, unit secara otomatis akan mematikan sumber air dan membunyikan alarm. (Reliance Detection Technologies-RS-360 User Manual & Troubleshooting Guide, 2018).

Gambar

Gambar 2.1. Potongan Penulangan Plat
Tabel 2.1. Perhitungan Berat Pembesian Plat dengan Metode Pendekatan
Tabel 2.2. Kategori dan Tolok Ukur Konservasi Air
Tabel 2.3. Komponen dan Fungsi SPAL
+2

Referensi

Dokumen terkait

INTO mengindikasikan nama dari tabel yang akan menerima data. Colomn_list adalah daftar kolom yang akan menerima data. Daftar ini harus ditutupi oleh tanda kurung dan dipisahkan

Yang menjadi dasar dari pendekatan data pasar adalah dimana nilai pasar suatu properti terkait langsung dengan nilai pasar properti pembanding yang sejenis pada pasar yang

Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan

Bagi pihak investor, pemecahan saham diyakini dapat memberikan abnormal return setelah pemecahan saham, karena para investor pada umumnya mengindikasikan bahwa perusahaan

Beban preloading diberikan sebesar beban rencana atau lebih besar yang akan diberikan diatas tanah lunak tersebut dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya penurunan rencana..

Berdasarkan pada ilustrasi gambar di atas, diketahui bahwa melalui physical Facilities, yaitu kondisi fisik, meliputi: store location, store layout, design dan melalui

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sesuatu yang sepenuhnya perlu dipertimbangkan baik - baik. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut

Lalu definisi berikutnya yang dapat menyatukan pandangan yang paling luar sekalipun mengenai efektifitas yang juga dikemukakan oleh Steers, Ungson dan Mowday adalah